Anda di halaman 1dari 4

BAB 14

EPILOG: PEMETARENCANAAN DALAM PERJALANAN KE DEPAN

14.1. PENDAHULUAN
Pemetarencanaan telah menjadi salah satu alat yang semakin luas digunakan oleh berbagai kalangan dewasa ini, baik perusahaan, industri, lembaga litbang, dan kolaborasi banyak pihak yang juga melibatkan pemerintah. Patut diakui, bahwa istilah pemetarencanaan dan petarencana (sebagai hasil proses pemetarencanaan) tidak/belum baku. Bila dicermati, berbagai pemetarencanaan dan petarencana yang sejauh ini berkembang menunjukkan keragaman baik tentang format dan elemennya maupun proses beserta metode/teknik yang digunakan. Analog dengan peta perjalanan, suatu petarencana memungkinkan penggunanya memilih di antara alternatif lintasan tindakan yang menentukan bagaimana mencapai tujuan tertentu. Hakikatnya, petarencana merupakan suatu alat yang membantu memberikan (meningkatkan) pemahaman, orientasi, konteks, arah dan konsensus/kesepakatan tertentu yang sangat penting bagi pembuat dan penggunanya berstrategi, menentukan kebijakan, merencanakan tindakan dan mengimplementasikannya, serta memantau, mengevaluasi dan memperbaikinya dalam menghadapi masa depan. Seperti telah dibahas dalam buku ini, secara teknis pemetarencanaan mempunyai pengertian sebagai serangkaian proses perencanaan dalam konteks tematik bidang dan/atau lingkup (domain) kerja organisasi tertentu yang didorong oleh proyeksi kebutuhan-kebutuhan atas kondisi di masa datang yang dinilai sangat penting (menentukan). Dari beragam pengalaman praktik pemetarencanaan di tingkat perusahaan maupun kolaborasi banyak pihak yang didokumentasikan, beberapa menyebutkan faktor-faktor keberhasilan dan pelajaran yang dapat dipetik. Beberapa pelajaran tersebut antara lain adalah: Nilai dari pemetarencanaan, sebagian besar sebenarnya ter letak pada prosesnya sendiri. Ini karena pemetarencanaan dapat membangkitkan pandangan atas fokus isu tertentu dalam dinamika interaksi dan membantu konsensus antara partisipan pemetarencanaan dan para stakeholder kunci. Komunikasi, koordinasi, dan 177

pembelajaran merupakan elemen penting yang mempengaruhi kapasitas untuk bertindak dan mengeksekusi tindakan, dalam menghasilkan keluaran/hasil yang berkualitas. Petarencana yang berkualitas biasanya adalah petarencana yang terus hidup. Pemetarencanaan merupakan proses iteratif, proses dan keluarannya cenderung semakin baik sejalan dengan proses iterasi. Petarencana generasi kedua dan seterusnya untuk topik yang sama biasanya lebih baik dibanding dengan petarencana awalnya. Komitmen manajemen merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan baik dalam pemetarencanaan suatu organisasi individual maupun pemetarencanaan kolaboratif. Partisipan pemetarencanaan yang mewakili memang semestinya yang mempunyai legitimasi untuk memberikan pemikiran maupun menindaklanjuti (menyampaikan kepada pihak yang perlu menindaklanjuti) hasil yang diperoleh dari proses pemetarencanaan. Pemetarencanaan pada bidang dengan perubahan kebutuhan teknologi atau faktor pendorong kunci yang relatif stabil dalam jangka panjang umumnya mempunyai kemungkinan keberhasilan lebih baik. Banyak kebutuhan dan isu serupa yang muncul dalam beragam petarencana industri yang dilakukan secara kolaboratif. Karena itu, beberapa hasil petarencana industri kolaboratif dapat menjadi salah satu bahan yang sangat bernilai bagi proses pemetarencanaan industri kolaboratif lainnya.

