Anda di halaman 1dari 16

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA JL. TERUSAN ARJUNA NO.

6,KEBON JERUK, JAKARTA BARAT

KEPANITERAAN KLINIK STATUS ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT

Nama : Charles Boru dan Siti Suhana Idris NIM : 11.2011.208 dan 11.2010.115

Tanda Tangan :

Pembimbing : dr. Lenny Sp.KJ

Nama Pasien Datang ke poliklinik pada tanggal Rujukan/datang sendiri/keluarga Pernah dirawat di, tanggal, lama

: Ny. A : 19 Juni 2012 : diantar oleh keluarga (ayah) :

Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat tanggal 9 Desember 2004 21 Desember 2004

I. Identitas Pasien Nama Tempat & tanggal lahir Jenis kelamin Suku bangsa Agama Pendidikan Pekerjaan Status perkawinan Alamat (kelurahan,kecamatan) Bandung. : Ny. A : Bandung, 27 November 1978 : Perempuan : Sunda : Islam : S1 Tehnik Sipil : Tidak bekerja : Menikah (sudah bercerai) : Babakan Mundung, kelurahan Pada Asih, Cisarua

II. Riwayat Psikiatrik Autoanamnesis : Wawancara tanggal 19 Juni 2012 pukul 10.15 WIB di Poliklinik. Alloanamnesis : Wawancara dengan ayah pasien tanggal 19 Juni 2012 pukul 10.15 WIB di Poliklinik. A. Keluhan Utama Mendengar bisikan-bisikan B. Riwayat Gangguan Sekarang Pada tahun 2003, pasien menikah dengan pacarnya. Pada bulan pertama pasien hamil namun perilakunya tampak aneh. Pasien menjadi lebih emosional, dan jika marah pasien langsung merusak alat-alat rumah tangga seperti TV, meja, kaca dan lain-lain (iritabel). Menurut pasien, dia marah-marah karena mendengar bisikan-bisikan yang menyuruhnya untuk merusak barang disekitarnya (halusinasi auditorik). Suami pasien tidak tahan dengan sifat pasien yang tiba-tiba berubah dan menjadi agresif. Suaminya menjadi tidak sabar sehingga ia mencekik, memukul dan menendang pasien saat pasien dalam keadaan labil. Kejadian itu membuat hubungan pernikahan mereka tidak bisa dipertahankan lagi, sehingga suaminya memutuskan untuk bercerai dengan pasien. Setelah diceraikan, pasien merasa sangat malu dengan tetangga dan keluarganya. Pasien juga merasa bahwa keluarga dan tetangganya selalu membicarakan dan mengejeknya (waham curiga), selain itu pasien juga mendengar bisikan-bisikan suara laki-laki yang menghinanya dan mengatakan bahwa orang-orang disekitarnya membencinya (halusinasi auditorik). Karena keadaan pasien semakin parah dan merasa tidak nyaman, maka pasien memutuskan untuk pindah ke Bandung dan tinggal bersama dengan orang tuanya. Pada tahun 2004, ketika sudah di Bandung kondisi pasien semakin memburuk, pasien tampak putus asa, suka melamun, nafsu makan berkurang, sulit tidur (gejala depresif) dan pernah mengatakan bahwa ia ingin mati saja (ide suicide). Pasien juga masih mendengar bisikan suara laki-laki yang tidak dikenalnya yang selalu mencegahnya saat ia ingin berbuat baik, misalnya saat ia ingin shalat ada suara yang mengatakan kamu tidak usah shalat, buat apa kamu shalat, kamu itu sudah dibenci semua orang (halusinasi auditorik). Pasien tidak dapat melawan suara-suara bisikan itu dan ia menuruti suara bisikan itu. Pasien juga masih sering curiga dengan orang disekitarnya, jika ada orang yang

