Anda di halaman 1dari 11

I. II.

penebangan hutan yang terlalu banyak, limbah yang membuat

lingkungan sekitar indrustri kurang sehat sehingga menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan. Untuk itu kita akan mengetahui apa saja polutan yang terdapat di lingkungan kerja Industri kertas, faktor utama yang terkena polutan dari industri kertas

adalah Hutan atau lingkungan. Kegiatan manusia mengubah lingkungan dilakukan karena adanya kebutuhan hidup. Kebutuhan ini akan menjadi semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk. Upaya pemenuhan kebutuhan menusia dipengaruhi oleh perkembangan budaya. Ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai hasil perkembangan budaya digunakan untuk

mengembangkan berbagai industri yang dapat memenuhi kebutuhan manusia terutama Industri Sekunder yaitu Industri Kertas. Berbagi industri selain menghasilkan produk yang digunakan manusia juga menghasilkan buangan atau limbah. Industri kertas menggunakan air dalam jumlah yang sangat besar, sehingga dapat mengancam keseimbangan air pada lingkungan sekitarnya karena akan mengurangi jumlah air yang diperlukan makhluk perairan sungai dan mengubah suhu air. Limbah pabrik kertas dapat menyebabkan kelainan reproduktif pada plankton dan invertebrate yang menjadi makanan ikan serta kerang-kerangan. Sludge pabrik kertas yang dibuang ke Kali menimbulkan pendangkalan sungai dan membunuh tumbuhan air di tepi sungai karena tumbuhan tersebut tertutupi oleh lapisan bubur kertas. Limbah sludge tersebut mestinya tidak dibuang ke sungai bersama air limbah tetapi diendapkan dan dikeringkan untuk kemudian dibuang secara sanitary land fill atau dibakar agar tidak mencemari tanah, air dan udara.

III. Perumusan Masalah 1. 2. Bagaimana bahan baku dan sumber limbah industri pulp dan kertas? Parameter yang digunakan dalam pengolahan limbah industri pulp dan kertas ? 3. Bagaimana karakteristik dan dampak dari limbah industry pulp dan kertas? 4. Bagaimana metode pengolahan limbah kertas? 5. Bagaimana cara memanfaatkan limbah industry pulp dan kertas? pada industri pulp dan

IV. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui bahan baku dan sumber limbah indutri pulp dan kertas. 2. Mengetahui parameter yang digunakan dalam pengolahan limbah industri pulp dan kertas 3. Mengetahui karakteristik dan dampak dari limbah industry pulp dan kertas 4. Mengetahui metode yang digunakan dalam pengolahan limbah industry pulp dan kertas 5. Mengetahui pemanfaatan limbah industry pulp dan kertas

V. Metode Pelulisan Dalam pembuatan makalah ini penulis menggunakan metode studi pustaka

BAB II

PEMBAHASAN 1. Bahan baku dan sumber limbah industri pulp dan kertas

1.1 Bahan baku industri pulp dan kertas Pada proses pembuatan pulp dan kertas, ada beberapa bahan baku yang dapatd i g u n a k a n , ya k n i m e r a n g , b a g a s , b a m b u , k e r t a s b e k a s d a n k a yu bulat. Namun p a d a umumnya, banyak industri pulp masih

menggunakan kayu bulat sebagai bahan bakunya. Kayu yang digunakan di Indonesia umumnya jenis Akasia. K a y u j e n i s i n i b e r s e r a t pendek

sehingga kertas menjadi rapuh. Di mesin pembuat kertas (paper machine), seratkayu ini biasanya dicampur dengan kayu yang berserat panjang contohnya pohon pinus.Serat kayu terdiri atas sellulose, karbohidrat (pati dan gula) dan lignin. Serat kayu keringterdiri atas 60% sellulose, 30% lignin dan 10% gula dan resin. Untuk pulp dan kertasyang diperlukan adalah sellulose.

