Anda di halaman 1dari 16

III.

DINAMIKA FLUIDA

A. Pendahaluan 1. Latar Belakang Dalam praktikum ini, kita menggunakan fuida yang berupa zat cair. Dalam bidang pertanian, air itu memiliki peranan yang sangat penting contohnya untuk pengairan, membantu dalam proses fotosintesis tumbuhan. 2. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum Dinamika Fluida ini adalah : a. Menghitung besar debit saluran dengan pendekatan laju aliran dan luas penampang. b. Mengetahui besarnya faktor koreksi / corection faktor (Cf) dari sistem pengukuran yang digunakan. 3. Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum Dinamika Fluida ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 27 Oktober 2010 pukul 15.00 17.00 bertempat di Laboratorium Rekayasa Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. B. Tinjauan Pustaka Fluida adalah gugusan molekul yang jarak pisahnya besar untuk gas dan kecil untuk zat cair. Jarak anatarmolekul itu sangat besar jika dibandingkan dengan garis tengah molekul itu. Molekul-molekul itu tidak terikat pada suatu kisi, melainkan saling bergerak bebas terhadap satu sama lain. (White, 1988) Fluida disebut juga zat alir adalah zat yang dapat mengalir. Bentuknya dapat berupa zat cair atau gas. Berbeda dengan partikel yang merupakan zat yang tidak dapat mengalir, zat alir memiliki sifat mekanika seperti halnya partikel, hanya saja untuk alasan praktis ditampilkan

berbeda dengan mekanika partikel. Misalnya, besaran massa (pada mekanika partikel) diubah menjadi massa jenis (pada mekanika fluida). (Jati, 2007) Perpindahan panas didominasi oleh konveksi dan konduksi dari fluida panas ke fluida dingin, dimana keduanya dipisahkan oleh dinding. Perpindahan panas secara konveksi sangat dipengaruhi oleh bentuk geometri heat exchanger dan tiga bilangan tak berdimensi, yaitu bilangan Reynold, bilangan Nusselt dan bilangan Prandtl fluida. Besar ketiga bilangan tak berdimensi tersebut tergantung pada kecepatan aliran serta properti fluida yang meliputi massa jenis, viskositas absolut, panas jenis dan konduktivitas panas. (Handoyo, 2000) Dinamika fluida adalah subdisiplin dari mekanika fluida yang mempelajari fluida bergerak. Fluida terutama cairan dan gas. Penyelsaian dari masalah dinamika fluida biasanya melibatkan perhitungan banyak properti dari fluida, seperti kecepatan, tekanan, kepadatan, dan suhu, sebagai fungsi ruang dan waktu. Disiplin ini memiliki beberapa subdisiplin termasuk aerodinamika (penelitian gas) dan hidrodinamika (penelitian cairan). (Anonim1, 2010) Kalor jenis (c) = banyaknya kalor (Q) yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu (T) satu satuan massa (m) benda sebesar satu derajat. Secara matematis, kalor jenis dinyatakan melalui persamaan di bawah : Keterangan : c = kalor jenis Q = kalor (J) m = massa benda (Kg) T = perubahan suhu = suhu akhir (T2) suhu awal (T1). (K/Kelvin) (Maziyyah, 2007)

C. Alat, Bahan dan Cara Kerja 1. Alat a. Satu set pompa air beserta selangnya b. Model selokan yang dimodifikasi. c. Penampung d. Alat ukur : panjang, volume waktu e. Pelampung f. Beban 2. Bahan : Air 3. Cara Kerja a. Mengukur besarnya debit actual (Qa) a.1 Menyusun peralatan dan bahan sesuai dengan susunan percobaan, pastikan bahwa unit percobaan siap dioperasikan. PA S P Gambar 4.1 Susunan Percobaan Dinamika Fluida a.2 Menghitung debit pompa dengan menampung air dari pompa ke dalam ember sampai volume 8 liter (8 dm2) pada waktu tertentu. a.3 Mengikur debit pompa (Qa) yaitu dengan membagi antara volume (V) dalam ember dengan lama waktu pengisian (t). Qa disebut juga debit output saluran. b. Mengukur besarnya debit terukur/saluran (Qu). S = Saluran Model

PA = Pompa Air P = Penampung

b.1 Menyusun peralatan sesuai dengan percobaan debit terukur. b.2 Mengukur volume dengan memasukan pelampung dalam waktu air, mencatat jarak dan waktu tempuh pelampung tiap satu satuan waktu. b.3 Mengukur besar debit saluran (Qu) yaitu dengan mengalikan luas penampang tiap satu satuan waktu. b.4 Mengulang percobaan sebanyak empat kali untuk mendapatkan hasil yang lebih valid dengan memvariasikan debit kedalalam dan jenis pelampung. D. Hasil dan Analisis Hasil Percobaan 1. Hasil Percobaan Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Debit Actual (Qa)
No. 1. 2. 3. Volume (dm3) 8 8 8 Waktu (dt) 46,91 49,35 49,55 Qa ( dm3/dt ) 0,171 0,162 0,161 Qa rata-rata = 0,165

