Dr. Tatang A. Taufik Deputi Kepala BPPT Bidang PKT BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI Workshop DRN - DRD Penguatan Sumberdaya , Kelembagaan , dan Jaringan Iptek Pusat dan Daerah Untuk Peningkatan Daya Saing dan Kemandirian Bangsa Ruang Komisi Utama BPPT, Jakarta, 4 Desember 2013
OUTLINE
PENDAHULUAN
BEBERAPA CONTOH
CATATAN PENUTUP
OUTLINE
PENDAHULUAN
BEBERAPA CONTOH
CATATAN PENUTUP
Sistem inovasi : suatu kesatuan (lembaga, SDM, infra & suprastrukur, jejaring, proses/interaksi) yang mempengaruhi arah perkembangan dan kecepatan inovasi, difusi, dan proses pembelajaran Penguatan sistem inovasi : membenahi sistem (holistik, serentak, isu-isu sistemik) secara bersistem : a. Dari perspektif kebijakan, langkah perbaikan perlu diarahkan untuk membenahi isu-isu kelemahan atau kegagalan sistemik (systemic failures); b. Strategi kebijakan perlu dikembangkan sebagai suatu kesatuan kerangka kebijakan inovasi/KKI (innovation policy framework).
MENGKAJI ISU SISTEMIK SISTEM INOVASI : CONTOH MENGENALI ISU KEBIJAKAN Smith (2000) :
1. 2. 3. 4. Technology (vendor) locked-in Kelembagaan Infrastruktur Transisi.
Edquist (2001) :
1. 2. 3. 4. Fungsi-fungsi Organisasi/lembaga Kelembagaan/kebijakan Interaksi atau keterkaitan antar elemen.
Permintaan (Demand)
Konsumen (permintaan akhir) Produsen (permintaan antara)
Sistem Industri
Perusahaan Besar
Intermediaries
Lembaga Litbangyasa Brokers
Global
Framework Conditions Kondisi Umum dan Lingkungan Kebijakan pada Tataran Internasional, Pemerintah Nasional, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota
Kebijakan Ekonomi Kebijakan ekonomi makro Kebijakan moneter Kebijakan fiskal Kebijakan pajak Kebijakan perdagangan Kebijakan persaingan Kebijakan Keuangan Kebijakan Promosi & Investasi Kebijakan Pendidikan Infrastruktur Umum/ Dasar SDA dan Lingkungan Budaya Sikap dan nilai Keterbukaan terhadap pembelajaran dan perubahan Kecenderungan terhadap Inovasi dan kewirausahaan Mobilitas dan interaksi
Isu Kebijakan
4 Budaya Inovasi
1. IKLIM/LINGKUNGAN (bagi inovasi dan bisnis). 2. PENYEDIA (SUPPLY) & PENGGUNA (DEMAND). 3. KETERKAITAN/INTERAKSI, JARINGAN, PELAYANAN. 4. BUDAYA KREATIF-INOVATIF. 5. FOKUS - KETERPADUAN, KOORDINASI KOHERENSI. 6. DINAMIKA GLOBAL.