1.2 Sumber limbah pada industri pulp dan kertas

Zat pencemar dari proses pembuatan kertas yang berpotensi mencemari lingkungan dibagi menjadi 4 yaitu :

Efluen limbah cair, berupa :

- Padatan tersuspensi yang terdiri dari partikel kayu, serat, pigmen, debu dan sejenisnya. Senyawa organik koloid terlarut serat hemisellulosa, gula, lignin,

alkohol, terpentin, zat pengurai serat, perekat pati dan zat sintetis yang menghasilkan BOD tinggi. - Limbah cair berwarna pekat yang berasal dari lignin dan pewarna kertas.Bahan anorganik terlarut seperti NaOH, Na2SO4,klorin dan lain-lain.

- Limbah panas. - Mikroorganisme seperti golongan bakteri coliform.

Partikulat, berupa :

- Abu dari pembakaran kayu bakar dan sumber energi lain. - Partikulat zat kimia terutama yang mengandung Na dan Ca.

Gas, berupa :

- Gas sulfur yang berbau busuk seperti merkaptan dan H2S yang dilepaskan dari berbagai tahap dalam proses kraft pulping dan proses pemulihan bahan kimia - Oksida sulfur dari pembakaran bahan bakar fosil, kraft recovery furnace dan lime Kiln. - Uap yang akan membahayakan karena mengganggu jarak pandangan.

Solid waste, berupa :

- Sludge dari pengolahan limbah primer dan sekunder. - Limbah padat seperti potongan kayu dan limbah pabrik lainnya.

2. Parameter yang Harus Diperhatikan dalam Pengolahan Limbah Industri Pulp dan Kertas

Parameter utama yang harus diperhatikan dalm pengolahan limbah perusahaankertas adalah BOD, TSS dan COD. COD adalah suatu parameter pengontrol yang pentingkarena hasil analisis ini mahal tapi akurat. Sekarang, ada peningkatan perhatian terhadap potensi dioksin dalam buangan pabrik pulp dan kertas yang dikelantang. Analisis dioksinmahal dan sukar, dan dewasa ini belum terdapat di Indonesia. Parameter yang digunakansebagai indicator untuk mengendalikan dioksin pada buangan pabrik pulp dan kertas di Eropa dan Amerika Utara adalah AOX ( Halida Organik yang

di serap). Tata cara analisisnya tidak mahal dan mudah tetapi memerlukan peralatan khusus

3. Karakteristik dan dampak limbah industri pulp dan kertas

3.1 Karakteristik Limbah industri pulp dan kertas Pabrik kertas menghasilkan limbah dalam volume yang sangat besar. Karakteristik dari limbah pabrik kertas adalah warnanya yang kehitaman atau abu-abu keruh, bau yang khas, kandungan padatan terlarut dan padatan tersuspensi yang tinggi, COD yang tinggi dan tahan terhadap oksidasi biologis. Pabrik kertas juga menghasilkan limbah beracun seperti : a. limbah korosif yang dihasilkan dari penggunaan asam dan basa kuat dalam proses pembuburan kertas b. imbah pewarna dan tinta yang mengandung logam berat

Warna air limbah yang hitam tidak mudah terurai secara alami sehingga meninggalkan warna yang persisten pada badan air penerima dan akan menghambat fotosintesis dan proses pembersihan alami self purification

Bahan kimia dalam air limbah pabrik kertas seperti sulfite, fenol, klorin, metal merkaptan sangat membahayakan kehidupan biota perairan, dapat mengendap ke dasar perairan dan mengganggu keseimbangan dan kelestarian kehidupan perairan. Tingginya kebutuhan oksigen untuk menguraikan limbah pabrik kertas akan menurunkan kadar oksigen terlarut (DO) dalam air dan dapat menyebakan kondisi anoksik di perairan, sehingga tidak dapat dihuni lagi oleh biota alami

3.2 Dampak limbah industri pulp dan kertas

Industri kertas menggunakan air dalam jumlah yang sangat besar, sehingga dapat mengancam keseimbangan air pada lingkungan sekitarnya karena akan

mengurangi jumlah air yang diperlukan makhluk perairan sungai dan mengubah suhu air. Limbah pabrik kertas dapat menyebabkan kelainan reproduktif pada plankton dan invertebrate yang menjadi makanan ikan serta kerang-kerangan.