Sumber : Laporan Sementara

Tabel 3.2 Hasil Pengukuran Debit Saluran (Qu) No Pelampung Waktu v A h 2 (s) (dm/s) (dm ) (dm) Tanpa 13,16 0,380 0,91 0,65 beban 13,35 0,375 1 12,54 0,399 15,46 13,24 11,22 13,03 12,23 12,41 0,323 0,378 0,446 0,384 0,409 0,403 1,05 0,75 Qu (dm3/s) 0,346 0,341 0,363 0,339 0,397 0,468 0,457 0,487 0,480 0,350

0,401

1,19

0,85

0,475

4 Dengan beban

13,43 12,10 16,32 14,79 12,77 14,58 14,83 16,94 14,63 15,60 18,31 15,27 19,36 17,24 16,64

0,372 0,413 0,306 0,338 0,392 0,343 0,337 0,295 0,342 0,321 0,273 0,327 0,258 0,290 0,300

1,47

1.05

0,547 0,607 0,450 0,308 0,357 0,312 0,354 0,310 0,360 0,382 0,325 0,389 0,379 0,426 0,441

0,535

0,91

0.65

0,326

1,05

0.75

0,341

1,19

0.85

0,365

1,47

1.05

0,415

Sumber : Laporan Sementara

Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Cf No Pelampung Tanpa Beban 1. 2. 3. 4. 0,65 0,75 0,85 1,05 Dengan Beban 1. 2. 3. 4. 0,65 0,75 0,85 1,05 0,165 0,165 0,165 0,165 0,326 0,341 0,365 0,415 0,506 0,484 0,452 0,398 0,165 0,165 0,165 0,165 0,350 0,401 0,475 0,535 0,471 0,411 0,347 0,308 Qa (dm3/s) Qu (dm3/s) Cf

Sumber : Laporan Sementara 2. Analisis Hasil Percobaan

a. Pengukuran Debit Pompa Qa =


V t

Keterangan : Qa V t Qa1 = = debit aktual (dm3/s) = volume (dm3) = waktu (s)


V1 = t1
V2 = t2

= 0,171 dm3/s = 0,162 dm3/s = 0,161 dm3/s


Qa 1 Qa 2 Qa 3 3

Qa2 =

Qa3 =

V3 = t3

Qa rata-rata

= =

= 0,165 dm3/s b. Pengukuran Debit Saluran (Qu) Qu = A.V Dengan :


S t

V=

A=.h = debit saluran (dm3/s) = luas penampung (dm/s) = kecepatan (dm3/s) = jarak (dm) = waktu (s) = lebar (dm) = ketinggian (dm)

Keterangan :

Qu A V S T h

1) Tanpa Beban

a. Ketinggian 0,65 dm t1 = 13,16 s 0,65 dm V1 = V2 = V3 = A1 0,91 dm2 Qu = A.V Qu1 = 0,91.0,380 Qu2 = 0,91.0,375 Qu3 = 0.91.0,399 =0,346 =0,341 =0,363 t2 = 13,15 s t3 = 12,54 s s = 5 dm l = 1,4 dm h=

b.Ketinggian 0,75 dm t1= 15,46 s V1 V2 V3 A2


2

t2= 13,24 s

t3= 11,22 s

dm2 Qu1=A.V1 =1,05 . Qu2=A.V2 =1,05 . Qu3=A.V3 = 0,397 = 0,339

=1,05. c. Ketinggian 0,85 dm t1=13,03 s V1 V2 V3 A3


3

= 0,468

t2=12,23 s

t3=12,41 s

dm2 Qu1=A.V1 = 1,19. Qu2=A.V2 = 1,19. Qu3=A.V3 = 1,19. = 0,457 = 0,487 = 0,480

d. Ketinggian 1,05 dm t1=13,43 s V1 V2 V3 A4


4

t2=12,10 s

t3=16,32 s

dm2 Qu1=A.V1 =1,47. = 0,547 = 0,607 = 0,450

Qu2=A.V2 =1,47. Qu3=A.V3 =1,47.

2. Dengan beban a. Ketinggian 0,65 dm t1 = 14,79 s t2 = 12,77 s dm V1 = V2 = V3 = A1 Qu = A.V Qu1 = 0,91. =0,308 Qu2 = 0,91. = 0,357 Qu3 = 0.91. = 0,312 0,91 dm2 t3 = 14,58 s s = 5 dm l = 1,4 dm h = 0,65

b.Ketinggian 0,75 dm t1=14,83 s V1 V2 V3 A2


2

t2=16,94 s

t3=14,63 s

dm2 Qu1=A.V1 =1,05 . Qu2=A.V2 = 0,354

=1,05 . Qu3=A.V3 =1,05 .

