Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Persalinan normal adalah suatu keadaan Fisiologis, normal dan dapat berlangsung sendiri tanpa interfensi penolong. Kelancaran Persalinan tergantung dari 3 faktorp utama yaitu kekuatan ibu (power) keadaan janin (passenger), dan keadaan jalan lahir (passage). Faktor lainnya adalah Psikologi ibu (respon ibu), penolong saat bersalin dan posisi ibu saat bersalin. Dengan adanya keseimbangan atau kesesuaian antara factor- factor p tersebut diharapkan persalinan dapat berlangsung dengan normal. Bila ada gangguan pada satu atau lebih factor p ini , dapat terjadi kesulitan atau gangguan pada jalannya persalinan. Keterlambatan atau kesulitan persalinan ini disebut distosia. Presentasi muka ialah keadan di mana kepala dalam kedudukan defleksi maksimal, sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan bagian terendah menghadap ke bawah. Presentasi muka dikatakan primer apabila sudah terjadi sejak masa kehamilan, dan dikatakan sekunder bila baru terjadi pada waktu persalinan. Angka-angka kejadian di beberapa rumah sakit dengan jumlah persalinan yang banyak di Indonesia sukar di bandingkan, karena perbandingan antara kasus-kasus terdaftar dengan kasus-kasus tidak terdaftar berbeda-beda antara rumah sakit satu dengan rumah sakit lainnya. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo selama 5 tahun angka kejadian presentasi muka kurang dari 0,1% diantara 12.827 persalinan. Pada tahun 1995 sampai1999, angka kejadian presentasi muka di Parkland Hospital sekitar 1 : 2000 persalinan. Letak muka terjadi 1 dalam setiap 250-690 kelahiran hidup, rata-rata 0.2% atau 1 dalam500 kelahiran hidup secara keseluruhan.Pada umumnya penyebab presentasi muka adalah keadaan-keadaan yang memaksa terjadi defleksi kepala atau keadaan yang menghalangi terjadinya fleksi kepala. Penentuan letak kepala bisa dibuat secara klinis dengan pemeriksaan Leopold dan atau pemeriksaan dalam (VT), pemeriksaan USG atau Rontgen. Bila ukuran panggul normal dan kemajuan proses persalinan berlangsung normal, persalinan pervaginam pada presentasi muka dapat berlangsung secara

wajar. Presentasi muka sering terjadi pada panggul sempit, maka terminasi kehamilan dengan SC sering terpaksa harus dilakukan. I.2 RUMUSAN MASALAH I.2.1 I.2.2 I.23 I.3 I.3.1 I.3.2 I.3.2 I.4 I.4.1 I.4.2 Bagaimana proses persalinan normal? Bagaimana etiologi dan patofisiologi dari persalinan letak muka? Bagaimana diagnosis dan penatalaksanaan persalinan letak muka? Mengetahui proses persalinan normal. Mengetahui etiologi dan patofisiologi dari persalinan letak muka Mengetahui diagnosis dan penatalaksanaan persalinan letak muka Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya, dan ilmu kebidanan dan kandungan pada khususnya Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti kepaniteraan klinik bagian ilmu kebidanan dan kandungan

TUJUAN

MANFAAT

BAB II STATUS PASIEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI II.1 IDENTITAS PASIEN No. Reg : 316898 A. Identitas pribadi : Nama penderita Umur penderita Alamat Pekerjaan penderita : Ny. M : 35 tahun : IRT Nama Suami : Tn.S Umur suami : 38 tahun

: Jln Salak RT 02 RW 01 Kecamatan Turen Pekerjaan suami : Swasta Pendidikan suami : SD

Pendidikan penderita : SD B. Anamnesa : 1. 2. 3.

