A. Hakikat Kualitas Pembelajaran Matematika SD Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Meity, 2011: 306) matematika adalah ilmu tentang bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah tentang bilangan. Menurut Soedjadi dalam Heruman (2012: 1) bahwa hakikat matematika yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif. Muijs dan Reynolds (2008:333) matematika adalah kendaraan utama untuk mengembangkan kemampuan
berpikir logis dan kemampuan kognitif yang lebih tinggi pada anak-anak. Berdasarkan pebgertian matematika diatas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang
mempelajari tentang bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah tentang bilangan dengan berpikir secara deduktif dan logis. Kualitas mempunyai istilah sama dengan mutu atau keefektifan. Menurut Etzioni (2011: 194), secara definitive, efektifitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya. Efektifitas
11
12
faktor di dalam maupun di luar diri seseorang. Dengan demikian, efektifitas merupakan suatu konsep yang sangat penting karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan seseorang dalam mencapai sasaran atau tingkat pencapian tujuan tujuan. Uno (2010:153), menambahkan kualitas lebih mengarah pada sesuatu yang baik.Sedangkan pembelajaran adalah upaya membelajarakan
siswa.Berdasarkan definisi-definisi kualitas dan pembelajaran yang telah diuraikan dapat dikatakan bahwa kualitas
pembelajaran adalah tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya dengan menggunakan seperangkat kegiatan belajar mengajar yang dirancang menggunakan
berbagai sumber dan fasilitas dengan interaksi antara guru dan siswa sehingga dapat menghasilkan keluaran yang baik . Hal itu ditegaskan oleh Van de Walle ( 2008: 3) Untuk mencapai pendidikan matematika yang berkualitas para guru harus (1) memahami secara mendalam matematika yang mereka ajarkan, (2) memahami bagaimana siswa belajar matematika, perkembangan termasuk matematika didalamnya siswa secara mengetahui individual, (3)
memilih tugas tugas dan strategi yang akan meningkatkan mutu proses pengajaran.
12
13
Berdasarkan
uraian
diatas
tentang
kualitas
pembelajaran matematika dapa disimpulkan bahwa tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran
matematika dengan menggunakan seperangkat kegiatan belajar mengajar yang dirancang menggunakan berbagai
B. Kualitas Proses Pembelajaran Kualitas Proses Pembelajaran Matematika dapat dilihat dari kegiatan belajar selama proses pembelajaran dengan menggunakan instrument penilaian. Menurut Stone (2009: 50) matematika dapat dan harus diajarkan dalam suasana yang kondusif untuk pemikiran, matematika diukur dari yang untuk kualitas bebas dari tekanan. kualitas
pembelajaran pembelajaran
Instrumen
penilaian
terbagi kedalam dua aspek yaitu istrumen pengamatan guru mengajar, instrument pengamatan nilai karakter siswa, dan instrument penerapan strategi pembelajaran kontektual. Instrumen pengamatan guru mengajar yaitu Persiapan
pembelajaran, Membuka pembelajaran, Kejelasan dan sistematika penyampaian materi, Ketepatan strategi pembelajaran, Penerapan
13
14
model pembelajaran, Ketepatan dan daya tarik media, Kemampuan menggunakan media, Menumbuhkan partisipasi aktif dan
antusiasme dalam belajar, Memantau kemajuan belajar selama proses, Melakukan penilaian/ evaluasi, Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, lancar, baik, dan benar, dan Menutup pembelajaran (PPL UNS, 2009)
Instrumen penerapan strategi pembelajaran kontekstual yaitu dengan menerapkan indikator komponen dalam sistem pembelajaran (Constructivism), (Inquiry), Pemodelan kontektual Bertanya meliputi Konstruktivisme Menemukan Community), Penilaian
(Questioning), (Learning
Masyarakat (Modeling),
belajar Refleksi
(Reflection),
sebenarnya (Authentic Assement). Dari komponen sistem pembelajaran kontektual, dalam penelitaian sederhana berikut: 1. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerjasendiri, menemukan sendiri, dan meng-konstruksikan sendiri pengetahuan ini kualitas proses pembelajaran secara
danketerampilan barunya. 2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
14
15
3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. 4. Menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam
kelompok-kelompok). 5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran. 6. Melakukanlah refleksi di akhir penemuan. 7. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. Instrumen nilai karakter siswa yaitu dengan
