Anda di halaman 1dari 4

Rukun-Rukun Khutbah

Khutbah adalah ibadah, dan ibadah tidaklah diterima Allah kecuali jika memenuhi dua syarat: 1. Ikhlas karena mencari Wajah Allah semata dan

2. Ittiba (mengikuti) Nabi Shallallahu alaihi wasallam. Berdasarkan ini, maka setiap khotib hendaklah memperhatikan apa saja yang dicontohkan Nabi Shallallahu alaihi wasallam dalam khutbah-khutbah beliau. Contoh-contoh yang diwariskan oleh Nabi Shallallahu alaihi wasallam bagi kita, oleh para ulama dipilah menjadi beberapa kategori: syarat-syarat sah khutbah, rukun-rukun khutbah, sunnah-sunnah khutbah, adab-adab seorang khotib dan sebaginya. Hanya saj para ulama , mutaqaddimin maupun mutaakhkhirin berbeda pandangan dalam memilah teladan Nabi tersebut. Berikut ini adalah

contoh perbedaan pendapat (ikhtilaf) yang terjadi diantara para ulama tentang rukun-rukun khutbah: Al-Hanafiyyah berpendapat : rukun khutbah hanya satu, yaitu menyebut (berzikir) kepada Allah secara mutlak; dengan bertasbih; atau bertahlil; atau bertahmid atau semacamnya. Al-Malikiyyah berpendapat : rukun khutbah adalah satu, yaitu cukup hanya berisi peringatan (tentang neraka) atau kabar gembira (dengan surga). As-Syafiiyyah berpendapat : rukun-rukun khutbah ada lima : pertama, memuji Allah (hamdalah); kedua, bershalawat atas Nabi Shallallahu alaihi wasallam; ketiga, berwasiat dengan takwa; keempat, membaca suatu ayat dari Al -Quran; dan kelima, berdoa untuk kaum muslimin. Al-Hanabilah berpendapat : rukun khutbah ada empat: pertama, memuji Allah (hamdalah); kedua, bershalawat atas Nabi Shallallahu alaihi wasallam; ketiga, membaca suatu ayat dari Al-Quran; dan keempat, berwasiat dengan takwa.(dikutip dengan ringkas dan adaptasi dari Al-Fiqh ala al-madzahib al-arbaah 1/304-305, Dar Al-Hadits,Kairo-Mesir,1424 H) Dan ada juga yang berpendapat enam, bahkan ada juga yang tidak menyebutkannya sebagai rukun atau syarat, tetapi hanya sunnah-sunnah khutbah. (Lihat: Asy-Syarh Al-Mumti oleh Al-Alamah Ibnu Utsaimain, 5/50-55; Khutbah AlJumah Ahkamuha wa Adabuha fi Fiqh Al-Islam oleh Nazar bin Abdul Karim Al-Hamdani; Shahih Fiqh As-Sunnah oleh Abu Malik 1/581-588) Kita berkesimpulan bahwa poin-poin berikut ini adalah masalah-masalah yang tidak boleh diabaikan ole para khotib, terlepas dari perbedaan pendapat yang terjadi diantara para ulama; apakah itu wajib atau sunnah.

1. Memanjatkan puji dan sanjungan kepad Allah, dengan

atau

atau

atau lafazh-lafazh semisal (lihat:

Asy-Syarh Al-Mumti Ala Zad Al-Mustaqni oleh Al-Allamah Ibnu Utsaimin Rahimahullah, 5/52). Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda: Setiap urusan (penting) yang membutuhkan perhatian yang tidak dimulai dengan Alhamdulillah maka ia terputus dari berkah).(Diriwayatkan oleh Imam Ahmad 2/359, Abu Dawud no.4840, Ibnu Majah no. 1894) Dalam lafaz lain, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam berkhutbah dihadapan manusia dengan memuji Allah serta menyanjung-Nya dengan (pujian dan sanjungan) yang layak bgi-Nya, kemudian beliau mengatakan, Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada sesuatu pun yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan maka tidak ada sesuatu pun yang dapat memberinya petunjuk, dan sebaik-baik ucapan adalah kitab Allah) (HR.Muslim no.867). Silahkan lihat tulisan dalam blog ini mengenai khutbah haajah.

2. Membaca Syahadat Dari Abu Hurairah Radhiallahu anhu dari Nabi Shallallahu alaihi wasallam beliau bersabda, Setiap khutbah yang didalamnya tidak ada syahadat, maka ia adalah seperti tangan yang buntung.

3. Berwasiat dengan takwa kepada Allah Wasiat yang dimaksudkan ialah bahwa khotib berwasiat kepad kaum muslimin yang mendengarkan agar bertakwa kepada Allah, baik dengan mengatakan atau (saya wasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Allah)

(hai orang-orang yag beriman, bertakwalah kalian kepada Allah). (Asy-Syarh Al-Mumti Ala Zad Al-

Muqtani, 5/55). Seperti yang dicontohkan juga oleh Nabi dengan menyertai khutbah haajah disetiap khutbahnya. Juga berdasarkan hadits dari Jabir dibawah ini.