Masuk rumah sakit tanggal : 01 April 2013 pada pukul 08.30 Keluhan utama : Kiriman bidan karena letak muka. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan rujukan dari bidan dengan keluhan keceng-kenceng disertai keluar lendir dan darah dari jalan lahir sejak tadi pagi (01 April 2013) pukul 02.00. Pada pukul 03.00 pasien di bawa ke bidan karena kenceng-kencengnya semakin sering. Pada saat diperiksa, dikatakan bahwa kulit ketuban masih utuh dengan pembukaan 4 cm teraba bagian hidung, mulut, mata yang sudah masuk pintu atas panggul. Kemudian pukul 07.30 (01 April 2013) pasien dirujuk ke RSUD Kanjuruhan Kepanjen karena letak bagian terbawah janin bukan ubun-ubun kecil. Sesampai di RSUD Kanjuruhan Kepanjen pada pukul 08.00 keluar cairan langsung byor dari jalan lahir.

4.

Riwayat kehamilan yang sekarang : ini merupakan kehamilan kedua pasien, pada saat trimester I & II tidak ada keluhan, mual muntah (+). ANC dibidan 8 kali, riwayat oyok 1 kali.

5. 6.

Riwayat menstruasi : menarche umur 12 tahun, HPHT 15-7-2012, HPL : 22-04-2013, UK : 39-40 minggu Riwayat perkawinan: pasien menikah 1 x, lamanya 10 tahun, usia pertama menikah 25 tahun.

7. 8. 9. 10. 11. 12.

Riwayat persalinan sebelumnya : anak 1 lahir di Rumah normal ditolong oleh bidan usia kehamilan 9 bulan dengan berat badan 3300 gr. Riwayat penggunaan kontrasepsi : KB suntik 3 bulanan selama 5 tahun. Riwayat penyakit sistemik yang pernah dialami : Riwayat penyakit keluarga : Riwayat kebiasaan dan sosial : sosial menengah ke bawah, kebiasaan : Riwayat pengobatan yang telah dilakukan : pasien belum mengkonsumsi obat apapun C. Pemeriksaan fisik

A.

Status present Nadi : 96 x/menit Frekwensi pernapasan : 20 x/menit Berat badan : 55 Kg Pemeriksaan umum Kulit Kepala Mata Wajah Mulut Leher Thorax Paru : Inspeksi : hiperpigmentasi areola mammae (+), ASI (-) pergerakan pernapasan simetris tipe pernapasan normal retraksi costa -/Palpasi Perkusi : teraba massa abnormal -/- pembesaran kelenjar axila -/: sonor +/+ hipersonor -/- , pekak -/: normal : : anemi (-/-) : simetris : kebersihan gigi geligi kurang, stomatitis (-) hiperemi faring (-), pembesaran tonsil (-) : pembesaran kelenjar limfe di leher (-) pembesaran kelenjar tiroid (-) : ikterik (-/-) odem palpebra (-/-)

Keadaan umum : kesadaran compos mentis Tekanan darah : 120/80 mmHg Suhu B. : 36,5C Tinggi Badan : 140 cm

Auskultasi Jantung : Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Abdomen Inspeksi Palpasi Auskultasi Ekstremitas C. Pemeriksaan luar Leopold I

: vesikuler +/+ wheezing -/-

suara nafas menurun -/ronki -/-

: iktus kordis tidak terlihat : thrill -/: batas jantung normal : denyut jantung S1+ S2+ : : membujur, linea nigra (+), strie albican (+) : TFU 3 jari dibawah procesus xiphoideus/ 34 cm. : DJJ 133 x/menit : oedem -/Status obstetri

: Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah procesus xiphoideus/ 34 cm. Bagian teratas teraba agak bulat, besar, lunak, tidak melenting. Bagian teratas kesan bokong

Leopold II Leopold III Leopold IV Bunyi jantung janin

: Tahanan memanjang sebelah kiri. Bagian kiri terkesan punggung : Bagian terendah teraba bulat, keras, dan melenting. bagian terendah terkesan kepala sudah masuk PAP : 3/5 : 133x/menit, regular

Ukuran panggul luar : Pemeriksaan obstetric dalam Vulva / vagina Penipisan portio Kulit Ketuban Hodge Pembukaan waktu his : 4 cm : 50% : (-) : II warna : jernih :

: tenang, blood slym + cairan ketuban (+)

Bagian terbawah janin : dagu posterior jam 7 Bagian terendah : hidung, mulut dan mata. D. Darah Lengkap : - Leukosit - Hb : 15.980/l : 12.6 gr/dl : 36.8 % (N : 3500-10.000/l) (N : 11.0-16.5 gr/dl) (N : 35.0-50.5 %) (N : 150.000-350.000/l) Pemeriksaan Penunjang Hasil laboratorium :

- Hematokrit

- Trombosit : 339.000/l E.