menerapkan nilai karakter dalam kegiatan pembelajaran. Nilai karakter tersebut antara lain: bertanggung jawab (responsible), berdisiplin (dicipline), jujur(honest), peduli
(care), kerja keras (hard work), kreatif (creative), berhati-hati, mandiri (independent), rasa ingin tahu (curiosty), semangat kebangsaan (nationality spirit), menghargai (respect),
bersahabat (friendly), cinta damai (peace ful), teliti. Instrumen penilaian karakter siswa, dengan
menggunakan nilai karakter yaitu disiplin, kerja keras kreatif dan tanggung jawab. Deskripsi displin yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan, deskripsi kerja keras yaitu perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya, deskripsi kreatif
15
16
yaitu berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki dan
deskripsi tanggung jawab yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang
seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
C. Kualitas Output Pembelajaran Matematika Output pembelajaran matematika dapat dikelompokkan menjadi 4 ranah yaitu kognitif, afektif, psikomotor dan sosial. Menurut Taksonomi Bloom dalam Uno (2006: 35-39), ranah kognitif diklasifikasikan menjadi 6 tingkatan sebagai berikut: 1) pengetahuan, 2) pemahaman, 3) penerapan, 4) analisis, 5) sintesis, menjadi dan 5 6) evaluasi. 1) Ranah afektif dikalsifikasikan 2) kemauan
yaitu
kemauan
menerima,
menanggapi, 3) berkeyakinan, 4) penerapan karya, dan 5) ketekunan dan ketelitian. Sedangkan ranah psikomotor
meliputi 1) persepsi, 2) kesiapan, 3) mekanisme, 4) respon terbimbing, 5) kemahiran, 6) adaptasi, dan 7) originasi. Pada penelitian kualitas output pembelajaran
matematika dalam penelitian ini adalah penilaian kognitif. Penilaian kognitif dengan menggunakan soal, dengan
16
17
menggunakan rubrik penilaian yang terdiri dari soal, kunci jawaban dan skor. Bahwa dalam penilaian kualitas output pembelajaran berdasarkan hasil akhir atau evaluasi
D. Hakikat Strategi Kontektual berbasis Karakter 1. Definisi Strategi Kontektual Strategi merupakan cara atau teknik yang terencana dalam mewujudkan dan melaksanakan gagasan / ide atau sesuatu hal agar dapat diimplementasikan secara terarah serta memperoleh hasil yang efektif (Agung, 2010: 67).
Strategi pembelajaran menurut Uno (2006: 45), merupakan hal yang perlu dipertimbangkan guru dalam proses
pembelajaran. Hal itu ditegaskan oleh Sanjaya (2010: 294) Strategi pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Bahwa strategi merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbgai sumber daya/ kekuatan dalam pembelajaran. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu, yang berarti bahwa penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan
17
18
dalam
pencapaian
tujuan.
Dengan
demikian
strategi
pembelajaran adalah cara atau teknik yang terencana yang perlu dipertimbangkan dalam proses belajar untuk
mewujudkan pembelajaran yang berkualitas. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk memukan materi yang dipelajari dengan menghubungkan dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan mereka ( Sanjaya, 2009: 253). Menurut Elaine (2011: 14), CTL adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filisofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima dan mereka menangkap makna dalam tugas tugas sekolah apabila mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan
pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya. Zaenul (2012:173), menambahkan bahwa implementasi pembelajaran kontekstual berlandaskan
pada filosofi setiap anak memiliki potensi dasar yang perlu untuk dikembangkan sehingga dalam pembelajaran
18
19
Berdasarkan
definisi
startegi
kontekstual
diatas
dapat disimpulkan bahwa strategi kontektual adalah teknik yang terencana yang perlu dipertimbangkan dalam proses belajar untuk mewujudkan pembelajaran yang berkualitas dengan memperhatiakan makna setiap proses
pembelajaran. 2. Sistem pembelajaran Kontekstual Menurut Elaine (2011: 65), Sistem pembelajaran
kontekstual mecakup 8 komponen. Komponen komponen dalam sistem pembelajaran kontekstual adalah sebagai beriku: membuat keterkaitan keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, melakukan
pembelajaran yang diatur sendiri, bekerjasama, berpikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, menggunakan mencapai penilaian standar autentik. yang tinggi, dan sistem
Komponen
pembelajaran kontektual dalam kelas secara sederhana adalah sebagai berikut: 1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerjasendiri, menemukan sendiri, dan meng-konstruksikan sendiri pengetahuan danketerampilan barunya.
