PERAN PARTISIPAN
11.1. PENDAHULUAN
Bila dicermati, dua dekade terakhir menunjukkan kecenderungan 1. Pemetarencanaan industri. Semakin disadari bahwa kecenderungan meningkatnya kecepatan dan kompleksitas perubahan yang terjadi semakin membutuhkan terspesialisasinya para pelaku ekonomi, baik swasta, pemerintah, maupun perguruan tinggi dan/atau lembaga non pemerintah lainnya. Tetapi, hal ini mau tak mau mendorong kebutuhan setiap pihak akan peran pihak lainnya. Suatu fenomenon paradoks terjadi: semakin terspesialisasi suatu pihak (agar memiliki keunggulan daya saing), semakin meningkat kebutuhannya akan peran pihak lain. Hal ini mendorong upaya-upaya pemetarencanaan kolaboratif pada beragam bidang industri di berbagai negara. Prakarsa internasional. Kecenderungan globalisasi kerjasama antar pelaku ekonomi lintas negara. juga mendorong kebutuhan
2.
Dalam kedua hal tersebut, prakarsa yang berkembang akan berlanjut (sustained) apabila hal mendasar, yaitu harapan setiap pelaku (yang berkolaborasi) untuk mendapatkan 1 manfaat lebih besar dibanding biaya/pengorbanan yang dikeluarkannya. Hanya tatanan (setting) yang memungkinkan terjadinya hubungan saling menguntungkan (mutually beneficial) lah yang akan menjadi lahan subur bagi kolaborasi sinergis. Di antara faktor kritis dalam menumbuh-kembangkan kolaborasi sinergis demikian adalah motivasi (terutama kesadaran dan kehendak kuat) dan kapasitas (khususnya kemampuan dan keterampilan) dalam memainkan peran terbaiknya (individual dan dalam tim) sesuai kompetensi masing-masing.
Dalam arti luas, termasuk risiko berkolaborasi dengan pihak yang dianggap pesaing
127
Tulisan ini mendiskusikan beberapa hal menyangkut peran partisipan dalam pemetarencanaan yang bersifat kolaboratif antar beragam organisasi, yang biasanya berkembang pada bidang tematik industri tertentu.
Menunjukkan kepeloporan dalam mengembangkan pemetarencanaan kolaboratif yang sesuai dengan bidang tematik yang relevan dengan organisasi/lembaganya. Proaktif dalam pengembangan/penguatan kelembagaan kolaborasi pemetarencanaan terutama yang terkait dengan klaster industri yang relevan. Berpartisipasi aktif dalam aktivitas pemetarencanaan yang diikutinya. Memperkuat dan memelihara komitmennya untuk menindaklanjuti hasil-hasil kesepakatan pemetarencanaan yang diikutinya. Memelihara/menjaga keberlanjutan pemetarencanaan yang diikutinya.
128
2. 3. 4. 5.
Proaktif dalam pengembangan/penguatan kelembagaan kolaborasi pemetarencanaan terutama yang terkait dengan klaster industri yang relevan. Berpartisipasi aktif dalam aktivitas pemetarencanaan industrinya. Memperkuat dan memelihara komitmennya untuk menindaklanjuti hasil-hasil kesepakatan pemetarencanaan yang diikutinya. Berkontribusi dalam memberikan masukan konstruktif kepada pemerintah untuk perbaikan strategi, kebijakan dan/atau program prioritas yang terkait dengan pemetarencanaan yang diikutinya. Memelihara/menjaga keberlanjutan pemetarencanaan yang diikutinya.
6. B.
Perguruan Tinggi dan Lembaga Litbang 1. Proaktif dalam memprakarsai dan/atau mendukung prakarsa pemetarencanaan terutama yang terkait dengan bidang tematik industri yang relevan sesuai dengan kompetensinya. Proaktif dalam pengembangan/penguatan kelembagaan kolaborasi pemetarencanaan terutama yang terkait dengan klaster industri yang relevan sesuai dengan kompetensinya. Berpartisipasi aktif dalam aktivitas pemetarencanaan industrinya. Mengembangkan program/upaya penguatan peran spesifiknya sebagai knowledge pool yang sesuai dengan kebutuhan yang diturunkan dari petarencana yang relevan, termasuk inovasi dan difusi pengetahuan/teknologi yang prioritas dan sesuai bidang kompetensinya. Memperkuat dan memelihara komitmennya untuk menindaklanjuti hasil-hasil kesepakatan pemetarencanaan yang diikutinya. Meningkatkan program/aktivitas litbang kolektif (kolaboratif) yang sesuai dengan kebutuhan spesifik hasil kesepakatan pemetarencanaan. Berpartisipasi aktif sebagai katalis dalam proses pemetarencanaan yang relevan. Berkontribusi dalam memberikan masukan konstruktif kepada pemerintah untuk perbaikan strategi, kebijakan dan/atau program prioritas yang terkait dengan pemetarencanaan yang diikutinya. Memelihara/menjaga keberlanjutan pemetarencanaan yang diikutinya.
2.
3. 4.
5. 6. 7. 8.
9.
129
130
Secara umum, peserta workshop pemetarencanaan kolaboratif biasanya terdiri dari: 1. 2. 3. Peserta (umum dan khusus, yaitu analis kebijakan dan pembuat kebijakan); Penyelenggara/Pelaksana; dan Fasilitator.