melihatnya, ia merasa orang-orang itu sedang membicarakannya dan membencinya (waham curiga). Karena kondisinya yang semakin memburuk, ayah pasien membawanya berobat ke RSJ Provinsi Jawa Barat tanggal 1 November 2004, pihak RSJ menyarankan untuk dirawat namun keluarga masih menolak, pasien diberi obat berwarna orange, putih dan pink. Satu bulan kemudian pasien dibawa lagi ke RSJ Provinsi Jawa Barat pada tanggal 9 Desember 2004 karena kondisinya tidak membaik, keluarga pasien menyutujui agar pasien dirawat. Pasien mendapat obat Neripros 2mg 2x1, Lodep 20mg 1x1, THF 2mg 2x1. Pasien dirawat selama 2 minggu dan keluar pada tanggal 21 Desember 2004. Setelah keluar dari rawat inap di RSJ, pasien kontrol teratur namun kadang-kadang lupa minum obat. Gejalanya sedikit berkurang, yang tadinya mendengar bisikan-bisikan sehari sekitar 10 kali, sekarang pasien hanya mendengar bisikan sebanyak 4 kali dan sudah mulai bisa melawan perintah dari bisikan-bisikan tersebut. Pada tahun 2011 pasien bekerja sebagai sales barang import, namun hanya bertahan selama 2 bulan, karena pasien dimanfaatkan teman kerjanya, pasien ingin melaporkan kejahatan temannya itu kepada bosnya, namun ada suara bisikan yang mengatakan bahwa jangan lapor ke bos, nanti teman-teman kerja semakin benci kamu(halusinasi auditorik). Beberapa bulan kemudian pasien bekerja lagi sebagai admin di sebuah pabrik tekstil namun hanya bertahan selama 3 minggu karena pasien sakit selama 4 hari, dan ketika sudah sehat pasien enggan untuk masuk kerja lagi karena dia merasa semua teman di tempat kerjanya sudah membencinya (waham curiga). Sejak saat itu pasien tidak bekerja lagi sampai sekarang. Pasien kontrol teratur dan minum obat teratur sampai sekarang. Kondisi pasien semakin membaik, nafsu makan baik, bisa tidur nyenyak, tidak mudah marah-marah. Pasien masih mendengar bisikan-bisikan tapi dia sudah bisa melawannya. Sekarang pasien merasa tidak tenang karena akhir-akhir ini pasien sering ditelepon mantan suaminya, karena mantan suaminya ingin bertemu dengan anaknya, hal ini membuat pasien takut, dia berpikir bahwa suaminya masih membencinya (waham curiga).

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya a. Gangguan psikiatrik

Pada tahun 1998, ayah pasien pensiun dan pindah ke Bandung, sebelumnya ayahnya bertugas di Mataram. Oleh karena pasien masih kuliah di Mataram maka pasien harus tetap tinggal di Mataram bersama kakak, kakak ipar dan kedua keponakannya. Pasien tinggal bersama kakaknya yang bekerja sebagai pengusaha tembakau. Sebelumnya segala kebutuhan hidup pasien berkecukupan, namun setelah ayahnya pensiun dan kakak pasien bangkrut, perekonomian keluarga mereka menjadi serba kekurangan. Sejak kakaknya bangkrut, pasien selalu menjadi pelampiasan kemarahan kakak iparnya. Pasien merasa tertekan, pasien juga merasa bahwa semua keinginannya tidak dapat terpenuhi karena kondisi ekonomi keluarganya saat itu. Masalah yang dihadapi pasien ini tidak pernah ia komunikasikan dengan orang lain, semua masalah ia pendam sendiri. Sejak saat itu pasien menjadi sering murung, tampak putus asa dan mudah tersinggung (iritabel), pasien jarang bersosialisasi dan lebih memilih untuk menghabiskan waktunya untuk belajar. Pada tahun 2002, pasien berhasil menyelesaikan kuliahnya. Pasien masih dalam kondisi yang sama dengan beberapa tahun lalu yaitu pendiam, suka melamun dan mudah tersinggung. Pasien juga bercerita bahwa pasien memiliki hubungan spesial dengan kakak kelasnya yang sudah dijalin selama 2 tahun, mereka berencana untuk melanjutkan hubungan mereka jenjang pernikahan. Setelah menikah, pada bulan pertama timbul perilaku aneh dari pasien yang mudah marah (iritabel), mendengar bisikan-bisikan (halusinasi auditorik), merusak barangbarang (perilaku kacau). b. Gangguan medik Tidak ada c. Penggunaan zat psikoaktif Tidak terdapat riwayat penggunaan alkohol dan zat psikoaktif.

