Anda di halaman 1dari 23

Askep Gastritis

.
Pengertian Gastritis

Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut kronik, difus atau lokal (Soepaman, 1998). Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Arif Mansjoer, 1999). Gastritis adalah radang mukosa lambung (Sjamsuhidajat, R, 1998). Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau lokal (Patofisiologi, Sylvia A Price hal 422) Berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa Gastritis merupakan inflamasi mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik, difus atau lokal.
Epidemiologi / Insiden Kasus Gastritis

Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai diklinik Penyakit Dalam ( IPD jilid II Edisi 3). Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri ( Patofisiologi Sylvia & Wilson) dan 80 - 90% yang dirawat di ICU menderita gastritis akut.
Etiologi Gastritis

Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut :

Gastritis Akut

Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung). Bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis.

Gastritis Kronik

Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui. Gastritis ini merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada peminum alkohol, dan merokok.

Manifestasi Klinik Gastritis

1. Gastritis Akut yaitu Anorexia, mual, muntah, nyeri epigastrium, perdarahan saluran cerna pada hematemesis melena, tanda lebih lanjut yaitu anemia. 2. Gastritis Kronik Kebanyakan klien tidak mempunyai keluhan, hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anorexia, nausea, dan keluhan anemia dan pemeriksaan fisik tidak di jumpai kelainan.
Patofisiologi Gastritis

Gastritis Akut

Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiitasi mukosa lambung. Jika mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang akan terjadi : 1. Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasi lambung. Lambung akan meningkat sekresi mukosa yang berupa HCO3, di lambung HCO3 akan berikatan dengan NaCL sehingga menghasilkan HCI dan NaCO3. Hasil dari penyawaan tersebut akan meningkatkan asam lambung. Jika asam lambung meningkat maka akan meningkatkan mual muntah, maka akan terjadi gangguan nutrisi cairan & elektrolit. 2. Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika mukus yang dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan HCL maka akan terjadi hemostatis dan akhirnya akan terjadi penyembuhan tetapi jika mukus gagal melindungi mukosa lambung maka akan terjadi erosi pada mukosa lambung. Jika erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan pembuluh darah maka akan terjadi perdarahan yang akan menyebabkan nyeri dan hypovolemik. Gastritis Kronik

Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang tidak sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental dan sel chief. Karena sel pariental dan sel chief hilang maka produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan dinding lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh dan juga bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser.
Komplikasi Gastritis

1. Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut, yaitu perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hemotemesis dan melena, berakhir dengan syock hemoragik, terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat dan jarang terjadi perforasi. 2. Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus.
Penatalaksaan Medik Gastritis

1. Gastritis Akut Pemberian obat-obatan H2 blocking (Antagonis reseptor H2). Inhibitor pompa proton, ankikolinergik dan antasid (Obat-obatan ulkus lambung yang lain). Fungsi obat tersebut untuk mengatur sekresi asam lambung. 2. Gastritis Kronik Pemberian obat-obatan atau pengobatan empiris berupa antasid, antagonis H2 atau inhibitor pompa proton.
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gastritis Askep Gastritis Pengkajian Keperawatan pada Askep Gastritis

1. Faktor predisposisi dan presipitasi Faktor predisposisi adalah bahan-bahan kimia, merokok, kafein, steroid, obat analgetik, anti inflamasi, cuka atau lada. Faktor presipitasinya adalah kebiasaan mengkonsumsi alcohol dan rokok, penggunaan obat-obatan, pola makan dan diet yang tidak teratur, serta gaya hidup seperti kurang istirahat. 2. Test dignostik

Endoskopi : akan tampak erosi multi yang sebagian biasanya berdarah dan letaknya tersebar. Pemeriksaan Hispatologi : akan tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak pernah melewati mukosa muskularis. Pemeriksaan radiology. Pemeriksaan laboratorium. Analisa gaster : untuk mengetahui tingkat sekresi HCL, sekresi HCL menurun pada klien dengan gastritis kronik.

Kadar serum vitamin B12 : Nilai normalnya 200-1000 Pg/ml, kadar vitamin B12 yang rendah merupakan anemia megalostatik. Kadar hemagiobi, hematokrit, trombosit, leukosit dan albumin. Gastroscopy.

