Anda di halaman 1dari 6

Indonesia Bebas Rokok..???

Dewasa ini apabila kita mencoba berjalan-jalan berkeliling kota, entah mengapa ada suatu pemandangan yang sudah menjadi ciri masyarakat Indonesia. Ya, merokok. Duduk ataupun dengan berdiri dengan santainya dengan sebatang tembakau yang mengepul di tangannya. Tidak peduli di mana mereka berada. Di dalam gedung, di sudut jalan, di pinggir pasar, dan sebagainya. Tidak peduli apakah mereka sedang bersama orang tua dan anak kecil. Mereka seolah-olah tidak peduli. Ya, rokok seolah-olah sudah menjadi barang kebutuhan pokok sesudah beras bagi sebagian masyarakat Indonesia. Tiap tahun jumlah perokok di Indonesia terus meningkat. Data mencatat konsumsi rokok berdasarkan jumlah total batang yang dihisap per tahun pada lima negara yang mengonsumsi terbanyak Gambar 1 Pada tahun 2002 Indonesia mengkonsumsi 182 milyar batang rokok, menduduki peringkat ke 5 konsumsi rokok terbesar setelah China (1.697 milyar batang), Amerika Serikat (464 milyar batang), Rusia (375 milyar batang) dan Jepang (299 milyar batang). Tobacco Atlas 2009 menunjukkan bahwa peringkat Indonesia pada tahun 2007 tetap pada posisinya yaitu peringkat ke 5. [1] Gambar 1. Lima Negara dengan Konsumsi Rokok Terbesar (milyar batang)
2500 2163 2000 1697 1500 Tobacco Atlas 2002 1000 500 0 Cina USA Rusia Jepang Indonesia 464 357 375 331 Tobacco Atlas 2009

299 259

239 182

Sumber : Tobacco Atlas

Selama kurun waktu 1970-2000, konsumsi rokok di Indonesia meningkat 7 kali lipat dari sekitar 33 milyar menjadi 217 milyar batang. Selanjutnya, dari tahun 2000 hingga tahun 2002 terjadi penurunan konsumsi rokok karena terjadi peningkatan harga riil rokok pada tahun 1998. Akan tetapi penurunan tersebut sebenarnya semu karena Departemen Keuangan mendeteksi adanya rokok ilegal dan pemalsuan cukai. Dengan adanya penurunan konsumsi rokok tersebut maka Departemen Keuangan membekukan peningkatan cukai tahunan selama tahun 2003-2004 yang bertujuan untuk menyehatkan industri. Dampak dari kebijakan pembekuan ini, pada data tahun 2008 menunjukkan konsumsi rokok sebesar 240 milyar batang, meningkat tajam setelah tahun 2005 sebesar 214 milyar batang (Gambar 2) [1]. Gambar 2. Konsumsi Rokok di Indonesia 2005 - 2008 (milyar batang)

240 235 230 225 220 215 210 205 200 2005 2006 214 220

238

240

2007

2008

Sumber : Koran Tempo, 31 Agustus 2009 Berdasarkan jumlah perokok, Indonesia adalah negara ketiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah China dan India [1]. Dari data-data diatas, didapatkan data yang mencengangkan. Begitu banyak jumlah perokok yang ada di Indonesia. Dengan begitu banyaknya jumlah perokok, semakin banyak pula asap rokok beracun yang dibebaskan ke udara. Hal ini akan menimbulkan gangguan bahkan

kepada orang yang tidak merokok sekalipun, termasuk orang tua dan anak-anak. Dapat dipastikan makin banyaknya jumlah penderita penyakit paru akibat terpapar asap rokok. Data mencatat, ada 21 juta anak Indonesia menjadi perokok dan meningkat setiap tahunnya. Jumlah anak merokok mulai meningkat mulai 2001. Tahun ini diperkirakan ada kenaikan hingga 38 persen dari jumlah anak yang merokok di Indonesia. Sementara untuk kota Jakarta, tingkatnya diperkirakan mencapai 80 persen. [2] Hal ini tentu sangat membahayakan. Telah kita ketahui bahwa Rokok mengandung 4000 elemen dan 200 diantaranya sudah terbukti merugikan kesehatan serta menimbulkan penyakit mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Efek buruk kesehatan tersebut diderita baik oleh perokok itu sendiri maupun orang-orang di sekitarnya (perokok pasif), mulai janin dalam kandungan sampai orang dewasa. [3] Melihat hal tersebut, lantas apa tindakan yang dapat kita lakukan agar bisa sedikit mengurangi ataupun menahan luasnya dampak rokok? Banyak cara yang telah dilakukan, dari hal melarang rokok untuk anak-anak, himbauan bahaya merokok dimana-mana, sosialisasi kepada masyarakat, penaikan pajak untuk rokok hingga mencapai 10%, dan hingga pelarangan merokok di dalam gedung maupun di tempat-tempat umum. dan masih banyak lagi. Namun dari data yang telah disebutkan malah didapatkan fakta bahwa jumlah perokok tiap tahun semakin meningkat. Lantas, apa yang salah? Salah satu cara yang dinilai palig efektif adalah penerapan kawasan bebas asap rokok. Menurut WHO cost effectiveness akan naik apabila kawasan tanpa asap rokok dilaksanakan secara komprehesif dengan strategi pengendalian tembakau lainnya.[1] Mengapa hal ini efektif? Larangan merokok di kawasan-kawasan tertentu memberikan dampak kesehatan bagi perokok maupun bukan perokok. Larangan ini akan: (1) mengurangi paparan bukan perokok dari asap rokok orang lain, dan (2) mengurangi konsumsi rokok di antara para perokok. Penelitian dengan jelas menyimpulkan bahwa 100% kawasan tanpa rokok memberikan keuntungan ekonomis. Hal ini mencegah tuntutan hukum bukan perokok/perokok pasif serta mengurangi biaya-biaya lainnya, termasuk diantaranya biaya untuk kebersihan, pemeliharaan peralatan dan fasilitas, disamping resiko kebakaran, absensi pekerja dan kerusakan harta benda.[1]