Ringkasan Anamnesa : Pasien datang dengan keluhan keceng-kenceng disertai keluar

lendir dan darah dari jalan lahir sejak tadi pagi jam 02.00. pada pukul 03.00 pasien di bawa ke bidan karena kenceng-kencengnya semakin sering. Pada saat diperiksa, dikatakan bahwa kulit ketuban masih utuh dengan pembukaan 4 cm teraba hidung, mulut , mata sudah masuk pintu atas panggul. Kemudian pukul 07.30 pasien dirujuk ke RSUD Kanjuruhan Kepanjen karena letak bagian terbawah janin bukan ubun-ubun kecil. Sesampai di RSUD Kanjuruhan Kepanjen pada pukul 08.00 keluar cairan langsung byor dari jalan lahir. Pemeriksaan fisik : keadaan umum : kesadaran compos mentis, tekanan darah : 120/80 nadi : 96x/menit, suhu: 36,5C, frekwensi pernapasan : 20x/menit, Tinggi badan : 140 cm, Berat Badan : 55 Kg. Abdomen: membujur, strie albican (+), linea nigra (+). Pemeriksaan obstetrik luar : TFU 3 jari dibawah prosesus xipoideus, 34 cm. Bagian teratas kesan bokong, punggung janin sebelah kiri, bagian terendah janin kesan kepala, bagian terendah masuk PAP, 3/5. Bunyi jantung janin 133x/menit, regular Pemeriksaan obstetric dalam : Vulva / vagina : tenang, blood slym + kulit ketuban cairan ketuban (+), portio : 4 cm, penipisan portio 50%, hidung, mulut dan mata. :

(-),Hodge: II, Bagian terbawah janin : dagu posterior jam 7, Bagian terendah :

F. muka G. Rencana tindakan

Diagnose : Diagnose : GIIP1001Ab000 umur kehamilan 39-40 minggu dengan letak

1. Infus RL 20 tpm 2. Pasang DC 3. Observasi tanda vital 4. Antibiotik, 5. Pro SC Lembar Follow Up Nama pasien Ruang kelas Diagnose Bayi Ny.M : Jenis kelamin Berat lahir Panjang Apgar Score LK/LD/LLA Caput Anus Cacat Ketuban 2 April 2013 S : pusing (-), flatus (-), BAK (+), nyeri bekas jahitan (+), Asi belum keluar O : T = 130/80 mmHg N = 84x/menit S = 36,5C : Perempuan : 3450 gram : 50 cm : 8- 9 : 33/33/11 : (-) : (+) : (-) : Jernih : Ny. M : IRNA GSS : P2002Ab000 Post SC

RR = 18x/menit Pemeriksaan obstetric luar :TFU setinggi 1 jari dibawah pusat, perdarahan aktif (-) A = P2002Ab000 Post SC hari ke-1 P= 1. Infus RL 2. observasi TTV 3. Ceftriaxon 2x1 Teranol 2x1 Syntosinon 2x1 Alinamin 3 April 2013 S : pusing (-), BAK (+), Flatus (+), Asi belum keluar O : T = 120/70 mmHg N = 80x/menit S = 36,5C RR = 16x/menit Pemeriksaan obstetric luar : TFU setinggi 3 jari dibawah pusat. A = P2002Ab000 Post SC hari ke-2 P= 1. Infus RL 2. observasi TTV 3. Ceftriaxon 2x1 Teranol 2x1 Syntosinon 2x1 4 April 2013 S : tidak ada keluhan Asi sedikit keluar O : T = 120/70 mmHg N = 80x/menit S = 36,5C RR = 16x/menit Pemeriksaan obstetric luar : TFU setinggi 3 jari dibawah pusat. A = P2002Ab000 Post SC hari ke-3

