Anda di halaman 1dari 92

HUBUNGAN ANTARA KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWI SMP NEGERI 25 SEM ARANG SKRIPSI Diajukan dalam

rangka penyelesaian studi Strata 1 Untuk mencapai gelar S arjana Kesehatan Masyarakat Oleh Nama NIM Jurusan Fakultas : Annisa Shinta Wijayanti : 6450401011 : Ilmu Kes ehatan Masyarakat : Ilmu Keolahragaan UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2005

SARI Annisa Shinta Wijayanti, 2005, Hubungan antara Kadar Hemoglobin dengan Prest asi Belajar Siswi SMP Negeri 25 Semarang. Skripsi. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyara kat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Salah satu fungsi da ri kadar hemoglobin dalam darah adalah menjaga kondisi kesehatan. Kadar hemoglob in yang cenderung normal akan memungkinkan seseorang mempunyai ketahanan dalam b erkonsentrasi pada sesuatu hal, termasuk berkonsentrasi dalam belajar. Dengan de mikian, kadar hemoglobin dalam darah mempunyai peran terhadap keberhasilan seseo rang dalam belajar, yang tercermin dari prestasi belajarnya. Ada beberapa siswi yang mempunyai prestasi belajar rendah dan ada pula yang mempunyai prestasi bela jar tinggi. Masalahnya adalah apakah ada hubungan antara kadar hemoglobin dengan prestasi belajar siswi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan anta ra kadar hemoglobin dengan prestasi belajar siswi SMP Negeri 25 Semarang tahun p elajaran 2004/2005. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 25 Semarang, dengan p opulasi penelitian seluruh siswi sekolah. Pengambilan sampel dilakukan dengan te knik sampling purposive, yang menghasilkan jumlah sampel sebanyak 48 siswi. Vari abel bebas (X) penelitian adalah kadar hemoglobin darah, variabel terikat (Y) pe nelitian adalah prestasi belajar dan variabel penganggu dalam penelitian ini ada lah bakat, minat dan motivasi, cara belajar, kesehatan, inteligensi, menstruasi, penyakit kronik, perdarahan kronis, keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkung an sekitar. Teknik pengambilan data dilakukan dengan pemeriksaan kadar hemoglobi n dengan cara cyanmethemoglobin dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Spearman Rank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ra ta-rata kadar hemoglobin darah siswi adalah 12,27 gram %. Sebanyak 73% siswi mem punyai kadar hemoglobin darah yang normal, sedangkan 27% mengindikasikan anemia. Hasil analisis data dengan teknik Spearman Rank memperoleh koefisiensi korelasi sebesar +0,329. Pada taraf signifikansi 0,05 korelasi variabel kadar hemoglobin dengan prestasi belajar di dapat angka probabilitas 0,023. Oleh karena angka te rsebut di bawah 0,05, maka Ho di tolak dan Ha di terima, artinya ada hubungan an tara kadar hemoglobin dengan prestasi belajar siswi SMP Negeri 25 Semarang. Tand a + menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar hemoglobin(dalam batas normal) maka sem akin tinggi prestasi belajar. Koefisien korelasi +0,329 menunjukkan kurang kuatn ya korelasi antara kadar hemoglobin dengan prestasi belajar (di bawah 0,5). Disa rankan kepada sekolah hendaknya melakukan sosialisasi pentingnya kesehatan terut ama menjaga agar kadar hemoglobin tetap tinggi melalui programprogram UKS dan PM R di sekolah. Siswi hendaknya menjaga kondisi kesehatannya dengan jalan mengkons umsi makanan sehat bergizi dan mengandung zat besi untuk menghindari anemia. Jug a kepada orang tua siswi hendaknya berusaha selalu menghidangkan makanan sehat b ergizi kepada putriputrinya, terutama makanan yang mengandung zat besi. Kata Kun ci : Kadar Hemoglobin, Prestasi Belajar

PERSETUJUAN Telah disetujui oleh Pembimbing I dan Pembimbing II untuk diajukan m engikuti ujian Skripsi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahrag aan Universitas Negeri Semarang. Pada hari Tanggal : : Pembimbing I Pembimbing II Dra.E.R Rustiana,MSi NIP. 131472346 dr. Yuni Wijayanti NIP. 132296578 Mengetahui Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat dr.Oktia Woro K H,Mkes NIP. 131695159

PENGESAHAN Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Keolah ragaan Universitas Negeri Semarang Pada hari Tanggal : : Panitia Ujian Ketua Pan itia, Sekretaris, Drs. Sutardji, MS NIP. 130523506 Dewan Penguji, Drs. Herry Koesyanto, MS NIP. 131571549 1. dr.Oktia Woro Kasmini H., Mkes. NIP. 131695159 (Ketua) 2. Dra. ER Rustiana, MSi NIP. 131472346 (Anggota) 3. dr.Yuni Wijayanti NIP. 132296578 (Anggota)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO : Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orangorang yang berilmu peng etahuan dengan beberapa derajat (Al Mujahadah : 11) Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jal an ke surga (HR. Muslim) PERSEMBAHAN: Karya ini kupersembahkan kepada : Ayah dan Ibuku tercinta atas sega la dukungan dan doanya Saudara-saudaraku, yang selalu berbagi kasih mengiringi l angkahku Rekan IKM 01, terima kasih atas jalinan persahabatan selama ini

KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, yang telah melimpah kan rahmat-Nya kepada penulis dan berkat bimbingan ibu dosen, penulis dapat meny usun skripsi dengan judul Hubungan antara Kadar Hemoglobin dengan Prestasi Belaja r Siswi SMP Negeri 25 Semarang Skripsi ini disusun untuk melengkapi persyaratan k elulusan Program Studi S1 Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keola hragaan Universitas Negeri Semarang. Perlu disadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak dapat selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati disampaikan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahra gaan, Bapak Drs. Sutardji, MS yang telah memberikan izin penelitian dalam penyus unan skripsi ini. 2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Ibu dr. Oktia Woro K.H, Mkes yang telah membantu dan memberikan surat pengantar untuk mengadakan p enelitian. 3. Pembimbing I, Ibu Dra. ER.Rustiana, MSi yang telah memberikan bimb ingan, pengarahan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Pembimbing II, Ib u dr. Yuni Wijayanti yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan dal am penyusunan skripsi ini. 5. Kepala Sekolah SMP Negeri 25 Semarang, Bapak Drs. Kardi yang telah memberikan izin penelitian.

6. Bapak dan Ibu guru SMP Negeri 25 Semarang yang telah membantu pelaksanaan peneli tian. 7. Siswi SMP Negeri 25 Semarang yang telah bersedia menjadi subjek penelitian. 8. Tenaga medis dari Laboratorium Prima yang telah membantu pengambilan darah dan p emeriksaan kadar hemoglobin siswi. 9. Ayah, Ibu, Adik Dewi, Adik Fajar dan Semua Keluarga tercinta atas segala doa dan pengorbanannya. 10. Sahabatku Tika, Naning, Cholidah, Ita, Dewi yang telah membantu proses penyusuna n skripsi, memberikan doa, nasehat, waktu diskusi, pikiran dan semangat yang dibe rikan kepada penulis. 11. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu ke lancaran penelitian dan penyusunan skripsi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik selalu penulis harapkan demi sempurnanya skripsi ini. Semoga am al baik dari semua pihak mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Semarang , Penulis 2005

DAFTAR ISI Halaman JUDUL.....i SARI.

2.2 Kerangka Berfikir.40 2.3 Hipotesis...40 BAB III itian...43 3.5 Instumen Penelitian .43 3.6 Teknik Pengambi ta44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Diskripsi Data.. potesis50 4.4 Pembahasan..52 4.5 Keterbatasan Penelitian.

