Anda di halaman 1dari 20

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Kecelakaan Kerja 2.1.1 Pengertian kecelakaan kerja tambang Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan kerja pada perusahaan, hubungan kerja disini dapat diartikan bahwa kecelakaan terjadi di karenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan (Sumamur,1981). Kecelakaan tambang adalah setiap kecelakaan yang menimpa pekerja tambang atau orang yang mendapat izin masuk pada kegiatan usaha pertambangan (kepmen No. 555.K/26/M.PE/1995). Untuk jelasnya hubungan ke empat kriteria kecelakaan adalah sebagai berikut : 1. Kecelakaan tambang merupakan bagian dari kecelakaan kerja; 2. Kecelakaan kerja merupakan bagian dari kecelakaan; 3. Kecelakaan merupakan bagian dari insiden. 2.1.2 Kriteria Kecelakaan Tambang Menurut peraturan kepmen Keputusan menteri pertambangan dan energi Nomor: 555 kecelakaan tambang harus memenuhi 5 unsur sebagai berikut : 1. Kecelakaan benar terjadi. 2. Kecelakaan menimpa pekerja/karyawan tambang. 3. Kecelakaan terjadi akibat kegiatan pertambangan.

4. Kecelakaan terjadi didalam wilayah kerja pertambangan (Kuasa Pertambangan). 5. Kecelakaan terjadi pada jam kerja pekerja tambang yang dapat mendapat cidera atau setiap saat orang yang di beri izin. (kepmen bag 10 pasal 39) 2.1.3 Jenis Kecelakaan Kerja Macam Kecelakaan:dan Kondisi penyebab kecelakaan: 1. Fatal Accident Adalah kecelakaan kerja yang berakibat pada hilangnya nyawa si korban. 2. Serious Accident Adalah kecelakaan kerja yanag berakiat pada patah tulang atau amputasi anggota badan. 3. LTI (Lost Time Injury) Adalah kecelakaan kerja yang mengakibatkan hari kerja yang hilang. 4. NLTI (Non Lost Time Injury) Adalah kecelakaan yang tidak mengakibatkan hilangnya hari

kerja.yang pertolongan / penanganan kecelakaannya sampai keluar lingkungan perusahaan dan bisa melanjutkan kerja kembali.

5. First Aid Adalah kecelakaan yang tidak mengakibatkan hilangnya hari kerja dan penangan kasusnya dapat teratasi di lingkungan perusahaan. 6. Unsafe Act Adalah prilaku/sikap tidak aman yang merupakan penyebab

kecelakaan paling besar yaitu 96%.. 7. Unsafe Condition Adalah kondisi tidak aman merupakan penyebab kecelakaan 4 %. Selain Kejadian diatas ada dua keadaan yang berkaitan dengan kejadian kecelakaan yaitu: 1. Near Miss Adalah kejadian nyaris atau hampir celaka 2. Property Damage Adalah kejadian / peristiwa yang mengakibatkan rusaknya bangunan, gedung, material dan atau segala perlengkapan /alat kerja. yang menyebabkan kerugian. (www.safetydo.com)

2.1.4 Penggolongan Cidera Akibat Kecelakaan Tambang.

1. Cidera Ringan (Kecelakaan Ringan) Korban tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari 1 hari dan kurang dari 3 minggu, termasuk hari minggu dan hari libur, 2. Cidera Berat (Kecelakaan Berat) a) Korban tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari 3 minggu termasuk hari minggu dan hari - hari libur b) Menyebabkan pekerja tambang cacat tetap (invalid) & tidak mampu melaksanakan tugas semula. c) Cidera akibat kecelakaan tambang tidak tergantung dari lamanya pekerja tambang tidak mampu melakukan tugas semula, tetapi mengalami cidera seperti salah satu di bawah ini: 1) Keretakan tengkorak kepala, tulang punggung, pinggul, lengan bawah, lengan atas, paha atau kaki; 2) Pendarahan di dalam, atau pingsan disebabkan

kekurangan oksigen; 3) Luka berat atau luka terbuka/terkoyak yang dapat

mengakibatkan ketidak mampuan tetap dan 4) Persedian yang lepas di mana sebelumnya tidak pernah terjadi. 5) Mati. Kecelakaan tambang mengakibatkan dalam waktu 24 jam terhitung dari waktu terjadinya kecelakaan tersebut (kepmen pertambangan dan energi pasal 40).