Dalam hal ini, pengetahuan/keterampilan yang diperlukan pada dasarnya adalah seperti berikut. 1. Peserta a. Pengetahuan/Keterampilan Umum: Setiap peserta pada dasarnya perlu mempunyai interpersonal and group process skills. Proses pemetarencanaan membutuhkan suasana kondusif bagi keterbukaan berargumentasi antar peserta. Tetapi debat yang positif bukanlah yang terlampau didominasi oleh sekelompok individu (walaupun memiliki keahlian spesifik yang diperlukan) atau terlampau datar dan monoton/miskin gagasan karena terlampau pasifnya peserta. b. Pengetahuan/Keterampilan Khusus: Peserta umum perlu memahami/menguasai: Pengetahuan tentang dipetarencanakan; substansi (content knowledge) yang akan
Apa kebutuhan teknologi dan faktor pendorongnya (drivers), serta hambatan (technological and non-technological barriers) di bidang yang akan dipetarencanakan.
Peserta khusus analis kebijakan perlu memahami/menguasai: Pengetahuan tentang alat analisis kebijakan (policy analytical tools) ~ keilmuan kebijakan publik (dan/atau dalam konteks spesifik disiplin tertentu); Pengetahuan tentang metodologi riset kebijakan; Pengetahuan tentang kerangka/tipologi kebijakan; Bagaimana mengidentifikasi alternatif instrumen kebijakan; Bagaimana mengidentifikasi mekanisme proses kebijakan.
131
Peserta khusus pembuat kebijakan perlu memahami/menguasai: Pengetahuan tentang bagaimana implikasi kebijakan pemetarencanaan diterjemahkan menjadi instrumen kebijakan; dari hasil
Bagaimana perumusan kebijakannya dan mekanisme implementasinya (sebagai bagian integral dalam siklus kebijakan publik).
Catatan: Dalam konteks implikasi kebijakan, analis kebijakan dan/atau orang tertentu perlu mempunyai keterampilan menyusun dokumen kebijakan, misalnya: kerangka acuan (term of reference/TOR); makalah konsep (concept paper) dan/atau makalah posisi (positioning paper); dokumen proposal; dokumen studi pendukung kebijakan (background research); rancangan akademis (guideline); kebijakan (academic draft), dokumen panduan
rancangan dokumen legal atau peraturan perundangan (legal draft), seperti RUU, RPP, rancangan keputusan, rancangan instruksi, dan/atau lainnya ~ pihak (biro/bagian hukum) atau orang yang membidangi hal ini (legal drafters).
2.
Penyelenggara/Pelaksana Proses pemetarencanaan pada umumnya merupakan proses yang bertahap (bukan sebagai acara yang hanya sekali diselenggarakan). Karena itu penyelenggara (yang mungkin saja merupakan tim yang dibentuk dari berbagai organisasi) sebaiknya merencanakan/mempersiapkan keseluruhan proses dan bagaimana setiap tahapan (acara/event) akan diselenggarakan. Kebutuhan dan prioritas setiap tahapan akan berbeda. Karena itu, penyelenggara perlu menentukan format acara/ event yang dinilai paling sesuai dengan tujuannya. Sehubungan dengan ini, penyelenggara sebaiknya: Mempunyai pengalaman/keterampilan menyelenggarakan acara/ event yang bersifat serial (termasuk penganggaran, memelihara momentum dan kesinambungan proses); Memelihara kontak dengan peserta dan menjaga (meminimumkan terlampau seringnya pergantian peserta). keterlibatan peserta
Tim penyelenggara yang terdiri atas berbagai perwakilan organisasi akan ideal untuk pemetarencanaan kolaboratif. Selain secara teknis akan membantu meringankan beban penyelenggaraan, hal ini biasanya sangat berpengaruh dalam meningkatkan rasa
132
memiliki (sense of belonging/ownership) keseluruhan proses pemetarencanaan sebagai agenda bersama dan sinerginya, serta kualitas hasil yang diperoleh (termasuk biasanya komitmen akan tindak lanjut yang sesuai dengan peran organisasinya). Jika dipandang perlu, teknis penyelenggaraan (pelaksanaan) acara/ event (sebagian atau seluruh rangkaian) bisa dilakukan dengan bekerjasama dengan organisasi yang mengkhususkan diri pada pengorganisasian acara tertentu (event organizer). Dalam proses, penyelenggara (dapat dibantu oleh fasilitator) perlu mempersiapkan kemungkinan pembentukan tim (termasuk pengarah) atau gusus tugas khusus yang disepakati oleh seluruh partisipan pemetarencanaan. 3. Fasilitator a. Pengetahuan/Keterampilan Umum: Fasilitator workshop perlu: Mempunyai interpersonal and group process skills; Mempunyai keterampilan memandu proses workshop yang efektif agar mencapai tujuan, terutama agar workshop menghasilkan keluaran (output/ deliverables) yang ditargetkan.
b.
Pengetahuan/Keterampilan Khusus: Fasilitator perlu memahami: Proses pemetarencanaan teknologi (technology roadmapping process); Mengidentifikasi kebutuhan teknologi dan faktor pendorongnya (drivers), serta hambatan (technological and non-technological barriers); Mengidentifikasi, menganalisis dan memilih alternatif dan lintasan teknologi.
133
134