DAFTAR TABEL Halaman 1.Nilai ambang batas penentuan status anemia 2.Batasan Anemia 3.Kebutuha n zat besi dari 97,5% individu berdasarkan zat besi yang diterapkan, menurut usi a dan jenis 4.Tabulasi Kadar Hemoglobin Responden 5.Distribusi Frekuensi Skor Pr estasi Belajar 6.Koefisiensi Korelasi Spearman Rank 13 14 18 47 49 51

DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Pembentukan Hemoglobin 2. Proses metabolisme zat besi d alam tubuh 3. Kerangka Berfikir 4. Kerangka Konsep 5. Kadar Hemoglobin Responden 6. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar 8 19 40 42 48 50

DAFTAR LAMPIRAN 1. Daftar Hasil Test Inteligensi Siswi SMP Negeri 25 Semarang 2. Daftar Hasil Pe meriksaan Kadar Hemoglobin Siswi SMP Negeri 25 Semarang 3. Daftar Nilai Mata Pel ajaran Siswi SMP Negeri 25 Semarang 4. Daftar Nama Responden 5. Frequencies 6. F requency Table 7. Histogram 8. Nonparametric Correlation 9. Surat Keputusan Deka n Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang Tentang Penetapan Dosen Pembimbi ng Skripsi Semester Genap 10. Surat Ijin Penelitian dari Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang untuk Kepala K esatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kota Semarang 11. Surat Ijin Peneliti an dari Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang untuk Kepala Laboratorium Prima 12. Surat Ijin Penelitian dari Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kota Semarang 13. Surat Ijin Penelit ian dari Dinas Pendidikan Kota Semarang 14. Bukti Pembayaran Pemeriksaan Kadar H emoglobin dari Laboratorium Prima 15. Surat Keterangan dari Kepala Sekolah SMP N egeri 25 Semarang bahwa telah melakukan penelitian di sekolah tersebut

16. Surat Keputusan Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang Tentang Penunjukan/ Pengangkatan Penguji Skripsi Dekan Fakultas Ilmu Keolahraga an Universitas Negeri Semarang 17. Daftar Kata Asing

BAB I PENDAHULUAN 1.1 AlasanPemilihanJudul Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 574/Menkes /SK/IV/2000 ditetapkan Visi dan Misi serta strategi baru Pembangunan Kesehatan. Visi baru yaitu Indonesia Sehat 2010, akan dicapai melalui berbagai p rogram pembangunan kesehatan yang telah tercantum dalam Undang-Undang Nomor 25 t ahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas). Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu menuntut jajaran kesehatan mengkonkritkan kerjasama lintas sektor den gan sektor-sektor terkait. Misi barunya adalah menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan; mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat; memel ihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau; serta memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat te rmasuk lingkungannya. (Departemen Kesehatan RI,2003) Pada era globalisasi saat ini yang intinya adalah pasar bebas, pemenangan persaingan sangat ditentukan oleh kualit as sumber daya manusia. Tanpa kualitas sumber daya manusia yang baik, suatu nega ra tidak akan memenangkan persaingan pasar bebas tersebut. Oleh karena itu untuk menyongsong era globalisasi tersebut kita perlu memantapkan dan meningkatkan pe mbangunan

nasional, mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk mewujudkan keadaan tersebut diperlukan tingkat kesehatan dan gizi yang optimal. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, yaitu peningkatan status gizi masyarakat. Suatu status gizi yang baik akan memp engaruhi status kesehatan dan prestasi belajar seseorang. Masalah gizi perlu per hatian yang lebih khusus untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Masalah gizi di Indonesia ada empat yaitu Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gi zi Besi (AGB), Gangguan Akibat Yodium (GAKY), dan Kurang Vitamin A (KVA) ( I Dew a Nyoman, 2001 : 1). Menurut Penelitian Indah Indriati (2001:1) Anemia merupakan salah satu masalah di Indonesia yang harus ditanggulangi secara serius, terutam a anemia gizi besi. Penyebab anemia gizi besi adalah karena jumlah zat besi yang dikonsumsi tidak sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Selain itu berbagai fakt or juga dapat mempengaruhi terjadinya anemia gizi besi, antara lain kebiasaan ma kan, pola haid, pengetahuan tentang anemia status gizi. Akibat anemia gizi besi adalah produktivitas rendah, perkembangan mental dan kecerdasan terhambat, menur unnya kekebalan terhadap infeksi, morbiditas dan lain-lain. Prevalensi anemia pa da usia sekolah menurut hasil SKRT tahun 1995 yaitu 57,1 % Defisiensi zat besi t erutama berpengaruh pada kondisi gangguan fungsi hemoglobin yang merupakan alat transport oksigen. Oksigen diperlukan pada banyak reaksi metabolik tubuh. Pada a nak-anak sekolah telah ditunjukkan adanya korelasi antara kadar hemoglobin dan k esanggupan anak untuk belajar. Dikatakan

bahwa pada kondisi anemia daya konsentrasi dalam belajar tampak menurun (Achmad Djaeni, 2004:70). Remaja berisiko tinggi menderita anemia, khususnya kurang zat besi, pada saat mengalami pertumbuhan yang sangat cepat yaitu masa puber (Thomps on, J.L, 1993:39). Dalam pertumbuhan tubuh membutuhkan nutrisi dalam jumlah bany ak dari zat besi. Bila zat besi yang dipakai untuk pertumbuhan kurang dari yang diproduksi tubuh, maka terjadilah anemia. Remaja putri berisiko lebih tinggi dar ipada remaja putra (Indah I, 2001). Penelitian Indah Indriati pada siswi SMUN 1 Cibinong Kabupaten Bogor dengan jumlah sampel 83 siswi menunjukkan bahwa kejadia n anemia gizi remaja putri sebesar 42,2%. Dari wawancara guru SMP Negeri 25 Sema rang yang bertugas pada kegiatan UKS, didapat tiga informasi yaitu pada tahun 20 04 dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan oleh guru pada kegiatan UKS , hasil pengukuran tersebut terdapat 38,33 % siswi dalam kategori gizi kurang; p emeriksaan tensi darah yang dilakukan oleh dokter Puskesmas Bulu Lor bahwa murid sekolah tersebut hampir 40 % dari 7 kelas yang di periksa, mempunyai tekanan da rah yang rendah; dan sekolah tersebut juga pernah mendapatkan makanan tambahan b erupa biskuit bagi murid yang menderita gizi kurang dari dokter Puskesmas Bulu L or. Dari hasil ujian nasional pada tahun 2003 sekolah SMP Negeri 25 Semarang men duduki peringkat ke 18 ke atas dari 40 SMP Negeri yang ada di Semarang.

Dengan memperhatikan alasan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penel itian di sekolah tersebut dan mengambil judul Hubungan antara kadar hemoglobin d engan prestasi belajar siswi SMP Negeri 25 Semarang 1.2 Permasalahan Permasalahan yan g diajukan dalam penelitian ini adalah Apakah Ada Hubungan antara Kadar Hemoglob in dengan Prestasi Belajar Siswi SMP Negeri 25 Semarang ? 1.3 TujuanPenelitian Pene litian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar hemoglobin dengan pr estasi belajar siswi SMP Negeri 25 Semarang. 1.4 Penegasan Istilah Untuk membata si masalah, menghindari kemungkinan salah tafsir, maka perlu ditegaskan istilahistilah dalam skripsi ini. Beberapa istilah perlu ditegaskan untuk mendapat penj elasan yaitu: 1.4.1 Kadar hemoglobin Kadar hemoglobin adalah banyaknya hemoglobin dalam 100 ml darah (Guyton, 1995:45 ). Kadar Hemoglobin ditentukan dengan cara Cyanmethemoglobin yaitu hasil yang didapat paling mendekati kebenaran dan menggu nakan spektrofotometer (Oktia Woro K.H, 1999:39). Kadar hemoglobin normal bagi u sia anak sekolah adalah 12 gram/100ml (I Dewa Nyoman, 2001:145). 1.4.2 Prestasi Belajar

Prestasi Belajar atau keberhasilan belajar dapat dioperasikan dalam bentuk indik ator-indikator berupa nilai rapot (Saifuddin Azwar, 1996: 164). Pada penelitian ini prestasi belajar tidak diambil dari nilai rapot keseluruhan, tapi jumlah nil ai dari 4 mata pelajaran (Matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris) pada rapot semes ter 1 karena nilai-nilai ini dianggap lebih objektif dan dapat diukur. 1.4.3 Sis wi Pelajar wanita atau putri pada sekolah SMP Negeri 25 Semarang. 1.5 Manfaat Pe nelitian 1.5.1. Untuk Peneliti Memberikan pengalaman di lapangan bagi penulis yang merupa kan penerapan dari teori-teori yang diperoleh selama mengikuti kuliah di Ilmu Ke sehatan Masyarakat UNNES, serta sebagai salah satu upaya dalam rangka meningkatk an kemampuan dan ketrampilan peneliti untuk melakukan penelitian dan penulisan i lmiah. 1.5.2 Untuk Fakultas. Menambah bahan untuk kepustakaan dan menambah infor masi mengenai kejadian kadar hemoglobin. 1.5.3 Untuk Para Guru dan Siswi SMP Menambah pengetahuan mengenai kejadian kadar hemoglobin pada anak sekolah dan pe ntingnya menjaga agar kadar hemoglobin tetap normal sehingga prestasi belajar ti dak menurun.

