Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH IBU YANG BERPROFESI SEBAGAI WANITA KARIR TERHADAP KEEFEKTIFAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF BAB II: TINJAUAN

TEORI & KERANGKA KONSEP

Untuk memenuhi tugas matakuliah Riset Keperawatan yang dibimbing oleh Ibu Isnaeni DTN, SKM, M.Kes

DISUSUN OLEH YAYANG RACHMAWATI 1101100107

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MALANG JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG 2013

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Wanita Karir/Pekerja 2.1.1 Pengertian Wanita Karir/Pekerja

Wanita pekerja adalah mereka para wanita yang bekerja dalam dunia industri (DEPKES RI, 2003).

Wanita karir adalah mereka yang memperjuangkan profesinya secara sungguh-sungguh supaya karirnya naik. Wanita seperti ini akan menomorsatukan karir dibanding keluarganya (Kertajaya, 2006).

2.1.2 Kebijaksanaan dan Strategi DEPKES, (2003) tentang Peningkatan Pemberian ASI Pekerja Indonesia.

Dalam pasal 83 undang-undang no 13 tahun 2003, tentang ketenagakerjaan menetapkan Pekerja/buruh perempuan yang masih mempunyai anak menyusui harus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika itu harus dilakukan di tempat kerja. Bagi pemilik perusahaan ada kewajiban yang harus dilakukan terkait dengan pemenuhan hak menyusui bagi karyawan perempuan dengan menyediakan tempat penitipan anak atau pojok laktasi.

2.1.3 Kebijaksanaan Pemerintah

Kebijaksanaan

yang dikeluarkan pemerintah

sehubungan dengan

upaya

peningkatkan ASI bagi wanita pekerja menurut DEPKES RI, (2003) antara lain:

a. Peningkatan pemberian ASI dilaksanakan sebagai upaya peningkatan kualitas SDM yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, khususnya dalam peningkatan kualitas hidup. b. Peningkatan pemberian ASI (PP-ASI) dilakukan secara lintas sektor dan terpadu dengan melibatkan peran serta masyarakat, khususnya masyarakat pekerja. c. PP-ASI menitik beratkan pada pemberdayaan masyarakat untuk melaksanakan tugas sesuai kodratnya. d. Membudayakan perilaku menyusui secara eksklusif pada bayi usia 6 bulan. e. PP-ASI dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan disetiap tempat kerja.. 2.1.4 Strategi pemerintah

Strategi yang dilakukan oleh pemerintah sehubungan dengan peningkatan pemberian ASI menurut DEPKES RI, (2003) antara lain:

a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pihak manajemen untuk meningkatkan status kesehatan ibu pekerja dan bayinya. b. Memantapkan tanggung jawab dan kerja sama dengan berbagai instansi pemerintah yang terkait asosiasi pangusaha, serikat pekerja, LSM dan program pemberian ASI di tempat kerja dan meningkatkan produktivitas kerja. c. Mengupayakan agar semua petugas dan saran pelayanan kesehatan ditempat kerja mendukung perilaku menyusui yang optimal melalui penetapan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui yang merupakan standard internasional. d. Mengupayakan fasilitas yang mendukung PP-ASI bagi ibu yang menyusui di tempat kerja dengan: 1) Menyediakan sarana ruang memerah ASI

2) Menyediakan perlengkapan untuk memerah dan menyimpan ASI 3) Menyediakan materi penyuluhan ASI 4) Memberikan penyuluhan 2.2 Konsep ASI 2.2.1 Anatomi Fisiologi Payudara Pelepasan ASI berada dibawah kendali neuro-endrokrin. Rangsangan sentuhan pada payudara (ketika bayi menghisap) akan merangsang produksi oksitoksin yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel. Proses ini disebut refleks let down atau pelepasan ASI dan membuat ASI tersedia bagi bayi. Pada awal laktasi, refleks pelepasan ASI ini tidak dipengaruhi oleh keadaan emosi ibu. Namun, pelepasan ASI dapat dihambat oleh keadaan emosi ibu, misalnya ketika ibu merasa sakit, lelah, malu, merasa tidak pasti, atau merasakan nyeri. Isapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mammae melalui duktus ke sinus laktiferus. Isapan merangsang produksi oksitosin oleh kelenjar hipofise posterior. Oksitoksin memasuki darah dan menyebabkan kontraksi sel-sel khusus (sel mioepitel) yang mengelilingi alveolus mammae dan duktus laktiferus. Kontraksi selsel khusus ini mendorong ASI keluar dari alveolus melalui duktus laktiferus menuju ke sinus laktiferus untuk disimpan. Pada saat bayi menghisap puting, ASI dalam sinus tertekan dan keluar kemulut bayi. Gerakan ASI dari sinus ini dinamakan let down atau pelepasan. Pada akhirnya, let down dapat dipicu tanpa rangsangan isapan. Pelepasan dapat terjadi ketika ibu mendengar bayi menangis atau sekedar memikirkan tentang bayinya. Pelepasan ASI penting sekali dalam pemberian ASI yang baik. Tenapa pelepsan bayi mungkin menghisap terus menerus. Akan tetapi, bayi hanya memperoleh sebagaian dari ASI yang tersedia dan tersimpan di dalam payudara. Bila

pelepsan gagal secara berulang kali dan payudara berulang kali tidak dikosongkan pada waktu pemberian ASI, reflek ini akan berhenti berfungsi dan laktasi akan berhenti (Bahiyatun, 2009). 2.2.2 Pengertian ASI Eksklusif

ASI (Air Susu Ibu) merupakan makanan yang paling sempurna, bersih mengandung antibody yang sangat penting dan nutrisi yang tepat. Terlebih lagi menyusui terbukti baik bagi ibu dan melindungi dari penyakit. (Chumblay, 2004).