2.1.5 Penyebab Kecelakaan Kerja Kecelakaan selalu ada penyebabnya, dan cara penggolongan sebabsebab kecelakaan diberbagai negara juga tidak sama. Namun secara umum, sebab-sebab kecelakaan kerja dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human acts). Umumnya bahaya-bahaya kecelakaan yang disebabkan oleh faktor ini antara lain: a. Bekerja pada mesin yang bukan haknya, melupakan keamanan atau peringatan b. Bekerja dengan kecepatan dan berbahaya (terlalu cepat, terlalu lambat atau tergesa-gesa). c. Tidak memperhatikan peraturan, mengganggu orang lain, marahmarah dan bercanda. d. Lupa menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) misalnya sumbat telinga, masker, helm, topi dan sebagainya . e. Keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe conditions). Sebabsebab kecelakaan yang ditimbulkan oleh keadaan lingkungan yang tidak aman meliputi: kendaraan, mesin, debu, bahan kimia dan lain-lain. Antara lain dapat dikelompokkan sebagai berikut: f. Perkakas, alat-alat dan bahan-bahan yang rusak, misalnya karena sudah tua, pecah dan lain-lain. g. Pengamanan mesin yang tidak baik atau alat-alat perkakas yang sama sekali tanpa alat pengaman, misal gir, ban berjalan, mata pisau, pisau, rantai dan lain-lain.

h. Keadaan lingkungan kerja yang tidak diinginkan. Misalnya banyak timbunan, suhu yang tidak tepat, pertukaran udara yangkurang, tidak ada penghisap debu, keadaan lingkungan yang tidak sehat dan lainlain. Ada juga teori lain penyebab kecelakaan kerja yaitu : 1. Teori Heinrich Teori Heinrich dikenal dengan teori domino apabila satu jatuh maka akan mengenai semuanya, akhirnya sama sama jatuh. 2. Teori Frank E. Bird Petersen Penggabungan antara teori Heinrich dengan teori manajemen yang intinya sebagai berikut (M Sulakmono, 1997)

1. 2. 3. 4. 5.

Manajemen Kurang kontrol Sumber Penyebab utama Gejala penyebab langsung (praktek dibawah standar) Kontak Peristiwa (kondisi dibawah standar) Kerugian Gangguan (tubuh maupun harta benda)

Keadaan sakit atau gangguan kesehatan pada tenaga kerja akan menurunkan kemampuan kerja fisik, ketajaman berpikir untuk mengambil keputusan yang cepat dan tepat, kewaspadaan dan kecermatan yang dapat mengakibatkan tenaga kerja yang bersangkutan rentan terhadap terjadinya kecelakaan kerja (Ridya, 2006).

2.1.6 Efek kecelakaan kerja Menurut Tarwaka 2008 ,Kerugian-kerugian yang disebabkan kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan, kekacauan organisasi, keluhan dan kesedihan, kelainan dan cacat, bahkan kematian. Setiap kecelakaan adalah malapetaka, kerugian dan kerusakan pada manusia, harta benda atau properti dan proses produksi. Implikasi yang berhubungan dengan kecelakaan sekurang-kurangnya berupa gangguan kinerja perusahaan dan penurunan keuntungan perusahaan. Pada dasarnya, akibat dari peristiwa kecelakaan dapat dilihat dari besar-kecilnya biaya yang dikeluarkan bagi terjadinya suatu peristiwa kecelakaan. Secara garis besar kerugian akibat kecelakaan kerja dapat dikelompokkan menjadi: 1. Kerugian/ Biaya Langsung (Direct Costs) yaitu suatu kerugian yang dapat dihitung secara langsung dari mulai terjadi peristiwa sampai dengan tahap rehabilitasi, seperti: a) Penderitaan tenaga kerja yang mendapat kecelakaan dan keluarganya b) Biaya pertolongan pertama pada kecelakaan c) Biaya pengobatan dan perawatan d) Biaya angkut dan biaya rumah sakit e) Biaya kompensasi pembayaran asuransi kecelakaan f) Upah selama tidak mampu bekerja g) Biaya perbaikan peralatan yang rusak, dan lain-lain 2. Kerugian/Biaya Tidak Langsung (Indirect Costs) Yaitu merupakan kerugian berupa biaya yang dikeluarkan dan meliputi sesuatu yang tidak terlihat pada waktu atau beberapa waktu setelah terjadinya kecelakaan. Biaya tidak langsung ini mencakup antara lain:

a) Hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja yang mendapat kecelakaan. b) Hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja lain, seperti rasa ingin tahu dan rasa simpati serta setia kawan untuk membantu dan memberikan pertolongan pada korban, mengantar ke rumah sakit, dan lain-lain. c) Terhentinya proses produksi sementara, kegagalan pencapaian target, kehilangan bonus, dan lain-lain. d) Kerugian akibat kerusakan mesin, perkakas atau peralatan kerja lainnya. Biaya penyelidikan dan sosial lainnya, seperti; 1. Mengunjungi tenaga kerja yang sedang menderita akibat kecelakaan 2. Menyelidiki sebab-sebab terjadinya kecelakaan 3. Mengatur dan menunjuk tenaga kerja lain untuk meneruskan pekerjaan dari tenaga kerja yang menderita kecelakaan 4. Merekrut dan melatih tenaga kerja baru 5. Timbulnya ketegangan dan stress serta menurunnya moral dan mental tenaga kerja.

2.2 Konsep tidur 2.2.1 Definisi tidur Tidur adalah suatu keadaan organisme yang regular recurrent,reversible, dalam keadaan dimana ambang rangsang terhadap stimuli dari luar lebih tinggi jika dibandingkan dengan pada keadaan jaga.). Tidur adalah suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang

cukup. Tidur ditandai dengan aktivitas fisik minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, terjadi perubahan proses fisiologis tubuh serta penurunan respon terhadap rangsangan dari luar (Asmadi, 2008;Bastaman,1998).

2.2.2 Fungsi Tidur yaitu : a. Tidur berfungsi memelihara kesegaran fisik b.Tidur berfungsi pemulihan setelah mengalami berbagai peristiwa

emosional seperti ansietas, perasaan khawatir, depresi ( Bastaman 1998).

2.2.3 Fisiologi Tidur 2.2.3.1 Perubahan fisiologis pada saat tidur A. Variabel fisiologis banyak dikendalikan saat terjaga pada tingkat yang optimal untuk fungsi tubuh. Suhu, tekanan darah, dan kadar oksigen, karbon dioksida, dan glukosa dalam darah tetap cukup konstan selama terjaga. Selama tidur, bagaimanapun, tuntutan fisiologis berkurang dan penurunan suhu dan tekanan darah (Hobson, 2002). Proses fisiologis Aktivitas otak Selama NREM Berkurang dari keadaan sadar Selama REM Motorik sementara yang lainnya sama dengan keadaan NREM Detak jantung Lambat dari keadaan sadar Meningkat dan bervariasi dibandingkan NREM Tekanan darah Menurun dari keadaan sadar Meningkat (hingga 30%) dan bervariasi dari NREM Aliran darah ke otak Tidak berubah dari keadaan sadar di Meningkat sebesar 50 sampai 200% dari sebagian wilayah NREM, tergantung pada daerah otak

Proses fisiologis Respirasi

Selama NREM Berkurang dari keadaan sadar / terjaga

Selama REM Meningkat dan bervariasi dari NREM , tetapi mungkin menunjukan penghentian yang singkat (apnea); tekanan batuk.

Hambatan udara

Meningkat dari keadaan sadar / terjaga

Meningkat dan bervariasi dari keadaan sadar / terjaga. Tidak diatur, tidak ada menggigil atau berkeringat, penyimpangan temperatur

Suhu tubuh

Diatur pada poin pengaturan lebih rendah daripada terjaga, menggigil

dimulai pada suhu yang lebih rendah terhadap lingkungan sekitar daripada selama terjaga Seksualitas Jarang terjadi Meningkat dari NREM (pada pria dan wanita) Keterangan tabel 2.2.3 perbandingan perubahan fisiologis pada tidur (http://science.education.nih.gov)