19
20
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. 3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. 4. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompokkelompok). 5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. 6. Lakukanlah refleksi di akhir penemuan. 7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. Komponen kelas antara lain utama pembelajaran ada tujuh kontekstual berikut: di (a)
sebagai (b)
Konstruktivisme
(Constructivism),
Bertanya
(Questioning), (c) Menemukan (Inquiry), (d) Masyarakat belajar (Learning Community), (e) Pemodelan (Modeling), (f) Refleksi (Reflection), (g) Penilaian sebenarnya
(Authentic Assement) (Trianto, 2010:111). Adapun uraian dari ketujuh komponen tersebut adalah; a. Kontruktivisme Kontruktivisme yaitu suatu kegiatan dimana siswa membangun pengetahuan sedikit demi sedikit dari pengetahuan yang dimiliki siswa, diharapkan siswa belajar bukan hanya menghafal tetapi melalui
20
21
adalah
proses
membangun
atau
mrenyusun
pengetahuan dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman (Sanjaya, 2005:118). Pembelajaran
melalui CTL pada dasarnya mendorong siswa agar bisa mengkonstruksi pengetahuannya melalui proses
pengamatan dan engalaman. b. Menemukan(Inkuiri) Menemukan yaitu suatu kegiatan dimana siswa
berusaha menemukan sendiri pengetahuan bukan hasil mengingat-ingat pembelajaran fakta-fakta. didasarkan Inkuiri pada adalah pencarian proses dan
penemuan melalui proses berpikir secarasistematis (Sanjaya, 2009:265). c. Bertanya Bertanya yaitu kegiatan bertanya dalam pembelajaran bisa guru dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan siswa bahkan siswa dengan orang lain (nara sumber) sebagai upaya guru dalam membimbing siswa, menggali informasi yang dan telah menilai diperoleh sejauh siswa. mana Menurut
kemampuan
Sanjaya, (2009:266). Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk. 1) menggali informasi tentang kemamapuan siswa
21
22
dalam penguasaan materi pelajaran, 2) membangkitkan motivasi siswa untuk belajar, 3) merangsang
keingintahuan siswa terhadap sesuatu, 4) memfokuskan siswa pada sesuatu yag diinginkan, 5) Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan
sesuatu.Dalam setiap tahapan dan proses pembelajaran kegiatan bertanya hampir selau digunakan. Oleh karena itu, kemampuan guru untuk untuk mengembangkan teknik-teknik bertanya sangat diperlukan.Sehingga
dengan tekhnik bertanya guru bisa mengetahui sejauh mana kemampuan yang diperoleh siswa dan guru dapat membimbing siswa untuk menemukan atau
menyimpulkan sesuatu. d. MasyarakatBelajar Masyarakat Belajar yaitu suatu kegiatan dimana siswa memperoleh hasil belajar dari hasil belajar bekerja sama atau tukar pendapat dengan orang lain. Dalam kelas CTL penerapan masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar.Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, dilihat dari kemampuan dan kecepatan berpikirnya. Sehingga hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing dengan orang lain, antar
22
23
teman,
anatr
kelompok.
