Anda di halaman 1dari 4

SOP COD Lab Lingkungan BLH Pemkot Malang

Halaman 1 dari 4







PEMERINTAH KOTA MALANG
BADAN LINGKUNGAN HIDUP
UPT LABORATORIUM LINGKUNGAN
J ln. Simpang Mojopahit No. 1 Malang Tel. 0341-331-600, 366385
M A L A N G


PROSEDUR TETAP
ANALISA COD (Chemical Oksigen Demand)
DENGAN REFLUKS TERTUTUP SECARA TITRIMETRI




I. Definisi
COD adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada
dalam 1 liter sampel air, dimana pengoksidasi K2,Cr2,O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing
agent) (G. Alerts dan SS Santika, 1987).

II. Prinsip Kerja
Senyawa organik dan anorganik, terutama organik, dalam contoh uji dioksidasi oleh Cr2O7
2-
dalam
refluks tertutup selama 2 jam menghasilkan Cr
3+
. Kelebihan kalium dikromat yang tidak tereduksi, dititrasi
dengan larutan Ferro Ammonium Sulfat (FAS) menggunakan indikator ferroin. Jumlah oksidan yang
dibutuhkan dinyatakan dalam ekuivalen oksigen (O2 mg/L).
Bahan organik dioksidasi oleh Kalium Dikromat dan Asam Sulfat pada kondisi mendidih dengan katalis
Perak Sulfat, warna kuning yang terbentuk dari ion Cr2O7
2-
sampai dengan warna hijau yang terbentuk dari
Cr
3+
sebanding dengan oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi bahan organic dan digunakan sebagai
pengukuran pada Spektrofotometer ( colorimetric ) dan Titrasi Manual ( Buret ).

a. COD ( Colorimetri )
Zat organic dioksidasi oleh Kalium Dikromat dan Asam Sulfat pada kondisi mendidih dengan katalis
Perak Sulfat, warna kuning yang terbentuk dari ion Cr2O7
2-
sampai warna hijau yang terbentuk dari
Cr
3+
sebanding dengan oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi bahan organik dan digunakan
sebagai pengukuran pada spektrofotometer.

b. COD ( Titrimetri )
Zat organik dioksidasi oleh larutan K2Cr2O7 dalam suasana yang mendidih, dimana selama reaksi 2
jam ini uap direfluks dengan alat pemanas (reaktor) agar zat organik volatil tidak keluar, K2Cr2O7
yang tersisa dalam larutan tersebut digunakan untuk menentukan berapa oksigen yang terpakai
kemudian sisa reaktan dititrasi dengan Ammonium Ferro Sulfat dengan menggunakan indikator
Ferroin sebagai penentuan titik akhir, dari warna hijau biru menjadi merah kecoklatan.


III. Gangguan dan Proses Pengawetan Sampel
a. Gangguan
Gangguan yang sering muncul dalam proses analisa COD dari unsure Halida, Pyridin, ion Besi,
Sulfida, Mangan, Hidro Karbon Aromatik, dan Hidro Karbon Rantai Lurus.
b. Pengawetan Sampel
Apabila proses analisa ditangguhkan, contoh uji air dapat diawetkan dengan H2SO4 pekat ( 0,8 ml
H2SO4 pekat per satu liter contoh uji air ) dan disimpan dalam lemari es.





SOP COD Lab Lingkungan BLH Pemkot Malang
Halaman 2 dari 4






IV. Alat dan Bahan
a. Peralatan
- Kuvet;
- Digestion vessel, lebih baik gunakan kultur tabung borosilikat dengan ukuran 16 mm x 100 mm;
20 mm x 150 mm atau 25 mm x 150 mm bertutup ulir. Atau alternatif lain, gunakan ampul
borosilikat dengan kapasitas 10 mL (diameter 19 mm sampai dengan 20 mm);
- Pemanas dengan lubang lubang penyangga tabung (heating block) atau reaktor COD;

CATATAN Jangan menggunakan oven

- Buret;
- Labu ukur 50 mL, 100 mL, 250 mL, 500 mL dan 1000 mL;
- Pipet volumetrik 5 mL, 10 mL, 15 mL, 20 mL, 25 mL;
- Pipet ukur 5 mL; 10 mL; 25 mL;
- Erlenmeyer;
- Gelas piala;
- Magnetic stirrer; dan
- Timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg.

b. Bahan Kimia
- Air bebas organik;
- Larutan pereaksi asam sulfat;
Larutkan 10,12 g serbuk atau kristal Ag2SO4 ke dalam 1000 mL H2SO4 pekat. Aduk hingga
larut.