B. Peranan Neurotransmiter 1). Sistem serotonergik Hasil serotonergik sangat dipengaruhi oleh hasil metabolisma asam amino trypthopan. Dengan bertambahnya jumlah tryptopan, maka jumlah serotonin yang terbentuk juga meningkat akan menyebabkan keadaan mengantuk / tidur. Bila serotonin dari tryptopan terhambat

pembentukannya, maka terjadi keadaan tidak bisa tidur/jaga. 2). Sistem Adrenergik Neuron-neuron yang terbanyak mengandung norepineprin terletak dibadan sel nukleus cereleus di batangotak. Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus sangat mempengaruhi penurunan atau hilangnya REM tidur. Obat-obatan yang mempengaruhi peningkatan aktifitas neuron

noradrenergik akan menyebabkan penurunan yang jelas pada tidur REM dan peningkatan keadaan jaga. 3). Sistem Kholinergik Sitaram etal (1976) membuktikan dengan pemberian prostigimin intra vena dapat mempengaruhi episode tidur REM. Stimulasi jalur kholihergik ini, mengakibatkan aktifitas gambaran EEG seperti dalam keadaan jaga. Gangguan aktifitas kholinergik sentral yang berhubungan dengan perubahan tidur ini terlihat pada orang depresi, sehingga terjadi pemendekan latensi tidur REM.Pada obat antikolinergik (scopolamine) yang menghambat pengeluaran kholinergik dari lokus sereleus maka tampak gangguan pada fase awal dan penurunan REM. 4). Sistem hormon Pengaruh hormon terhadap siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa hormon seperti ACTH, GH, TSH, dan LH. Hormon hormon ini masingmasing disekresi secara teratur oleh kelenjar pituitary anterior melalui hipotalamus patway. Sistem ini secara teratur mempengaruhi

pengeluaran neurotransmiter norepinefrin, dopamin, serotonin yang bertugas mengatur mekanisme tidur dan bangun. 5). Gen Para ilmuwan mengatakan mereka telah menemukan bukti lebih banyak bahwa kebiasaan bangun pagi dan bangun siang, hal itu terjadi disebabkan oleh gen perorangan.Tubuh manusia bekerja dengan siklus 24 jam. Mekanisme alamiah ini dikenal dengan istilah ritme Circadian,

yang menentukan berapa lama kita tidur dan kapan. Para peneliti, termasuk ahli saraf Louis Ptacekdari The Howard Hughes Medical Institute, menemukan suatu kerusakan dalam gen yang dikenal sebagai Per per yang mengatur ritme Circadian itu. Orang-orang yang tidurnya tidak baik dan tidak bisa tidur lelap pada permulaan tidur, menderita penyakit jantung lebih banyak, tekanan darah tinggi dan stroke, kata para peneliti ini disebabkan gangguan pada sistem kekebalan (Japardi 2002). 6). Sistem histaminergik Neuron histaminergic dapat berfungsi untuk mengintegrasikan berbagai sinyal dari berbagai sumber dan menerjemahkan bahwa informasi menjadi sinyal bangun-mempromosikan tepat seluruh siklus sirkadian ( Barbier dan Bradbury, 2007)

2.2.4 Kebutuhan Tidur Kebutuhan tidur pada manusia bergantung pada tingkat perkembangan. Kebutuhan tidur manusia berdasarkan usia bisa dilihat pada tabel berikut : Umur 0-1 bulan 1-18 bulan 18bulan 3tahun 3-6tahun 6-12tahun 12-18tahun Tingkat perkembangan Bayi baru lahir Masa bayi Masa anak Masa prasekolah Masa sekolah Masa remaja Jumlah kebutuhan tidur 14-18jam/hari 12-14jam/hari 11-12jam/hari 11 jam/hari 10jam/hari 8,5 jam/hari

18-40tahun 40-60 tahun 60 tahun keatas

Masa dewasa Masa muda paruh baya Masa dewasa tua

7-8 jam/hari 7jam/hari 6jam/hari

Keterangan Tabel 2.1 Sumber : Hidayat A, A (2008)

2.2.5 Jenis-Jenis Tidur Penelitian tentang tidur telah menunjukkan bahwa tidur tidak saja merupakan satu keadaan tidak sadar, tetapi sesungguhnya mengandung 2 jenis tidur yang berbeda. Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu . a. Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM) Adalah keadaan waktu tidur dimana mata tidak bergerak dengan cepat yang terdiri dari 4 stadium (75%) yaitu 1) stadium 1 (5%) Fase ini merupakan antara fase terjaga dan fase awal tidur. Fase ini didapatkan kelopak mata tertutup, tonus otot berkurang dan tampak gerakan bola mata kekanan dan kekiri. Fase ini hanyaberlangsung 3-5 menit dan mudah sekali dibangunkan. ada fase ini didapatkan bola mata berhenti bergerak, tonus otot masih berkurang, tidur lebih dalam dari padafase pertama.