Bagi
yang
sudah
tahu
memebari tahu pada yang belum tahu, yang pernah memiliki pengalaman membagi pengalamnnya pada orang lain. (Sanjaya, belajar 2009:267). diharapkan Dengan siswa adanya mampu
masyarakat
berinteraksi dengan teman satu kelompok maupun lain kelompok. Dan siswa yang belum tahu/belum paham tidak malu untuk bertanya kepada temannya yang sudah tahu/paham mengenai materi yang diajarkan. e. Permodelan Pemodelan bisa diartikan suatu contoh nyata yang ditunjukkan guru atau orang lain bisa asli atau tiruan dan bisa berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep-konsep. Yang dimaksud modelling
adalah poses pembelajaran dengan memeperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh siswa. f. Refleksi Refleksi yaitu berpikir kembali apa yang telah dilakukan dan apa yang akan diperoleh siswa dalam kegiatan pembelajaran. Menurut (Sanjaya 2009:268) refleksi adalah proses penerapan pengalaman yang telah
dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran
23
24
yang telah dilaluinya. Dalam proses pembelajaran menggunakan pendekatan CTL setiap proses
pembelajaran guru memberikan kesempatan kepada siswanya untuk merenung atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. g. PenilaianOtentik Penilaian yaitu suatu kegiatan pengumpulan data dari berbagai sumber yang bisa memberikan gambaran perkembangan tersebut bisa belajar siswa. ke Ketujuh dalam komponen
dimasukkan
pembelajaran
sesuai dengan materi yang dibahas. Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau
menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah benar-benar
dikuasai dan dicapai Adapun ciri cirri pembelajaran kontekstual yaitu pengalaman gembira, nyata, kerjasama, saling menunjang, pembelajaran
belajar
dengan
bergairah,
24
25
dan kritis, menyenangkan, tidak membosankan, sharing dengan teman dan guru kreatif. 3. Definisi Pendidikan Karakter Menurut Hariyanto dan Muchlas (2009: 45-46)
pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepeada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikr, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan
moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemmapuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh
hati. Sedangkan m
(2011: 5) pendidikan karakter dalam seting sekolah adalah sebagai pembelajaran yang
25
26
secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah. Hal itu ditegaskan bahwa adalah oleh
Zaenul (2012: 21)
karakter untuk
terukir sejak dini, agar dapat mengambil keputusan dengan baik dan bijak serta dalam
Pendidikan
mempraktikannya kehidupan
karakter sangat
sehari-hari.
penting dalam
pembelajaran
yang
26
27
Berdasarkan pengertian pendidikan karakter diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupkan pendidikan yang mengandung unsur moral, norma, sikap bahkan perilaku karena untuk menentukan apakah seseorang memiliki akhlak atau budi pekerti yang baik sehingga dapat
diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. 4. Nilai-nilai dasar pendidikan karakter a. Bertanggung jawab (responsible) Para guru harus mampu mengajak para peserta didiknya untuk Mampu menjadi manusia yang bertanggung apa yang jawab. telah
mempertanggungjawabkan
dilakukannya dan berani menanggung segala resiko dari apa yang telah diperbuatnya. Rasa tanggung jawab ini harus ada dalam diri para siswa kita.Kegiatan seperti pentas seni adalah merupakan salah satu bentuk dimana siswa atau siswa diberi tanggung jawab dalam
mengelola sebuah kegiatan seni. b. Berdisiplin (dicipline) Para guru harus mampu menamkan disiplin yang tinggi kepada para peserta didiknya.Kedisiplinan harus dimulai pada saat masuk sekolah.Budaya tepat waktu harus ditegakkan.Siapa yang terlambat datang ke sekolah
27
28