SID
Kelembagaan, Daya Dukung, Kap. Absorpsi Interaksi/Keterkaitan, Pelayanan Budaya Inovasi Fokus, Keterpaduan Rantai Nilai Perkembangan Global
Flagship Programs
OUTLINE
PENDAHULUAN
BEBERAPA CONTOH
CATATAN PENUTUP
Khusus: Tertinggal
2 1 9
11
6
5 7 8 10
KE JAWA : 4. Kota Tangsel 5. Kota Cimahi 6. Kota Pekalongan 7. Kab. Banyumas 8. Kab. Ngawi
VISI 2011-2016 : PEMBAHARUAN MENUJU KEMANDIRIAN PEMERINTAH DAN MASYARAKAT KABUPATEN PELALAWAN
2%
Investasi
5
Proses
Program Prioritas Daerah
Penguatan sistem inovasi daerah Pengembangan klaster industri unggulan daerah Pengembangan jaringan inovasi Pengembangan teknoprener Pengembangan pilar-pilar tematik
6
Kerangka Kebijakan Inovasi
Mengembangkan iklim yang kondusif bagi inovasi dan bisnis Memperkuat kelembagaan dan daya dukung iIPTEKIN dan mengembangkan kemampuan absorpsi oleh industri, khususnya UKM Menumbuhkembangkan kolaborasi bagi inovasi dan meningkatkan difusi inovasi, serta meningkatkan pelayanan berbasis teknologi Mendorong budaya inovasi Menumbuhkembangkan dan memperkuat keterpaduan pemajuan sistem inovasi Penyelarasan dengan perkembangan global
Kinerja
Menjadi salah satu dari 20 kabupaten paling kompetitif di Indonesia tahun 2020
SID
SASARAN
DAMPAK
STRATEGI
OUTCOME
KEBIJAKAN UMUM
OUTPUT
PROGRAM
KEGIATAN
SID
POLICY/ TECHNICAL ASSISTANCE DALAM PENGEMBANGAN UNGGULAN DAERAH: Klaster Industri Sawit di Kab.Pelalawan
Pendampingan pengembangan klaster industri sawit di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau bertujuan untuk mendukung program hilirisasi industri sawit. Pendampingan dilakukan melalui beberapa tahapan: (i) inisiasi dan prakarsa pengembangan dengan pemerintah Kabupaten Pelalawan, (ii) penyusunan kerangka dan agenda pengembangan, (iii) perumusan strategi dan implikasi kebijakan, (iv) pemantauan dan evaluasi
Output yang telah dihasilkan hingga tahun 2013 adalah : (i) rumusan kebijakan pengembangan klaster industri kelapa sawit (masukan untuk revisi RPJMD, RPJPD), (ii) membentuk komite/ pokja Klaster Industri Kelapa Sawit, (iii) prakarsa awal difusi teknologi integrasi ternak sapi di lahan sawit (kerjasama dengan Kedeputian Teknologi Agroindustri & Bioteknologi BPPT), (iv) identifikasi peningkatan kemampuan teknologi petani sawit tentang sistem integrasi ternak sapi di lahan sawit, antara lain penguasaan teknologi pakan, pupuk organic cair/ padat, pengemasan, biogas.
POLICY/TECHNICAL ASSISTANCE DALAM PENGEMBANGAN UNGGULAN DAERAH : Klaster Industri Pariwisata Bono di Pelalawan-Riau
BPPT melakukan pendampingan pengembangan klaster industri Pariwisata Bono di Kab. Pelalawan
SID
CONTOH PJI KABUPATEN PELALAWAN : TEKNOPOLITAN PELALAWAN Masterplan Teknopolitan Pelalawan Kajian lingkungan hidup strategis Ijin prinsip penggunaan lahan kawasan (Menhut) KPI Potensial MP3EI Penyelarasan RTRW Kelembagaan pengelola kawasan Prototipe animasi kawasan Masterplan STTP Penyiapan SDM STTP (beasiswa di UTM) Pendaftaran 3 paten oleh tim pengajar STTP Penyiapan perencanaan zoning code/regulation (2014) Sosialisasi teknopolitan & telecenter Inisiasi portal PSI Pelalawan Kerjasama internasional pengembangan teknopolitan.
Sport Center
Research & Devt
SID
PI PI
BPPT & Mitra
PI
Pemda setempat
Entitas Lain
PI PI PI
PI
UMKM
Lembaga Litbangyasa
PI
Stakeholders Kunci
Lembaga Pembiayaan
PERAN PUSAT INOVASI DALAM MODERNISASI & MEMBANGUN KEUNGGULAN (DAYA SAING) BISNIS DAN INDUSTRI/EKONOMI
Produk
(Barang dan/atau Jasa) SDM Kompetensi Spesialisasi
Pusat Inovasi
Bisnis/Organisasi ~ Mikro
Himpunan SDM & Entitas Organisasi Hubungan - Jaringan - Interaksi Kolaborasi - Sinergi
Pelalawan
TECHNOPRENEURSHIP CAMP
Menko Ekonomi
UNS Serang
Pelalawan
SID
Orientasi Green Innovation Development (GID) : TIK (EDevelopment), energi, transportasi, air bersih, lingkungan Kerjasama dengan PT Telkom Audit/evaluasi TIK Penyediaan energi listrik 15 MW (PLTMG Langgam Power) : meningkatkan elektrifikasi (dari elektrifikasi 21 % 38%), sekaligus mendorong penyediaan energi bersih dari pemanfaatan sumber daya lokal Penghematan oleh PLN Rp. 7 milyar/bulan. Bagaimana proses perjuangannya : baca KOMPAS, 24 November 2013.
