Anda di halaman 1dari 3

BAB III PEMBAHASAN Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik dan ditunjang oleh

pmkemeriksaan laboratorium. Dari anamnesis didapatkan adanya demam yang berlangsung selama 10 hari, berlangsung terus menerus, dengan suhu turun naik, cenderung tinggi di malam hari, dan turun di pagi hari. Pasien belum BAB sejak mulai panas 3 hari SMRS. Pasien datang ke rumah sakit karena pada hari ketiga demam pasien mengalami kejang. Dari pemeriksaan fisik didapatkan peristaltic (+), hepar tak teraba. Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan adanya uji widal Ty H 1/80 dan Ty O 1/320. Adanya gejala demam selama 3 hari mengarahkan diagnosis kepada penyakit-penyakit dengan demam seperti influenza, malaria, tuberculosis, dengue, demam tifoid, ISK. Pasien tidak memiliki riwayat bepergian ke daerah endemis malaria, serta pola demam yang tidak intermitten bias membantu mengeliminasi dugaan penyakit malaria. Pasien tidak bepergian ke daerah endemis dengue, tidak ada tanda-tanda perdarahan minimal, tidak ada petekie, RL tes (-), dapat membantu mengeliminasi dugaan dengue. Pasien juga tidak mengalami kesulitan dalam miksi, BAK normal, pasien tidak rewel saat BAK dapat membantu mengeliminasi dugaan ISK. Pasien tidak memiliki riwayat kontak dengan penderita TB dan pasien tidak mengalami batuk berdahak > 2 minggu. Pasien tidak ikterik pada sclera dan

membrane mukosa, seperti pada penyakit hepatitis. Pemeriksaan SGOT SGPT menunjukkan angka normal. Pola demam dengan suhu naik di sore dan malam hari, dan turun di pagi hari merupakan pola yang biasanya ada pada demam tifoid. Obstipasi yang terjadi pada pasien menunjukkan adanya gangguan gastrointestinal. Penegakan diagnosis didukung oleh uji serologis widal dengan hasil titer agglutinin H 1/80 dan titer agglutinin O 1/320 membantu penegakan diagnosis demam tifoid. Rencana pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis pasti demam tifoid adalah dengan melakukan kultur dari specimen darah (minggu pertama demam), specimen feses (minggu kedua demam), atau specimen urin (minggu ketiga demam). Faktor resiko untuk menderita demam tifoid pada pasien ini berupa ibu yang sering memberi makan dengan tangan sambil berjualan, saat ibu menerima uang dari pelanggan ibu tidak mencuci tangan terlebih dahulu pada saat akan menyuapi si anak yang memungkinkan makanan terkontaminasi S.thypi. Terapi pada pasien ini meliputi: a. Terapi Kausatif Cefotaxime iv 3 x 325 mg b. Terapi Suportif Luminal 2 x 25 mg, Gerdilium drop 3 x 0,8 ml, Paracetamol 3 x 1 cth, Ambroxol Hcl 3 x 1 ml c. Terapi dietika

Pertama-tama diberikan bubur saring yang kemudian diganti dengan bubur kasar, dapat juga diberikan makanan rendah serat sehingga mudah dicerna dan juga susu. d. Edukasi Edukasi kepada pasien dan keluarga untuk memperhatikan pola, kualitas, dan kuantitas makanan, menjaga self hygiene seperti mencuci tangan sebelum makan dan memasak, menjaga kebersihan makanan dan minuman. Selama perawatan di pusat pelayanan kesehatan, pengunjung dibatasi untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomialhvuhycyuc

Anda mungkin juga menyukai