Anda di halaman 1dari 4

1. Kaptopril Merupakan golongan penghambat enzim konversi angiotensin, derivat prolin.

Obat ini merupakan penghambat ACE pertama kali. FARMAKODINAMIK Penghambatan ACE mengurangi pembentukan Angiotensin II, sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron yang menyebabkan terjadinya ekskresi natrium. Akibatnya terjadi penurunan tekanan darah. Kadar plasma Angiotensin II dan aldosteron menurun sedangkan Angiotensin I dan aktivitas renin plasma meningkat sebagai mekanisme kompensasi. Sekresi aldosteron dapat kembali normal pada penggunaan ACE lama karena terjadinya vasodilatasi pada renal, sehingga terjadi peningkatan aliran darah pada ginjal. Penurunan tekanan darah disertai dengan penurunan resistensi perifer, dan berkurangnya retensi ait dan garam sehingga tidak menimbulkan refleks takikardi. FARMAKOKINETIK Biovailabilitas oral 60-65% dan berkurang bila diberikan bersamaan dengan makanan, jadi obat ini diberikan 1 jam sebelum makan. Ikatan dengan protein plasma sekitar 30%. Waktu paruh eliminasinya sekitar 2,2 jam. Ekskresi utuh dalam urin terjadi pada 40% dari dosis yang bioavailabel, maka pada gangguan ginjal dosis obat harus dikurangi INDIKASI Digunakan sebagai monoterapi pada hipertensi essensial dan hipertensi renovaskuler. Setelah infark jantung, dan indikasi baru pada penyakit ginjal akibat diabetes. INTERAKSI Kombinasi dengan diuretika sebaiknya dihindari, karena dapat mengakibatkan hipotensi mendadak. Terapi sebaiknya diberikan 2-3 hari setelah penggunaan diuretikum dihentikan. Tetapi kombinasi ini bekerja sinergistik, karena diuretik mengaktivkan sistem RAA. Tidak boleh dikombinasikan dengan Diuretika penghemat-kalium, juga harus hati-hati bila dikombinasikan dengan NSAIDs. Karena bersifat mengurangi ekskresi kalium dan dapat menyebabkan hiperkaliemia hebat. EFEK SAMPING OBAT a. Gangguan fungsi ginjal (insufisiensi) dan hiperkaliemia, terutama pada pasien gagal jantung. b. Hipotensi (orthostasis) dapat terjadi pada awal terapi atau setelah peningkatan dosis. Karena itu dianjurkan dimulai dengan dosis rendah. c. Sesak napas (dyspnoe) dengan menimbulkan atau memperburuk gejala pada pasien asma. d. Batuk kering e. Kehilangan rasa f. Reaksi kulit alergis, kadang disertai dengan demam dan nyeri sendi g. Keluhan lambung, pusing, dan nyeri kepala yang sering kali bersifat sementara. DOSIS Untuk hipertensi : oral 1-2 dd 25 mg, bila perlu setelah 2-3 minggu menjadi 1-2 dd 50 mg. Maksimal 100 mg

2.

Hidroklorthiazide Merupakan senyawa sulfamoyl yang diturunkan dari klorthiazida. FARMAKODINAMIK Meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan sejumlah air. Efek ini disebabkan oleh penghambatan mekanisme reabsorbsi elektrolit pada muka tubuli distal. Pada hipertensi, penurunan tekanan darah bukan saja karena efek diuretiknya, tetapi juga karena efek langsung terhadap arteriol sehingga terjadi vasodilatasi. Efek diuretiknya lebih ringan daripada diuretika lengkungan. FARMAKOKINETIK Absorbsinya melalui saluran cerna baik sekali. Resorbsi di usus sampai 80%, Waktu paruhnya 6-15 jam. Didistribusikan ke seluruh ruang ekstrasel dan dapat melewati sawar uri, tetapi hanya ditimbun dalam jaringan ginjal saja. Ekskresinya terutama lewat kemih secara utuh. Daya hipotensinya lebih kuat pada pemakaian jangka panjang, sehingga menjadi pilihan pertama pada hipertensi ringan sampai sedang. Obat ini memiliki kurva dosis-efek datar, artinya bila dosis optimal dinaikkan lagi, efeknya (diuresis dan penurunan tekanan darah) tidak bertambah. INDIKASI Hipertensi, untuk mengurangi volume darah seluruhnya hingga tekanan darah menurun. Gagal jantung, yang bercirikan peredaran tak sempurna lagi dan terdapat cairan berlebihan di jaringan. INTERAKSI Kombinasi dengan obat-obat lain dapat menimbulkan interaksi yang tidak dikehendaki, seperti : a. Penghambat ACE dapat menimbulkan hipotensi hebat, maka sebaiknya baru diberikan setelah penggunaan diuritikum dihentikan selama 3 hari. b. Obat-obat rema (NSAIDs) dapat memperlemah efek diuretis dan antihipertensif akibat sifat retensi natrium dan air. c. Kortikosteroid dapat memperkuat kehilangan kalium d. Aminoglikosida dapat menyebabkan ketulian e. Anti diabetika oral dapat mengurangi efeknya bila terjadi hiperglikemi f. Litiumklorida, dinaikkan kadar darahnya akibat terhambatnya ekskresi. EFEK SAMPING OBAT a. Hipokaliema, kekurangan kalium dalam darah. Tapi pada pemakaian dengan dosis rendah(12,5 mg perhari), hanya sedikit menurunkan kadar kalium sehingga tidak perlu disuplesi kalium. b. Hiperurikemia, akibat retensi asam urat. c. Hiperglikemia, dapat terjadi pada pasien diabetes, terutama pada dosis tinggi akibat pengurangan metabolisme karena penekanan insulin. d. Hiperlipidemia ringan, karena terjadi peningkatan kadar kolesterot total dan penurunan kadar HDL-C. e. Hiponatremia, karena diuresis yang terlalu pesat dan kuat. f. Lain-lain, gangguan lambung-usus (mual, muntah, diare), rasa letih, nyeri kepala, pusing, dan jarang reaksi alergi kulit.