1.5.4 Untuk Mahasiswa Menambah pengetahuan dan informasi mengenai kadar hemoglob in pada anak sekolah. BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hemoglobin 2.1.1.1 Pengertian Hemoglobin. Hemoglobin ad alah suatu molekul yang berbentuk bulat yang terdiri dari 4 subunit. Setiap subu nit mengandung satu bagian heme yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida. Heme adalah suatu derivat porfirin yang mengandung besi. Polipeptida itu secara kole ktif disebut sebagai bagian globin dari molekul hemoglobin. Ada dua pasang polip eptida didalam setiap molekul hemoglobin (Ganong, William. F, 2003:513). Kompone n utama sel darah merah adalah protein hemoglobin yang mengangkut O2 dan CO2 dan mempertahankan PH normal melalui serangkaian dapar intraselular. Molekul-moleku l hemoglobin terdiri dari 2 pasang rantai polipeptida dan 4 gugus hem, masing-ma sing mengandung sebuah atom besi. Konfigurasi ini memungkinkan pertukaran gas ya ng sangat sempurna (Price, Sylvia.A dan Wilson, Lorraine.M, 1995:231). Hemoglobi n merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diuku r secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat

digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Kandungan hemoglo bin yang rendah dengan demikian mengindikasikan anemia (I Dewa Nyoman, 2001:145) . Pengertian lain hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Hemoglobin mempunyai afinitas terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglob in di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan (Pearce, Evelyn C, 1999:134). Sel-sel darah merah mampu mengkonsentrasikan hemoglobin dalam cairan sel sampai sekitar 34 gm/dl se l. Konsentrasi ini tidak pernah meningkat lebih dari nilai tersebut, karena ini merupakan batas metabolic dari mekanisme pembentukan hemoglobin sel. Selanjutnya pada orang normal, persentase hemoglobin hampir selalu mendekati maksimum dalam setiap sel. Namun bila pembentukan hemoglobin dalam sumsum tulang berkurang, ma ka persentase hemoglobin dalam darah merah juga menurun karena hemoglobin untuk mengisi sel kurang. Bila hematokrit (persentase sel dalam darah normalnya 40 sam pai 45 persen) dan jumlah hemoglobin dalam masing-masing sel nilainya normal, ma ka seluruh darah seorang pria rata-rata mengandung 16 gram/dl hemoglobin, dan pa da wanita rata-rata 14 gram/dl (Guyton dan Hall, 1997:530). Hemoglobin dibentuk dalam sitoplasma sel sampai stadium retikulosit. Setelah inti sel dikeluarkan, h ilang juga RNA dari dalam sitoplasma, sehingga dalam sel darah merah tersebut ti dak dapat dibentuk protein lagi, begitu juga

berbagai enzim yang sebelumnya terdapat dalam sel darah merah dan protein membra n sel (Slamet Suyono, dkk, 2001:496). Pembentukan hemoglobin dimulai dalam proer itroblas dan kemudian dilanjutkan sedikit dalam stadium retikulosit, karena keti ka retikulosit meninggalkan sumsum tulang dan masuk ke dalam aliran darah, maka retikulosit tetap membentuk sedikit hemoglobin selama beberapa hari berikutnya ( Guyton dan Hall, 1997:534). A C 2 sulsinil-KoA + 2 gilsin 4 pirol protoporfirin IX + Fe heme + polipeptida 2 rantai + 2 rantai HC protoporfirin IX heme rantai hemoglobin ( atau ) hemoglobin A N H (pirol) P C CH Sumber : Guyton dan Hall (1997:535) Gambar 1 Pembentukan Hemoglobin Kadar hemogl obin adalah salah satu pengukuran tertua dalam laboratorium kedokteran dan tes d arah yang paling sering dilakukan (Isbister, James P dan Pittiglio, D.Harmening, 1999:5). Interprestasi gejala dalam hubungannya dengan kadar hemoglobin yaitu : Hb >10 gram % : Gejala terjadi jika system transpor oksigen mengalami stres kar ena meningkatnya permintaan oksigen (misalnya : latihan, demam) atau karena

berkurangnya oksigenasi darah (misalnya : gangguan paru-paru, tempat tinggi, mer okok, pajanan terhadap karbon monoksida). Hb 8 10 gram % : Gejala meningkatnya c urah jantung pada saat istirahat dapat diperhatikan (misalnya : berdebar-debar) terutama dalam pasien tua, tetapi sebagai aturan umum gejala tidak berat. Hb < 8 gram % : Meningkatnya gejala-gejala pada saat istirahat, tergantung pada cadang an kardiorespiratorius (Isbister, James P dan Pittiglio, D.Harmening, 1999:39). 2.1.1.2 Penetapan Kadar Hemoglobin. Kadar hemoglobin darah ditentukan dengan ber macam-macam cara antara lain: cyanmethemoglobin, sahli, talquist. 2.1.1.2.1 Cara Fotoelektrik: Cyanmethemogobin. Hemoglobin darah diubah menjadi sianmethemoglob in (hemoglobinsianida) dalam larutan yang berisi kaliumsianida. Absorbansi larut an diukur pada gelombang 540 nm atau filter hijau. Larutan Drabkin yang dipakai pada cara ini mengubah hemoglobin, oksihemoglobin, methemoglobin dan karboksihemoglobin menjadi sianmethemoglobin. Sulfhemoglobin tidak berubah dan k arena itu tidak ikut diukur (R. Gandasoebrata, 2001:11). Cara 1. Ke dalam tabung kolorimeter dimasukkan 5,0 ml larutan Drabkin. 2. Dengan pipet hemoglobin diamb il 20 l darah (kapiler, EDTA atau oxalat); sebelah luar ujung pipet dibersihkan, lalu darah itu dimasukkan ke dalam tabung kolorimeter dengan membilasnya beberap a kali.

3. Campurlah isi tabung dengan membalikkannya beberapa kali. Tindakan ini juga a kan menyelenggarakan perubahan hemoglobin menjadi sianmethemoglobin. 4. Bacalah dalam spektrofotometer pada gelombang 540 nm; seba gai blanko digunakan larutan Drabkin. 5. Kadar hemoglobin ditentukan dari perban dingan absorbasinya dengan absorbansi standard sianmethemoglobin atau dibaca dar i kurve tera. Catatan Cara ini sangat bagus untuk laboratorium rutin dan sangat dianjurkan unt uk penerapan kadar hemoglobin dengan teliti karena standard cyanmethemoglobin ya ng ditanggung kadarnya bersifat stabil dan dapat dibeli. Kesalahan cara ini dapa t mencapai 2 %. Larutan Drabkin: natriumbikarbonat 1 g; kaliumsianida 50 mg; kaliumferrisianida 200 mg; aqua dest ad 1000 ml. Adakalanya ditambahkan sedikit detergent kepada larutan Drabkin ini supaya perubahan menjadi sianmethemoglobin berlangsung lebih sempurna dalam waktu singkat. Simpan reagens ini dalam botol c oklat dan perbaruilah tiap bulan. Meskipun larutan Drabkin berisi sianida, tetap i ia tidak dianggap racun dalam pengertian sehari-hari karena jumlah sianida itu sangat kecil. Kekeruhan dalam suatu sampel darah mengganggu pembacaan dalam fot okolorimeter dan menghasilkan absorbansi dan kadar hemoglobin yang lebih

tinggi dari sebenarnya. Kekeruhan semacam ini dapat disebabkan antara lain oleh leukositosis, lipemia dan adanya globulin abnormal seperti pada macroglobulinemia. Laporan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin dengan memakai car a cyanmethemoglobin dan spektrofotometer hanya boleh menyebut satu angka (digit) di belakang tanda desimal; melaporkan dua digit sesudah angka desimal melampaui ketelitian dan ketepatan yang dapat dicapai dengan metode ini. Variasi-variasi fisiologis juga menyebabkan digit kedua di belakang tanda desimal menjadi tanpa makna. 2.1.1.2.2 Cara Sahli Pada cara ini hemoglobin diubah menjadi hematin asam, kemud ian warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standard dalam alat itu (R. Gandasoebrata, 2001:13). Cara 1. Masukkan kira-kira 5 tetes HCl 0,1 n ke da lam tabung pengencer hemometer. 2. Isaplah darah (kapiler, EDTA, atau oxalat) de ngan pipet hemoglobin sampai garis tanda 20 l. 3. Hapuslah darah yang melekat pad a sebelah luar ujung pipet. 4. Catatlah waktunya dan segeralah alirkan darah dar i pipet ke dalam dasar tabung pengencer yang berisi HCl itu. Hati-hati jangan sa mpai terjadi gelembung udara.