harus terkena sanksi atau hukuman sesuai dengan peraturan tata tertib yang berlakuk di sekolah. Sioswa harus diajarkan disiplin, dengan demikian dia kan terbiasa disiplin dalam kehidupannya. Contoh yang paling mudaha adalah tepat waktu.Siswa harus dididik untuk mampu tepat waktu. c. Jujur(honest) Kejujuran saat ini merupakan hal yang langka. Para guru harus mampu memberikan contoh kepada para peserta didiknya untuk mampu berlaku jujur. Ketika jujur
diajarkan di sekolah-sekolah kita, maka para siswa tak akan berani berbohong karena telah terbiasa jujur. Kebiasaan jujur ini jelas harus menjadi fokus utama dalam pendidikan di sekolah.Sebab kejujuran telah menjadi barang langka di negeri ini.Timbulnya korupsi, kolusi, dan nepotisme adalah akibat dari karakter jujur yang kurang terpelihara dengan baik. d. Peduli (care) Siswa harus dilatih untuk peduli kepada sesama. Belajar melakukan empati kepada orang lain dengan rasa kepedulian yang tinggi. Ketika kita mau peduli, maka saudara-saudara kita yang sedang mengalami kesulitan akan terbantu. Di situlah akhirnya jiwa kepedulian kita
28
29
teruji.Banyaknya musibah yang silih berganti di negeri ini, baik musibah bencana alam maupun bencana lainnya harus membuat kita semakin peduli dengan bangsa sendiri. e. Kerja keras (Hard work) Siswa harus dilatih untuk mampu bekerja keras. Bukan hanya mampu bekerja keras, tetapi juga mampu bekerja cerdas, ikhlas, dan tuntas. Dengan begitu kerja keras yang dilakukannya akan bernilai ibadah di mata Tuhan pemilik langit dan bumi. Orang yang senang bekerja keras pastilah akan menuai kesuksesan dari apa yang telah dikerjakannya. Orang yang bekerja keras pasti mampu meujudkan impiannya menjadi kenyataan. f. Kreatif (Creative) Siswa harus diajarkan agar mampu kreatif.Dengan
begitu dia telah terbiasa menciptakan sesuatu yang baru. Guru kreatif akan menghasilkan siswa yang kreatif pula. Ajarkan siswa kita agar mampu kreatif dalam menjalankan aktivitas kesehariannya.Anak kreatif tidak lahir begitu saja. Dia lahir dari proses pendidikan yang berkelanjutan. g. Berhati-hati
29
30
Siswa
harus
berhari
hati.Berhati
hati
dalam
mengerjakan sesuatu kegiatan sehingga dalam segala kegiatan yang dilakukan dapat membuakan hasil yang memuaskan terhadap kinerja yang berhati hati. h. Mandiri (independent) Anak yang terbiasa mandiri biasanya akan jauh lebih berhasil hidupnya daripada anak yang kurang mandiri. Mandiri bukan hanya mampu berdiri di atas kakinya sendiri, tetapi juga mampu membawa dirinya untuk tidak bergantung penuh kepada orang lain. Kemandirian harus ditanamkan kepada para siswa kita bila ingin anak menjadi mandiri. i. Rasa Ingin Tahu (curiosty) Setiap anak pasti memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi.Tentu sebagai guru kita dituntut untuk mampu mengarahkan rasa ingin tahu mereka kearah hal-hal yang positif seperti rasa ingin tahu mereka tentang bumi dan antariksa yang ilmunya terus berkembang seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengatahuan dan teknologi.Bila siswa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, amak itu adalah modal dasar untuk menjadi seorang ilmuwan muda dan kaya. Rasa ingin tahu ini harus terus
30
31
dimotivasi agar para siswa kita mampu juga meneliti di usia remaja. j. Semangat Kebangsaan (Nationality Spirit) Para siswa harus didorong memiliki semangat
kebangsaan. Dengan begitu akan ada rasa bangga kepada bangsanya sendiri. Contoh yang paling mudah dari semangat kebangsaan adalah sepakbola.Dengan permainan sepakbola, para pemain dan penonton
dituntut harus memiliki semangat kebangsaan yang tinggi. Apalagi bila kita bermain di negeri orang lain. k. Menghargai (Respect) Siswa harus mampu menghargai hasil karya orang lain yang dilihatnya. Dengan begitu ada penghargaan yang diberikan olehnya kepada orang lain. Saling menghargai merupakan dilestarikan cerminan secara budaya turuh bangsa yang harus
temurun.