d. Skema

1998 2012

2004

2011

Keterangan: 1998 : Pasien tertekan karena kondisi ekonomi keluarganya. Pasien menjadi sering murung, tampak putus asa dan mudah tersinggung, pasien jarang bersosialisasi dan lebih memilih untuk menghabiskan waktunya untuk belajar. 2004 : Kondisi pasien memburuk, dirawat di RSJ Provinsi Jawa Barat 2011-2012 : Halusinasi auditorik (+), namun pasien kontrol teratur dan minum obat. D. Riwayat Kehidupan Pribadi 1. Riwayat perkembangan fisik Pasien dilahirkan di rumah sakit dibantu oleh bidan. Pasien lahir per vaginam. Tidak kelainan selama masa kehamilan dan proses kelahiran pasien. Tumbuh kembang fisik dan motorik tidak ada gangguan. 2. Riwayat perkembangan kepribadian a. Masa kanak-kanak Perkembangan psikomotor, psikososial, kognitif dan moral baik, sesuai dengan anak seusianya. Pasien adalah anak yang sopan, pendiam, dan pemalu. Pasien agak sulit bersosialisasi, hanya berteman dengan teman-teman disekolahnya. b. Masa remaja Pasien lebih senang menyendiri, pasien juga lebih senang menghabiskan waktunya untuk belajar.

c. Masa dewasa Setelah lulus SMA pasien melanjutkan studi ke perguruan tinggi, saat kuliah pasien juga tidak sembarangan bergaul, pasien hanya memiliki beberapa teman dekat, pasien juga sempat berpacaran selama 2 tahun dengan kakak kelasnya. 3. Riwayat pendidikan a. SD : diselesaikan dalam waktu 6 tahun dan tamat. Tidak pernah tinggal kelas, prestasi belajar sangat baik b. SMP : diselesaikan dalam waktu 3 tahun dan tamat. Tidak pernah tinggal kelas, prestasi belajar sangat baik. c. SMU : diselesaikan dalam waktu 3 tahun dan tamat. Tidak pernah tinggal kelas, prestasi belajar sangat baik. d. S1 Tehknik Sipil : diselesaikan dalam waktu 4 tahun, dengan prestasi sangat baik. 4. Riwayat pekerjaan Setelah lulus kuliah, pasien tidak bekerja. Pada tahun 2011, pasien bekerja sebanyak dua kali. Yang pertama, bekerja sebagai sales barangan import, namun cuma bertahan selama 2 bulan. Yang kedua, bekerja di bagian admin di sebuah pabrik tekstil namun cuma bertahan selama 3 minggu. 5. Kehidupan beragama Pasien beragama Islam dan taat beribadah. 6. Riwayat kehidupan seksual dan perkawinan Pasien menikah pada tahun 2003 dan bercerai pada tahun 2004, pasien memiliki 1 orang anak dari hasil pernikahannya itu.

E. Riwayat Keluarga

= perempuan Keterangan :

= laki-laki

= sakit

= pasien

Menurut ayah pasien, tidak ada yang menderita gangguan jiwa dalam keluarga mereka selain pasien. Pasien merupakan anak kedelapan dari delapan saudara. Pasien mempunyai seorang anak perempuan yang kini berusia 8 tahun. F. Situasi Kehidupan Sosial Sekarang Pasien tinggal bersama orang tua, anak kandungnya, kakak yang ke 7, kakak ipar dan dua orang keponakan. Mereka tinggal di sebuah rumah yang cukup nyaman, namun pasien merasa keadaan perekonomian keluarganya masih kurang karena mereka hanya mengharapkan dana dari pensiun ayahnya. Pasien tidak begitu dekat dengan tetangga karena pasien selalu merasa dibicarakan oleh orang lain sehingga ia memilih untuk menyendiri. Hubungan pasien dengan anak sangat dekat.

G. Status Mental A. Deskripsi umum 1. Penampilan : Sesuai usia, bersih dan rapi, pasien mengenakan kaos lengan panjang, celana panjang, menggunakan sepatu dan kerudung. Pasien terlihat dapat merawat diri dengan baik. Postur tubuh agak gemuk.

2. Kesadaran

Kesadaran neurologik / sensorium Kesadaran psikiatrik 3. Perilaku dan aktivitas psikomotor Sebelum wawancara

: compos mentis : tampak tak terganggu

: tenang, pasien sedang duduk mengobrol dengan ayahnya.

Selama wawancara

: tenang, pasien dapat menjawab semua pertanyaan dokter muda dengan baik, tidak ada gerakan-gerakan yang tidak wajar dari pasien.

Setelah wawancara

: tenang, pasien memberi salam pada dokter muda, pasien pulang bersama ayahnya.

4. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif 5. Pembicaraan Cara berbicara Gangguan berbicara B. Alam Perasaan (emosi) 1. Suasana perasaan (mood) : eutim 2. Afek / ekspresi afektif a. Arus b. Stabilitas c. Kedalaman d. Skala diferensiasi e. Keserasian f. Pengendalian g. Ekspresi h. Dramatisasi i. Empati : cepat : stabil : dalam : luas : serasi : kuat : wajar : tidak ada : dapat dirabarasakan : spontan, lancar, jelas, cukup keras : tidak ada

C. Gangguan Persepsi a. Halusinasi : Halusinasi auditorik : berupa bisikan suara laki-laki yang tidak dikenal, melarang pasien untuk melakukan sesuatu terutama hal baik seperti shalat, kerja dan lain-lain. b. Ilusi c. Depersonalisasi d. Derealisasi : tidak ada : tidak ada : tidak ada

D. Sensorium dan Kognisi (Fungsi Intelektual) 1. Taraf pendidikan 2. Pengetahuan umum 3. Kecerdasan 4. Konsentrasi 5. Orientasi a. Orientasi waktu : baik (pasien dapat memperkirakan waktu wawancara adalah siang hari) b. Orientasi tempat : baik (pasien menyadari bahwa dirinya sedang berada di Poliklinik RSJ Provinsi Jabar) c. Orientasi orang ke RS) 6. Daya ingat a. Tingkat Jangka panjang : baik (pasien dapat menceritakan kejadian-kejadian yang sudah berlangsung beberapa tahun lalu dan dapat menceritakan awal mula gangguan pada dirinya). Jangka pendek Segera b. Gangguan : baik (pasien dapat mengingat menu makan pada makan pagi) : baik (pasien dapat menyebutkan kembali nama dokter Muda) : tidak ada : baik (pasien dapat mengenal siapa yang mengantarnya : S1 Tehnik Sipil : baik (tahu nama presiden RI) : baik (bisa berhitung) : baik (bisa menjawab semua pertanyaan dengan benar)

7. Pikiran abstrak semangka, jeruk, pisang) 8. Visuospasial 09.00) 9. Bakat kreatif

: baik (pasien dapat mengetahui persamaan melon,

: baik (pasien dapat menggambarkan jam pada pukul

: menggambar : baik (pasien dapat merawat diri dengan baik termasuk makan dan mandi)

10. Kemampuan menolong diri sendiri

E. Proses Pikir 1. Arus pikir a. Produktivitas b. Kontinuitas c. Hendaya berbahasa 2. Isi pikir a. Preokupasi dalam pikiran b. Waham Waham curiga membicarakannya. c. Gagasan rujukan d. Gagasan pengaruh F. Pengendalian impuls : tidak ada : tidak ada : baik (pasien dapat mengendalikan diri dan mengikuti sesi wawancara dengan baik dari awal hingga akhir) G. Daya nilai a. Daya nilai sosial b. Uji daya nilai : baik (pasien menyadari bahwa tindakan memukul ibu, itu merupakan hal yang tidak baik) : baik (pasien memiliki inisiatif untuk menolong pasien lain yang terjatuh saat berjalan) : tidak ada : : pasien merasa orang-orang disekitarnya selalu : kaya ide : baik : tidak ada

c. Daya nilai realitas

: terganggu (terdapat waham curiga dan halusinasi auditorik)

H. Tilikan Derajat 6 (pasien sadar bahwa dirinya sakit, dapat menerapkan pengetahuannya dalam mengatasi penyakitnya). I. Reliabilitas Dapat dipercaya (baik) H. Pemeriksaan Fisik Status internus Keadaan umum Kesadaran Tensi Nadi Suhu badan Frekuensi pernafasan : baik : compos mentis : 110/70 mmHg : 80 x/menit : 36.2oC : 24 x/menit

Tinggi badan dan berat badan : 160 cm / 65 Kg Kepala Mata : Normocephali : Pupil bulat, isokor, refleks cahaya langsung +/+ Telinga Hidung Tenggorokan Thoraks : Normotia, sekret -/-, serumen -/-. : Bentuk normal, sekret -/-. : Faring tidak hiperemis. : Cor : S1S2 Reguler, Murmur -/-, Gallop -/Pulmo : SN Vesikuler, rh -/-, wh -/Abdomen : Datar, supel, nyeri tekan (-), H/L tidak teraba membesar Ekstremitas : Akral hangat

Status Neurologis Tanda Rangsang Meningeal : tidak ada Refleks Fisiologis Refleks Patologis : normal : tidak ada

I. Pemeriksaan penunjang Laboratorium : Darah rutin, SGOT, SGPT, Faal Ginjal

VI. Ikhtisar Penemuan Bermakna Seorang pasien perempuan berusia 34 tahun, datang ke poliklinik RSJ Provinsi Jawa Barat dengan keluhan mendengar bisikan-bisikan yang melarangnya dari melakukan sesuatu. Pada tahun 2003, pasien menikah dengan pacarnya. Pada bulan pertama pasien hamil. Pasien menjadi lebih emosional (iritabel), dan jika marah pasien langsung merusak alatalat rumah tangga seperti TV, meja, kaca dan lain-lain (perilaku kacau). Menurut pasien, dia marah-marah karena mendengar bisikan-bisikan yang menyuruhnya untuk merusak barang disekitarnya (halusinasi auditorik). Suami pasien tidak tahan dengan sifat pasien, menjadi tidak sabar sehingga ia mencekik, memukul dan menendang pasien. Kejadian itu membuat hubungan pernikahan mereka tidak bisa dipertahankan lagi, sehingga mereka bercerai. Setelah diceraikan, pasien merasa sangat malu dengan tetangga dan keluarganya. Pasien juga merasa bahwa keluarga dan tetangganya selalu membicarakan dan mengejeknya (waham curiga), selain itu pasien juga mendengar bisikan-bisikan suara laki-laki yang menghinanya dan mengatakan bahwa orang-orang disekitarnya membencinya (halusinasi auditorik). Pada tahun 2004, ketika sudah di Bandung kondisi pasien semakin memburuk, pasien tampak putus asa, suka melamun, nafsu makan berkurang, sulit tidur dan pernah mengatakan bahwa ia ingin mati saja (ide suicide). Pasien juga masih mendengar bisikan suara laki-laki yang tidak dikenalnya yang selalu mencegahnya saat ia ingin berbuat baik(halusinasi auditorik). Pasien tidak dapat melawan suara-suara bisikan itu dan ia

menuruti suara bisikan itu. Pasien juga masih sering curiga dengan orang disekitarnya, jika ada orang yang melihatnya, ia merasa orang-orang itu sedang membicarakannya dan membencinya (waham curiga). Karena kondisinya yang semakin memburuk, ayah pasien membawanya berobat ke RSJ Provinsi Jawa Barat. Pasien kontrol teratur dan minum obat teratur sampai sekarang. Kondisi pasien semakin membaik, nafsu makan baik, bisa tidur nyenyak, tidak mudah marah-marah. Pasien masih mendengar bisikan-bisikan tapi dia sudah bisa melawannya. Sekarang pasien merasa tidak tenang karena akhir-akhir ini pasien sering ditelepon mantan suaminya, karena mantan suaminya ingin bertemu dengan anaknya, hal ini membuat pasien takut, dia berpikir bahwa suaminya masih membencinya. Terdapat gangguan persepsi yaitu halusinasi auditorik : berupa bisikan suara laki-laki yang tidak dikenal, melarang pasien untuk melakukan sesuatu terutama hal baik seperti shalat, kerja dan lain-lain. Pada isi pikir terdapat waham curiga di mana pasien merasa orang-orang disekitarnya selalu membicarakannya. Tilikan pasien adalah derajat 6 (pasien sadar bahwa dirinya sakit, dapat menerapkan pengetahuannya dalam mengatasi penyakitnya). VII. Formulasi Diagnostik Aksis I : Gangguan klinis dan kondisi klinis yang menjadi fokus perhatian klinis Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini dapat digolongkan ke dalam : 1. Bukan Gangguan Mental Organik , karena: Tidak terdapat adanya gangguan kesadaran neurologik Tidak terdapat adanya gangguan fungsi kognitif (orientasi dan memori) Berdasarkan anamnesis riwayat penyakit medis, pasien tidak pernah mengalami trauma kepala atau penyakit lainnya yang secara fisiologis dapat menimbulkan disfungsi otak sebelum menunjukkan gejala gangguan jiwa. Oleh karena itu, gangguan mental organik (GMO) dapat disingkirkan (DSM IV-TR) 2. Gangguan kejiwaan ini bukan akibat dari penggunaan zat psikoaktif. Selain itu, dalam riwayat keluarga pasien sudah memiliki riwayat gangguan jiwa yaitu dari pihak keluarga besar ayah dan ibu. 3. Gangguan psikotik, karena adanya hendaya berat dalam menilai realitas yang dibuktikan dengan adanya : Waham : curiga