P=

1. Infus RL 2. observasi TTV 3. Ceftriaxon 2x1 Teranol 2x1 Syntosinon 2x1

10

BAB III TINJAUAN PUSTAKA A. MEKANISME PERSALINAN NORMAL 3 faktor yang memegang peranan pada persalinan, yaitu: 1. Kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu seperti kekuatan his dan kekuatan mengedan 2. Jalan lahir 3. Janinnya sendiri. His adalah kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin kebawah. Pada presentasi kepala bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam rongga panggul. Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dapat dalam keadaan sinklitismus ialah bila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul. Dapat pula kepala masuk dalam keadaan asinklitismus, yaitu arah sumbu kepala janin miring dengan bidang pintu atas panggul. Asinklitismus anterior menurut Naegele ialah apabila arah sumbu kepala membuat sudut lancip ke depan dengan pintu atas pnggul. Dapat pula asinklitismus posterior menurut Litzman; keadaan adalah sebaliknya dariasinklitismus anterior. Keadaan asinklitismus anterior lebih menguntungkan dari pada mekanisme turunnya kepala dengan asinklitismus posterior karena ruang pelvis di daerah posterior lebih luas dibandingkan dengan ruangan pelvs di daerh anterior. Hal asinklitismus penting apabila daya akomodasi panggul agak terbatas. Akibat sumbu kepala janin yang eksentrik atau tidak simetris dengan sumbu lebih mendekati subocciput, maka tahanan di jaringan dibawahnya terhadap kepala yang akan menurun mengakibatkn kepala mengadakan fleksi di dalam rongga panggul. Dengan fleksi kepala janin memasuki rongga panggul dengan ukuran yang paling kecil, yakni dengan diameter suboccipito-bregmatica (9,5 cm) dan dengan sirkumferensia suboccipito-bregmatica (32 cm). sampai di dasar panggul kepala janin berada di dalam keadaan fleksi maksimal. Kepala yang sedang turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah depan. Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intrauterine disebabkan

11

oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi, disebut dengan putaran paksi dalam. Di dalam hal mengadakan putaran paksi ubun-ubun kecil akan berputar kearah depan sehingga di dasar panggul ubun-ubun kecil berada dibawah simfisis. Sesudah kepala janin sampai di dasar pangguldan ubun-ubun kecil di bawah simfisis, maka dengan subocciput sebagai hipomoklion, kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan. Pada tiap his vulva lebih membuka dan kepala janin makin tampak. Perineum menjadi semakin lebar dan tipis, anus membuka dinding rectum. Dengan kekuatan his bersama dengan kekuatan mengedan, berturut-turut tampak bregma, dahi, muka dan akhirnya dagu. Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi, yang disebut putaran paksi luar.

Gambar Putaran paksi dalam Putaran paksi luar ini adalah gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak. Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul, apabila kepala telah dilahirkan, bahu akan berada dalam posisi depan belakang. Demikian pula dilahirkan trochanter depan terlebih dahulu, baru kemudian trochanter belakang. Kemudian bayi lahir seluruhnya.

12

Gmbar: Gerakan kepala janin pada defleksi dan putaran paksi luar Bila mekanisme partus yang fisiologis ini difahami dengan sungguh-sungguh, maka pada hal-hal yang menyimpang dapat segera dilakukan koreksi secara manual jika mungkin, sehingga tindakan-tindakan operasi tidak perlu dikerjakan.

Gambaran: Kelahiran bahu depan, kemudian bahu belakang Apabila bayi telah lahir, segera jalan nafas dibersihkan. Tali pusat dijepit diantara 2 cunam pada jarak 5 dan 10 cm. kemudian digunting di antara kedua cunam tersebut, lalu diikat. Tunggul tali pusat diberi antiseptic. Umumnya bila telah lahir lengkap, bayi segera menarik nafas dan menangis. Resusitasi dengan jalan membersihkan dan menghisap lender pada jalan nafas harus segera dikerjakan. Pula cairan di dalamlembung hendak dihisap untuk mencegah aspirasi ke paru ketika bayi muntah.Bila bayi telah lahir, uterus mengecil. Partus berada dalam kala III (kala uri). Walau punbayi telah lahir, kala uri ini tidak kalah pentingnya dari pada kala I dan kala II. Kematian ibu karena perdarahan pada kala uri tidak jarang terjadi sebab pimpinan kala III kurang cermat dikerjakan. Seperti telah dikemukakan, segara setelah bayi lahir, his mempunyai amplitude yang kira-kira sama tingginya hanya frekuensinya berkurang. Akibat his ini,uterus akan