CATATANProses pelarutan Ag2SO4 dalam asam sulfat dibutuhkan waktu pengadukan selama 2 (dua) hari,
sehingga digunakan magnetic stirrer untuk mempercepat melarutnya pereaksi.

- Larutan baku kalium dikromat (K2Cr2O7) 0,01667 M (0,1 N) (digestion solution)
Larutkan 4,903 g K2Cr2O7 yang telah dikeringkan pada suhu 150 C selama 2 jam ke dalam
500 mL air bebas organik. Tambahkan 167 mL H2SO4 pekat dan 33,3 g HgSO4. Larutkan dan
didinginkan pada suhu ruang dan encerkan sampai 1000 mL.

CATATAN Larutan baku kalium dikromat ini dapat menggunakan larutan siap pakai

- Larutan indikator ferroin
Larutan 1,485 g, 10 phenanthrolin monohidrat dan 695 mg FeSO4.7H2O dalam air bebas
organik dan encerkan sampai 100 mL.

CATATANLarutan indicator ini dapat menggunakan larutan siap pakai

- Larutan baku Ferro Ammonium Sulfat (FAS) 0,05 M
Larutan 19,6 g Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O dalam 300 mL air bebas organik, tambahkan 20 mL
H2SO4 pekat, didinginkan dan tepatkan sampai 1000 mL.
- Asam sulfamat (NH2SO3H)
Digunakan jika ada gangguan nitrit. Tambahkan 10 mg asam sulfamat untuk setiap mg NO2
N yang ada dalam contoh uji.
- Larutan baku Kalium Ftalat (HOOCC6H4COOK,KHP) COD 500 mg O2/L
- Gerus perlahan KHP, lalu keringkan sampai berat konstan pada suhu 110 C. larutkan 425 mg
KHP ke dalam air bebas organic dan tepatkan sampai 1000 mL. larutan ini stabil bila disimpan
dalam kondisi dingin pada temperature 4 C 2 C dan dapat digunakan sampai 1 minggu
selama tidak ada pertumbuhan mikroba. Sebaiknya larutan ini dipersiapkan setiap 1 minggu.

CATATAN 1Larutan baku Kalium Hidrogen Ftalat digunakan sebagai pengendalian mutu kinerja pengukuran.

CATATAN 2Larutan baku KHP dapat menggunakan larutan siap pakai.







SOP COD Lab Lingkungan BLH Pemkot Malang
Halaman 3 dari 4






V. Persiapan Contoh Uji
a. Persiapan contoh uji
- Homogenkan contoh uji

CATATANContoh uji dihaluskan dengan blender bila mengandung padatan tersuspensi

- Cuci digestion vessel dan tutupnya dengan H2SO4 20% sebelum digunakan


b. Persiapan pengujian
Lakukan standarisasi larutan baku FAS dengan larutan baku kalium dikromat setiap melakukan
pengujian dengan cara sebagai berikut :
Pipet 5,0 mL digestion solution ke dalam Erlenmeyer, tambahkan air bebas organic sejumlah
contoh uji dan dinginkan pada suhu ruang. Tambahkan 1 2 tetes indicator ferroin dan titrasi
dengan larutan titrasi FAS. Hitung kembali molaritas larutan.