Mengharagai
pendapat orang lain adalah salah satu contoh dari karakter saling menghargai sesama. l. Bersahabat (Friendly) Ketika siswa sudah terbiasa bersahabat, maka akan terasalah pentingnya sebuah persahabatan. Bersahabat adalah karakter penting yang harus dimiliki oleh para peserta didik.Kita harus memupuk rasa persaudaraan
31
32
yang tinggi. Bila kita saling bersahabat, maka kita akan semakin dekat dan akrab. Dengan begitu akan semakin dekatlah hati kita masing-masing. Persahabatan bagai kepompong yang akan mengubah ulat menjadi kupukupu. Sungguh indahnya sebuah persahabatan. m. Cinta damai (Peace Ful)
Siswa harus cintai damai.Cinta mencintai antar sesama anak manusia.Kita semua bersaudara dan tidak
selayaknya kita saling bertengkar.Kita cinta damai, tepai kita pun cinta kemerdekaan. Siapa saja bangsa yang mengusik kemerdekaan kita, maka kita akan
melawannya dengan gagah perkasa karena kita lebih mencintai bangsa sendiri n. Teliti Siswa harus teliti dalam dalam mengerjakan sampai segala membuat
kegiatan.Teliti
persiapan
kesimpulan. Dengan ketilitian akan dapat menghasilkan kerja ilmiah yang maksimal. Ketiliatian kinerja membawa sehingga
dampak
positif
terhadap
segala
32
33
E. Penerapan Strategi Kontekstual berbasis karakter pada Sekolah Dasar Penerapan karakter pada tentang strategi kontekstual matematika berbasis yaitu
pembelajaran
pengintegrasian pembelajaran matematika dengan pendidikan karakter yang mengandung unsur moral, norma, sikap bahkan
perilaku, akhlak atau budi pekerti yang baik strategi kontekstual. dengan penggunaan
1. Fungsi Matematika Kegunaan matematika untuk Sekolah Dasar menurut Endyah (2008:12), menyatakan bahwa matematika bagi Sekolah Dasar berguna untuk kepentingan hidup dalam lingkungannya, untuk mengembangkan pola pikirnya, dan untuk mempelajari ilmu-ilmu yang kemudian. Dengan demikian mata pelajaran Matematika di Sekolah Dasar berfungsi untuk mengembangkan kemampuan mampu menjadi manusia yang berpikir logis, kritis, tekun,
bertanggung jawab dan mampu menyelesaikan persoalan dalam kehidupan sehari-hari siswa sekolah dasar. 2. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga
33
34
negara, dan anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan menengah. Sedangkan tujuan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar menurut kurikulum KTSP SD / MI 2006 adalah agar pesertadidik memiliki kemampuan sebagai berikut : (1) memahami konsep matematika menjelaskan keterkaiatan antar konsep ,dan mengaplikasikan luwes, akurat, efisien, konsep atau alogaritma secara dan tepat dalam pemecahan
masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat,melakukan manipulasi matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah ,merancang model matematika ,menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengkomunikasi gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keaadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan,yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Tujuan umum dan khusus yang ada di Kurikulum KTSP SD/MI 2006pada pelajaran matematika di sekolah yang memberikan gambaran belajar tidak hanya di bidang kognitif saja, tetapi meluas pada bidang psikomotor dan
34
35
afektif.
Pembelajaran
matematika
diarahkan
untuk
pembentukan kepribadian dan pembentukan kemampuan berpikir yang bersandar pada hakikat matematika, ini berarti hakikat matematika merupakan unsur utama dalam pembelajaran pembelajaran matematika. matematika Oleh karenanya hasil-hasil
menampakan
kemampuan
berpikir yang matematis dalam diri siswa, yang bermuara pada kemampuan menggunakan matematika sebagai
bahasa dan alat dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Hasil lain yang tidak dapat diabaikan adalah terbentuknya kepribadian yang baik dan kokoh.
3. Standar Kompetensi Matematika SD dan MI Standar Kompetensi Matematika menurut kurikulum KTSP SD/MI 2006 merupakan seperangkat kompetensi matematika yang dibakukan dan harus dicapai oleh siswa pada akhir periode pembelajaran. Standar ini
dikelompokkan dalam kemahiran matematika, bilangan, pengukuran dan geometri, aljabar, statistik dan peluang, trigonometri, dan kalkulus. Pada tingkat SD dan MI, standar kompetensi ini hanya mencakup bilangan, pengukuran dan geometri, serta pengolahan data.