= 0,310

= 0,360

c. Ketinggian 0,85 dm t1=15,60 s V1 V2 V3 A3


3

t2=18,31 s dm2

t3=15,27 s

Qu1=A.V1 =1,19 . Qu2=A.V2 =1,19 . Qu3=A.V3 =1,19 . = 0,389 = 0,325 = 0,382

d. Ketinggian 1,05 dm t1=19,36 s V1 V2 V3 A4


4

t2=17,24 s

t3=16,64 s

dm2 Qu1=A.V1 =1,47 . Qu2=A.V2 =1,47 . Qu3=A.V3 =1,47 . = 0,379 = 0,426 = 0,441

b. Pengukuran Faktor Koneksi (Cf) Cf =


Qa Qu

Keterangan : Cf = faktor koreksi Qa = debit pompa rata-rata (dm3/s) Qu = debit saluran (dm3/s) 1) Tanpa Beban a) Qa = 0,165 dm3/s Qu = 0,350 dm3/s Cf1 =
Qa = Qu

= 0,471

b) Qa = 0,165 dm3/s Qu = 0,401 dm3/s Cf2 =


Qa = Qu

= 0,411

c) Qa = 0,165 dm3/s Qu = 0,475 dm3/s Cf3 =


Qa = Qu

= 0,347

d) Qa = 0,165 dm3/s Qu = 0,535 dm3/s Cf4 =


Qa = Qu

= 0,308

2) Dengan Beban a) Qa = 0,165 dm3/s Qu = 0,326 dm3/s Cf5 =


Qa = Qu

= 0,506

b) Qa = 0,165 dm3/s Qu = 0,341 dm3/s Cf6 =


Qa = Qu

= 0,484

c) Qa = 0,165 dm3/s Qu = 0,365 dm3/s Cf7 =


Qa = Qu

= 0,452

d) Qa = 0,165 dm3/s Qu = 0,415 dm3/s Cf7 =


Qa = Qu

= 0,378

1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 0.65 0.75 0.85 1.05 Dengan Beban Tanpa Beban

Gambar 3.3 Pelampung Tanpa Beban Gambar 3.4 Pelampung Dengan Beban

Gambar 3.5 Penampang Saluran dengan Berbagai Kedalaman

E. Pembahasan Percobaan ini dapat diketahui Qu pada pelampung tanpa beban pada ketinggian 0,65 dm adalah 0,350 dm3/s, pada ketinggian 0,75 dm adalah 0,401 dm pada ketinggian 0,85 adalah 0,475 dm3/s, pada ketinggian 1,05 adalah 0,535 dm3/s. Pada Qu dengan beban ada pelampung dengan ketinggian 0,65 dm adalah 0,326 dm3/s. Pada ketinggian 0,75 dm adalah 0,341 dm3/s, pada ketinggian 0,85 adalah 0,365 dm3/s, pada ketinggian 1,05 adalah 0,415 dm3/s jadi Qu maksimum adalah 0,475 dm3/s pada pelampung tanpa beban ketinggian 0,85 dm. Percobaan ini dapat diketahui bahwa besar Cf pada pelampung yang tanpa beban pada ketinggian 0,65 adalah 0,471; pada ketinggian 0,75 adalah 0,411; pada ketinggian 0,85 adalah 0,347; pada ketinggian 1,05 adalah 0,308; besar Cf pada pelampung yang dengan beban pada ketinggian 0,65 dm adalah 0,506; pada ketinggian 0,75 dm adalah 0,484; pada ketinggian 0,85 dm adalah 0,452; pada ketinggian 1,05 dm adalah 0,398

F. Kesimpulan Dari hasil percobaan dinamika fluida, dapat disimpulkan :

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. 2010. Dinamika_fluida. http://id.wikipedia.org. Diakses Minggu, 7 November 2010 pukul 18.35 WIB Handoyo, Ekadewi Anggraini. 2000. Pengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Efektivitas Shell-and-Tube Heat Exchanger. Jurnal Teknik Mesin Vol. 2 No. 2 Jati, Bambang Murdaka, dkk. 2007. Fisika Dasar. Andi Yogyakarta Maziyyah, Desiany, 2007. Kalor Jenis. http://kimia.upi.edu/. Diakses pada hari Selasa, 9 November 2010 jam 21.10 WIB White, Frank M. 1988. Mekanika Fluida Edisi Kedua Jilid 1. Erlangga. Jakarta

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai