Anda di halaman 1dari 10

Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik.

Tanah sangat penting peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar. Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernafas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak. Ilmu yang mempelajari berbagai aspek mengenai tanah dikenal sebagai ilmu tanah. Komposisi tanah berbeda-beda pada satu lokasi dengan lokasi yang lain. Air dan udara merupakan bagian dari tanah. Oleh karena itu sangatlah penting untuk mempelajari ilmu tanah dan cara untuk melestarikannya. DASAR ILMU TANAH widerfuture widerfuture Karakteristik tanah diantaranya yaitu 1. Angka Pori Angka pori menunjukkan seberapa besar ruang kosong yang disebut pori-pori tanah terhadap ruang padat. Pori-pori inilah yang nanti akan terisi air atau butiran tanah yang lebih kecil. Nilai ini merupakan perbandingan antara volume pori (VV) dan volume butiran padat (VS ) yang disebut angka pori (e).

2. Porositas didefinisikan sebagai perbandingan volume pori dan volume tanah total. Porositas (n) ini menunjukkan seberapa besar volume pori yang ada yang dapat diukur dalam prosentase.

Porositas ( ) adalah perbandingan volume rongga-rongga pori terhadap volume total seluruh batuan. Perbandingan ini biasanya dinyatakan dalam persen[5]: = volume keseluruhan batuan volume pori pori x 100 % Pori merupakan ruang di dalam batuan yang selalu terisi oleh fluida, seperti air tawar/asin, udara atau gas bumi. Porositas efektif yaitu apabila bagian rongga pori-pori di dalam batuan berhubungan. Porositas efektif biasanya lebih kecil daripada rongga pori-pori total yang biasanya berkisar dari 10% sampai 15%. Porositas efektif dinyatakan sebagai berikut [5]: volumekeseluruhna batuan volumepori poribersambunagn e x100 % Ada dua jenis porositas yaitu porositas primer dan porositas sekunder. Porositas primer merupakan porositas yang terjadi bersamaan batuan menjadi sedimen, sedangkan porositas sekunder merupakan porositas yang terjadi sesudah batuan menjadi sedimen bisa berupa larutan ( dissolution) 3. Kadar Air Kadar air atau water content (w) didefinisikan sebagai perbandingan antara berat air dan berat butiran padat dari volume tanah yang diselidiki. Pemeriksaan kadar air dapat dilakukan dengan pengujian soil test di laboratorium, begitu juga untuk mengukur angka pori, porositas, derajat kejenuhan dan berat jenis tanah.

4. Derajat Kejenuhan

Derajat kejenuhan (S) adalah perbandingan antara perbandingan volume air dengan volume pori atau dapat dirumuskan,

5. Berat Jenis Tanah Basah Berat jenis tanah basah adalah nilai dari perbandingan berat tanah per satuan volume. Atau dapat dinyatakan dalam berat butiran padat, kadar air, dan volume total.

6. Berat Jenis Tanah Kering Berat jenis tanah kering merupakan perbandingan berat kering per satuan volume tanah. Besaran yang didapat dari soil test ini diukur dalam keadaan kering, dapat dirumuskan sebagai berikut :

Sistem Klasifikasi Tanah (Unified Soil Classification System) adalah suatu sistem klasifikasi tanah yang dipakai dalam disiplin ilmu Keteknikan dan Geologi untuk mendiskripsi tekstur dan ukuran butir tanah. Sistem klasifikasi dapat diterapkan untuk semua material yang tidak terkonsolidasi, dan diwakili dengan simbol huruf, yaitu sebagai berikut:

Pembagian Zona Kerentanan Gerakan Tanah Zona kerentanan gerakan tanah dapat dibagi sebanyak banyaknya menjadi 4 (empat) yaitu : 1) Zona kerentanan gerakan tanah tinggi merupakan daerah yang secara umum mempunyai kerentanan tinggi untuk terjadi gerakan tanah. Gerakan tanah berukuran besar sampai sangat kecil telah sering terjadi dan akan cenderung sering terjadi 2) Zona kerentanan gerakan tanah menengah merupakan daerah yang secara umum mempunyai kerentanan menengah untuk terjadi gerakan tanah. Gerakan tanah besar maupun kecil dapat terjadi terutama di daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing pemotongan jalan dan pada lereng yang mengalami gangguan. Gerakan tanah masih mungkin dapat aktif kembali terutama oleh curah hujan yang tinggi.

3) Zona kerentanan gerakan tanah rendah merupaka daerah yang secara umum terjadi gerakan tanah. Pada zona ini gerakan tanah umumnya jarang terjadi kecuali jika mengalami gangguan pada lerengnya. 4) Zona kerentanan gerakan tanah sangat rendah, merupakan daerah yang mempunyai kerentanan sangat rendah untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini sangat jarang atau hampir tidak pernah terjadi gerakan tanah. Tidak diketemukan adanya gekala-gejala gerakan tanah lama atau baru kecuali pada daerah sekitar tebing sungai. Umumnya merupakan daerah datar sampai landai dan tidak dibentuk oleh onggokan material gerakan tanah maupun lempung mengembang.

Tanah adalah material lepas yang terdiri dari fragmen-fragmen batuan, pasir, lanau, lempung, air, gas dan bahan organic. Salah satu jenis Tanah kohesif didefinisikan sebagai kumpulan dari partikel mineral yang mempunyai sensitifitas tinggi terhadap perubahan kadar air sehingga perilaku tanah sangat tergantung pada komposisi mineral, unsur-unsur kimia, texture dan partikel serta pengaruh lingkungan di sekitarnya. Pengetahuan mengenai mineral tanah sangat diperlukan untuk memahami perilaku tanah. Dari segi mineral, yang disebut tanah lempung dan mineral lempung adalah yang mempunyai partikel-partikel tertentu yang apabila dicampurkan dengan air akan menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah. Partikel-partikel dari mineral lempung umumnya berukuran koloid yaitu merupakan gugusan kristal berukuran mikro yang merupakan hasil proses pelapukan mineral dan batuan induknya. Mineral lempung terdiri dari dua lempeng kristal pembentuk kristal dasar yaitu Silikat Tetrahedral dan Alumunium Oktaheral. Mineral lempung yang telah diidentifikasi sudah banyak jumlahnya, namun hanya sebagian kecil yang dibahas dalam persoalan geoteknik. II - 7 Tanah lempung ekspansif merupakan tanah yang memiliki tingkat sensifitas tinggi terhadap perubahan kadar air dengan memperlihatkan perubahan volume yang cukup besar dan penurunan shear strenght. Berdasarkan dari mineral pemnbentukannya, tanah lempung dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu tanah lempung ekspansif dan tanah lempung yang non ekspansif. Tanah lempung ekspansif adalah tanah yang tersusun dari mineral lempung yang mengandung mineral montmorrilonite yang mempunyai sifat kembang susut yang tinggi jika perubahan kadar air, sehingga banyak terjadi kerusakan jalan pada jalan yang melewati tanah ekspansif akibat dari proses kembang susut yang berulang setiap perubahan musim kemarau ke musim penghujan atau sebaliknya. Longsoran terjadi karena adanya gerakan tanah. Gerakan tanah adalah suatu proses perpindahan massa tanah/batuan dengan arah tegak, mendatar atau miring dari kedudukan semula, karena pengaruh gravitasi, arus air dan beban luar. Dalam pengertian ini tidak termasuk erosi, aliran lahar, amblesan, penurunan tanah karena konsolidasi, dan pengembangan. Dalam klasifikasi menurut Highway Research Board 1958 dan 1978 gerakan tanah dikelompokkan menjadi enam, yaitu runtuhan, jungkiran, longsoran, penyebaran lateral, aliran dan majemuk (gabungan). Klasifikasi gerakan tanah dapat dilihat pada tabel 2.10.

