Anda di halaman 1dari 8

MODUL 4 CABANG FILSAFAT KHUSUS (2)

Tujuan Instruksional Umum


Setelah perkualiahan ini mahasiswa diharapan dapat menganalisis cabang-cabang filsafat khusus..

Tujuan Instruksional Khusus


Setelah pembahasan dalam modul ini diharapkan mahasiswa dapat memahami dan menganalisis cabang-cabang filsafat yang meliputi :. FilsafatPendidikan Filsafat sejarahr Filsafat Bahasa Filsafat Matematika

Materi Pembahasan Pada mulanya filsafat mencakup seluruh ilmu pengetahuan yang telah dikenal pada masa itu. Kemudian, secara berangsur-angsur, satu demi satu, barulah berbagai ilmu pengetahuan melepaskan diri dari filsafat dan menjadi ilmu yang berdiri sendiri. Perkembangan ilmu pengetahuan yang telah mandiri itu sehingga banyak orang yang menganggap bahwa ilmu pengetahuan dapat menjawab dan memecahkan seluruh persoalan yang selama ini tiodak bisa dijawab dan dipecahkan, sehingga ada yang menganngap filsafat tidak diperlukan ;lagi. Kenyataannya menunjukkan bahwa sesungguhnya ada banyak hal yang tidak dapat dijawab dan dipecahkan oleh ilmu pengetahuan itu. Pada umumnya ilmu pengetahuan dikembangkan dengan bertolak dari realitas serta dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan factual dan praktis. Apabila pengathaun telah

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Dr. Syahrial Syarbaini, MA, Ph.D.

FILSAFAT UMUM

melampaui pertanyaan factual dan praktis serta mengacu kepada upaya mencari kejelasan tentang seluruh realitas serta mencari akar dan asas realitas itu sendiri, maka berbagai ilmu pengetahuan yang telah mandiri itu terpaksa harus kembali ke induknya, yaitu filsafat. Segala upaya untuk memperoleh klarifikasi tentang seluruh realitas serta mencari akar dan asas realitas telah berada di luar kompetensi ilmu pengetahuan karena sesungguhnya hal itu merupakan suatu upaya filsafati yang membutuhkan pemikiran abstak dan reflektif kritis. Banyaknya pertanyaan yang diajukan pada berbagai bidang ilmu pengetahuan telah melampaui kompetensi bidang ilmu itu sendiri dan harus dimintakan jawaban kepada filsafat, maka lahirlah filsafat khusus tentang berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Filsafat khusus ini menerapkan berbagai metode filsafati dalam upaya mencari akar dan menemukan asas realitas yang dipersoalkan oleh bidang ilmu tersebut demi memperoleh kejelasan lebih pasti. Setiap ilmu membutuhkan filsafat sehingga pada hakikatnya jumlah filsafat tentang berbagai disiplin ilmu itu sebanyak jumlah disiplin ilmu yang ada. Banyak ilmu pengetahuan yang berkembang , yang mana ilmu-ilmu itu dapat dibagi ke dalam tiga kelompok sebagai berikut: 1. Ilmu-ilmu deduktif (ilmu-ilmu formal) 2. iiilmu-ilmu induktif (ilmu-ilmu empiris). Dan 3. ilmu-ilmu reduktif (sejarah dsb) Hakekatnbya persoalan filsafat terdapat diseluruh bidang ilmu dari tiga kelompok tersebut, namun hanya beberapa saja yang akan kita bahasa secara ringkas.

A. Filsafat Pendidikan Filsafat pendidikan dalam arti luas ialah pemikiran-pemikiran filsafati tentang pendidikan, tentang proses pendidikan atau tentang disipilin ilmu pendidikan (the philosophy of the discipline of education). Filsafat tentang proses pendidikan berkaitan dengan cita-cita, bentuk, metode atau hasil dari proses pendidikan. Adapun filsafat tentang disiplin ilmu

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Dr. Syahrial Syarbaini, MA, Ph.D.