Molaritas larutan FAS =

voIumc 0,1 N Iuutun K2Cr2O7 mL
voIumc PAS ung dgunukun ( mL)
x normalitas digestion solution (1)

c. Prosedur
- Pipet volume contoh uji dan tambahkan digestion solution dan tambahkan larutan pereaksi
asam sulfat ke dalam tabung atau ampul, seperti yang dinyatakan dalam Tabel 1 berikut :

Tabel 1 Contoh uji dan larutan pereaksi untuk bermacam macamdigestion vessel

Digestion vessel Contoh uji
(mL)
Digestion solution
(mL)
Larutan pereaksi
asamsulfat (mL)
Total volume(mL)
Tabung kutur
16 x 100 mm
20 x 150 mm
25 x 150 mm

Standar Ampul:
10 mL

2,50
5,00
10,00


2,50

1,50
3,00
6,00


1,50

3,5
7,0
14,0


3,5

7,5
15,0
30,0


7,5

- Tutup tabung dan kocok perlahan sampai homogeny;
- Letakkan tabung pada pemanas yang telah dipanaskan pada suhu 150 C, lakukan digestion
selama 2 jam;

CATATANSelalu gunakan alat pelindung diri yang sesuai dan lakukan di ruang asam

- Dinginkan perlahan lahan contoh uji yang sudah direfluks sampai suhu ruang. Saat
pendinginkan sesekali tutup contoh uji dibuka untuk mencegah adanya tekanan gas;
- Pindahkan secara kuantitatif contoh uji dari tube atau ampul ke dalam Erlenmeyer untuk titrasi;
- Tambahkan indicator ferroin 0,05 mL 0,1 mL atau 1 2 tetes dan aduk dengan pengaduk
magnetic sambil dititrasi dengan larutan baku FAS 0,05 M sampai terjadi perubahan warna
yang jelas dari hijau biru menjadi coklat kemerahan, catat volume larutan FAS yang
digunakan;
- Lakukan perlakuan diatas terhadap air bebas organic sebagai blanko.
Catat volume larutan FAS yang digunakan.

d. Perhitungan
Nilsi COD sebagai mg/L O2 :

COD (mg O2/L) =
(A-B)xMx8000
mL contoh u]
(2)




SOP COD Lab Lingkungan BLH Pemkot Malang
Halaman 4 dari 4






Keterangan
A adalah volume larutan FAS yang dibutuhkan untuk blanko, dinyatakan dalam milliliter (mL)
B adalah volume larutan FAS yang dibutuhkan untuk contoh uji, dinyatakan dalam milliliter (mL)
M adalah molaritas larutan FAS
8000 adalah berat miliquivalent oksigen x 1000 mL/L

VI. Pengendalian Mutu
a. Gunakan bahan kimia pro analisa (pa)
b. Gunakan alat gelas bebas kontaminasi
c. Gunakan alat ukur yang terkalibrasi
d. Gunakan air suling bebas organic untuk pembuatan blanko dan larutan kerja
e. Dikerjakan oleh analis yang kompeten
f. Lakukan analisis blanko dengan frekuensi 5% - 10% per batch (satu seri pengukuran) atau
minimal 1 kali untuk jumlah contoh uji kurang dari 10 sebagai control kontaminasi
g. Lakukan analisis duplo dengan frekuensi 5% - 10% per satu seri pengukuran atau minimal 1
kali untuk jumlah contoh uji kurang dari 10 sebagai control ketelitian analisis. Jika Perbedaan
Persen Relatif (Relative Percent Difference,RPD) lebih besar atau sama dengan 10%, maka
dilakukan pengukuran selanjutnya untuk mendapatkan RPD kurang dari 10%

Persen RPD

% RPD =
husI pcngukuun-dupIkut pcngukuun
(husI pcngukuun+dupIkut pcngukuun)/ 2
x 100% (3)

h. Lakukan control akurasi dengan larutan baku KHP dengan frekuensi 5% - 10% per batch atau
minimal 1 kali batch. Kisaran persen temu balik adalah 85% - 115%.

Persen temu balik (% recovery, %R)

%R =
A
B
x 100%

Keterangan
A adalah hasil pengukuran larutan baku KHP, dinyatakan dalam milligram per liter (mg/L)
B adalah kadar larutan baku KHP hasil penimbangan (target value), dinyatakan dalam
milligram per liter (mg/L)








Mengetahui
Kepala
UPT Laboratorium Lingkungan
Badan Lingkungan Hidup Kota Malang
Malang, 01 Pebruari 2012
Analis Laboratorium
UPT Laboratorium Lingkungan
Badan Lingkungan Hidup Kota Malang





Niken Wiardhani, ST
NIP. 19710823 199803 2 004
Sigit Eko Putro Kurniawan. A.Md
NIP. 19821227 201101 1 002

Anda mungkin juga menyukai