DOSIS Hipertensi : 12,5 mg pagi p.c.(setelah makan), 1-2dd 25-100 mg, dosis pemeliharaan 25-100 mg 2-3x seminggu. Jadi pada kasus ini, dosis obat yang digunakan benar, akan tetapi kombinasi kaptropil dan hidroklorthiazide dapat menyebabkan hipotensi, seperti yang terjadi pada Mr. Kosasih. Pusing, letih, hiperlipidemia dikarenakan pemakaian hidroklorthiazide. Dan dyspnoe karena pemakaian kaptropil. Pengobatan untuk Mr. Kosasih Tujuan pengobatan adalah mengembalikan tekanan darah menjadi normal dengan cara meningkatkan kontraksi ventrikel. Pengobatan terhadap AV blok derajat III yang terjadi pada AV node biasanya adalah Atropin, jika pada infranodal maka dilakukan pemasangan pacu jantung permanen. FARMAKODINAMIK Pengaruhnya pada jantung bersifat bitasik, dengan dosis 0,25-0,5 mengakibatkan frekuensi jantung menurun karena perangsangan nervus vagus. Tapi pada dosis lebih dari itu dapat menghambat nervus vagus. Dapat menghambat vasodilatasi karena asetilkolin. Obat ini merupakan antikolinergik yang menghambat efek-efek parasimpatis. Efek antikolinergiknya adalah meningkatkan frekuensi jantung dan mempercepat penerusan impuls dan menekan pengeluaran keringat berlebih. FARMAKOKINETIK Resorbsinya diusus cepat dan lengkap, resorbsi dikulit lengkap distribusi keseluruh tubuh baik. Ekskresi melalui ginjal, biasanya utuh. Waktu paruh 2-4 jam. INDIKASI AV blok derajat III EFEK SAMPING OBAT Efeknya muskarinik, yakni mulut kering, obstipasi, retensi urin, takikardi, palpitasi. DOSIS3 DD 0,4-0,6 mg dan maksimal 4 mg.

Infus NE Menimbulkan peningkatan tekanan diastolik dan sistolik, dan biasanya juga peningkatan tekanan nadi. Refleks vagal memperlambat denyut jantung, mengatasi efek langsung NE yang mempercepatnya, sehingga terdapat perpanjangan waktu pengisian jantung, dan peningkatan kerja jantung sebagai efek langsung NE pada pembuluh darah dan jantung menyebabkan peningkatan curah sekuncup, tapi curah jantung tidak berubah.

Jika tekananan darah tidak kembali normal maka kita memberikan katekolamin. Pemberian Dopamin

Pada dosis tinggi, bekerja secara tak langsung terhadap reseptor 1- adrenerg dengan efek vasokonstriksi dan meningkatnya tekanan darah. Indikasi : Diberikan pada keadaan shock, antara lain setelah infark jantung dan bedah jantung terbuka, juga pada dekompensasi yang bertahan. Efek samping : Berupa gangguan ritme, nyeri kepala, nasuea, muntah, dan rasa sesak. Dosis : Digunakan secara infus intravena, karena jika secara oral obat ini akan menjadi inaktif. Infus intravena pada shock 1-5 mcg/kg/menit, pada dekompensasi semula 0,5-1 mcg/kg/menit. Kemudian secara bertahap perlahan-lahan dinaikkan sampai dosis pemeliharaan 20 mcg/kg/menit.

Pemasangan pacu jantung (Pace Maker) Keadaan yang memerlukan pemakaian pacu jantung : Keadaan I : Blok AV derajat 3 atau 2 yang diikuti dengan takikardi/bradikardi simtomatis, atau gagal jantung. Blok AV derajat 2 yang berat atau derajat 3 yang persisten sesudah infark jantunng akut. Dysfungsi AV node dengan bradikardi simtomatis. Sindrom karotis hipersesnsitifitas. Keadaan II : Blok AV derajat 3 atau 2 yang asimtomatis, permanent atau intermitent, dengan frekuensi ventrikel 40/menit. Blok AV derajat 1 dengan blok pada berkas His. Dysfungsi sinus node (SSS) spontan atau karena terapi yang diperlukan, dengan HR kurang dari 40/menit, simtomatis. Keadaan III : Gangguan hantaran; blok AV total Blok AV derajat 2 dengan bradikardi (simtomatik) Sick sinus syndrom Teknik pemasangan Menempatkan elektroda kedalam jantung dapat dilakukan dengan cara : Transtorakal Transvenous, melalui pembuluh vena : a. Pungsi langsung perkutan b. Sayatan pada vena kemudian dibuka sedikit untuk memasukkan elektrode

Anda mungkin juga menyukai