Longsoran adalah setiap massa tanah yang terletak di bawah permukaan tanah yang miring atau di bawah sisi miring dan suatu galian terbuka memiliki kecenderungan bergerak ke arah bawah dan ke arah luar karena pengaruh gravitasi dan rembesan (seepage). Jenis gerakan yang terjadi ada dua, yaitu gerakan berbentuk rotasi dan translasi. Longsoran rotasi adalah longsoran yang mempunyai bentuk bidang longsor : setengah lingkaran, log spiral, hiperbola, atau bentuk lengkung tidal teratur lainnya. Longsoran translasi umumnya ditentukan oleh bidang lemah seperti sesar, kekar perlapisan dan adanya perbedaan kuat geser antar lapisan atau bidang kontak antara batuan dasar dengan bahan rombakan di atasnya. II - 24 Daerah berpotensi longsor adalah daerah di mana kondisi terrain dan geologinya tidak menguntungkan. Daerah ini sangat peka terhadap gangguan luar baik yang bersifat alami maupun aktivitas manusia yang merupakan faktor pemicu gerakan tanah. Longsoran setempat adalah longsoran lokal yang tidak meliputi daerah luas dan pada umumnya sederhana. Longsoran yang meliputi daerah yang luas adalah longsoran yang tidak sederhana dan meliputi daerah yang luas dan atau menyangkut daerah kehutanan, pertanian, permukiman, pengairan, jalan serta sarana dan prasarana lainnya. Longsoran pada umumnya terjadi pada sudut lereng 15 70 %, karena pada tempat tersebut sering ditempati batuan lempung dan bahan rombakan lain yang mudah longsor. Reliefrelief kecil seperti jalan raya, jalan kereta api, tebing penggalian batu, tebing saluran perlu dicatat karena dapat mengundang terjadinya longsoran. Tanah yang longsor dapat merupakan tanah timbunan, tanah yang diendapkan secara alami, atau kombinasi keduanya. Tabel 2.10. Klasifikasi Gerakan Tanah (sumber : SKBI 2.3.06. 1987)

Evaluasi dan Analisa Kemantapan Lereng

Data dari penyelidikan penyelidikan di atas dievaluasi. Hasil evaluasi itu kemudian digunakan sebagai input dalam analisa dan desain penanggulangan longsoran. Dari hasil penyelidikan terinci dapat ditentukan tipe longsoran dengan tepat. Terdapat beberapa tipe longsoran yang sering terjadi diantaranya : o Kelongsoran rotasi ( rotational slip ) o Kelongsoran translasi ( translational slip ) o Kelongsoran gabungan ( compound slip )

Gambar 2.5. Tipe Tipe Longsoran (sumber : SKBI 2.3.06. 1987) Kelongsoran rotasi, bentuk permukaan runtuh pada potongannya dapat berupa busur lingkaran dan kurva bukan lingkaran. Bentuk busur lingkaran biasanya terjadi pada tanah homogen, sedangkan bentuk kurva bukan lingkaran terjadi pada tanah yang tidak homogen. Kelongsoran translasi dan kelongsoran gabungan terjadi bila bentuk permukaan runtuh dipengaruhi oleh adanya kekuatan geser yang berbeda pada lapisan tanah yang berbatasan. Air permukaan mengakibatkan berkurangnya kuat geser tanah terutama bila terbendung di daerah longsoran. Pola aliran dapat dianalisis dari peta topografi dan foto udara. Air permukaan sangat tergantung dari : Volume air permukaan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut : o Intensitas curah hujan o Keadaan topografi o Keadaan vegetasi o Permeabilitas tanah permukaan. o Mata air. Volume air permukaan didapat dari besarnya limpasan (run off), sedangkan besarnya limpasan merupakan selisih dari besarnya curah hujan dengan peresapan air ke tanah. Air Tanah Kondisi air tanah yang mempengaruhi kemantapan lereng dapat dievaluasi dari hasil pengamatan sumur uji, lubang bor dan pisometer. Dengan mengetahui kondisi air tanah daerah longsoran dapat diklasifikasikan dalam 3 golongan :