Terlebih lagi, para pekerja akan mengkonsumsi rokok lebih sedikit, lebih mungkin untuk berhenti merokok, dan lebih mendorong untuk berhenti merokok dan memungkinkan mereka untuk berhenti lebih cepat daripada pekerja di tempat kerja dengan kebijakan yang lemah. [1] Beberapa tempat umum memisahkan prokok dari bukan perokok, tetapi hal ini tidak melindungi bukan perokok dari efek karsinogen yang ditimbulkan dari orang yang merokok di ruangan yang sama. Bahkan teknologi ventilasi yang paling modern sekalipun tidak dapat menghilangkan racun berbahaya yang terkandung dalam asap rokok orang lain. [1] Sejak tahun 1999, melalui PP 19/2003 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan, Indonesia telah memiliki peraturan untuk melarang orang merokok di tempat-tempat yang ditetapkan. Peraturan Pemerintah tersebut, memasukkan peraturan Kawasan Tanpa Rokok pada bagian enam pasal 22 25. Pasal 25 memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok. Juga Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, juga mencantumkan peraturan Kawasan Tanpa Rokok pada Bagian Ketujuh Belas, Pengamanan Zat Adiktif, pasal 115. [1] Namun hingga kini hanya sedikit daerah-daerah di Indonesia yang memberlakukan kawasan bebas asap rokok. Yaitu DKI Jakarta, kota bogor, kota Cirebon, kota Surabaya, kota Palembang, kota Padang Panjang. Belum sepenuhnya kota-kota di Indonesia menerapkan aturan kawasan bebas rokok meskipun telah ada peraturan perundang-undangannya meskipun hanya sebatas peraturan daerah. [1] Yang dapat kita lakukan adalah mendorong pemerintah kita agar dapat memberlakukan kawasan bebas rokok agar menjadi sebuah peraturan hukum yang mengikat. Dengan begitu para perokok akan lebih terbebani karena mereka tidak bisa lagi merokok di sembarang tempat. Lambat laun, maka hal ini akan menurunkan konsumsi rokok mereka perhari hingga lambat laun akan menghentikan mereka akan konsumsi rokok. Hal ini tentu akan menguntungkan bagi masyarakat yang tidak merokok. Dapat dibayangkan betapa bersihnya udara akibat bebas dari asap rokok. Meskipun jika nanti ada peraturan perundang-undangannya, maka tugas kita selanjutya adalah mengawasi pelaksanaan dari peraturan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan peraturan tersebut berjalan sebagaimana mestinya. Fungsi pelaksanaan, pengawasan, penegakan

hukum dari peraturan tersebut bukan hanya menjadi tugas pemerintah dan aparat penegak hukum. Namun juga menjadi tugas kita semua sebagai masyarakat Indonesia. Hasil dari penerapan dari peraturan ini juga harus dikaji dan dievaluasi secara terus menerus hingga tercipta suatu lingkungan yang bebas 100% dari asap rokok di seluruh Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Fakta Tembakau: Permasalahannya di


Indonesia tahun 2010. Jakarta : TCSC - IAKMI. 2010

2. Eko Priliawito, Siti Ruqoyah. 21 Juta Anak merokok. Vivanews 11 Mei 2011. diakses tanggal 21 Juni 2012. http://metro.vivanews.com/news/read/219599-setiap-tahunperokok-anak-meningkat
3. Veranita Prabaningrum, Suci Wulansari. Upaya Pengendalian Tembakau dalam

Pembangunan Kesehatan. Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 11, Januari 2008. hal 21-25