35
36
Kemampuan matematika yang dipilih dalam standar kompetensi ini dirancang sesuai denagan kemampuan dan kebutuhan siswa dengan memperhatikan perkembangan pendidikan mencapai matematika kompetensi di dunia sekarang dipilih ini. Untuk
tersebut
materi-materi
matematika dengan memperhatikan struktur keilmuan, tingkat kedalaman materi, serta sifat esensial materi dan keterpakaiannya dalam kehidupan sehari-hari secara rinci. Kurikulum KTSP SD/MI 2006 menyebutkan standar kompetensi tersebut adalah sebagai berikut : a. Bilangan 1) 2) Menggunakan bilangan dalam pemecahan masalah Menggunakan operasi hitung bilangan dalam
pemecahan masalah 3) Menggunakan konsep bilangan cacah dan pecahan dalam pemecahan masalah. 4) Menentukan sifat operasi hitung, faktor, kelipatan bilangan bulat dan pecahan serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. 5) Melakukan operasi hitung bilangan bulatg dan pecahan, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. b. Pengukuran dan geometri
36
37
1) melakukan pengukuran, mengenal bangun datar dan bangun datar, serta menggunakannya dalam
pemecahan masalah sehari-hari. 2) Melakukan pengukuran, menentukan unsur bangun datar dan menggunakannya dalam pemecahan
masalah. 3) Melakukan pengukuran keliling dan luas bangun datar dan menggunakannya dalam pemecahan
masalah. 4) Melakukan pengukuran, menentukan sifat dan unsur bangun datar, menentukan kesimetrian bangun datar serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. c. Pengolahan data Mengumpulkan, menyajikan dan menafsirkan data. 4. Indikator Kualitas Pembelajaran Kualitas Pembelajaran Matematika dapat dikatakan baik, apabila di dalam kualitas pembelajaran tersebut terdapat indikator-indikator yang harus dicapai. Indikator kualitas pembelajaran menurut Uno (2010:158) adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Indikator Kualitas Pembelajaran Matematika No Dimensi Perbaikan Indikator Kualitas Pembelajaran
37
38
1.
2.
3.
1. Menata bahan ajar yang akan diberikan selama satu catur wulan 2. Menata bahan ajar yang akan diberikan setiap kali pertemuan 3. Memberikan poko-pokok materi kepada siswa yang akan diajarkan. 4. Membuatkan rangkuman atas materi yang akan diajarkan setiap kali pertemuan 5. Menetapkan materi materi yang kan dibahas secara bersama 6. Memberikan tugas kepada siswa terhadap materi tertentu yang akan dibahas secara mandiri 7. Membuatkan format penilaian atas penguasaan setiap materi Strategi 1. Menggunakan berbagai metode penyampai dalam penyampaian pembelajaran an belajar 2. Menggunakan berbagai media dalam pembelajaran 3. Menggunakan berbagai teknik dalam pembelajaran Strategi 1. Memberikan kualitas pembelajaran pengelolaa atau menarik perhatian n 2. Menjelaskan tujuan pembelajaran Pembelajar Mengingatkan kompetensi prasyarat an 3. Memberikan stimulus 4. Memberikan petunjuk belajar 5. Menimbulkan penampilan siswa 6. Memberikan umpan balik 7. Menilai penampilan 8. Menyimpulkan Adapun indikator kualitas pembelajaran matematika
berbasis karakter ini di bedakan menjadi dua yaitu kualitas pembelajaran proses dan kualitas pembelajaran output dapat dilihat pada table 2.1 sebagai berikut: Tabel 2.2 Indikator Ketercapaian Kualitas Pembelajaran Matematika No Dimensi Indikator Kualitas Melal Kualitas Pembelajaran ui Ketercapai
38
39
1.
an a. Pedoman observasi kemampuan guru mengajar b. Pedoman observasi pengamatan nilai karakter siswa c. Pedoman observasi Strategi pembelajaran kontekstual a. Hasil belajar siswa Obser vasi Obser vasi Skor 3,5
Skor 12
Obser vasi
Skor 3,5
2.