3) stadium 3 (12%) Fase ini tidur lebih dalam dari fase sebelumnya. Gambaran EEG terdapat lebih banyak gelombang delta simetris antara 25%-50% serta tampak gelombang sleef spindle. 4) stadium 4 (13%) Merupakan tidur yang dalam serta sukar dibangunkan. Jarang bergerak karena keadaan fisik yang sudah lemah. Pada tahap ini dapat terjadi mimpi. Selain itu tahap ini dapat memulihkan keadaan tubuh Yang selanjutnya diikuti oleh fase REM. Seseorang tidur pada malam hari sekitar 7-8 jam mengalami tidur REM dan NREM bergantian 4-6 kali. Adapun siklus dapat dilihat pada gambar dibawah ini Siklus tidur Pre sleep Tahap I tahap II tahap III tahap IV

Tidur REM

Tahap II

tahap III

Sumber : Potter dan Perry 2006. Dikutip dari asmadi(2009).

Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur NREM, maka akan menunjukan gejala-gejala sebagai berikut : 1) Menarik diri 2) Merasa tidak enak badan 3) Ekspresi wajah kuyu 4) Malas bicara 5) Kantuk yang berlebih

b. REM (25%) Ditandai adanya gerakan bola mata yang cepat, tonus otot yang sangat rendah,sekresi lambung meningkat, suhu serta metabolisme meningkat apabila di bangunkan akan dapat menceritakan mimpinya, denyut nadi bertambah dan pada laki-laki terjadi eraksi penis, tonus otot menunjukkan relaksasi yang dalam. REM terjadi secara bergantian antara 4-7 kali siklus semalam (Iskandar,2002). Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur REM, maka akan menunjukan gejala-gejala sebagai berikut : 1. cenderung hiperaktif 2. Kurang dapat mengendalikan diri dan emosi (emosi labil) 3. Nafsu makan bertambah 4. Bingung dan curiga Sedangkan apabila seseorang kehilangan tidur kedua-duanya, yakni tidur REM dan NREM, maka akan menunjukan manifestasi sebagai berikut:

1) Kemampuan memberikan keputusan atau pertimbangan menurun. 2) Tidak mampu untuk konsentrasi (kurang perhatian) 3) Kelihatan tanda-tanda keletihan seperti penglihatan kabur, mual, dan pusing. 4) Sulit melakukan aktivitas sehari-hari 5) Daya ingat berkurang, bingung, timbul halusinasi, dan ilusi pendengaran atau penglihatan. (Asmadi, 2008)

2.2.7 Faktor faktor Yang Mempengaruhi Tidur Menurut Tarwoto dan Wartonah (2003) ada 7 faktor yang dapat mempengaruhi tidur yaitu : 1) Penyakit Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur yang banyak dan normal. Namun demikian keadaan sakit menjadikan seseorang kurang tidur atau tidak dapat tidur. 2) Lingkungan Seseorang yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman, kemudian terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya. 3) Motivasi Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkn untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk. 4) Kelelahan Kelelahan dapat memeperpendek periode pertama dari tahap REM.

5) Kecemasan Pada keadaan cemas seseorang mungkin menngkatkan saraf simpatis sehingga menganggu tidurnya. 6) Alkohol Alkohol menekan REM secara normal. Seseorang yang tahan minum alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah. 7) Obat-obatan Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain : diuretik menyebabkan insomnia, anti depresan ; supresi REM, kaffein ; meningkatkan saraf simpatis, beta bloker; menimbukan insomnia , dan narkotik ; mensupresi REM.

2.2.6 Gangguan Tidur 2.2.6.1 Klasifikasi gangguan tidur menurut Internasional Classification of Sleep Disorders 1. Dissomnia a. Gangguan tidur intrisik ; narkolepsi, gerakan anggota gerak periodik, sindroma kaki gelisah, obstruksi saluran nafas, hipoventilasi, post traumatik kepala, tidur berlebihan (hipersomnia), idiopatik. b. Gangguan tidur ekstrisik ; Tidur yang tidak sehat, lingkungan, perubahan posisi tidur, toksik, ketergantungan alkohol, obat hipnotik atau stimulant c. Gangguan tidur irama sirkadian ; Jet-lag sindroma, perubahan jadwal kerja, sindroma fase terlambat tidur, sindroma fase tidur

belum waktunya, bangun tidur tidak teratur, tidak tidur selama 24 jam. 2. Parasomnia Yaitu merupakan kelompok heterogen yang terdiri dari kejadiankejadian episode yang berlangsung pada malam hari pada saat tidur atau pada waktu antara bangun dan tidur. 3. Gangguan tidur berhubungan dengan gangguan kesehatan/psikiatri Gangguan mental, Penyakit degeneratif, Penyakit asma, penyakit jantung, ulkus peptikus, sindroma fibrositis, refluks gastrointestinal, penyakit paru kronik (PPOK) 4. Gangguan tidur yang lain