13

mengecil sehingga perlekatan plasenta dengan dinding uterus akan terlepas. Melepasnya plasenta dari dinding uterus ini dapat dimulai dari : Tengah(sentral menurut Schultze) Pinggir (marginal menurut Mathews-Duncan) Kombinasi 1 dan 2

Yang terbanyak ialah menurut Schultze. Umunya kala uri berlangsung selama 615 menit. Tinggi fundus uteri setelah kala III kira-kira 2 jari dibawah pusat.

B.

PRESENTASI MUKA. Presentasi muka ialah keadaan di mana kepala dalam kedudukan defleksi

Pengertian maksimal sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan bagian terendah menghadap ke bawah. Presentasi muka dikatakan primer apabila sudah terjadi sejak masa kehamilan, dan dikatakan sekunder bila baru terjadi pada waktu persalinan. Angka-angka kejadian di beberapa rumah sakit dengan jumlah persalinan yang banyak di Indonesia sukar dibandingkan, karena perbandingan antara kasus-kasus terdaftar dengan kasus-kasus tidak terdaftar berbeda-beda antara rumahsakit satu dengan rumah sakit lainnya. Di Rumah Sakit Dr. CiptoMangunkusumo selama 5 tahun angka kejadian presentasi muka kurang dari0,1% di antara 12.827 persalinan. Letak muka adalah letak kepala dengan defleksi maksimal, hingga occiputmengenai punggung dan muka terarah ke bawah.Punggung terdapat dalam lordose dan biasanya terdapat di belakang.

14

Diagnosa: Penentuan letak kepala bisa dibuat secara klinis dengan pemeriksaan Leopold dan atau pemeriksaan dalam (VT), pemeriksaan USG atau Rontgen. Saat dilakukan pemeriksaan Leopold, penonjolan kepala berada pada sisi yang sama dengan punggung janin serta adanya indentasi (cekung) diantara kedua bagian tersebut. Pemeriksaan abdomen dengan maneuver Leopold akan teraba lekukan antara oksiput dan punggung janin (sudut Fabre). Pada presentasi muka, tubuh janin berada dalam keadaan ekstensi sehingga pada pemeriksaan luar dada akan teraba seperti punggung. Bagian kepala yang menonjol, yakni belakang kepala terletak berlawanan dengan letak dada. Didaerah dada dapat teraba bagianbagian kecil janin dan denyut jantung janin terdengar lebih jelas pada dada. Pemeriksaan vagina harus dilakukan dengan hati-hati sehingga tidak melukai mata dan mulut janin. Pada pemeriksaan vagina, bila muka sudah masuk ke dalam rongga panggul, jari pemeriksa dapat meraba muka, mulut dan tulang rahang atas,hidung dan pinggir orbita (orbital ridges), jari tangan mudah dimasukkan ke mulut janin. Dagu dapat sebagai indikator posisi janin. Kita harus dapat membedakan dagu anterior dan dagu posterior. Kadang perlu dibedakan dengan presentasi bokong dimana dapat teraba adanya anus dan tuber-ischiadica yang

15

sering keliru dengan mulut dan tulang rahang atas. Adanya kaput suksedaneum menyulitkan pemeriksaan sehingga muka kadang dikacaukan dengan bokong. Pemeriksaan radiologis dan USG dapat menampakkan gambaran hiperekstensi kepala yang jelas dan tulang muka diatas pintu atas panggul.