FILSAFAT UMUM

pendidikan bersifat metadisipliner, dalam arti berkaitan dengan konsep-konsep, ide-ide dan metode-metode disiplin ilmu pendidikan. Secara histories, filsafat pendidikan dikembangkan oleh para filsuf, seperti Aristoteles, Augustinus dan John Locke, yaitu filsafat tentang proses pendidikan sebagai bagian dari system filsafat mereka dalam bentuk konteks teori-teori etika, politik, epistemology dan metafisika yang mereka anut. Filsafat pendidikan yang dikembangkan pada akhir-akhir ini oleh filsuf analitik merupakan filsafat tentang disiplin ilmu pendidikan dalam konteks dasar-dasar pendidikan (foundation of education) yang dihubungkan dengan bagian-bagian lain dalam disiplin ilmu pendidikan, yaitu sejarah pendidikan, psikolohi pendidikan dan sosiologi pendidikan. Beberapa aliran filsafat yang begitu mempengaruhi perkembangan filsafat pendidikan sampai saati antara lain sebagai berikut: 1. Filsafat Analitik Filsafat analitik tidak membahas proporsi-priporsi substanstif atau persoalan persoalan factual danh normative tentang pendidikan. Filsafat pendidikan analitik menganalisis serta menguraikan istilah-istilah dan konsep-konsep pendidikan, seperti pengajaran (teaching), kemampuan (ability), pendidikan (education) dan sebagainya. Serta mengecam dan mengklarifikasi berbagai slogan pendidikan, seperti "ajarlah anak-anak dan mata pelajaran" (teach children, not subjects). Alat-alat yang digunakan oleh filsafat analitik untuk melaksanakan tugasnya adalah logika dan linguistic serta teknik-teknik analisis yang berbeda antara seorang filsuf dan filsuf lain. 2. Progresivisme Progresivisme berpendapat bahwa pendidikan bukan sekedar mentransfer pengetahuan kepada anak didik, melainkan melatif kemampuan dan keterampilan berpikir dengan memberi rangsangan yang tepat. John Dewey (tokoh pragmatisme) yang termasuk dalam golongan progresivisme menyatakan bahwa sekolah adalah institusi social dan pendidikan itu sendiri adalah suatu proses social. Selanjutnya, pendidikan adalah proses kehidupan (process of living), bukan sebagai persiapan untuk masa depan. Pendidikan adalah proses kehidupan itu sendiri, maka kebutuhan individual anak didik harus lebih diutamakan, bukan subject oriented.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Dr. Syahrial Syarbaini, MA, Ph.D.

FILSAFAT UMUM

3. Eksistensialisme Eksistensialisme menyatakan bahwa yang menjadi tujuan utama pendidikan bukan agar anak didik dibantu mempelajari bagaimana menanggulangi masalah-masalah eksistensial mereka, melainkan agar dapat mengalami secara penuh eksistensi mereka. Para pendidik eksistensialis akan mengukur hasil pendidikan bukan semata-mata pada apa yang telah dipelajari dan diketahui si anak didik, melainkan yang lebih penting apa yang mampu mereka ketehui dan alami. Para pendidik eksistensialis menolak pendidikan dengan system indoktrinasi. 4. Rekonstruksionisme Rekonstruksionisme merupakan reformasi social yang menghendaki renaissans sivilisasi modern. Para pendidik rekonstruksionalis melihat bahwa pendidikan dan reformasi social itu sesungguhnya sama. Mereka memandang kurikulum sebagai "problem-centered". Pendidikan pun harus menjawab pertanyaan ( dari George S. Cout): "beranikah sekolah-sekolah membangun suatu orde social baru?" B. Filsafat Sejarah Filsafat sejarah mengikuti dua alur yang berbeda, alur poertama berupaya untuk memandang proses sejarah secara menyeluruh, baru kemudian mencoba menafsirkannya sedemikian rupa untuk memahami arti dan makna serta tujuan sejarah. Filsafat sejarah yang mengikuti alur pertama disebut "filsafat sejarah spekulatif". Alur kedua tidak memandang kepada proses sejarah secara menyeluruh, melainkan justru memikirkan masalah-masalah pokok penyelidikan sejarah itu sendiri, cara dan metode yang digunakan oleh sejarawan dan sebagainya. Filsafat sejarah yang mengikuti alur kedua ini disebut "filsafat sejarah kritis". Dalam filsfat sejarah spekulatif, biasanya ada beberapa pertanyaan yang berupaya dijawab, antara lain: Apakah hakikat, arti dan makna sejarah itu? Apakah sebenarnya yang menggerakkan proses sejarah itu? Apakah tujuan akhir proses sejarah itu? Tokoh-tokoh filsafat sejarah spekulatif yang terkenalialah Giambattista Vico (1668-1744), Hohann Gottfried von Herder (1744-1803), George Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831), Karl Marx (1818-1883) dan Aenold Hoseph Toynbee (1889-1975).

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Dr. Syahrial Syarbaini, MA, Ph.D.