Untuk mengetahui permukaan mukosa (perubahan) mengidentifikasi area perdarahan dan mengambil jaringan untuk biopsi.
Diagnosa Keperawatan pada Askep Gastritis

1. Resti gangguan keseimbangan volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, muntah. 2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, anorexia. 3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung. 4. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. 5. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.
Intervensi Keperawatan pada Askep Gastritis

Diagnosa Keperawatan 1. : Resti gangguan keseimbangan volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, muntah. Tujuan : Resti gangguan keseimbangan cairan tidak terjadi. Kriteria Hasil : Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, elektrolit kembali normal, pengisian kapiler berwarna merah muda, tanda vital stabil, input dan output seimbang. Intervensi : Kaji tanda dan gejala dehidrasi, observasi TTV, ukur intake dan out anjurkan klien untuk minum 1500-2500ml, observasi kulit dan membran mukosa, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan infus. Diagnosa Keperawatan 2. : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, anorexia.

Tujuan Gangguan nutrisi teratasi. Kriteria Hasil : Berat badan stabil, nilai laboratorium Albumin normal, tidak mual dan muntah BB dalam batas normal, bising usus normal. Intervensi : Kaji intake makanan, timbang BB secara teratur, berikan perawatan oral secara teratur, anjurkan klien makan sedikit tapi sering, berikan makanan dalam keadaan hangat, auskultasi bising usus, kaji makanan yang disukai, awasi pemeriksaan laboratorium misalnya : Hb, Ht, Albumin. Diagnosa Keperawatan 3. : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung. Tujuan : Nyeri dapat berkurang/hilang. Kriteria Hasil : Nyeri hilang/terkontrol, tampak rileks dan mampu tidur/istirahat, skala nyeri menunjukkan angka 0. Intervensi : Kaji skala nyeri dan lokasi nyeri, observasi TTV, berikan lingkungan yang tenang dan nyaman, anjurkan tekhnik relaksasi dengan nafas dalam, lakukan kolaborasi dalam pemberian obat sesuai dengan indikasi untuk mengurangi nyeri. Diagnosa Keperawatan 4. : Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. Tujuan : Keterbatasan aktifitas teratasi. Kriteria Hasil : K/u baik, klien tidak dibantu oleh keluarga dalam beraktifitas. Intervensi :

Tingkatkan tirah baring atau duduk, berikan lingkungan yang tenang dan nyaman, batasi pengunjung, dorong penggunaan tekhnik relaksasi, kaji nyeri tekan pada gaster, berikan obat sesuai dengan indikasi. Diagnosa Keperawatan 5. : Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi. Tujuan : Kurang pengetahuan teratasi. Kriteria Hasil : Klien dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, perawatan, pencegahan dan pengobatan. Intervensi : Kaji tingkat pengetahuan klien, beri pendidikan kesehatan (penyuluhan) tentang penyakit, beri kesempatan klien atau keluarga untuk bertanya, beritahu tentang pentingnya obatobatan untuk kesembuhan klien.
Evaluasi Keperawatan pada Askep Gastritis

Evaluasi pada klien dengan Gastrtitis, yaitu : 1. Keseimbangan cairan dan elektrolit teratasi 2. Kebutuhan nutrisi teratasi 3. Gangguan rasa nyeri berkurang 4. Klien dapat melakukan aktifitas 5. Pengetahuan klien bertambah.
Daftar Pustaka

Doengoes M.E. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3 . EGC. Jakarta. Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002. Wilkinson, Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC, 2007

BAB I KONSEP DASAR

A.

Pengertian

Menurut Dr. H. Slamet Suyono (2001), gastritis adalah : 1. 2. Gastritis adalah segala radang mukosa lambung Gastritis adalah inflamasi pada lambung mukosa dan sub mukosa lambung.

B.

Penyebab

Menurut www.indofarma.co.id penyebab yang dapat mengakibatkan gastritis antara lain : 1. Infeksi bakteri.

Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H. Pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung. Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi H. pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering terjadinya gastritis. Infeksi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan peradangan menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan pada lapisan perlindungan dinding lambung. Salah satu perubahan itu adalah atrophic gastritis, sebuah keadaan dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak. 2. Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus

Obat analgesic anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat-obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer. 3. Penggunaan alkohol secara berlebihan.

Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal. 4. Penggunaan kokain. Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan perdarahan dan gastritis. 5. Stres fisik

Stres fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta perdarahan pada lambung. 6. Kelainan autoimmune

Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan mengganggu produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorpsi vitamin B12). Kekurangan B12 akhirnya dapat mengakibatkan pernicious anemia, sebuah konsisi serius yang tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh. 7. Crohns disease. Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan kronis pada dinding saluran cerna, namun kadang-kadang dapat juga menyebabkan peradangan pada dinding lambung. Ketika lambung terkena penyakit ini, gejala-gejala dari Crohns disease (yaitu sakit perut dan diare dalam bentuk cairan) tampak lebih menyolok daripada gejala gastritis. 8. Radiasi dan kemoterapi.

Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar penghasil asam lambung. 9. Penyakit bile refluk.

Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah otot sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan dan gastritis. Gastritis ada 2 macam :

a.

Gastritis Akut

Tukak beban atau tukak seres merupakan suatu reaksi selintas pada permukaan mukosa lambung oleh akibat iritasi. Pada gastritis ini biasanya ada tukak multiple yang kecil Gastritis akut tedapat 2 bentuk reaksi 1) 2) b. 1) Gastritis akut tanpa pendarahan Gastritis dengan pendarahan (gastritis hemoragik atau gastritis erosive Gastritis Kronik Gastritis kronik autoimun terjadi karena terbentuknya atibodi terhadap sel pariental

2) Gastritis kronik autoimun dan aklorhidra dapat berubah menjadi karsinoma lambung Faktor resiko dari gastritis adalah : a. b. Obat-obatan : aspirin, obat anti inflamasi non steroid (AINS) Alkohol , Kafein

c. Gangguan mikrosirkulasi lambung: trauma, luka baker, sepsis. Secara mikroskopik terdapat lesi erosi mukosa dengan lokasi berbeda. Apabila lesi erosi mukosa terdapat pada korpus dan fundus maka biasanya disebabkan oleh stress. Apabila karena obatobatan AINS terutama ditemukan didaerah antrum namun dapat juga menyeluruh sedangkan secara mikroskopik terdapat erosi dengan regenerasi epitel dan ditemukan reaksi sel inflamasi neutrofil yang minimal d. Mikroorganisme : Helicobaeter pykory ( H. philory ), salmonella

C. 1. a.

Manifestasi Klinis Keluhan utama dari gastritis (Sujono Hadi, 2002) Gastritis Akut

Keluhan yang sering diajukan pasien adalah : rasa pedih, kadang timbul rasa berdenyutdenyut perut atas yang ada hubungan dengan makanan. Keluhan ini timbul mendadak setekah makan atau minum-minuman yang iritatif atau korosif b. Gastritis kronik

Keluhan yang sering diajukan oleh penderita pada umumnya bersifat ringan dan dirasakan sudah berbulan-bulan bahkan sudah bertahun-tahun. Pada umumnya mengeluh rasa tidak enak diperut atas,lekas kenyang, mual, rasa pedih sebelum atau sesudah makan dan kadang mulut terasa masam. 2. a. 1) Menurut Diane C. Baughman dan Joann C. Heckly, 2000 manifestasi klinis pada : Gastritis akut Dapat terjadi ulserasi superfisal dan mengarah pada hemoragi

2) Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala kelesuan, mual, anoreksia mungkin terjadi mual dan muntah serta cegukan. 3) Beberapa pasien menunjukkan asimtomatik

4) Dapat terjadi lokil dan diare apabika tidak dimuntahkan tetapi malah mencapai usus 5) Pasien biasanya mulai pulih kembali sekitar sehari meskipun nafsu makan mungkin akan hilang selama 2-3 hari b. Gastritis Kronis

1) Gastritis tipe A pada dasarnya asimtomatik kecuali untuk gejalagejala defisiensi vitamin B 12 2) Gastritis tipe B pasien mengeluh anoreksia nyeri ulu hati setelah makan berdahak , rasa asam dalam mulut atau mual dan muntah.