ASI eksklusif dalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan pada tanpa jadwal dan tidak diber makanan lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenanlkan dengan makanan lain dan tetap diberi ASI sampai bayi berumur dua tahun (Purwanti, 2004).

2.2.3 Frekwensi dalam pemberian ASI

Sulit untuk mengatakan dengan tepat berapa banyak air susu dibutuhkan bayi. Tidak ada aturan standard tentang hal ini, menurut Soetjiningsih dalam bukunya ASI, (2000) ada pedoman umum yang dipakai yaitu :

a. Segera setalah melahirkan : Walaupun tidak lapar, saat ini paling tepat untuk mulai menyusui. b. Hari 1 : Bayi sering kali mengantuk dalam 24 jam pertama dan mungkin hanya membutuhkan menyusui 3 kali. c. Hari 2-5 : Saat bayi terbangun, dia menjadi lebih tertarik untuk menyusui sebanyak 10 kali atau lebih selama 24 jam. Ini membantu merangsang suplai air susu dan mengurangi pembesaran.

d. Akhir minggu pertama : Bayi mungkin menyusu sebanyak delapan kali dalam 24 jam. 2.2.4 Waktu Pemberian ASI

ASI baik diberikan pada usia 0-6 bulan pertama tanpa didampingi dengan makanan pendamping ASI. Tetapi akan lebih baik jika bayi menyusu sampai usia 2 tahun karena ASI masih dapat memenuhi 1/3 kebutuhan kalori, 1/3 kebutuhan protein, 45% kebutuhan akan vitamin A, 90% kebutuhan vitamin C (Anonim, 2008).

2.2.5 Cara menyimpan ASI

Menurut Soetjiningsih, (2000) ASI yang dikeluarkan dapat disimpan untuk beberapa saat dengan syarat, bila disimpan :

a. Diudara bebas terbuka b. Dilemari es (4 C) c. Dilemari pendingin atau beku (18 C)

: 6-8 jam : 24 jam : 6 bulan

ASI yang telah didinginkan bila akan dipakai tidak boleh direbus, karena kwalitasnya akan menurun yaitu unsur kekebalannya. ASI tersebut didiamkan beberapa saat didalam suhu kamar, agar tidak terlalu dingin atau padat pula direndam didalam wadah yang telah diisi dengan air panas.

2.2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian Asi Eksklusif. 2.2.6.1 Usia

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulangan. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat,

seseorang yang telah dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini disebabkan karena akibat dari pengalaman-pengalaman dan kematangan jiwa.

2.2.6.2 Pendidikan

Pendidikan

berarti

bimbingan

yang

diberikan

oleh

seseorang

terhadap

perkembangan oarnag lain menuju kearah satu cita-cita tertentu.

2.2.6.3 Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga (Markum, 1991).

2.2.6.4 Pengetahuan. Pengetahuan tentang ASI Eksklusif adalah suatu pemahaman atau penguasaan yang dimiliki seseorang mengenai pengetahuan tentang pemberian ASI Eksklusif. 2.2.7 Faktor yang mempengaruhi ibu bekerja tidak memberikan ASI

Menurut Roesli dalam hasil seminar tentang ASI, 2008 Faktor yang mempengaruhi ibu bekerja tidak memberikan ASI antara lain:

2.2.7.1 Kurang dimengertinya konsep ASI

Banyak para ibu tidak mengerti tentang apa itu ASI , kandungan dalam ASI, serta pentingnya ASI bagi pertumbuhan.

2.2.7.2 Adanya pendapat bahwa dengan memberikan ASI bentuk payudara akan berubah Para ibu merasa takut, mereka beranggapan dengan menyusui bentuk payudara mereka tidak akan seindah sebelum meyusui.

2.2.7.3 Kurangnya waktu bagi wanita pekerja untuk memerah ASI dan menyimpan ASI di perusahaan tempat ibu bekerja.

Dengan keterbatasan waktu dan tidak adanya fasilitas yang memadai di perusahaan, menyebabkan ibu bekerja tidak dapat memerah dan menyimpan ASI.

2.2.7.4 Adanya pelanggaran cara promosi

Promosi susu formula yang menyatakan bahwa susu formula dan makanan pendamping tersebut sama baiknya dengan ASI, banyak mempengaruhi pandangan ibu terhadap susu formula dan meninggalkan ASI.

2.2.8 Pemberian ASI pada ibu bekerja

Ibu bekerja dianjurkan untuk tetap memberikan ASI pada bayinya. Cara yang bisa digunakan untuk mencegah penurunan produksi ASI menurut Soetjiningsih, (2000) antara lain: a. Sebelum ibu berangkat bekerja bayi harus disusui. Selanjutnya ASI diperas dan disimpan untuk diberikan pada bayi selama ibu bekerja, disamping susu formula bila diperlukan. b. Bila mungkin, ibu pulang untuk menyusui pada tengah hari. c. Bayi disusui lebih sering setelah ibu pulang kerja pada malam hari. d. Tidak menggunakan susu formula pada hari libur. e. Tidak mulai bekerja terlalu cepat setelah melahirkan, tunggu 1-2 bulan untuk meyakinkan lancarnya produksi ASI dan masalah menyususi telah teratasi.

Anda mungkin juga menyukai