FILSAFAT UMUM

Dasar yang digunakan para filsuf sejarah spekulatif untuk menafsirkan proses sejarah begitu bervariasi. Ada yang mendasarkan tefsiran mereka atas dasar pertimbangan empiris, metafisis, dan juga religius. Karena dasar yang digunakan berbeda-beda, tentu saja bentuk dan hasil tafsiran mereka pu berbeda-beda. Sebagai contoh, Marx berpendapat sejarah sesungguhnya mengikuti pola garis lurus tunggal yang terarah pada suatu tujuan yang dapat diketahui sebelumnya. Bagi Toynbee, sejarah merupakan suatu siklus perubahan tetap yang senantiasa berulang. Hal-hal yang dipertanyakan dalam filsafat sejarah kritis muncul dari renungan atas pemikiran dan penalaran menurut ilmu sejarah, terutama bersifat epistemologis dan konseputual. Pada umumnya pembahasan berkisar pada dua pokok soal yang penting, yaitu mengenai logisitas eksplanasi yang diketengahkan oleh sejarawan professional dan status epistemologis narasi sejarah masa silam. Karena itu, timbullah pertanyaan-pertanyaan, bagaimanakah sifat logis eksplanasi peristiwa-peristiwa yang dikemukan oleh sejarawan itu? Apakah narasi sejarah memiliki validitas objektif? Tokoh-tokoh filsafat sejarah kritis ialah Wilhelm Dilthey (18331911), Benedetto Croce (1866-1952), dan Robin George Collingwood (1889-1943). C. Filsafat Bahasa Filsafat bahasa yang berkembang dewasai ini sering disebut sebagai filsafat analitik. Pelopornya adalah George Edward Moore (1973-1959),seorang filsuf Inggris dari Universitas Cambridge. Filsafat bahasa yang dikembangkan oleh Moore merupakan kritik terhadap neo-idealisme, yang katanya membuat pertanyaan-pertanyaan filsafat yang tidak dapat dipahami karena tidak didasarkan kepada logika. Menurut Moore, tugas filsafat bukanlah untuk memberi eksplanasi atau interpretasi mengenai pengalaman kita, melainkan memberi penjelasan dan keterangan konsep atau gagasan lewat analisis yang berdasarkan pada akal sehat (common sense). Moore berpendapat bahwa kekacauan dalam filsafat terjadi karena ungkapan filsafati bersimpang jalan dengan bahasa biasa yang digunakan sehari-hari. Hal itu justru menunjukkan bahwa common sense telah diabaikan. Filsuf yang mengemukakan filsafat analitik lebih lanjut ialah Bertrand Russell (1872-1970) da Ludwig Wittgenstein (1889-1951), Keduanya dari Universitas Cambridge> Ketika studi di

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Dr. Syahrial Syarbaini, MA, Ph.D.

FILSAFAT UMUM

Cambridge, Wittgenstein adalah murid Russell, tetapi di dalam berfilsafat, Russell belajar banyak dari Wittgenstein. Menurut Russell, bahasa yang benar merupakan deskripsi darirealitas. Dengan menyelidiki unsure-unsur paling kecil dari bahasa, Russell menemukan gambaran dari fakta-fakta atomis. Ia menyebut bagian-bagian yang paling kecil dari bahasa sebagai atom-atom logis. Rangkaian atom-atom logis itu membentuk apa yang disebutnya molekul-molekul logis, yaitu pernyataan-pernyataan sederhana. Russell berpendapat bahwa filsafat yang benar benar bercorak ilmiah haruslah menggunakan bahasa logika bukan bahasa biasa. Filsafat Wittgenstein dibagi ke dalam dua periode yang masing-masing mempengaruhi aliran-alioran filsafat tertentu. Pemikiran Wittgenstein dalam periode sebelum 1930 (Wittgenstein I), yang dikenal lewat karya tulisnya yang berjudul "Tractus Logico Philosophicus", mempengaruhi lingkaran Wina dan Neo-positivesme di Inggris. Pemikiran Wittgenstein sesudah tahun 1930 (Wittgenstein II), yang dikenal lewat karyanya yang berjudul "Philosopihcal Investigations", menjadi titik awal analitik bahasa. Wittgenstein I, menegaskan bahawa hanya pernyataan-pernyataan deskriptif yang memiliki arti. Bahasa haruslah merupakan suatu deskripsi atau gambaran yang jelas dari suatui realitas, bila tidak, ia sama sekali tidak memiliki arti. Wittgenstein II, menyatakan bahwa arti suatu pernyataan tergantung pada jenis bahasa yang digunakan. Ada berbagai jenis penggunaan bahasa yang semuanya memiliki logika dan kebenaran tersendiri. Dalam "Philosophical investigations, menjelaskan konsepnya tentang permainan bahasa (language games). Permainan bahasa adalah suatu proses pemakaian kata, termasuk pula pemakaian bahasa sederhana. Setiap bentuk permainan bahasa memeliki ketentuan dan aturan sednidi yang tidak boleh dicampuradukan agar tidak menimbulkan kekacauan. Dengandemikian, jelas terlihat bahwa tidak mungkin ada ketentuan dan peraturan umum yang dapat mengatur seluruh bentuk permainan bahasa. Jelas pula bahwa arti sebuah kata tergantung pada pemakaiannya dalam kalimat. Adapun arti kalimat terg\antung pada pemakaiannya dalam bahasa.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Dr. Syahrial Syarbaini, MA, Ph.D.