Sludge pabrik kertas yang dibuang ke sungai telah menimbulkan pendangkalan sungai dan membunuh tumbuhan air di tepi sungai karena tumbuhan tersebut tertutupi oleh lapisan bubur kertas. Limbah sludge tersebut mestinya tidak dibuang ke sungai bersama air limbah tetapi diendapkan dan dikeringkan untuk kemudian dibuang secara sanitary land fill atau dibakar agar tidak mencemari tanah, air dan udara.

4.

Metode Pengolahan Limbah Pada industri Pulp dan Kertas

Bioremidiasi merupakan suatu upaya pemulihan kondisi lingkungan dengan menggunakan aktivitas biologis untuk mendegradasi senyawa pencemar. Keberhasilan bioremediasi bergantung pada beberapa faktor antara lain : a. Karakteristik substrat pencemar yang akan didegradasi oleh mikroba. b. Keanekaragaman mikroba indigenus dan non indigenus potensial pendegradasi limbah pencemar. c. Faktor biotik dan abiotik lingkungan yang mempengaruhi aktivitas biodegradasi limbah pencemar.

Cara bioremidasi

yang digunakan untuk

pengolahan limbah

cair

menggunakan bioaugmentasi dan bioreaktor. Sedangkan untuk limbah padat menggunakan composting dan land farming. Menurut Walker (1975), Grady dan Lim(1980) dan C.al(1980) pengolahan air limbah dibagi atas empat langkah :

1) Proses Pra Pengolahan

Pada tahap ini dilakukan proses screening yaitu pemisahan bahan-bahan. Untuk melakukan proses ini antara lain dilakukan dengan saluran panjang dan terbuka dengan beberapa macam ukuran saringan untuk menyaring bahan yang kasar. Proses lain pada

t a h a p i n i a d a l a h equalization

dan blending bansis yaitu proses

penyeragaman dan penghancuran bahan dalam limbah .

2) Proses Pengolahan Primer

Proses pengolahan primer dilakukan secara kimiawi

tanpa

membutuhkan mikroorganisme. Pada proses pengolahan primer terdapat beberapa macam cara, yakni flokulasi dan koagulasi pada proses kimia. Dari pengolahan primer proses ini dapat dilanjutkan dengan proses biological treatment.

3) Proses Pengolahan Sekunder

Proses pengolahan sekunder adalah pengolahan biologi yang mutlak menggunakan mikroorganisme, baik aerob maupun

anaerob. Sistem pengolahan biologi biasa

dilakukan untuk

pengolahan limbah pabrik pulp dan kertas, antara lain dengan:

. Sistem pengolahan biologi biasa dilakukan untuk pengolahan limbah pabrik pulp dan kertas, antara lain dengan Kolam Aerasi kolam aerasi adalah cra pengolahan secara aerob, kolam ini dilengkapi denganaerator baik berupa aerator mekanik maupun injeksi udara (diffused air aerator)dengan cara tersebut oksigen masuk secara mekanis. Pengolahan dengan kolam aerasi akan menghasilkan biosolid (endapan lumpur). Waktu detensi pengolahanlimbah dengan kolam aerasi adalah 3-7 hari (Grady dan Lim, 1980).

5.