5. Angkatlah pipet itu sedikit, lalu isap asam HCl yang jernih itu ke dalam pipe t 2 atau 3 kali untuk membersihkan darah yang masih tinggal dalam pipet. 6. Camp urkan isi tabung itu supaya darah dan asam bersenyawa; warna campuran menjadi co klat tua. 7. Tambahkan air setetes demi setetes, tiap kali diaduk dengan batang pengaduk yang tersedia. Persamaan warna campuran dan batang standard harus dicap ai dalam waktu 3-5 menit setelah saat darah dan HCl dicampur. Pada usaha mempers amakan warna hendaknya tabung diputar demikian sehingga garis bagi tidak terliha t. 8. Bacalah kadar hemoglobin dengan gram/100 ml darah. Catatan Cara Sahli ini bukanlah cara teliti. Kelemahan metodik berdasarkan kenya taan bahwa kolorimetri visual tidak teliti, bahwa hematin asam itu bukan merupak an larutan sejati dan bahwa alat itu tidak dapat distandardkan. Cara ini juga ku rang baik karena tidak semua macam hemoglobin diubah menjadi hematin asam, umpam anya karboxyhemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin. Kesalahan yang biasany a dicapai oleh 10 % kadar hemoglobin yang ditentukan dengan cara Sahli dan caracara kolorimetri visual lain hanya patut dilaporkan dengan meloncat-loncat g/dl, sehingga laporan menjadi ump, 11,11, 12, 12, 13 g/dl. Janganlah melaporkan hasil dengan memakai angka

desimal seperti 8,8; 14; 15,5 g/dl ketelitian dan ketepatan cara sahli yang kura ng memadai tidak membolehkan laporan seperti itu. Hemoglobinometer yang berdasar kan penetapan hematin asam menurut Sahli dibuat oleh banyak pabrik. Perhatikanla h bahwa bagian-bagian alat yang berasal dari pabrik yang berlainan biasanya tida k dapat saling dipertukarkan: tabung pengencer berlainan diameter; warna standar d berlainan intensitasnya; dll. Selain cara sahli ada pula cara-cara lain yang b erdasarkan kolorimetri dengan hematin asam; di Indonesia cara sahli masih banyak digunakan di laboratorium-laboratorium kecil yang tidak mempunyai fotokolorimet er. Yang banyak dipakai di laboratorium klinik ialah cara-cara fotoelektrik dan kolorimetrik visual (R. Gandasoebrata, 2001:11). 2.1.1.2.3 Cara Talquist (Oktia Woro K.H, 1999:38) a. Mempunyai kesalahan yang paling besar dibandingkan cara pemeriksaan yang lain . b. Paling mudah dilakukan c. Cara pemeriksaan: - Ambil darah dari ujung jari Teteskan pada kertas talquist - Cocokan dan baca pada standard yang ada 2.1.2 A nemia 2.1.2.1 Pengertian Anemia

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin kurang dari harga normal, ya ng berbeda untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. Gejala yaitu lemah, les u, letih, mudah mengantuk, nafas pendek, nafsu makan berkurang, bibir tampak puc at, susah buang air besar, denyut jantung meningkat, kadangkadang pusing (I Dewa Nyoman , 2001:169). Pengertian lain anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin dan volume sel pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah (Price, Sylvia.A dan Wilson, Lorraine.M, 1995:232). Tabel 1 Nilai ambang batas penentuan status Anemia menurut WHO adalah Batas Normal Hemoglobin 1 2 Bayi / Balita 11 gram % Usia sekolah 12 gram % Ibu hamil 11 gram % Pria dewa sa 13 gram % Wanita dewasa 12 gram % Sumber : I Dewa Nyoman (2001:169) Tabel 2 B atasan Anemia ( menurut Departemen Kesehatan ) Kelompok Batas Normal Hemoglobin 1 2 Anak Balita 11 gram % Anak Usia Sekolah 12 gram % Wanita Dewasa 12 gram % La ki-laki Dewasa 13 gram % Ibu Hamil 11 gram % Ibu menyusui > 3 bulan 12 gram % Su mber : I Dewa Nyoman (2001:169) Anemia dibagi menjadi 3 yaitu anemia ringan bila kadar hemoglobin diatas 10 gram % tetapi dibawah batas ketentuan, anemia sedang jika kadar hemoglobin Kelompok

di antara 7 dan 10 gram %, dan anemia berat kalau kadar hemoglobin dibawah 7 gra m % (DeMaeyer, E.M, 1995:27). 2.1.2.2 Macam-Macam Anemia (Slamet Suyono, dkk, 20 01:497). 1. Anemia Defisiensi Besi Anemia terjadi bila jumlah yang diserap untuk memenuhi kebutuhan tubuh terlalu sedikit. 2. Anemia Megaloblastik Sekelompok an emia yang ditandai oleh adanya eritroblas yang besar yang terjadi akibat ganggua n maturasi inti sel tersebut. Sel tersebut dinamakan megaloblas. 3. Anemia Aplas tik 4. Anemia pada Gagal Ginjal Anemia yang terjadi apabila kreatinin serum lebi h dari 3,5mg/dl atau GFR menurun sampai 30% normal. 5. Anemia pada Penyakit Kron ik 2.1.2.3 Penyebab Anemia dapat dipilah menjadi 4 kelompok (Mohammad Sadikin, Penyebab anemia 2002:27): 1) Anemia dapat disebabkan oleh cacat atau masalah yang ada pada faktor konstitu sional dari SDM.

2) Anemia dapat disebabkan oleh faktor defisiensi atau kekurangan bahanbahan yan g berasal dari luar, yaitu makanan, yang diperlukan untuk sintesis komponen SDM. 3) Anemia dapat disebabkan oleh kehilangan SDM yang baik dan sehat, yang sudah dibuat dalam jumlah yang cukup. 4) Adanya reaksi imunitas (otoimun) dari sistem imun seseorang terhadap sel darah merahnya sendiri, sedangkan SDM tersebut mungk in sehat-sehat saja. 2.1.3 Anemia Defisiensi Besi 2.1.3.1 Pengertian Anemia Defi siensi Besi Zat besi merupakan micro elemen yang esensial bagi tubuh, yang sanga t diperlukan dalam pembentukan darah, yakni dalam hemoglobin (Hb). Zat besi juga diperlukan enzim sebagai penggiat. Zat besi lebih mudah diserap oleh usus halus dalam bentuk ferro. Penyerapan ini mempunyai mekanisme autoregulasi yang diatur oleh kadar Ferritin yang terdapat dalam sel-sel mukosa usus. Ekskresi zat besi dilakukan melalui kulit, di dalam bagian-bagian tubuh yang aus dan dilepaskan ol eh permukaan tubuh yang jumlahnya sangat kecil sekali. Sedang pada wanita ekskre si zat besi lebih banyak melalui menstruasi (Soekidjo Notoatmodjo, 1997: 200). Anemia defisiensi besi adalah anemia mikrosifik hipokro mik yang terjadi akibat defisiensi besi dalam gizi atau hilangnya darah secara l ambat dan kronik. (Corwin, Elizabeth.J, 2001:131).

Anemia defisiensi besi terjadi bila jumlah yang diserap untuk memenuhi kebutuhan tubuh terlalu sedikit. Ketidakcukupan ini diakibatkan oleh kurangnya pemasukan zat besi, berkurangnya sediaan zat dalam makanan, meningkatnya kebutuhan akan za t besi atau kehilangan darah yang kronis (DeMaeyer, E.M, 1995:1). 2.1.3.2 Penyeb ab Anemia Defisiensi Besi. 2.1.3.2.1 Kehilangan darah secara kronis Pada wanita terjadi kehilangan darah secara alamiah setiap bulan. Jika darah yang keluar sel ama menstruasi sangat banyak akan terjadi anemia defisiensi zat besi. Kehilangan zat besi dapat pula diakibatkan oleh infestasi parasit seperti cacing tambang, Schistosoma dan mungkin pula Trichuris trichiura. 2.1.3.2.2 Asupan dan serapan t idak adekuat Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah bahan makanan yang b erasal dari daging hewan. Kebiasaan mengonsumsi makanan yang dapat menganggu pen yerapan zat besi secara bersamaan pada waktu makan menyebabkan serapan zat besi semakin rendah. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam penyerapan zat besi Faktor makanan 1. Faktor yang memacu penyerapan zat besi bukan heme; - Vitamin C - Dagi ng, unggas, ikan, makanan laut lain - PH rendah

2. Faktor yang menghambat penyerapan zat besi bukan heme; - Fitat ( 500 mg/hari ) - Polifenol Faktor Penjamu ( host ) 1. Status zat besi 2. Status kesehatan ( i nfeksi, malabsorpsi ) (Arisman,MB, 2004:149) 2.1.3.2.3 Peningkatan kebutuhan Men ingkatnya kebutuhan karena kehamilan dan perdarahan (Arisman,MB, 2004:145). 2.1. 3.3 Gejala Anemia Defisiensi Besi Anak akan tampak lemas, sering berdebar-debar, lekas lelah, pucat, sakit kepala, iritabel. Mereka tidak tampak sakit karena pe rjalanan penyakitnya bersifat menahun. Tampak pucat terutama pada mukosa bibir d an faring, telapak tangan dan dasar kuku, konjungtiva okular berwarna kebiruan a tau putih mutiara. Jantung agak membesar dan terdengar murmur sistolik yang fung sional (Rusepno Hassan dan Husein Alatas, 2002:435). 2.1.3.4 Kebutuhan Zat Besi Masukan zat besi setiap hari diperlukan untuk mengganti zat besi yang hilang mel alui tinja, air kencing dan kulit. Kehilangan basal ini kira-kira 14 g per kilogr am berat badan per hari, atau hampir sama dengan 0,9 mg zat besi pada lakilaki d ewasa dan 0,8 mg bagi wanita dewasa ( DeMaeyer, E.M, 1995:8). Tabel 3