4. Membaca ayat Al-Quran Dari Jabir bin Samurah Radhiallahu anhu, dia berkata,Nabi Shallallahu alaihi wasallam menyampaikan dua khutbah dimana beliau duduk diantara keduanya; (dan dalam khutbah itu) beliau membaca Al-Quran dan mengingatkan manusia. (Diriwayatkan oleh Muslim no.862)

5. Menyampaikan nasihat bagi kaum muslimin Dari Jabir bin Samurah Radhiallau anhu, dia berkata,Sholat Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam adalah s edang sedang saja dan khutbah beliau juga sedang-sedang saja; dimana beliau membaca ayat-ayat dari Al-Quran dan mengingatkan manusia. (HR.Abu Dawud no.1094)

6. Shalawat dan salam atas Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam Perkataan Umar bin Khottob Radhiallahu anhu, Sesungguhnya doa itu terhenti diantara langit dan bumi, tidak akan naik sedikitpun dari tempat itu sampai engkau bershalawat atas Nabimu Muhammad Shallallahu alaihi wasallam. (HR. Tirmidzi no.486 dan Silsilah Ash-Shahihah karya syaikh Nashiruddin Al-Albani no.2035)

7. Berdoa untuk kaum muslimin Dari Hushain bin Abdurrahman As-Silmi, dia berkata,Aku berada disebelah Umarah bin Ruwaibah Radhiallahu anhu, sedangkan Bisyir (ibnu Marwan Al-Amawi); penguasa di Irak) sedang member khutbah kepada kami. Tatkala Bisyir berdoa

dia mengangkat kedua tangannya. Maka Umarah Radhiallahu anhu pun berkata,Semoga Allah memburukkan dua tangan ini. Aku pernah melihat Rasul Shallallahu alaihi wasallam berkhutbah, dan ketika berdoa beliau melakukan seperti ini. Lalu Umarah pun mengangkat jari telunjuknya. (HR. Muslim 2/595 no.874, lafaz ini milik Imam Ahmad 4/136 no.17263) Ini adalah dalil yang menunjukkan bahwa Nabi Shallallahu alaihi wasallam berdoa dalam khutbah beliau dan tentu saja itu adalah contoh yang harus diikuti oleh setiap khotib.

Inilah tujuh poin yang harus diperhatikan oleh seorang khotib. Dan perlu diperhatikan bahwa urutan ini tidak bersifat mutlak; sebagian kalangan misalnya meletakkan shalawat pada urutan ketiga, maka tidak mengapa.

yarat dan rukun khutbah jum'ah adalah sebagai berikut: A. Syarat Khutbah 1. Khutbah dilakukan sebelum salat Jum'at 2. Niat 3. Disampaikan dengan bahasa yang bisa dipahami oleh Jamaah. 4. Antara khutbah satu dan khutbah dua dilakukan dalam satu waktu. (antara keduanya tidak boleh dipisahkan dengan salat Jum'at ). 5. Disampaikan dengan suara yang bisa didengar oleh jamaah, minimal sejumlah orang yang wajib dipenuhi sebagai syarat sahnya salat Jum'at, 40 orang. 6. Salat Jum'at segera dilakukan begitu khutbah usai, tidak boleh diselingi dengan hal-hal yang tidak ada sangkut pautnya dengan pelaksanaan salat Jum'at. B. Rukun Khutbah 1. Memuji kepada Allah (Dengan membaca: "al-hamdulillah, atau, ahmadullah, atau hamdan lillah, dan semacamnya") dalam setiap khutbah pertama dan kedua. 2. Membaca salawat untuk Nabi Muhammad saw dalam setiap khutbah, satu dan dua (salawatnya: "Allahumma sholli 'ala Muhammad, dan atau semacamnya") 3. Berwasiat untuk melakukan ketakwaan dalam setiap khutbah (pesannya: "ittaqullah, atau athi'ullah, atau ushikum bitaqwallah, dan atau semisalnya") 4. Membaca satu atau sebagian ayat al-Qur`an. 5. Doa untuk kebaikan dan ampunan bagi orang-orang beriman pada khutbah kedua. Rukun di atas adalah rukun khutbah dalam Mazhab Syafi'i. Menurut mazhab ini, semua rukun tersebut harus disampaikan dalam bahasa Arab, adapun pesan-pesan lain yang tidak termasuk rukun bisa disampaikan dengan bahasa yang dipahami oleh jamaah. Adapun Mazhab-mazhab lainnya adalah sebagai berikut: 1. Mazhab Hanafi, rukun khutbah adalah satu hal, yaitu dzikir secara mutlak, baik panjang

maupun pendek. Menurut Mazhab ini bahkan bacaan tahmid, atau tasbih, atau tahlil, sudah cukup untuk menggugurkan kewajiban khutbah. Mazhab ini berpendapat bahwa khutbah bisa disampaikan dalam bahasa apa saja, tidak harus bahasa Arab. 2. Mazhab Maliki, rukun khutbah menurut mazhab ini adalah satu hal, yaitu ungkapan yang memuat kabar gembira (dengan janji-janji pahala dari Tuhan) atau peringatan (bagi orangorang yang suka melanggar aturan Tuhan). Mazhab ini berpendapat bahwa keseluruhan khutbah harus disampaikan dalam bahasa Arab. Jika tidak ada yang mampu menggunakan bahasa Arab maka kewajiban salat Jum'at gugur untuk dilaksanakan. 3. Mazhab Hanbali, rukun khutbah menurut mazhab ini ada empat hal, yaitu: a. Bacaan "alhamdulillah" dalam setiap khutbah, satu dan dua. b. Salawat atas Nabi Muhammad. c. Membaca satu atau sebagian ayat al-Qur'an. d. Wasiat untuk melakukan ketakwaan. Mazhab ini juga berpendapat bahwa khutbah harus disampaikan dalam bahasa Arab bagi yang mampu. Bagi yang tak bisa berbahasa Arab maka menggunakan bahasa yang dimampui, khusus untuk ayat al-Qur`an tidak boleh digantikan dengan bahasa lain. Demikian, rincian syarat dan rukun khutbah menurut mazhab-mazhab besar yang banyak berlaku. Memang hampir tidak ada perbedaan antara khutbah dengan ceramah yang biasa dilakukan para dai. Yang membedakan hanya waktu penyampaiannya. Wallahu a`lam. Semoga membantu.

Anda mungkin juga menyukai