Halusinasi

: riwayat halusinasi auditorik

4. Psikosis fungsional karena ; Tidak ada penurunan kesadaran neurologis Tidak ada faktor organik spesifik yang dinilai memiliki hubungan etiologi terhadap gangguan tersebut Fungsi kognitif / intelektual tidak terganggu.

Sesuai dengan kriteria diagnostik skizofrenia Paranoid (F20.0) karena : Memenuhi kriteria umum skizofrenia Halusinasi auditorik dan waham curiga menonjol

Berdasarkan PPDGJ III sesuai dengan diagnosis F20.0 : Skizofrenia Paranoid Aksis II : Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental Tidak ada diagnosis Aksis III : Kondisi Medis Umum Tidak ada

Aksis IV : Problem Psikososial dan Lingkungan Masalah pernikahannya Masalah keluarga (kakaknya) Masalah ekonomi Aksis V : Penilaian Fungsi Secara Global Skala GAF pada saat dievaluasi : 70-61 (Beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik) VIII. Evaluasi multiaksial Aksis I Aksis II Aksis III : F.20.0 skizofrenia paranoid : tidak ada diagnosis : tidak ditemukan

Aksis IV Aksis V IX. Prognosis

: masalah keluarga, masalah pernikahan, masalah ekonomi. : skala GAF 70-61

Faktor-faktor yang mendukung ke arah prognosis baik: o Pasien sudah patuh minum obat o Hubungan dengan keluarga baik (pasien diperhatikan dan didukung) o Subtipe paranoid kecenderungan untuk bunuh diri lebih kecil dari tipe hebefrenik o Pasien sadar bahwa dirinya sakit dan mau berobat o Ada faktor pencetus yang jelas

Faktor-faktor yang mendukung ke arah prognosis buruk: o Bercerai o Awitan muda

Kesimpulan prognosis: i. ii. iii. Ad vitam Ad fungsionam Ad sanationam : bonam : dubia ad bonam : dubia ad malam

X. Daftar problem Organobiologik Psikologik / psikiatrik Sosial / keluarga : tidak ada : waham, halusinasi : masalah dengan mantan suaminya, masalah dengan

kakaknya, masalah ekonomi keluarga. XI. Penatalaksanaan 1. Psikofarmaka Risperidon 2x2 mg Alasan:

Efek Terapi: Merupakan anti psikosis dengan efek estrapiramidal ringan. Mempunyai efek anti kolinergik kuat. Dosis: Diberikan sesuai dosis anti-psikotik, yaitu 2x2 mg Triheksiphenidil 2x2 mg Alasan : Efek Terapi : Diberikan Triheksiphenidil untuk mencegah efek samping dari obat antipsikosisnya (seperti Parkinson, akatisia, diskinesia). Antikolinergik, mencegah munculnya efek samping extrapiramidal akibat pemakaian anti psikosis high potensial Dosis : Diberikan sesuai dosis anti-psikotik yaitu 2x2mg

2. Psikoterapi Membantu membuka pola pikir pasien untuk dapat mencari cara dalam mengatasi gejala kejiwaannya. 3. Terapi keluarga Keluarga pasien diberi bimbingan agar berperan aktif dalam proses penatalaksanaan pasien. Keluarga dibimbing untuk selalu mengingatkan pasien untuk teratur meminum obat dan senantiasa memberikan dukungan pada pasien.

Anda mungkin juga menyukai