Kebutuhan zat besi dari 97,5 % individu berdasarkan zat besi yang diterapkan, me nurut usia dan jenis. Usia/jenis kelamin g/kg/hari mg/hari 4 12 bulan 13 24 bulan 2 5 tahun 2 11 tahun 12 16 (wanita) 12 16 tahun (lelaki) lelaki dewasa wanita hamil wanita menyusui wanita haid wanita pasca menopause Su mber DeMaeyer, E.M (1995:7) 2.1.3.5 Metabolisme Zat Besi 120 56 44 40 40 34 18 24 43 18 0,96 0,61 0,70 1,17 2,02 1,82 1,14 1,31 2,38 0,96 Metabolisme dalam tubuh terdiri dari proses penyerapan, pengangkutan, pemanfaata n, penyimpanan, dan pengeluaran. Zat besi dari makanan diserap ke usus halus, ke mudian masuk ke dalam plasma darah. Selain itu, ada sejumlah zat besi yang kelua r dari tubuh bersama tinja. Didalam plasma berlangsung proses turn over, yaitu s el-sel darah yang lama diganti dengan sel-sel darah baru. Jumlah zat besi yang m engalami turn over setiap harinya kira-kira 35 mg, berasal dari makanan, hemoglo bin, dan sel-sel darah merah yang sudah tua yang diproses oleh tubuh agar dapat digunakan lagi.

Zat besi dari plasma sebagian harus dikirim ke sumsum tulang untuk pembentukan h emoglobin dan sebagian lagi diedarkan ke seluruh jaringan. Cadangan besi disimpa n dalam bentuk ferritin dan hemosiderin didalam hati atau limpa. Pengeluaran bes i dari jaringan melalui kulit, saluran pencernaan, atau urine, berjumlah 1 mg se tiap harinya. Zat besi yang keluar melalui cara ini disebut kehilangan besi basa l (iron basal losses). Sedangkan pengeluaran besi melalui hilangnya hemoglobin y ang disebabkan menstruasi sebanyak 28 mg/periode (Emma, 1999:13). Makanan 10 mg Fe Usus halus 1 mg Tinja 9 mg Fe Fe di dalam darah (turn over 35 mg) Sumsum tulang Hati sebagai ferritin 1 g Seluruh jaringan 34 Sel sel mati Hilang bersama menstruasi, 28 mg/periode Dikeluarkan lewat kulit, saluran pencernaan, urine 1mg Sumber :Emma (1999:13) Gambar 2 Proses metabolisme zat besi dalam tubuh 2.1.3.6 Pengaruh Defisiensi Fe

Defisiensi Fe terutama berpengaruh pada kondisi gangguan fungsi hemoglobin yang merupakan alat transport O2 yang diperlukan pada banyak reaksi metabolic tubuh. Pada anak-anak sekolah telah ditunjukan adanya korelasi antara kadar hemoglobin dan kesanggupan anak untuk belajar. Dikatakan bahwa pada kondisi anemia daya kon sentrasi dalam belajar tampak menurun (Achmad Djaeni , 2004:70). 2.1.3.7 Akibat defisiensi zat besi (DeMaeyer, E.M, 1995:5) adalah 2.1.3.7.1 Anak - anak : Menur unkan kemampuan dan konsentrasi belajar, Menghambat pertumbuhan fisik dan perkem bangan kecerdasan otak, Meningkatkan risiko menderita infeksi karena daya tahan tubuh menurun. 2.1.3.7.2 Wanita : Anemia akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit, Menurunkan produktivitas kerja, Menurunkan kebugaran. 2.1.3.7.3 Remaja putri : Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar, Menggangg u pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal, Menurunkan kemampuan fisik olahragawati, Mengakibatkan muka pucat. 2.1.3.7.4 Ibu hamil : - Menimbulkan perdarahan sebelum atau saat persalinan, - M eningkatkan risiko melahirkan Bayi dengan Berat Lahir Rendah,

Pada anemia berat, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan atau bayinya. 2.1.3.8 Pengobatan Anemia Defisiensi Besi Makanan yang adekuat. Sulfas ferosus 3 x10 mg/kgbb/hari. Obat ini murah tapi kadang-kadang dapat menyebabkan enteritis. Hasil pengobatan dapat terlihat dari kenaikan hitung retikulosit dan kenaikan k adar hemoglobin 1-2 gram %/minggu. Disamping itu dapat pula diberikan preparat b esi parental. Obat ini lebih mahal harganya dan penyuntikannya harus intramuskul ar dalam atau ada pula yang dapat diberikan secara intravena. Preparat besi pare nteral hanya diberikan bila pemberian peroral tidak berhasil. Tranfusi darah diberikan bila k adar hemoglobin kurang dari 7 gram % dan disertai dengan keadaan umum yang tidak baik, misalnya gagal jantung, bronkopneumonia. Antelmintik diberikan bila ditem ukan cacing penyebab defisiensi besi, (umur) dalam tiap kapsul, diberikan 3 kaps ul dengan selang waktu 1 jam, semalam sebelumnya anak dipuasakan dan diberikan l aksan setelah 1 jam kapsul ketiga dimakan. Pirantel pamoate 10 mg/kgbb (dosis tu nggal)). Antibiotika diberikan bila terdapat infeksi (Rusepno Hassan dan Husein Alatas, 2002:436). 2.1.3.9 Pencegahan Anemia Defisiensi Besi 2.1.3.9.1 Pemberian tablet atau suntikan zat besi Wanita hamil merupakan salah satu kelompok (disamping anak usia pra sekolah, ana k usia sekolah, serta bayi) yang diprioritaskan dalam program suplementasi. Dosi s suplementatif yang dianjurkan dalam satu hari adalah dua

tablet yang dimakan selama paruh kedua kehamilan karena pada saat tersebut kebut uhan akan zat besi sangat tinggi. 2.1.3.9.2 Pendidikan Pemberian tablet zat besi ini dapat menimbulkan efek samping yang menganggu sehi ngga orang cenderung menolak tablet yang diberikan. Penolakan tersebut sebenarny a berpangkal dari ketidaktahuan mereka selama kehamilan mereka memerlukan tambah an zat besi. Agar mengerti, para wanita hamil harus diberi pendidikan yang tepat misalnya tentang bahaya yang mungkin terjadi akibat anemia, dan harus pula diya kinkan bahwa salah satu penyebab anemia adalah defisiensi zat besi. Sebagai cata tan, subjek penelitian adalah remaja putri, jadi tidak memerlukan perlakuan pemb erian tablet atau suntikan zat besi seperti pada wanita hamil, namun tetap memer lukan pendidikan tentang bahaya anemia bagi dirinya, juga tentang penyebab anemi a yaitu defisiensi besi. 2.1.3.9.3 Modifikasi makanan Asupan zat besi dari makanan dapat ditingkatkan melalui dua cara : 1. Pemastian konsumsi makanan yang cukup mengandung kalori sebesar yang semestinya dikonsumsi . 2. Meningkatkan ketersediaan hayati zat besi yang dimakan, yaitu dengan jalan mempromosikan makanan yang dapat memacu dan menghindarkan pangan yang bisa mereduksi penyerapan zat besi.

2.1.3.9.4 Fortifikasi makanan Fortifikasi makanan yang banyak dikonsumsi dan yang diproses secara terpusat mer upakan inti pengawasan anemia diberbagai negara. Fortifikasi makanan merupakan s alah satu cara terampuh dalam pencegahan defisiensi zat besi. Fortifikasi makana n dengan zat besi secara teknis lebih sulit jika dibandingkan dengan fortifikasi dengan zat lain, karena zat besi yang tersedia secara kimia, sangat reaktif dan berkecenderungan mengubah warna makanan. Contohnya, garam ferrous yang dapat la rut, ternyata sering mengubah warna akibat persenyawaannya dengan campuran sulfu r, tannin, polifenol, serta substansi lain. Di negara industri, produk makanan f ortifikasi yang lazim adalah tepung gandum serta roti makanan yang terbuat dari jagung dan bubur jagung, dan produk susu seperti susu formula bayi dan makanan s apihan (Arisman, M.B, 2004:151). 2.1.4 Belajar 2.1.4.1. Pengertian Belajar adala h suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif deng an lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, ketrampil an dan sikap. Perubahan ini bersifat relatif konstan dan berbekas (Winkel, 2004: 59).

Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan) dan bisa melaksanaka nnya kepada orang lain (Made Pidarta,1997:197). Belajar adalah serangkaian kegia tan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari p engalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif , afektif dan psikomotor (Syaiful Bahri Djamarah, 2002:13). Belajar merupakan su atu proses, yang mengakibatkan adanya perubahan prilaku (change in behavior or p erformance). Ini berarti sehabis belajar individu mengalami perubahan dalam peri lakunya. Perilaku dalam arti yang luas dapat dalam segi kognitif, afektif dan da lam segi psikomotor (Bimo Walgito, 2004:168). Dari beberapa pendapat para ahli t entang pengertian belajar yang dikemukakan diatas dapat dipahami bahwa belajar a dalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubaha n tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 2.1.4.2 Prinsip-Prinsip Belajar-Mengajar Prinsip-Prinsip Belajar-Mengajar (Oemar Hamalik, 2002:54) adalah a) Belajar sena ntiasa bertujuan yang berkenaan dengan pengembangan perilaku siswa. b) Belajar d idasarkan atas kebutuhan dan motivasi tertentu. c) Belajar dilaksanakan dengan l atihan daya-daya, membentuk hubungan asosiasi, dan melalui penguatan.

d) Belajar bersifat keseluruhan yang menitikberatkan pemahaman, berpikir kritis, dan reorganisasi pengalaman. e) Belajar membutuhkan bimbingan, baik secara lang sung oleh guru maupun secara tak langsung melalui bantuan pengalaman pengganti. f) Belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu dan faktor dari luar diri individu. g) Belajar sering dihadapkan kepada masalah dan kesulitan yang p erlu dipecahkan. h) Hasil belajar dapat ditransferkan ke dalam situasi lain. 2.1 .4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Proses Belajar Faktor-faktor yang mempengar uhi proses belajar menurut Sarlito Wirawan Sarwono (2000:45) adalah: 1. Waktu is tirahat : Khususnya kalau mempelajari sesuatu yang meliputi bahan yang banyak, p erlu disediakan waktu-waktu tertentu untuk beristirahat. Dalam waktu istirahat s ebaiknya tidak banyak kegiatan yang mengganggu pikiran sehingga bahan yang sudah dipelajari punya cukup kesempatan untuk mengedap dalam ingatan. 2. Pengetahuan tentang materi yang dipelajari secara menyeluruh : Dalam mempelajari sesuatu ada lah lebih baik kalau pertama-tama kita pelajari dulu materi atau bahan yang ada secara keseluruhan dan baru setelah itu dipelajari dengan lebih seksama bagian-b agiannya. Tetapi untuk dapat melakukan hal ini, diperlukan taraf kecerdasan yang relatif tinggi. Makin rumit persoalannya, makin sukarlah ditangkap materinya se bagai keseluruhan. Karena itu kalau

memang seseorang kurang mampu, lebih baik ia mempelajari terlebih dahulu detaildetailnya, dan baru kemudian menyatukannya ke dalam suatu keseluruhan. 3. Penger tian terhadap materi yang dipelajari : Kalau kita mempelajari sesuatu, maka kita harus mengerti apa yang kita pelajari itu. Tanpa pengertian, maka usaha belajar kita akan menemui banyak kesulitan. Misalnya, dua orang disuruh menghafalkan sa jak bahasa inggris. Orang yang pertama mengerti bahasa inggris, sedangkan orang yang kedua tidak dapat berbahasa inggris maka bahan yang sama akan dihafalkan ja uh lebih cepat oleh orang yang pertama. 4. Pengetahuan akan prestasi sendiri : K alau tiap kali kita dapat mengetahui hasil prestasi kita sendiri, yaitu mengetah ui mana perbuatan-perbuatan kita yang salah, maka akan lebih mudah kita memperba iki kesalahan-kesalahan itu daripada kalau kita harus meraba-raba terus. Dengan demikian pengetahuan akan prestasi sendiri atau umpan balik akan mempercepat kit a dalam mempelajari sesuatu. 5. Transfer : Pengetahuan kita mengenai hal-hal yan g pernah kita pelajari sebelumnya, kadang-kadang mempengaruhi juga proses belaja r yang sedang kita lakukan sekarang. Pengaruh ini disebut transfer. Transfer dap at bersifat positif, yaitu kalau hal yang lalu mempermudah proses belajar yang s ekarang, atau dapat juga bersifat negatif, yaitu kalau hal yang lalu justru memp ersukar proses belajar yang sekarang. 2.1.4.4 Kategori Belajar

Menurut Oemar Hamalik (2002:47) kategori belajar adalah : 1. Belajar ketrampilan sensorimotor adalah tindakan-tindakan yang bersifat otomatis sehingga kegiatankegiatan lain yang telah dipelajari dapat dilaksanakan secara simultan tanpa sal ing mengganggu. Contohnya berjalan, mengendarai sepeda, menari. 2. Belajar Asosi asi dimana urutan kata-kata tertentu berhubungan sedemikian rupa terhadap objekobjek, konsep-konsep, atau situasi sehingga bila kita menyebut yang satu cenderu ng untuk ingat kepada yang lain. Misalnya : ayah berasosiasi dengan ibu, kursi d engan meja. 3. Belajar ketrampilan Pengamatan Motoris yaitu menggabungkan belaja r sensorimotor dengan belajar asosiasi. Sebagai contoh ialah mengetik dimana jar i yang sama digunakan secara tetap untuk mengetik huruf tertentu, tetapi urutan huruf dan jaraknya bergantung pada apa yang sedang diketik. 4. Belajar Konseptua l adalah gambaran mental secara umum dan abstrak tentang situasi-situasi atau ko ndisi-kondisi. Contoh konsep adalah demokrasi. 5. Belajar tentang cita-cita dan Sikap Belajar tentang cita-cita dan sikap sedang diteliti dengan penuh perhatian . Suatu masalah dunia yang besar adalah sulitnya orang-orang dari kebudayaan yan g berbeda memiliki saling pengertian antara yang satu dengan yang lainnya. Masal ah sikap antara lain berhubungan dengan masalah senang dan tidak senang yang bia sanya berhubungan dengan kontak-kontak pertama dengan orang atau objek tertentu dalam situasi yang menyenangkan. Apabila kontak pertama menyenangkan, maka respo nsnya menyenangi, menerima, dan berusaha untuk

mengadakan kontak lebih lama. Alasan mengapa ada kesenangan atau ketidaksenangan didalam masyarakat ialah setiap masyarakat cenderung untuk menciptakan suasana emosional di sekitar situasi-situasi tertentu. 6. Belajar Memecahkan Masalah Pem ecahan masalah dipandang oleh beberapa ahli sebagai tipe yang tertinggi dari bel ajar karena respons tidak bergantung pada kemampuan manipulasi ide-ide yang abst rak, menggunakan aspek-aspek dan perubahan-perubahan dari belajar terdahulu, mel ihat perbedaan-perbedaan yang kecil dan memproyeksikan diri sendiri ke masa yang akan datang. Pemecahan masalah membutuhkan kreasi dan bukan pengulangan, dari r espons-respons apabila situasi yang timbul sedemikian kompleknya sehingga inisia tif dan sintesis mental diperlukan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi itu. 2.1.4.5 Aktivitas-Aktivitas Belajar Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002:38) ak tivitas-aktivitas dalam belajar adalah: 1) Mendengarkan Mendengarkan adalah sala h satu aktivitas belajar. Setiap orang yang belajar di sekolah pasti ada aktivit as mendengarkan. Ketika seorang guru menggunakan metode ceramah, maka setiap sis wa atau mahasiswa diharuskan mendengarkan apa yang guru (dosen) sampaikan. Menja di pendengar yang baik dituntut dari mereka. Di sela-sela ceramah itu, ada aktiv itas mencatat hal-hal yang dianggap penting. 2) Memandang