PRESTASI KOTA PEKALONGAN 2013 KH Dewantara Award (Penerapan TIK untuk Pendidikan) Kemendikbud Kota Percontohan Penerapan e-Gov Berbasis Teknologi Open Source Kemenristek Rekor Dunia MURI, Kategori Pemda Terbanyak Mengembangkan dan Memanfaatkan Aplikasi OSS Yayasan MURI Juara I Nasional Pos Layanan Teknologi (Posyantek) Kemendagri & Kemenristek Salah satu nominee Pemda Inovatif IGA Award 2013.
TUJUAN X
SASARAN
DAMPAK
STRATEGI
OUTCOME
KEBIJAKAN UMUM
OUTPUT
PROGRAM
KEGIATAN
CONTOH PENGUATAN SISTEM INOVASI DI DAERAH OTONOM : Penguatan Sistem Inovasi Kota Pekalongan
Penguatan SID Jaringan Inovasi (Teknopolitan Batik)
Revisi/Perubahan RPJMD telah di-Perdakan (Perda Kota Pekalongan No. 1 Tahun 2013). Adopsi PSI dengan menambah Tujuan dari Misi-1, dengan arah kebijakan 6 KKI dan strategi 5 Pilar.
konsep Ruang publik kreatif (creativecultural centres) Kota Pekalongan dan Rencana Pengembangan
Menko bidang Perekonomian Hatta Rajasa (tengah) didampingi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (kanan), Walikota Pekalongan Basyir Ahmad (kiri), meresmikan Web Gerbang Indah Nusantara (GIN) atau gerakan membangun sistem inovasi daya saing dan kohesi sosial di seluruh wilayah Nusantara (20/09/2013)
Menko bidang Perekonomian Hatta Rajasa (kanan) berbincang dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pada Workshop Praktik Baik Kebijakan Inovatif di Daerah di Pekalongan (20/9).
POLICY/TECHNICAL ASSISTANCE DALAM PENGEMBANGAN UNGGULAN DAERAH : Klaster Industri Batik di Kota Pekalongan
Pendampingan pengembangan klaster industri di Kota Pekalongan dilakukan pada Industri Batik. Teridentifikasi sekitar 630an pelaku usaha batik dengan melibatkan 10.000 tenaga (pengrajin, pengusaha).
Kapasitas produksi per tahun 910.524 ton per tahun. Agenda utama yang telah dirumuskan untuk pengembangan
klaster adalah : (1) Mempertahankan batik sebagai warisan budaya (90% menggunakan bahan alami), (2) ) Menumbuhkan jumlah pelaku usaha batik, (3) Menjadikan batik sebagai pengungkit perekonomian wilayah dan berwawasan lingkungan
CAPAIAN JARINGAN INOVASI KOTA PEKALONGAN 1. Teknopolitan Batik Kota Pekalongan : penataan ulang fungsifungsi kawasan kota menuju kota kreatif / smart & green city. 2. Konsep Teknopolitan Batik Kota Pekalongan telah disepakati, dengan ikon Batik Innovation & Cultural Center (BICC), yang akan dipusatkan di Kawasan Jatayu. 3. Rekomendasi kebutuhan teknologi pada industri inti batik sudah dianalisis. 4. Telah dilakukan pelatihan peningkatan kapasitas manajemen pengetahuan dan TIK pada industri inti batik. 5. Rekomendasi implementasi open method of coordination (OMC)/metode koordinasi terbuka (MKT). 6. Rekomendasi strategi peningkatan penggunaan pewarna alami pada produk batik Kota Pekalongan. 7. Prototipe animasi Kawasan Teknopolitan Batik.
PUSAT INOVASI (BICC) : SINERGI MASTERPLAN GOR JATAYU (DINAS PARIWISATA) DENGAN KONSEP TEKNOPOLITAN BATIK
Pusat Inovasi Inkubator (Dinsosnakertrans) sudah mulai berjalan Skema insentif pembiayaan dari Pemkot sudah tersedia Gedung PI Inkubator sudah tersedia Seleksi Tenant untuk 2013 telah terlaksana Pusat Inovasi BDSP dalam tahap persiapan di bawah Disperindagkop UKM Workshop calon pengelola PI BDSP sudah terlaksana BIT dan PI Inkubator Pekalongan melakukan inkubasi tenant bersama untuk produk mesin pelorot malam batik yang sudah sampai uji produksi dan penjajagan pendaftaran paten.