Kualitas Output
Nilai
Kerangka Berpikir pembelajaran matematika di kelas IV SD N Cemara Dua No. 13 Surakarta perlu ditingkatkan dengan harapan ouput pembelajaran matematika siswa akan meningkat. Rendahnya kualitas pembelajaran IPA tersebut lebih disebabkan oleh kurangnya kreativitas guru dalam menggunakan strategi pembelajaran yang tepat dan pembelajaran yang cenderung teacher center. Peneliti mencoba mencari solusi dengan menerapkan karakter strategi pembelajaran kualitas kontekstual proses berbasis
diharapkan
pembelajaran
matematika di SD N Cemara Dua No. 13 Surakarta dapat meningkat dan selanjutnya dapat berdampak pada
39
40
peningkatan ouput pembelajaran matematika siswa. Alur kerangka berpikir dilihat pada gambar 2.1 Guru Belum menerapk an strategi kontektual berbasis karakter Siswa/ yang diteliti: Rendahnya Kualitas proses dan output pembelajara n juga 1.Kualitas proses pembel ajaran skor < 3,0 2.Kualitas output pembel ajaran KKM =
KONDI SI AWAL
TINDA KAN
Siklus I : Menerapkan strategi kontektual berbasis karakter dengan pembagian kelompok besar Siklus II : menerapkan strategi kontektual berbasis karakter dengan pembagian kelompok kecil
Indikator Ketercapi an: 1. Kual itas proses pembel ajaran skor 3,3 2. Kual itas output pembel
KONDI SI AKHIR
40
41
F. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berpikir tersebut diatas dapat diajukan Melalui penerapan hipotesistindakan sebagai berikut : Strategi kontekstual kualitas berbasis
karakterdapat
meningkatkan
pembelajaran
G. Penelitian Terdahulu Hasil penelitian oleh Elizabeth de Freitas (2008) yang berjudul Critical Mathematics Education: Recognizing The Ethical Dimension Of Problem Solving dalam jurnal
internasional International Electronic Journal of Mathematics Education bahwa dalam penelitiannya yang menguji gagasan tentang aplikasi matematika merupakan tempat untuk
mengaplikasikan konteks kehidupan nyata sebagai contoh dalam penanaman etika di sekolah. Dalam pembelajaran matematika sebaiknya dimulai degan menghubungkan
keadaanya nyata, bukan didasarkan pada teori kognitif saja karena dapat merusak transfer pengetahuan siswa. Sebaiknya dalam pembelajaran matematika di kelas dihubungkkan
41
42
dengan kontek dunia nyata siswa dan adanya pengenalan etika di sekolah dalam pembelajaran matematika. Hasil penelitian oleh Nagabugo Marry (2008) yang berjudul Large Class Teaching in Resource-Constrained Contexts: Lessons from Reflective Research in Ugandan Primary Schools, dalam jurnal in internasional Education Journal of
International
Cooperation
bahwa
dalam
penelitiannya tentang pembelajaran di kelas besar. Hasil dari penelitiannya adalah pembelajaran di kelas besar dapat berlangsung dengan baik salah satunya adalah penggunaan strategi pembelajaran yang tepat. Maka perlunya adanya penelitian yang harus dilakukan dengan menggunakan
strategi yang tepat. Hasil penelitian oleh Weller (2011) yang berjudul Documentary Method and Participatory Research: Some Interfaces dalam jurnal internasional International Journal of
Action Research. menambahkan bahwa penelitian tindakan berawal dari masalah yang berasal dari pembelajaran di sekolah , dengan adanya masalah dapat dipecahkan dengan menggunakan metode konseptual yang harus dipecahkan sesuai dengan konteks masalah yang ada. Hasil Penelitian Ifrad (2006) dengan judul Contextual Teaching And Learning Practices In The Family And Consumer
42
43
Sciences Curriculum dalam jurnal internasional Journal Of Family And Consumer Sciences Education bahwa konsep pembelajaran lingkungan memberikan kontekstual Guru dengan mendapat akan lebih pengaruh mudah dari dalam
keluarga. materi
mengaitkan
pembelajaran
dengan pengalaman yang dialami oleh siswa. Sebaiknya dalam pembelajaran kontekstual disisipkan dengan
pendidikan karakter, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman yang berkarakter. Hasil penelitian Pala (2011) yang berjudul The Need For Character Education dalam jurnal internasional
International Journal Of Social Sciences And Humanity Studies bahwa pendidikan karakter adalah gerakan nasional
menciptakan sekolah
jawab dan peduli orang-orang muda dengan pemodelan dan mengajarkan karakter yang baik melalui penekanan pada nilai-nilai universal yang kita semua berbagi. karakter mendapat dukungan proaktif dari Pendidikan sekolah,
kabupaten, dan Negara untuk menanamkan karakter pada siswa yang penting antara lain nilai-nilai etika seperti peduli, kejujuran, tanggung jawab keadilan, dan menghormati diri dan orang lain.
43