Sebab: Sebab yang terpenting ialah panggul sempit dan anak yang besar. Secara lengkap sebab-sebab dapat dibagi dalam 2 golongan: Letak muka primer yang disebabkan oleh kelainan anak dan tak dapat diperbaiki seperti: Struma congenitals. Kelainan tulang leher Lilitan tali pusat yang banyak Meningocele Anencephai

Letak muka sekunder: dapat diperbaiki, anak normal: Panggul picak Anak besar Dinding perut kendor, hingga rahim jatuh ke depan Bagian-bagian yang menumbung

16

Hydramnion. Mungkin juga letak defleksi dapat terjadi karena tonus otot-otot extensor anak lebih kuat dari tonus otot-otot fleksor. Etiologi Pada umumnya penyebab terjadinya presentasi muka adalah keadaankeadaan yang memaksa terjadinya defleksi kepala atau keadaan-keadaan yang menghalangi terjadinya fleksi kepala oleh karena itu presentasi muka dapat ditemukan pada panggul sempit atau pada janin besar. Multiparitas dan perut gantung juga merupakan faktor yang memudahkan terjadinya presentasi muka. Selain itu kelainan janin seperti anensefalus dan tumor di leher bagian depan dapat mengakibatkan presentasi muka. Kadang-kadang presentasi muka juga dapat terjadi pada kematian janin intrauterin, akibat otot-otot janin yang telah kehilangan tonusnya. Mekanisme Persalinan 1. Kepala turun melalui pintu atas panggul dengan sirkumferensia trakelo -Parietalis dan dengan dagu melintang atau miring. Setelah muka mencapai dasar panggul terjadi putaran paksi dalam, sehingga dagu memutar ke depan dan berada di bawah arkus pubis. Dengan daerah submentum sebagai hipomoklion kepala lahir dengan gerakan fleksi sehingga dahi, ubun - ubun besar, dan belakang kepala lahir melewati perineum. Setelah kepala lahir terjadi putaran paksi luar dan badan janin lahir seperti pada presentasi belakang kepala. Kalau dagu berada di belakang, pada waktu putaran dalam dagu harus melewati jarak yang lebih jauh supaya dapat berada di depan. Kadang - kadang dagu tidak dapat berputar ke depan, dan tetap berada di belakang (kira-kira 10%). Keadaan ini dinamakan- posisimento -poterior persistens, dan janin tidak dapat lahir spontan, kecuali bila janin kecil atau mati. Kesulitan kelahiran pada presentasi muka dengan posisi mento posterior ini disebabkan karena kepala sudah berada dalam defleksi maksimal dan tidak mungkin menambah defleksinya lagi, sehingga kepala dan bahu terjepit dalam

17

panggul dan persalinan tidak akan maju. Oleh karenaitu bila dijumpai presentasi muka dengan dagu di belakang perlu segera dilakukan tindakan untuk menolong persalinan. 2. Pada permulaan defleksi ringan saja, tetapi dengan turunnya kepala defleksi bertambah, hingga dagu menjadi bagian yang terendah. Ini disebabkan karena jarak dari foramen magnum ke belakang kepala lebih besar dari jarak dan foramen magnum ke dagu. Distantia submentobregmatica melalui jalan lahir (9 cm). Karena dagu merupakan bagian yang terendah dagulah yang paling dulu mengalami rintangan dan otot-otot dasar panggul, hingga memutar ke depan ke arah symphyse. Putaran paksi ini baru terjadi pada dasar panggul. Dalam vulva terdahulu nampak mulut. Kepala lahir dengan gerakan fleksi dan tulang lidah menjadi hypo mochlion; berturut-turut lahirlah hidung. mata, dahi, ubunubun besar dan akhirnya tulang belakang kepala.Vulva diregang oleh diameter submento-occipitalis (11 cm). Caputsuccedaneum terbentuk di daerah mulut hingga muka anak muncung. Penatalaksanaan Bila ukuran panggul normal dan kemajuan proses persalinan berlangsung normal, persalinan pervaginam pada presentasi muka dapat berlangsung secara wajar.Presentasi muka sering terjadi pada panggul sempit, maka terminasi kehamilan dengan SC sering terpaksa harus dilakukan.Usaha untuk merubah presentasi muka menjadi presentasi belakang kepala, pemutaran posisi dagu posterior menjadi dagu anterior secara manual atau dengan cunam, serta dengan versi ekstraksi tidak boleh dikerjakan. Pastikan tidak ada CPD Bila dagu beraada di depan, tunggu partus spontan dan bila dagu berada di belakang, beri kesempatan dagu untuk memutar ke depan. Apabila pada saat kala II dagu tetap dibelakang (posisi mento posterior persistens) maka sebaiknya dilahirkan perabdominal. Perasat Thorn, yaitu dengan kepala bagian belakang dipegang oleh penolong yang dimasukkan ke vagina lalu tarik ke bawah, sedangkan