OUTLINE
PENDAHULUAN
BEBERAPA CONTOH
CATATAN PENUTUP
INDIKASI KHAS DAERAH YANG MEMPEROLEH DUKUNGAN KEMITRAAN TINGGI DAN BANTUAN TEKNIS INTENSIF
Komitmen tinggi Kepala Daerah Tim birokrasi daerah yang mendukung Penyesuaian agenda PSI dalam dokumen formal perencanaan daerah (RPJMD; dan RPJPD untuk daerah tertentu) Local champions, semangat & kesungguhan tim setempat untuk membawa perubahan signifikan Kelengkapan agenda aksi elemen KKI dalam kelima pilar PSI Partisipasi masyarakat setempat relatif tinggi Leadership . . . leadership . . . leadership.
3. 4. 5. 6.
Contohkan dari diri, lingkungan & lembaga sendiri Role model (model panutan). Insentif Apresiasi.
USULAN
1. Perbaikan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan IPTEKIN. 2. PSI atau pengembangan, penguasaan, dan pendayagunaan IPTEKIN secara bersistem menjadi URUSAN PEMERINTAH (termasuk urusan Pemerintah Daerah). 3. Affirmative actions untuk peningkatan investasi IPTEKIN :
a. Anggaran pemerintah (APBN/APBD) b. Dana non pemerintah, termasuk CSR c. Pemerintah yang pro-produk IPTEKIN nasional dan pro-bisnis inovatif nasional (terutama untuk menembus barrier to entry).
PSI : MEMBAWA PEMBANGUNAN DAERAH YANG PROGRESIF & BERKUALITAS, INKLUSIF, DAN BERKELANJUTAN
Gerakan Membangun Sistem Inovasi, Daya Saing dan Kohesi Sosial di seluruh Wilayah Nusantara
Terima Kasih
DB PKT Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Gedung II BPPT, Lt 13 Jl. MH. Thamrin 8, Jakarta 10340 Telp. (021)-316 9441 Fax. (021)-319 24127 Gedung Pusat Inovasi & Bisnis Teknologi BPPT Kawasan PUSPIPTEK Tangerang Selatan Telp. (021)-7579 1349 Fax. (021)-7579 1348 http://www.bppt.go.id http://portal.gin.web.id
Video http://www.youtube.com/user/GINBPPT
INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR Negara Maju & Kekuatan 12 Besar Dunia
EKONOMI BERBASIS PENGETAHUAN MASYARAKAT BERBASIS PENGETAHUAN
Knowledge Economy
Knowledge Society
POTENSI EKONOMI
1. 2. 3. 4.
SDM yang terdidik, kreatif, dan terampil Infrastruktur komunikasi yang dinamis Sistem inovasi yang efektif Pemerintahan, insentif ekonomi dan rejim kelembagaan yang mendukung
KONEKTIVITAS NASIONAL
MP3EI
1. 2. 3. 4. 5.
Sistem informasi dan komunikasi Pembelajaran seumur hidup dan budaya inovasi Sistem inovasi yang efektif Modal sosial Kepemimpinan/kepeloporan dalam pemajuan sosial budaya masyarakat 6. Rejim kebijakan yang kondusif
Sistem Inovasi
Isu-isu Kontekstual
Ekonomi Pengetahuan Ekonomi Jaringan Faktor-faktor Lokalitas
Mewujudkan tujuan pembangunan semakin memerlukan pembangunan (nasional & daerah) yang lebih cerdas & bijaksana berbasis pengetahuan (knowledge-based development ~ knowledge-based economy & knowledgebased society) Kelemahan sistemis (systemic failures) ~ ekosistem BPPT berpartisipasi dalam penguatan sistemis & sistematis ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi (IPTEKIN) : Penguatan Sistem Inovasi (PSI) perkembangan inovasi, difusi & pembelajaran
Tujuan PSI : mendukung pembangunan yang progresif & berkualitas, inklusif, dan berkelanjutan.
ARAH PROGRAM IPTEKIN Memperkuat basis IPTEKIN dan meningkatkan kontribusi IPTEKIN hijau/bersih (green/clean technology & innovation) untuk mendukung pembangunan berkelanjutan (green/sustainable development); Orientasi PSI : memperkuat daya dukung & jejaring IPTEKIN untuk 1. peningkatan pemenuhan kebutuhan dasar & kepentingan publik; 2. peningkatan daya saing & penguatan kohesi sosial; serta 3. penguatan kemandirian Bangsa & NKRI.