D.

Patofisologi

Menurut www.indofarma.co.id gastritis dibagi menjadi 2, yaitu : 1. Gastritis superfisial akut

Merupakan respon mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal. Endotoksin bakteri (masuk setelah menelan makanan terkontaminasi), kafein, alkohol dan aspirin merupakan agen-agen penyebab yang sering. Membran mukosa lambung menjadi edema dan hiperemik (kongesti dengan jaringan, cairan dan darah) dan mengalami erosi superficial, bagian ini mensekresi sejumlah getah lambung, yang mengandug sangat sedikit asam tetapi banyak mucus. Ulserasi superficial dapat terjadi dan dapat menimbulkan hemoragi.

Mukosa lambung dapat memperbaiki diri sendiri setelah mengalami gastritis. Kadangkadang hemoragi memerlukan intervensi bedah. 2. Gastritis atrofik kronik

Gastritis kronik diklasifikasikan menjadi tipe A dan tipe B. Tipe A (sering disebut gastritis autoimun) ditandai oleh atrofi progresif epitel kelenjar disertai kehilang sel parietal dan sel chief. Akibatnya, produksi asam klorida, pepsi dan faktor intrinsik menurun. Dinding lambung menjadi tipis dan mukosa mempunyai permukaan yang rata. Minum alkohol berlebihan, teh manis dan merokok merupakan predisposisi timbulnya gastritis akut. Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H. Pylori) mempengaruhi antrum dan pylorus (ujung lambung dekat duodenum). Ini dihubungkan dengan bakteri H. Pylori; faktor diet seperti minuman panas atau peda; penggunaan obat-obatan dan alkohol; merokok atau refluks isi lambung.

E.

Pathway

Download Dibawah (Infoaskepgratis.blogspot.com) F. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Brunner dan Suddart (2000) pemeriksaan pada penyakit gastritis terdiri dari : 1. a. b. c. 2. a. Pemeriksaan penunjang gastritis akut Gastroskopi Nasogastrik aspiration Barium kontras : mukosa lambung erosi : stolsel : erosi superfisial

Pemeriksaan penunjang gastritis kronik Gastrin serum

b. c.

Schilling test Barium swallow

G.

Penatalaksanaan

Menurut Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare (2002) penatalaksanaan gastristis terdiri dari : 1. Gastritis akut

Diatasi dengan menginstruksikan untuk menghindari minuman alcohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala menelan cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau alkalis. a. Pengobatan gastritis akut terdiri dari pengenceran dan penetralisasi agen penyebab

1) Untuk menetralkan asam, digunakan antasida asam (missal alumunium hidroksida), untuk menetralisasi alkali dengan makan jus lemon encer atau cuka encer. 2) Bila korosi luas atau berat, emotik dan loyase dihindari karena bahaya perforasi.

Terapi pendukung mencakup intubasi sederhana, antasida serta cairan intravena. Endoskopi fiberoptik mungkin diperlukan pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau jaringan perforasi. Gastrojejenostomi/ reseksi lambung mungkin diperlukan untuk mengatasi obstruksi pylorus. 2. Gastritis kronis Diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi stress dan melalui farmakoterapi II. Pylori dapat diatasi dengan antibiotik (seperti tetra siklin atau amoksisilin) dan garam bismus (pepto-bismol). Pasien gastritis A biasanya mengalami malabsorbsi vitamin B12 yang disebabkan oleh adanya antibodi terhadap faktor intrinsik.

H.

Proses keperawatan

Menurut Slamet Suyono (2001), pengkajian penyakit gastritis adalah :

1. Tanyakan pasien tentang tanda-tanda dan gejala-gejala yang ditunjukkan nyeri ulu hati, indigesti, mual, muntah. 2. 3. Bagaimana gejala menghilang Apakah sudah muntah darah atau telah menelan sesuatu elemen penyebab

4. Lakukan pengkajian fisik, perhatikan adanya nyeri tekan abdomen, dehidrasi dan bukti-bukti kelainan sistemik yang mungkin bertanggung jawab terhadap gejala-gejala.