Pemanfaatan limbah industri pulp dan kertas

5.1 pemanfaatan sludge sebagai bata beton (batako) Industri kertas menghasilkan limbah padat berapa sludge (lumpur) yang berasal dari Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dalam jumlah yang cukup besar. Selama ini pemanfaatan limbah padat tersebut belum optimal, seperti yang terjadi di PT. Eureka Aba Mojokerto. Sebagian kecil limbah hanya dimanfaatkan sebagai tanah urugan pada area di sekitar pabrik, sedangkan sisanya ditimbun begitu saja. Apabila keadaan ini dibiarkan terus menerus, maka semakin lama pabrik akan kekurangan lahan untuk penimbunan limbah sehingga dimungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan. Dengan demikian diperlukan upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, salah satu alternatif adalah dengan melakukan daur ulang limbah menjadi bahan bangunan seperti bata beton (batako). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan persen berat sludge yang dapat disubstitusikan sebagai agregat dalam pembuatan bata beton kualitas I dan II, menentukan nilai faktor air semen (fas) yang memberikan kualitas bata beton I dan II, serta mendapatkan reduksi kuantitas limbah dari produksi bata beton berbahan baku limbah ini. Penelitian dilakukan dalam skala laboratorium dengan benda uji berbentuk kubus ukuran 5x5x5 cm3 dengan variasi komposisi campuran semen: agregat (pasir dan sludge) 1 : 6 dan 1 : 7, persen berat sludge yang disubstitusikan sebagai agregat adalah 0%, 10%, 20%, 25%, dan 30%, sedangkan nilai faktor semen (fas) adalah 0,4, 0,5, dan 0,6. Hasil penelitian menunjukkan batako kualitas 1 dengan komposisi campuran semen : agregat = 1:6, persen berat sludge maksimum yang dapat disubstitusikan sebagai agregat adalah sebesar 25% untuk nilai fas =0,4, sedangkan untuk.batako kualitas II dengan komposisi campuran semen : agregat =1:6, persen berat sludge maksimum yang dapat disubstitusikan sebagai agregat adalah sebesar 30% baik untuk nilai f a s = 0,4 maupun nilai f a s = 0,5. Untuk batako kualitas I dengan komposisi campuran semen : agregat = 1:7, persen berat sludge maksimum yang dapat disubstitusikan sebagai agregat adalah sebesar 10% baik untuk nilai f a s = 0,4, 0,5, maupun 0,6, sedangkan untuk batako kualitas II dengan komposisi

campuran semen agregat =1:7, persen berat sludge maksimum yang dapat disubstitusikan sebagai agregat sebesar 25% untuk nilai f a s = 0,4. Besarnya reduksi limbah yang dapat diperoleh pada batako kualitas I dengan komposisi campuran semen : agregat =1:6, adalah sebesar 2,6 ton per 1000 buah batako, sedangkan untuk batako kualitas II dengan komposisi campuran semen : agregat = 1:6, reduksi limbah yang dapat dilakukan sebesar 3,2 ton per 1000 buah batako.

5.2 Pemanfaatan lignin untuk pembuatan turunan Antibiotik C-9154 Industri pulp kertas dan kayu lapis merupakan 2 jenis industri yang berkembang pesat di Indonesia. Industri pulp menghasilkan limbah berupa lindi hitam dan industri kayu lapis menghasilkan serbuk gergaji yang banyak mengandung lignin (15-35%). Mengingat tingginya volume limbah yang mengandung lignin di dalam negeri, maka akan sangat menguntungkan sekiranya limbah tersebut dapat diubah menjadi produk yang lebih berdaya guna. Lignin telah lama dimanfaatkan di negara-negara Barat untuk pembuatan vanilin. Metode baku untuk mengubah lignin menjadi vanilin pun mudah ditemukan dalam pustaka. Berdasarkan struktur kimianya, vanilin mungkin dapat diubah menjadi turunan antibiotik C-9154. Antibiotik C-9154 sendiri merupakan antibiotik berspektrum luas (MIC 10-100 mcg/ml) yang dihasilkan lewat proses fermentasi. Namun, antibiotik ini kurang berkembang dan belum diproduksi secara komersial akibat efisiensi produksinya yang rendah (0.02%).

Penelitian ini bertujuan menemukan metode yang efisien untuk pengubahan lignin menjadi turunan antibiotik C-9154. Di samping itu, juga diupayakan penganekaragaman struktur antibiotik C-9154. Pembuatan turunan antibiotik C9154 dari lignin secara umum dibagi dalam 2 tahap. Pertama, pengubahan lignin

menjadi vanilin sesuai dengan prosedur Hartley, dan kedua, transformasi vanilin menjadi turunan antibiotik C-9154.