Di lain pihak banyak pakar mengingatkan agar dalam proses pemetarencanaan, beberapa hal perlu diwaspadai untuk dihindari atau setidaknya diminimumkan, terutama: Partisipan pemetarencanaan seringkali memberikan pandangan atau menghasilkan konsensus yang terlampau konservatif, linier, dan kecenderungan kepada inovasi inkremental. Proses diskusi yang melibatkan banyak peserta memang sering cenderung menghambat pemikiran yang sangat berbeda atau radikal yang justru sering diperlukan untuk menghasilkan inovasi terobosan (revolusioner). Proses pemetarencanaan seringkali terlampau "didominasi oleh pakar teknis (engineer) dan kurang memberi kesempatan yang memadai kepada para pemimpin bisnis. Aspek ekonomi, sosial dan bisnis sering terabaikan didiskusikan/dikaji.

14.2. MASA DEPAN PEMETARENCANAAN


Para pakar umumnya setuju bahwa masa depan pemetarencanaan sebagai alat perencanaan bagi organisasi individual maupun upaya kolaborasi, terutama yang berkaitan dengan perkembangan bisnis/industri dan kemajuan teknologi, sangatlah baik. Beragam kisah keberhasilan dari upaya pemetarencanaan baik yang spesifik perusahaan maupun industri dan kesadaran semakin pentingnya pengetahuan, inovasi, dan aliansi strategis turut mendorong

178

PEMETARENCANAAN (ROADMAPPING): KONSEP, METODE DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB 14 EPILOG: PEMETARENCANAAN DALAM PERJALANAN KE DEPAN

semakin meluasnya praktik pemetarencanaan di kalangan bisnis dan kolaborasi industripemerintah. Untuk petarencana spesifik industri yang dilaksanakan secara kolaboratif, penekanan umumnya diberikan antara lain pada: Keterkaitan teknologi dengan kebutuhan industri jangka panjang; Kebutuhan/persyaratan teknologi yang secara umum relevan dengan beragam industri; Prioritas, kesenjangan, biaya litbang, dan Return on Investment (ROI); Perspektif internasional.

Petarencana yang spesifik perusahaan dan spesifik produk semakin penting terutama bagi perusahaan-perusahaan yang intensif menggunakan (berbasis) teknologi (technology intensive firms). Selain itu pengembangan metode pemetarencanaan diperkirakan merupakan bidang yang sangat penting dan terbuka bagi penelitian di masa datang. Termasuk di antaranya adalah pengembangan pemetarencanaan secara digital. Untuk menyikapi hal ini, Kementerian Riset dan Teknologi beserta lembaga pemerintah non departemen (LPND) yang dikoordinasikannya dan perguruan tinggi seyogyanya memberi perhatian pada hal ini mengingat kebutuhan akan hal ini bagi Indonesia di masa datang diperkirakan akan sangat meluas. Untuk meningkatkan peluang kemitraan antara pemasok dengan pengguna teknologi, knowledge pool seperti lembaga litbang dan perguruan tinggi perlu memperbaiki: Antarmuka (interface) pelayanan teknologinya. Mekanisme pelayanan yang multifacet seperti pada umumnya terjadi di lembaga litbang atau perguruan tinggi sejauh ini, walaupun dapat membantu, namun seringkali membuat pengguna (calon pengguna) merasa kebingungan bagaimana berhubungan dengan, dan memanfaatkan layanan tersebut. Selain itu, mekanisme pelayanannya sering dikeluhkan oleh kalangan bisnis masih terlampau berbelit/birokratis atau belum berorientasi pelayanan bisnis. Informasi, baik yang bersifat tacit maupun terdokumentasi. Informasi yang tacit misalnya menyangkut keahlian (expertise) dan personil kontak yang tepat beserta pelayanan rujukan (referral service). Sementara yang terdokumentasi misalnya seperti tentang tingkat kesiapan/kematangan teknologi/TKT (technology readiness level/TRL) hasil pengembangannya (lihat contoh pada bagian lampiran).

Pemetarencanaan di Indonesia relatif baru dimulai dan masih pada masa sangat awal. Upaya-upaya pemetarencanaan perlu terus didorong terutama di kalangan industri. Keterlambatan dalam memanfaatkan metode yang terkesan sederhana ini boleh jadi bisa berakibat semakin tertinggalnya industri Indonesia dalam dinamika persaingan bisnis masa depan.

179

180

PEMETARENCANAAN (ROADMAPPING): KONSEP, METODE DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

Anda mungkin juga menyukai