I. 1.

Diagnosa Keperawatan Nyeri akut yang berhubungan dengan agen injuri biologi (Sheila Spark Ralp, 2005)

Tujuan : klien mampu mengontrol nyeri pada tanggal (Marion John, et.al,ed, 2005) Kriteria hasil :

No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Indikator

Mengenal faktor pencetus nyeri Mengenal omset/ lamanya nyeri Melakukan langkah pencegahan Menggunakan pencegahan non invasif Menggunakan analgetik yang sesuai Melaporkan bila ada tanda awal nyeri Melaporkan tanda-tanda nyeri Menggunakan sumber-sumber yang ada Mengenal tanda-tanda nyeri Melakukan pencatatan harian tentang 10. nyeri 11. Melaporkan tindakan kontrol nyeri

Keterangan : 1) 2) 3) 4) Tidak pernah bisa melakukan Jarang bisa melakukan Kadang-kadang bisa melakukan Sering bisa melakukan

5)

Selalu dapat melakukan

Intervensi : (Joane C. Closkey, et.al,ed (2005) 1) 2) 3) 4) 5) Observasi respon nonverbal nyeri Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgetik Berikan analgetik yang sesuai Ajarkan pada pasien teknik mengurangi nyeri non invasive missal distraksi dll Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik yang sesuai

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan kurangnya intake makanan (Sheila Spark Ralp, 2005) Tujuan : Klien dapat menunjukkan status nutrisi yang adekuat pada tanggal (Marion John, et.al,ed, 2005) No Indikator 1 2 3 4 5 1. Intake nutrisi per oral

2. Intake nutrisi per sonde

3. Intake cairan per oral

4. Intake cairan parenteral

5.

Intake nutrisi parenteral total (TPN0

Keterangan : 1) 2) 3) 4) 5) Sangat tiak sesuai Sering tidak sesuai Kadang tidak sesuai Jarang tidak sesuai Sesuai

Intervensi : (Joane C. Closkey, et.al,ed (2005) 1) 2) 3) 4) 5) 6) Observasi KU Observasi pola makan Berikan hidangan makanan yang menarik Hidangkan makanan dalam keadaan hangat Anjurkan makan sedikit tapi sering Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diit yang sesuai

3. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan O2 yang diperlukan dengan persediaan yang ada. (Sheila Spark Ralp, 2005)

Tujuan : Klien mampu memanfaatkan persediaan energi cukup untuk melakukan aktivitas yang diinginkan. (Marion John, et.al,ed, 2005) No Indikator 1 2 3 4 5 1. Penampilan seperti biasa

2. Aktivitas

3.

Istirahat

4. Konsentrasi

5. Kemampuan mengenal lingkungan sekitar

6. Kekuatan otot

7. Pola makan

8. Libido

9. Energi kembali setelah istirahat

10. Tidak ada kelelahan

11. Tidak nampak lethargi

12. Level oksigen darah normal

13. Hb normal

14. Hematokrit normal

15. Gula darah normal

16. Serum elektrolit normal

Keterangan : 1) 2) 3) 4) 5) Sangat tidak sesuai Sering tidak sesuai Kadang tidak sesuai Jarang tidak sesuai Sesuai

Intervensi : (Joane C. Closkey, et.al,ed (2005) 1) 2) 3) Monitor asupan nutrisi yang dibutuhkan untuk sumber energi Monitor adanya kelelahan fisik dan emosi yang berlebihan Bantu klien dan keluarga memahami prinsip penghematan energi

4) Ajarkan klien dan keluarga cara mengenali dan mengatasi tanda-tanda kapan aktivitas harus dikurangi. 5) Kolaborasi dengan keluarga untuk membantu aktivitas klien.

DAFTAR PUSTAKA

Baughman dan Haskley. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. 2000. Ester, Monica. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. 2001. Hirlan. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta : FKUI. 2001. Sineltzer dan Bare G. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. 2001.

Anda mungkin juga menyukai