Lignin berbentuk padatan amorf dan berwama coklat dengan rendemen 17.5% (b/v) dapat diperoleh melalui pengasaman menggunakan HCl pekat terhadap cairan limbah pekat PN Kertas Leces Probolinggo. Di sisi lain, lignin berwarna coklat tua juga berbentuk padatan amorf dapat diperoleh dari serbuk gergaji yang berasal dari kayu Kalimantan dengan rendemen 36% berdasar prosedur Klason, dan 8% berdasar cara Pepper. Degradasi oksidatif lignin menjadi vanilin dikerjakan menggunakan campuran NaOH 0.2N dan nitrobenzena dengan nisbah volume 16:1 dalam reaktor tertutup pada suhu 160C selama 2 jam. Dari 1.0 g lignin diperoleh 0.68 g produk kotor yang berdasar data kromatografi gasspektrometer massa (GC-MS) mengandung 3 komponen utama, yaitu phidroksibenzaldehida (tR 12.92 menit, 22%, m/z 122), vanilin (tR 13.13 menit, 19%, m/z 152) dan 3,5-dimetoksi-4-hidroksibenzaldehida (tR 16.66 menit, 5%, m/s 182). Vanilin dari campuran produk tersebut selanjutnya dipisahkan dengan kromatografi kolom menggunakan fase diam silika gel dan eluen diklorometana. Pengubahan vanilin menjadi turunan antibiotik C-9154 telah dicoba dengan beberapa metode. Dari berbagai metode yang telah dicoba, hasil terbaik dicapai dengan rangkaian reaksi berikut: (1) alkilasi vanilin dengan dietil sulfat, (2) konversi etil vanilin yang diperoleh dengan HO-NH2 menjadi oksim terkait, (3) reduksi derivat benzaldoksim hasil tahap 2 dengan Na/etanol, (4) kondensasi 4etoksi-3-metoksibenzilamina hasil dengan maleat anhidrida, dan (5) esterifikasi asam karboksilat hasil tahap 4 dengan etanol. Efektivitas metode ini terlihat bukan hanya dari tingginya rendemen hasil pada setiap langkahnya (>70%) tetapi juga dari kemudahan dan keandalan proses reaksinya yang hampir selalu dapat diulang sekalipun dalam skala relatif besar (~30 g). Walaupun kerangka karbon samping dari produk akhir kekurangan satu gugus C=O jika dibandingkan dengan struktur C-9154, data uji khasiat hayati menunjukkan bahwa keberadaan gugus C=O tersebut tidak mutlak.

Prinsip reaksi tersebut telah digunakan pula untuk pembuatan turunan antibiotik C-9154 dalam bentuk senyawa diester. Dalam hal ini, rangkaian reaksi terdiri atas (1) alkilasi vanilin dengan dietilsulfat, (2) reduksi etil vanilin hasil dengan LiBH4, (3) kondensasi 4-etoksi-3-metoksibenzil alkohol yang diperoleh dengan maleat anhidrida, dan (4) esterifikasi bentuk asam turunan C-9154 hasil tahap 3 dengan etanol. Percobaan ini memuaskan dengan rendemen di atas 70% untuk setiap langkahnya. Khasiat antimikrob dari turunan antibiotik C-9154 yang diperoleh diuji menggunakan Staphyllococcus aureus dan Escherichia coli. Hasil pengukuran konsentrasi hambat minimum (MIC) dengan pembanding metanol dalam air dan keempat turunan C-9154 hasil sintesis menunjukkan khasiat dengan kekuatan berbeda. Dua senyawa yang merupakan bentuk asam turunan C-9154 hanya memperlihatkan efek hambatan lemah (MIC 1500-3000 mcg/ml), sedangkan senyawa yang merupakan bentuk etil ester menunjukkan efek hambatan yang cukup nyata (MIC 400-1000 mcg/ml) walaupun belum sekuat efek hambatan dari antibiotik C-9154 standar (MIC 10-100 mcg/ml). Terjadi peningkatan khasiat antimikrob sekitar 3-4 kali dari senyawa bergugus asam menjadi senyawa bentuk etil ester. Mengingat tingginya tingkat efektivitas jalur sintesis yang telah ditemukan dan cukup mudahnya menganekaragamkan struktur produk, upaya mendapatkan turunan yang memiliki khasiat antimikrob cukup tinggi di masa depan sangat terbuka. Penelitian selanjutnya perlu diarahkan pada penggunaan senyawa yang diperoleh sebagai bahan antiseptik.

Anda mungkin juga menyukai