FILSAFAT UMUM

D. Filsafat Matematika Sejak abad ke-5 sampai dengan ke-3 SM. Matematika telah dikenal di Mesir dan Babilonia sebagai suatu alat yang sangat berguna untuk memecahkan berbagai persoalan dan masalah praktis. Sebagai contoh, banjir tahuan di lembah sungai Nil memaksa orang Mesir purba mengembangkan suatu rumus atau formula yang membantu mereka menetapkan dan menentukan kembali batas-batas tanah. Rumus-rumus matematika juga digunakan untuk konstruksi, penyusunan kalender dan perhitungan dalam perdagangan. Akan tetapi, matematika sebagai ilmu, baru dikembangkan oleh para filsuf Yunani sekitar lima ribu tahun kemudian. Filsuf besar Yunani yang mengembangkan Matematika ialah Pythagoras dan Plato, kendati dapat dikatakan bahwa secara umum semua filsuf Yunani purba bukan hanya menguasai matematika, melainkan juga ikut serta dalam pengembangannya. Bagi, Pythagoras, matematika adalah alat yang sangat penting untuk memahami filsafat. Ia pun menemukan fakta yang menunjukkan bahwa fenomena yang berbeda dapat memperlihatkan sifat-sifat matematis yang identik. Oleh sebab itu, ia menyimpulkan bahwa sifat-sifat tersebut dapat dilambangkan ke dalam bilangan dan dalam keterhubungan angkaangka. Semboyan Pythagoras yang sangat terkenal ialah " Panta arithmos " artinya segala sesuatu ada bilangan". Plato berpendapat bahwa geometri adalah kunci untuk meraih pengetauan dan kebenaran filsafat. Menurut Plato, ada suatu "dunia" yang disebutnya "dunia ide", yang dirancang secara matematis. Segala sesuatu yang dapat dipahami lewat indra, hanyalah suatu representasi tidak sempurna dari "dunia ide" tersebut. Prinsip pertama dan utama matematika saat itu ialah abstraksi karena bagi para filsuf Yunani yang mengembangkan matematika, kebenaranpada hakikatnya hanya bersangkut paut dengan suatu entitas permanent dansuatu keterhubungan serta pertalian yang tidak berubah-ubah. Oleh sebab itu, jelas bahwa sejak semula matematika bukan hanya merupakan alat bagi pemahaman filsafati, melainkan juga merupakan bagian dari pemikiran filsafat itu sendiri. Pada masa kini filsafat matematika lebih mengeraskan titik tumpunya pada tudi tentang konsep-konsep matematika, hakikat matematika (termasuk cirri-ciri dan karakteristiknya), prinsip-prinsip serta justifikasi prinsip-prinsip yang digunakan di dalam matematika dan landasan matematika (foundations of mathematics".)

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Dr. Syahrial Syarbaini, MA, Ph.D.

FILSAFAT UMUM

Ada pula pendepat dari galangan ahli matematika yang mengharapkan agar para filsuf dapat berbuat lebih banyak dengan menjadikan filsafat matematika sebagai penyusun, penghimpun dan penertib ilmu matematika yang dianggap telah berkeping-keping dan kacau balau selama abad-abad.

E. Soal / Tugas Jawablah pertanyaan berikut ini! 1. Jelaskanlah apakah yuang menjadi objek kajian filsafat pendidikan? 2. jelaskanlah beberapa aliran yang mempengaruhi perkembangan folsafat pendidikan? 3. Jelaskan dua alur yang diikuti filsafat sejarah serta apa perbedaannya? 4. Apakah pendapat Moore dan Russell tentang filsafat bahasa? 5. Bagaimana perkembangan filsafat matematika.jelaskanlah! Daftar Pustaka: 1. Abidin, Zainal. 2003. Filsafat Manusia. Cet. Ke 3. Bandung. Remaja Rosdakarya. 2. Kartanegara, Mulyadi. 2005. The Best Chicken Soup of The Philosophers (terj. Ahmad Fadhil). Jakarta. Himah 3. Rapar, Jan Hndrik. 2005. Pengantar Filsafat. Cet. Ke-10. Jokyakarta. Kanisius. 4. Osborne, Richard. 2001. Filsafat Untuk Pemula (terj.) Cet. Ke-1. Jokyakarta. Kanisius..

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Dr. Syahrial Syarbaini, MA, Ph.D.

FILSAFAT UMUM

Anda mungkin juga menyukai