Anda mungkin juga menyukai

  • ANTIOKSIDAN PADA ANAK OBESITAS
    ANTIOKSIDAN PADA ANAK OBESITAS
    Dokumen9 halaman
    ANTIOKSIDAN PADA ANAK OBESITAS
    Muhammad Wim Adhitama
    Belum ada peringkat
  • ANTIOKSIDAN PADA ANAK OBESITAS
    ANTIOKSIDAN PADA ANAK OBESITAS
    Dokumen9 halaman
    ANTIOKSIDAN PADA ANAK OBESITAS
    Muhammad Wim Adhitama
    Belum ada peringkat
  • Tugas B.indo TIDUR
    Tugas B.indo TIDUR
    Dokumen2 halaman
    Tugas B.indo TIDUR
    Muhammad Wim Adhitama
    Belum ada peringkat
  • APP + Adhesi
    APP + Adhesi
    Dokumen19 halaman
    APP + Adhesi
    Muhammad Wim Adhitama
    Belum ada peringkat
  • Hasil Analisis Jurnal
    Hasil Analisis Jurnal
    Dokumen1 halaman
    Hasil Analisis Jurnal
    Muhammad Wim Adhitama
    Belum ada peringkat
  • Analisis Bumil
    Analisis Bumil
    Dokumen1 halaman
    Analisis Bumil
    Muhammad Wim Adhitama
    Belum ada peringkat
  • BAB 3 Landasan Teori - 2
    BAB 3 Landasan Teori - 2
    Dokumen2 halaman
    BAB 3 Landasan Teori - 2
    Muhammad Wim Adhitama
    Belum ada peringkat
  • Slide Maju Poli Ira
    Slide Maju Poli Ira
    Dokumen13 halaman
    Slide Maju Poli Ira
    Muhammad Wim Adhitama
    Belum ada peringkat
  • Tugas KWN
    Tugas KWN
    Dokumen4 halaman
    Tugas KWN
    _birman
    Belum ada peringkat
  • Cover - 2
    Cover - 2
    Dokumen1 halaman
    Cover - 2
    Muhammad Wim Adhitama
    Belum ada peringkat
  • Asesmen Uro Wim
    Asesmen Uro Wim
    Dokumen20 halaman
    Asesmen Uro Wim
    Muhammad Wim Adhitama
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Muhammad Wim Adhitama
    Belum ada peringkat
  • Bab 3 Ira
    Bab 3 Ira
    Dokumen9 halaman
    Bab 3 Ira
    Muhammad Wim Adhitama
    Belum ada peringkat
  • Slide Ira
    Slide Ira
    Dokumen50 halaman
    Slide Ira
    Muhammad Wim Adhitama
    Belum ada peringkat
  • Daftar Lampiran - 2
    Daftar Lampiran - 2
    Dokumen1 halaman
    Daftar Lampiran - 2
    Muhammad Wim Adhitama
    Belum ada peringkat
  • Lampiran New - 2
    Lampiran New - 2
    Dokumen4 halaman
    Lampiran New - 2
    Muhammad Wim Adhitama
    Belum ada peringkat
  • DAFTAR PUSTAKA (New) - 2
    DAFTAR PUSTAKA (New) - 2
    Dokumen2 halaman
    DAFTAR PUSTAKA (New) - 2
    Muhammad Wim Adhitama
    Belum ada peringkat
  • Tugas B.indo Kantut
    Tugas B.indo Kantut
    Dokumen2 halaman
    Tugas B.indo Kantut
    Muhammad Wim Adhitama
    Belum ada peringkat
  • COVER Revisi Done
    COVER Revisi Done
    Dokumen1 halaman
    COVER Revisi Done
    Muhammad Wim Adhitama
    Belum ada peringkat
  • Abdominal Trauma
    Abdominal Trauma
    Dokumen44 halaman
    Abdominal Trauma
    Muhammad Wim Adhitama
    Belum ada peringkat
  • BAB 2 Revisi Done
    BAB 2 Revisi Done
    Dokumen4 halaman
    BAB 2 Revisi Done
    Muhammad Wim Adhitama
    Belum ada peringkat
  • Tugas KWN
    Tugas KWN
    Dokumen4 halaman
    Tugas KWN
    _birman
    Belum ada peringkat
  • BAB I Revisi Done
    BAB I Revisi Done
    Dokumen4 halaman
    BAB I Revisi Done
    Muhammad Wim Adhitama
    Belum ada peringkat
  • Analisis Bumil
    Analisis Bumil
    Dokumen1 halaman
    Analisis Bumil
    Muhammad Wim Adhitama
    Belum ada peringkat
  • Abortus Forensik
    Abortus Forensik
    Dokumen17 halaman
    Abortus Forensik
    Mukhizal
    100% (1)
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Muhammad Sahal
    Belum ada peringkat
  • Abortus Forensik
    Abortus Forensik
    Dokumen17 halaman
    Abortus Forensik
    Mukhizal
    100% (1)
  • Analisis Bumil
    Analisis Bumil
    Dokumen1 halaman
    Analisis Bumil
    Muhammad Wim Adhitama
    Belum ada peringkat
  • Tugas k3
    Tugas k3
    Dokumen1 halaman
    Tugas k3
    Muhammad Wim Adhitama
    Belum ada peringkat
  • Abortus Forensik
    Abortus Forensik
    Dokumen19 halaman
    Abortus Forensik
    Aya Syada
    Belum ada peringkat