Klasifikasi 1 adalah longsoran yang dipengaruhi oleh air permukaan yang merembes menjadi air tanah. Klasifikasi II adalah longsoran yang dipengaruhi oleh kombinasi antara air tanah bebas, air tanah sementara dan air tanah artesis. Klasifikasi III adalah longsoran yang hanya dipengaruhi oleh air tanah artesis. Perubahan Struktur Tanah Lempung dan Lanau Akibat Proses Psikokimia Kehilangan kekuatan geser tanah lanau dan lempung disebabkan akibat penyerapan air dan kembang susut tanah, serta akibat pertukaran ion di mana ion bebas dalam mineral lempung digantikan ion mineral lain. Seringkali kedua faktor tersebut saling bekerja sama dan mempercepat proses. Misalnya tanah lempung yang menyerap air garam, air tersebut menyebabkan lempung menjadi lunak yang lambat laun akan mereduksi kekuatannya dan ion garam dapat menggantikan ion bebas mineral lempung sehingga susunan ion lempung berubah yang otomatis mempengaruhi pula kekuatannya. II - 43 j. Pengaruh Air Dalam Tanah Keberadaan air dapat dikatakan sebagai faktor dominan penyebab terjadinya kelongsoran, karena hampir sebagian besar kasus kelongsoran melibatkan air di dalamnya. Tekanan air pori memiliki nilai besar sebagai tenaga pendorong terjadinya kelongsoran, semakin besar tekanan air semakin besar tenaga pendorong. Penyerapan maupun konsentrasi air dalam lapisan tanah kohesif dapat melunakkan lapisan tanah tersebut yang pada akhirnya mereduksi nilal kohesi dan sudut geser dalam sehingga kekuatan gesernya berkurang. Aliran air dapat menyebabkan erosi yaitu pengikisan lapisan oleh aliran air, sehingga keseimbangan lereng menjadi terganggu.
Bab 2

PROPERTIES TANAH Tanah merupakan dasar sebuah konstruksi yang berperan sebagai pendukung pondasi pada sebuah kontruksi bangunan. Dalam hal ini diperlukannya tanah dalam kondisi kuat menahan beban di atasnya dan menyebarkannya merata. Dengan fungsi utama tersebut diperlukan suatu rekayasa perkuatan terhadap kondisi tanah yang ada, sehingga dihasilkan suatu nilai lebih baik secara kekuatan maupun struktural untuk meninjau stabilitasnya terhadap pembebanan. Adapun pengukuran parameter tanah dapat dilakukan pengujian laboratorium melalui pengukuran-pengukuran mekanika tanah. Hasil dari nilai propertis tanah itulah yang menjadi masukan untuk pengukuran dan analisa selanjutnya. Porositas Porositas didefinisikan sebagai perbandingan volume pori dan volume tanah total. Porositas (n) ini menunjukkan seberapa besar volume pori yang ada yang dapat diukur dalam prosentase.

Derajat Kejenuhan Derajat kejenuhan (S) adalah perbandingan antara perbandingan volume air

dengan volume pori atau dapat dirumuskan,

Faktor-faktor penyebab kelongsoran secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu akibat pengaruh luar (external effect) dan akibat pengaruh dalam (internal effect). Penjelasan mengenai dua hal tersebut dipaparkan sebagai berikut : a. Gangguan luar, yang meliputi : 1. Getaran yang ditimbulkan gempa bumi, peledakan, kereta api, dan lain-lain. 2. Pembebanan tambahan, terutama disebabkan aktifitas manusia misalnya adanya bangunan atau timbunan di atas tebing. 3. Hilangnya penahan lateral, yang dapat disebabkan oleh pengikisan (erosi sungai, pantai) atau penggalian. 4. Hilangnya tumbuhan penutup yang dapat menimbulkan alur pada beberapa daerah tertentu yang akan mengakibatkan erosi dan akhirnya akan terjadi longsoran. 5. Iklim, beberapa jenis tanah mengembang pada saat musim hujan dan menyusut pada musim kemarau. Pada musim hujan, kuat geser tanah ini menjadi sangat rendah dibandingkan dengan pada saat musim kemarau. Oleh karena itu kuat geser yang dipakai dalam analisis stabilitas lereng harus didasarkan pada kuat geser tanah dimusim hujan atau kuat geser tanah pada saat tanah jenuh. 21 6. Penataan lahan yang kurang tepat seperti pembukaan areal pemukiman tanpa memperhitungkan kondisi struktur tanah dan kurang memperhatikan lingkungan. Hal ini berlangsung dalam kurun waktu yang lama dapat menyebabkan terjadinya gerakan tanah terutama pada daerah yang mempunyai kemiringan tinggi. b. Gangguan dalam, yang meliputi : 1. Naiknya berat massa tanah batuan, masuknya air ke dalam tanah menyebabkan terisinya rongga antar butir sehingga massa tanah bertambah. 2. Larutnya bahan pengikat butir yang membentuk batuan oleh air, misalnya perekat dalam batu pasir yang dilarutkan air sehingga ikatannya hilang. 3. Naiknya muka air tanah, muka air dapat naik karena rembesan yang masuk pada pori antar butir tanah yang menyebabkan tekanan air pori naik sehingga kekuatan gesernya turun. 4. Pengembangan tanah, rembesan air dapat menyebabkan tanah mengembang terutama untuk tanah lempung. 5. Pengaruh Geologi Proses geologi dalam pembentukan lapisan-lapisan kulit bumi dengan cara pengendapan sedimen ternyata memungkinkan terbentuknya suatu lapisan yang potensial mengalami kelongsoran. 6. Pengaruh Morfologi Variasi bentuk permukaan bumi yang meliputi daerah pegunungan dan lembah dengan sudut kemiringan permukaannya yang cenderung besar, maupun daerah dataran rendah yang permukaannya cenderung datar, ternyata memiliki peranan penting dalam menentukan kestabilan daerah tersebut sehubungan dengan kasus kelongsoran. Secara logis daerah dengan kemiringan besar lebih potensial mengalami kelongsoran dibanding daerah datar, sehingga kasus kelongsoran seringkali ditemui di daerah gunung atau perbukitan, dan pada pekerjaan galian atau timbunan yang memiliki sudut kemiringan besar. Kestabilan lereng terganggu akibat lereng yang terlalu terjal, perlemahan pada kaki lereng dan tekanan beban