PELAYANAN TEKNOLOGI
1. Rekomendasi
VALUE PROPOSITIONS
Kesejahteraan, Kemandirian, Peradaban Tech State of the Art
Intermediasi
2. Advokasi
3. Alih Teknologi 4. Konsultansi 5. MSTQ 6. Jasa Operasi
Technology
Clearing House Pengkajian Audit Teknologi
Daya Saing
7. Percontohan (Pilot Project) 8. Pilot Plant 9. Prototype 10. Survey 11. Rujukan Teknis (Technical Reference) 12. Audit Teknologi 13. PPBT
Solusi Teknologi
Kemandirian
1. Tekn. Pangan 2. Tekn. Kesehatan & Obat 3. Tekn. Energi 4. Tekn. Kebumian & Lngkungan 5. Tekn. Kebencanaan (Disaster Early Warning & Mitigation Technology) 6. Tekn. Material Maju 7. TIK 8. Tekn. Transportasi 9. Tekn. Hankam 10.Tekn. Manufaktur 11.Sistem Inovasi
PEMBELAJARAN
DIFUSI
INOVASI
SID
SID
Sektor I
Daerah A
Daerah C
Sektor II
Sektor III
SID : Sistem Inovasi Daerah.
Akademia
Industri
Pemerintah mendominasi lingkaran/spiral lainnya Koordinasi birokratis top-down Mentalitas proyek besar Industri: national champion Perguruan tinggi: terutama berperan sebagai lembaga pengajaran
Pemerintah
Litbangyasa & PT
Akademia
Industri
Mentalitas individualistik Unit-unit antarmuka (interface) pada garis batas yang ketat.
Pemerintah
Bisnis
Industri Terkait
Industri Pemasok
Industri Inti
Pembeli
Industri Pendukung
Lembaga pendukung
Beragam definisi ~ perbedaan keberterimaan (acceptability) oleh berbagai kalangan (misalnya akademisi, praktisi, pembuat kebijakan). PORTER (1990): There is NO ACCEPTED DEFINITION OF COMPETITIVENESS. Whichever definition of competitiveness is adopted, an even more serious problem has been there is no generally accepted theory to explain it. Pembedaan pada beragam tingkatan:
Perusahaan (mikro) : definisi yang paling jelas. Industri (meso) : walaupun beragam, umumnya dapat dipahami: pergeseran perspektif pendekatan sektoral pendekatan klaster industri. Ekonomi (makro) : dipandang sangat penting, walaupun masih sarat perdebatan dan kritik (latar belakang teori).
Kemampuan suatu perusahaan mengatasi perubahan dan persaingan pasar dalam memperbesar dan mempertahankan keuntungannya (profitabilitas), pangsa pasar, dan/atau ukuran bisnisnya (skala usahanya) Kemampuan suatu industri (agregasi perusahaan ~ sektoral klaster industri) menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dari industri pesaing asingnya Kemampuan/daya tarik (attractiveness); kemampuan membentuk/menawarkan lingkungan paling produktif bagi bisnis, menarik talented people, investasi, dan mobile factors lain, dsb.; dan Kinerja berkelanjutan.
Negara / Daerah
Meso ~ Industri
Bisnis/Organisasi ~ Mikro
Himpunan SDM & Entitas Organisasi Hubungan - Jaringan - Interaksi Kolaborasi - Sinergi
1.
2. 3. 4. 5.
Penguatan Sistem Inovasi Daerah : sebagai wahana untuk memperkuat pilar-pilar bagi penumbuhkembangan kreativitas-keinovasian di tingkat daerah, di mana penguatan sistem inovasi daerah merupakan bagian integral dari penguatan sistem inovasi nasional. Pengembangan Klaster Industri : sebagai wahana untuk mengembangkan potensi kolektif terbaik kewilayahan dan meningkatkan daya saing industrial. Pengembangan Jaringan Inovasi : sebagai wahana membangun keterkaitan dan kemitraan antar aktor utama, serta mendinamisasikan aliran pengetahuan, inovasi, difusi, dan pembelajaran. Pengembangan Teknoprener : sebagai wahana modernisasi bisnis/ekonomi & sosial, serta mengembangkan budaya inovasi. Penguatan Pilai-pilar Tematik SI : sebagai wahana memperbaiki elemen-elemen penguatan sistem yang bersifat tematik dan kontekstual.