2.2.6.2 Gangguan Tidur Irama Sirkadian Sleep wake schedule disorders (gangguan jadwal tidur) yaitu gangguan dimana penderita tidak dapat tidur dan bangun pada waktu yang dikehendaki, walaupun jumlah tidurnya tetap (Japardi, 2002).. Menurut beberapa penelitian terjadi pergeseran irama sirkadian antara onset waktu tidur reguler dengan waktu tidur yang irreguler. Gangguan irama sirkadian dapat dikategorikan dua bagian: 1. Sementara (acut work shift, Jet lag) 2. Menetap (shift worker) Keduanya dapat mengganggu irama tidur sirkadian sehingga terjadi perubahan pemendekan waktu onset tidur dan perubahan pada fase REM

Berbagai macam gangguan tidur gangguan irama sirkadian menurut ICSD (Internasional Classification of Sleep Disorders) adalah sebagai berikut:

1. Tipe fase tidur terlambat (delayed sleep phase type) yaitu ditandai oleh waktu tidur dan terjaga lebih lambat yang diinginkan. Gangguan ini sering ditemukan dewasa muda, anak sekolah atau pekerja sosial. Orang orang tersebut sering tertidur kesulitan jatuh tidur) dan

mengantuk pada siang hari (insomnia sekunder). 2. Tipe Jet lag ialah menangantuk dan terjaga pada waktu yang tidak tepat menurut jam setempat, hal ini terjadi setelah berpergian melewati lebih dari satu zone waktu. Gambaran tidur menunjukkan sleep latensnya panjang dengan tidur yang terputus-putus. 3. Tipe pergeseran kerja (shift work type). Pergeseran kerja terjadi pada orang tg secara teratur dan cepat mengubah jadwal kerja sehingga akan mempengaruhi jadwal tidur. Gejala ini sering timbul bersama-sama dengan gangguan somatik seperti ulkus peptikum. Gambarannya berupa pola irreguler atau mungkin pola tidur normal dengan onset tidur fase REM. 4. Tipe fase terlalu cepat tidur (advanced sleep phase syndrome). Tipe ini sangat jarang, lebih sering ditemukan pada pasien usia lanjut,dimana onset tidur pada pukul 6-8 malam dan terbangun antara pukul 1-3 pagi. Walaupun pasien ini merasa cukup ubtuk waktu tidurnya. Gambaran tidur tampak normal tetapi penempatan jadwal irama tidur sirkadian yang tdk sesuai (http://www.esst.org/adds/ICSD.pdf)

2.2.7 Kebutuhan Tidur Pekerja Tambang Pekerja malam Tetap harus menjaga jadwal tidur yang teratur 7 malam seminggu, bahkan pada hari libur. Mengembalikan ke jadwal hari-hari biasa ketika tidak bekerja hanya akan membuat lebih sulit untuk tidur siang hari setelah kembali bekerja. Mereka yang memutar shift dapat menyesuaikan jadwal tidur mereka sehingga mereka akan dapat lebih mudah menyesuaikan diri dengan perubahan baru. Sebagai contoh, pada beberapa hari terakhir dari shift malam, pekerja harus menunda waktu tidur mereka dan kali meningkat sebesar 1 sampai 2 jam. Dengan demikian, sebagai shift malam dimulai, pekerja sudah siap dalam perjalanan mereka untuk menjadi disesuaikan dengan jadwal shift malam. (http://cmdept.unl.edu/drb/Reading/shiftwork.htm). Tidur siang pada hari libur pada titik yang tepat dalam ritme sirkadian seorang pekerja dapat membantu mengimbangi kekurangan tidur biasanya terkait dengan tidur siang yang buruk. Sementara tidur siang bukan merupakan pengganti untuk jadwal rutin tidur yang cukup, mereka dapat membantu kurang tidur individu mengurangi hutang tidur mereka dan meningkatkan kewaspadaan, setidaknya untuk sementara

(Queensland mining guidance note, 2001).

Anda mungkin juga menyukai