18

tangan yang lain dari luar berusaha meniadakan ekstensi dada. Syarat Perasat Thorn adalah: Dagu harus berada di belakang, sebab bila dagu berada di depan akan terjadi presentasi belakang kepala dengan ubun-ubun kecil di belakang yang tidak lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan presentasi muka dengan dagu didepan Kepala belum jauh masuk panggul dan msaih mudah didorong ke atas. Penanganan proses persalinan mengikuti pola seperti letak belakang kepala. Lamanya proses persalinan biasanya juga mengikuti letak belakang kepala, tetapi terkadang ada juga persalinannya yang memanjang. Selagi tidak ditemukan bahaya pada janin dan atau ibu maka persalinan bisa diteruskan. Indikasi untuk melakukan ekstraksi cunam pada presentasi muka adalah dapat berasal dari ibu, dari janin atau bila kala II telah berlangsung lebih dari 2 jam. Disamping syarat-syarat umum yang berlaku untuk penggunaan cunam, pada presentasi muka dagu harus sudah berada di depan. Indikasi untuk melakukan seksiosesarea (SC) pada presentasi muka adalah: posisi mento posterior persistens,kesempitan panggul dan kesulitan turunya kepala dalam rongga panggul. SC dilakukan jika persalinan macet/ terhenti atau pola denyut jantung bayi yang tidak baik. Angka kesuksesan letak muka lahir secara normal pervaginam sekitar 60-70%, sisanya dilahirkan dengan SC. Jika persalinan macet dengan pembukaanlengkap, maka dapat dilakukan bantuan persalinan dengan cunam/ forsep. Trauma janin akibat persalinan normal letak muka berupa pembengkakan tenggorokan dan kerongkongan bayi akan segera hilang sesaat setelah lahir. Pada kasus dengan tumor di leher kadang diperlukan intubasi (memasukkan tube ke jalan nafas) sehingga persalinan harus selalu di dampingi oleh dokter anak. Prognosis Pada umumnya persalinan pada presentasi muka berlangsung tanpa kesulitan. Hal ini dapat dijelaskan karena kepala masuk ke dalam panggul dengan

19

sirkumferensiatrakeloparietale

yang

hanya

sedikit

lebih

besar

daripada

sirkumferensia suboksipito- bregmatika. Tetapi kesulitan persalinan dapat terjadi karena adanya kesempitan panggul dan janin yang besar merupakan penyebab terjadinya presentasi muka tersebut. Di samping itu dibandingkan dengan letak belakang kepala, muka tidak dapat melakukan dilatasi serviks secara sempurna dan bagian terendah harus turun sampai ke dasar panggul sebelum ukuran terbesar kepala melewati pintu atas panggul. Dalam keadaan dimana dagu berada di belakang, prognosis kurang baik bila dibandingkan dengan dagu di depan karena dalam keadaan tersebut janin yang cukup bulan tidak mungkin dapat lahir per vaginam. Angka kematian perinatal pada presentasi muka ialah 2,5%-5%.

20

DAFTAR PUSTAKA Hanifa dkk. 2006. Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2006, Hal.317-320. Mansjoer, A. dkk. 2001. Distosia. Kapita Selekta Kedokteran 303 309. Cunningham F.G, Hauth J.C, Leveno K.J, Gillstrap L, Bloom S.L, Wenstrom K.D. William obstetrics . 22th ed. Amerika: McGraw-Hill companies: 2005. Presentasi muka Available from : http://reproduksiumj.blogspot. com/2009/09/distosia-akibat-kelainan-janin.html Distosia akibat kelainan janin. Available from: http://obfkumj.blogspot.com/ 2009/07/distosia-akibat-kelainan-pada-janin.html Kelainan presentasi dan posisi janin. Available from: http://repository.usu.ac.id/ bitstream/123456789/19884/4/Chapter%20II.pdf Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid I. Media Aesculapius Jakarta. hal .

Anda mungkin juga menyukai