1. Mengembangkan kerangka umum yang kondusif bagi inovasi dan bisnis. 2. Memperkuat dan daya dukung ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (IPTEKIN)/atau penelitian, pengembangan, dan perekayasaan (litbangyasa) serta kemampuan absorpsi industri, khususnya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). 3. Menumbuhkembangkan kolaborasi bagi inovasi dan meningkatkan difusi inovasi, serta meningkatkan pelayanan berbasis teknologi. 4. Mendorong budaya inovasi. 5. Menumbuhkembangkan/ memperkuat keterpaduan (koherensi) pemajuan sistem inovasi di daerah. 6. Penyelarasan dengan perkembangan global.
Pengembangan Teknoprener
NA & RUU Sistem Pengkajian & Audit Teknologi; Climate Change; Biosecurity; Ren. Energy; Oceans; Biotech
Contoh
Teknopolitan/ Technopark
Contoh
Pengembangan Teknoprener
LAIN-LAIN
Industri Pemasok
Peralatan Pembatikan
Aksesori garmen
Industri pariwisata
Industri kerajinan
Industri Pendukung
ATBM Pkl
Pasar Grosir Sentra Batik di Kota Pekalongan Jakarta, Surabaya, Semarang dll Mitra binaan BUMN BPEN
Museum Batik Kantor ketahanan pangan Balai Batik Yogya Kop. Batik (PPIP) Paguyuban pecinta batik
Lembaga Pendukung
FEDEP Kan Perindag PKL Din. Pertanian, peternakan dan kelautan (DPPK) Dit Bina Pasar Indag Trading House Dishubparbud HaKI Perindag
KLH BAPPEDA
POLICY/TECHNICAL ASSISTANCE DALAM PENGEMBANGAN UNGGULAN DAERAH: Klaster Industri Animasi & Film di Cimahi
Pendampingan pengembangan klaster industri di Cimahi dilakukan pada Industri Animasi & Film. Pemetaan awal teridentifikasi sekitar 60an pelaku usaha animasi dan film sebagai industri inti, tergabung dalam komunitas Cimahi Creative Association.
Hasil survei rantai nilai pada klaster industri pangan olahan Sari Raos Kab. Blitar teridentifikasi bahwa sebagai sebagian besar hasil produksi MOCAF (Modified Cassava Flour) dari klaster ini diekspor keluar daerah karena belum mampu dimanfaatkan oleh para pengrajin pangan olahan setempat.
Difasilitasi program insentif dari Kementerian Ristek, pada tahun 2012 telah dilakukan pelatihan kepada pada para pengrajin makanan di Kab. Blitar untuk mampu megolah MOCAF menjadi berbagai jenis makanan yang memiliki nilai ekonomis
POLICY/TECHNICAL ASSISTANCE DALAM PENGEMBANGAN UNGGULAN DAERAH: Klaster Industri Minyak Atsiri, Produk Kelapa & Pangan di Kab.Blitar Klaster industri yang dikembangkan di Kab.Blitar: (1) Minyak Atsiri Java Atsiri menghasilkan produk minyak atsiri dari bahan baku lokal, seperti: cengkeh, nilam dan kenanga, (2) Produk Berbasis Kelapa Manggar Sari memproduksi produk-produk kreatif dari bahan baku pohon kelapa, (3) Pangan Olahan Berbahan Baku Lokal Sari Raos memproduksi pangan dari bahan baku tepung cassava premium/ Mocaf yang potensial sebagai substitusi gandum dan beras.
Pengembangan klaster di Kabupaten Blitar telah diawali sejak tahun 2009 melalui program Putri Kencana dari Pemkab Blitar. Saat ini pengembangan klaster telah mencapai tahap implementasi. Lembaga pendukung yang terlibat berkolaborasi dan bersinergi program dalam pengembangan klaster industri di daerah ini antara lain: Kementerian Ristek, Universitas Brawijaya dan Universitas Negeri Malang.
CONTOH KLASTER INDUSTRI SARI RAOS MAKANAN BAHAN BAKU LOKAL KABUPATEN BLITAR
Kelompok Tani memproduksi chips ubikayu bahan baku tepung cassava premium/ MOCAF
Desain Logo dan Kemasan oleh Univ Negeri Malang untuk produk-produk Klaster Industri Sari Raos