yang berlebihan di kepala lereng. Hal tersebut bisa terjadi karena erosi pada kaki lereng dan kegiatan penimbunan atau pemotongan lereng yang dilakukan manusia. 22 7. Pengaruh Proses Fisika Perubahan temperatur, fluktuasi muka air tanah musiman, gaya gravitasi dan relaksasi tegangan sejajar permukaan, ditambah dengan proses oksidasi dan dekomposisi akan mengakibatkan suatu lapisan tanah kohesif lambat laun tereduksi kekuatan gesernya terutama nilai kohesi(c) dan sudut geser dalamnya(). 8. Pengaruh Air Dalam Tanah Keberadaan air dapat dikaitkan sebagai faktor dominan penyebab terjadinya kelongsoran, karena hampir sebagian besar kasus kelongsoran melibatkan air di dalamnya. a. Tekanan air pori memiliki nilai besar sebagai tenaga pendorong terjadinya kelongsoran, semakin besar air pori semakin besar pula tenaga pendorong. b. Penyerapan maupun konsentrasi air dalam lapisan tanah kohesif dapat melunakkan lapisan tanah tersebut yang pada akhirnya mereduksi nilai kohesi dan sudut geser dalam sehingga kekuatan gesernya berkurang. Aliran air juga dapat menyebabkan erosi yaitu pengikisan lapisan oleh aliran air sehingga keseimbangan lereng menjadi terganggu. Secara lebih umum, faktor-faktor yang menyebabkan ketidakstabilan lereng dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Faktor-faktor yang menyebabkan naiknya tegangan. Meliputi naiknya berat unit tanah karena pembasahan, adanya tambahan beban eksternal misalnya bangunan, bertambahnya kecuraman lereng karena erosi alami atau karena penggalian, dan bekerjanya beban goncangan. 2. Faktor-faktor yang menyebabkan turunnya kekuatan. Penurunan atau kehilangan kekuatan dapat terjadi karena adanya absorbsi air, kenaikan tekanan pori, beban goncangan atau beban berulang, pengaruh pembekuan dan pencairan, hilangnya sementasi material, proses pelapukan, hilangnya kekuatan karena regangan berlebihan pada lempung sensitif. (I.S Dunn, L.R Anderson, dan F.W Kiefer, Dasar-dasar Analisis Geoteknik) Tipe keruntuhan lereng yang paling penting ditunjukkan pada Gambar 2.6. Dalam kelongsoran rotasi (rotational slip) bentuk permukaan runtuh pada potongannya dapat berupa busur lingkaran atau kurva bukan lingkaran. Pada umumnya, kelongsoran lingkaran berhubungan dengan kondisi tanah yang homogen dan longsoran bukan lingkaran berhubungan dengan kondisi tidak homogen. Kelongsoran translasi 23 (translational slip) dan kelongsoran gabungan (compound slip) terjadi bila bentuk permukaan runtuh dipengaruhi oleh adanya kekuatan geser yang berbeda pada lapisan tanah yang berbatasan. (R.F.Craig, Mekanika Tanah )

Gambar 2.6 Tipe-tipe keruntuhan lereng Bab II

Anda mungkin juga menyukai