Memandang adalah mengarahkan penglihatan ke suatu objek. Aktivitas memandang ber hubungan erat dengan mata. Karena dalam memandang itu matalah yang memegang pera nan penting. Tanpa mata tidak mungkin terjadi aktivitas memandang dapat dilakuka n. Orang buta pasti tidak dapat melihat. Maka dia tidak bisa memandang sesuatu y ang menjadi kebutuhannya. 3) Meraba, Membau, dan Mencicipi atau Mengecap Aktivit as meraba, membau, dan mengecap adalah indra manusia yang dapat dijadikan sebaga i alat untuk kepentingan belajar. Artinya aktivitas meraba, membau, dan mengecap dapat memberikan kesempatan bagi seseorang untuk belajar. Tentu saja aktivitas harus disadari oleh suatu tujuan. Dengan demikian, aktivitas-aktivitas meraba, m embau, mengecap dapat dikatakan belajar, apabila semua aktivitas itu didorong ol eh kebutuhan, motivasi untuk mencapai tujuan dengan menggunakan situasi tertentu untuk memperoleh perubahan tingkah laku. 4) Menulis atau Mencatat Menulis atau mencatat merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari aktivitas belajar. Dalam pendidikan tradisional kegiatan mencatat merupakan aktivitas yang sering dilaku kan. Walaupun pada waktu tertentu seseorang harus mendengarkan isi ceramah, namu n dia tidak bisa mengabaikan masalah mencatat hal-hal yang dianggap penting. Set iap orang mempunyai cara tertentu dalam mencatat pelajaran. Demikian juga dalam hal memilih pokok-pokok pikiran yang dianggap penting. Hal ini disebabkan ilmu p engetahuan yang seseorang miliki berbedabeda, sehingga berbeda pula dalam menila i bahan yang dicatat. 5) Membaca

Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan selama belajar d i sekolah atau di perguruan tinggi. Membaca di sini tidak mesti menbaca buku bel aka, tetapi juga membaca majalah, koran, tabloid, jurnal-jurnal hasil penelitian , catatan hasil belajar atau kuliah, dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan kebutuhan studi. 6) Membuat Ikhtisar atau Ringkasan dan Menggarisbawahi Banyak orang yang merasa terbantu dalam belajarnya karena menggunakan ikhtisar-ikhtisar materi yang dibuatnya. Ikhtisar atau ringkasan ini memang dapat membantu dalam hal mengingat atau mencari kembali materi dalam buku untuk masa-masa yang akan d atang. Untuk keperluan belajar yang intensif, bagaimanapun juga hanya membuat ik htisar adalah belum cukup. Sementara membaca, pada hal-hal yang penting perlu di beri garis bawah. Hal ini sangat membantu dalam usaha menemukan kembali materi i tu dikemudian hari, bila diperlukan. 7) Mengamati Tabel-Tabel, Diagram-Diagram d an Bagan-Bagan Dalam buku ataupun di lingkungan lain sering dijumpai tabel-tabel , diagram, ataupun bagan-bagan. Materi non verbal semacam ini sangat berguna bag i seseorang dalam mempelajari materi yang relevan. Demikian pula gambargambar, p eta-peta, dan lain-lain dapat menjadi bahan ilustratif yang membantu pemahaman s eseorang tentang sesuatu hal. 8) Menyusun Paper atau Kertas Kerja Bila pembicara an ini memasalahkan penyusunan paper, maka hal ini berhubungan erat dengan masal ah tulis menulis. Penulisan yang baik sesuai dengan prosedur

ilmiah dituntut dalam penulisan paper ini. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar menurut ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) dituntut, seh ingga menghasilkan karya tulis yang bermutu tinggi. 9) Mengingat Mengingat merup akan gejala psikologis. Untuk mengetahui bahwa seseorang sedang mengingat sesuat u, dapat dilihat dari sikap dan perbuatannya. Perbuatan mengingat dilakukan bila seseorang sedang mengingat-ingat kesan yang telah dipunyai. 10) Berpikir Berpik ir adalah termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir orang memperoleh penemuan baru, setidaknya orang menjadi tahu tentang hubungan antar sesuatu, Berpikir buk anlah sembarangan berpikir, tetapi ada taraf tertentu, dari taraf berpikir yang rendah sampai taraf berpikir yang tinggi. 11) Latihan atau Praktek Learning by doing adalah konsep belajar yang menghendaki adanya pernyatuan usah a mendapatkan kesan-kesan dengan cara berbuat. Belajar sambil berbuat dalam hal ini termasuk latihan. Latihan termasuk cara yang baik untuk memperkuat ingatan. Misalnya, seseorang yang mempelajari rumus matematika atau rumus Bahasa Inggris. Kemungkinan besar rumus-rumus itu akan mudah terlupakan bila tidak didukung den gan latihan. Disinilah diperlukan latihan sebanyak-banyaknya. Dengan banyak lati han kesan-kesan yang diterima lebih fungsional. Dengan demikian, aktivitas latih an dapat mendukung belajar yang optimal.

2.1.5 Prestasi Belajar 2.1.5.1 Pengertian Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampil an yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990:56). Prestasi Belajar menurut Winkel merupakan taraf hasil belajar yang di tunjukkan seseorang setelah mendapatkan pendidikan atau latihan (Sri Triati, 200 3). 2.1.5.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar Berhasil atau tidak nya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor. Faktor tersebut dapat be rasal dari dalam diri orang yang belajar maupun dari luar dirinya (M. Dalyono, 1 997:55). Faktor internal (yang berasal dari dalam diri) 1. Kesehatan Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kema mpuan belajar. Bila seseorang selalu tidak sehat, sakit kepala, demam pilek, bat uk dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar. 2. Inteligensi dan Bakat I nteligensi adalah kemampuan untuk berfikir secara abstrak dan kesiapan untuk bel ajar dari pengalaman (Saifuddin Azwar,1996:7).

Inteligensi dan bakat merupakan aspek kejiwaan (psikis) yang besar sekali pengar uhnya terhadap kemampuan belajar. Seseorang yang mempunyai inteligensi baik umum nya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik dan sebaliknya. Bakat juga mem pengaruhi dalam menentukan keberhasilan belajar. Menurut Thorndike Inteligensi a dalah kemampuan melakukan respons-respons yang baik dan diperlihatkan dengan kec akapannya untuk berhubungan secara afektif dengan situasi-situasi yang baru. Den gan adanya beragam-ragam situasi maka terdapat pula keragaman pola-pola intelige nsi seperti situasi yang abstrak, situasi mekanisme, dan situasi social (Oemar H amalik, 2002:89). Menurut panitia istilah Padagogik yang mengangkat pendapat Ste rn, yang dimaksud dengan inteligensi adalah daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan menggunakan alatalat berpikir menur ut tujuannya (Bimo Walgito, 2004:192). Fungsi inteligensi adalah kemampuan-kemam puan untuk belajar didalam situasi-situasi yang beraneka ragam, memahami dan mem bandingkan fakta-fakta yang luas, halus dan abstrak dengan cepat dan tepat, memu satkan proses-proses mental terhadap masalah-masalah dan menunjukkan fleksibilit as dan kecerdikan dalam upaya mencari cara-cara penyelesaian (Oemar Hamalik, 200 2 : 89).

Inteligensi dapat diukur dengan tes inteligensi, yang dapat diselenggarakan seca ra klasial (kelompok) atau individual. Contoh tes inteligensi individual adalah WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale) untuk dewasa, WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children ) untuk anak disamping Tes Binet Simon (Bimo Walgito, 2004:199). Adapun tes Inte ligensi yang dapat diselenggarakan secara klasikal, misalnya tes SPM. Test inteligensi dapat dilaku kan dengan beberapa cara salah satunya dengan Standard Progressive Matrices (SPM ) yaitu merupakan tes yang bersifat nonverbal, artinya materi soal-soalnya diber ikan tidak dalam bentuk tulisan ataupun bacaan melainkan dalam bentuk gambar-gam bar. Penyusunan SPM didasari oleh konsep inteligensi Spearman, yaitu konsepsinya mengenai edukasi hubungan dan edukasi korelasi. Tes SPM terdiri atas 60 buah so al yang berupa gambar-gambar (Saifuddin Azwar,1996:119). Inteligensi dianggap be rhubungan langsung dengan prestasi belajar, karena inteligensi merupakan bekal k emampuan untuk belajar. Salah satu penelitian tentang adanya hubungan antara tin gkat Inteligensi dengan Prestasi Belajar yang dilakukan oleh Tri Ratna M (1975). 3. Minat dan motivasi Minat dan bakat merupakan aspek kejiwaan (psikis). Minat dapat terjadi karena daya tarik dari luar dan juga datang dari

sanubari. Sedangkan motivasi adalah daya penggerak atau pendorong untuk melakuka n sesuatu pekerjaan. Kuat lemahnya motivasi belajar seserang turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Motivasi adalah suatu perubahan energi didalam pribadi ses eorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan ( Oemar Hamalik, 2002 : 173). Motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaru hi serta mengubah kelakuan sehingga fungsi motivasi (Oemar Hamalik, 2002:175) ad alah - Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi tidak a kan timbul perbuatan seperti belajar. - Sebagai pengarah, artinya mengarahkan pe rbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan. - Sebagai penggerak. Ia berfun gsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan. Didalam penelitian ini minat dan motivasi tidak dipe rhitungkan karena subjek penelitian (siswi) belajar disekolah Umum (SMP), dimana prestasi belajarnya tidak dipengaruhi oleh minat-minat terhadap bidang-bidang t ertentu. 4. Cara belajar Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian has il belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor

fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan, akan memperoleh hasil yang kurang me muaskan. Cara belajar yang baik harus ada istirahat untuk memberikan kesempatan kepada mata, otak serta organ tubuh lainnya untuk memperoleh tenaga kembali. Fak tor eksternal (yang berasal dari luar diri) 1. Keluarga Faktor orang tua sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidika n orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup kurang perhatian dan bimbingan or ang tua, rukun atau tidaknya kedua orang tua, semuanya itu turut mempengaruhi pe rcapaian hasil belajar. Disamping itu, faktor keadaan rumah tangga turut mempeng aruhi keberhasilan belajar. Besar kecilnya rumah tinggal, ada atau tidak peralat an belajar, semuanya itu juga mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang. Dalam penelitian ini pengaruh faktor keluarga atau orang tua dianggap terkendali kare na pada umumnya orang tua mereka berpendidikan SMU dan tergolong ekonomi menenga h. 2. Sekolah Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasila n belajar, kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas atau perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid per

kelas, pelaksanaan tata tertib, semua itu turut mempengaruhi keberhasilan belaja r anak. Karena subjek penelitian berada dalam satu sekolah maka faktor ini diang gap terkendali. 3. Masyarakat Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belaja r. Bila disekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orangorang y ang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralny a baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat belajar. Tetapi sebaliknya, apabi la tinggal di lingkungan banyak anak-anak yang nakal, tidak bersekolah dan penga ngguran, hal ini akan mengurangi semangat belajar atau dapat dikatakan tidak men unjang sehingga motivasi belajar berkurang. Pada umumnya subjek penelitian tingg al disekitar sekolah yang suasana lingkungan sosialnya kurang lebih sama. 4. Lin gkungan sekitar Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat penting dalam mem pengaruhi prestasi belajar. Keadaan lingkungan, bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, iklim dan sebagainya. Misalnya bila keadaan bangunan rumah penduduk sangat rapat, akan mengganggu belajar. Tempat yang sepi dengan iklim y ang sejuk, ini akan menunjang proses belajar.

Pada umumnya subjek penelitian tinggal disekitar sekolah yang suasana lingkungan fisik yang sama. 2.1.5.3 Bentuk-Bentuk Tes Untuk Prestasi Belajar 2.1.5.3.1 Tes Subjektif Tes subjektif yang pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk e sai adalah sejenis tes kemampuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata seperti; uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2003:162). Kebaikankebaikannya : 1. Mudah disiapkan dan disusun. 2. Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan. 3. Mendorong siswa untuk berani mengem ukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat yang bagus. 4. Memberi kesem patan pada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sen diri. 5. Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang ditesk an. Keburukan-keburukannya : 1. Kadar validitas dan realibilitas rendah karena s ukar diketahui segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah diku asai. 2. Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran y ang akan dites karena soalnya hanya beberapa saja. 3. Cara memeriksanya banyak d ipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif.

4. Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih ba nyak dari penilai. 5. Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kep ada orang lain. 2.1.5.3.2 Tes Objektif Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objekti f. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentu k esai (Suharsimi Arikunto, 2003:164). Dalam penggunaan tes objektif ini jumlah soal yang disajikan jauh lebih banyak daripada tes esai. Kadang-kadang untuk tes yang berlangsung selama 60 menit dapat diberikan 30 40 buah soal. Kebaikan-keba ikannya : 1. Mengandung lebih banyak segi-segi yang positif, misalnya lebih repr esentatif mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat dihindari campur ta ngannya unsur-unsur subjektif baik dari segi siswa maupun segi guru yang memerik sa. 2. Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci te s bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi. 3. Pemeriksaannya dapat diserahkan orang lain. 4. Dalam pemeriksaan, tidak ada unsur objektif yang mempengaruhi. Kelemahan-kelemahannya : 1. Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit daripad a tes esai karena soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-ke lemahan yang lain.

2. Soal soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan kembal i saja, dan sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi. 3. Banyak kesempatan untuk main untung-untungan. 4. Kerja sama antar siswa pada waktu mengerjakan soa l tes lebih terbuka. 2.2 Kerangka Berfikir - Penyakit kronik, perdarahan kronis, menstruasi - Kebutuh an konsumsi zat meningkat - Asupan dan serapan zat besi tidak adekuat

Kadar Hemoglobin Menurun Anemia Prestasi Belajar Kesehatan Faktor Internal - Keluarga - Sekolah - Masyarakat - Lingkungan sekitar Gambar 3 Faktor Eksternal - Inteligensi dan Bakat - Minat dan Motivasi - Cara Belajar Kerangka Berfikir 2.3 Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ada hubu ngan antara kadar hemoglobin dengan prestasi belajar siswi SMP Negeri 25 Semaran g. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Populasi Penelitian Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:79). Populasi pada penelitian ini adal ah siswi SMP Negeri 25 Semarang sebanyak 347 orang. 3.2 Sampel Sampel adalah seb agian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili se luruh populasi (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:79). Sampel dalam penelitian ini seba nyak 48 orang. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan dalam pengambilan samp el adalah non random sampling dengan teknik sampling purposive. Sampling purposive adalah pengambilan sampel yang did asarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berd asarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:88). Adapun pertimbangan tertentunya adalah : 1. Responden ti dak menderita penyakit kronik dan perdarahan kronis, juga tidak sedang menstruas i. 2. Responden dalam keadaan sehat ( demam, pilek, batuk, sakit kepala). 3. Res ponden mempunyai tingkat inteligensi atas dasar hasil tes Standard Progressive M atrices (SPM) yang bernilai 5,6,7 (rata-rata normal). 4. Responden berada dalam satu sekolah yaitu SMP Negeri 25 Semarang. 5. Responden tinggal di sekitar sekol ah yang suasana lingkungan sosial dan fisik yang kurang lebih sama. 3.3 Variabel

Variabel merupakan gajala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati (Sugiyono,20 02:2). Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berub ahnya variabel dependen (variabel terikat), sedangkan variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono,2002:3). Kerangka Konsep Variabel Bebas Kadar Hemoglobin Variabel Ter ikat Prestasi Belajar V Bakat, Minat dan ariabel Penganggu Motivasi, Cara belajar Inteligensi, kesehatan, menstruasi, penyakit kronik, perdarahan kronis, keluarga , sekolah, masyarakat, lingkungan sekitar. Gambar 4 Kerangka Konsep Keterangan -------------- = dikendalikan = tidak diteliti

3.4 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survei analitik. Bent uk pelaksanaan penelitian adalah dengan survei menggunakan pendekatan Cross Sect ional dimana data yang menyangkut variabel dependen dan independen akan dikumpul kan dalam waktu bersama dan secara langsung (Soekidjo Notoatmodjo, 2002 : 26). 3 .5 Instrumen Penelitian 3.5.1 Pengukuran kadar hemoglobin dengan metode Cyanmeth emoglobin. Nilai normal kadar hemoglobin untuk putri yaitu 12 gram %. 3.5.2 Tes Inteligensi dengan Standard Progressive Matrices (SPM) yaitu merupakan tes yang bersifat nonverbal, artinya materi soal-soalnya diberikan tidak dalam bentuk tul isan ataupun bacaan melainkan dalam bentuk gambargambar. 3.6 Teknik Pengambilan Data Data Primer Data yang diperoleh dengan pemeriksaan kadar hemoglobin dengan cara Cyanmethemoglobin, test inteligensi dengan Standard Progressive Matrices (S PM) dan observasi. 3.6.2 Data Sekunder Data yang diperoleh dengan melihat nilai 4 mata pelajaran semester satu pada rap ot. 3.7 Prosedur Penelitian 1. 2. Penyusunan Proposal Pengajuan proposal kepada Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II

3. Pengesahan proposal penelitian dan pemberian surat ijin penelitian dari Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat. 4. 5. Menghubungi Kepala Sekolah SMP Negeri 25 Semarang untuk ijin penelitian Menghubu ngi Kepala Laboratorium Prima untuk pengambilan darah dan pemeriksaan kadar hemo globin siswi. 6. Pengurusan Surat Ijin Penelitian di Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masya rakat Pemerintah Kota Semarang, Dinas Pendidikan Kota Semarang 7. Memberikan Surat Ijin Penelitian kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 25 Semarang un tuk ijin melakukan penelitian 8. 9. Penentuan sampel dengan test inteligensi Penelitian (Mei Juli 2005) 10. Penyusunan Skripsi dan Pengolahan Data 3.8 Faktor-faktor yang mempengaruhi P enelitian Dalam penelitian terdapat faktor-faktor yang berpengaruh. Faktor terse but yaitu saat diambil darah untuk diperiksa kadar hemoglobinnya siswi sedang me nstruasi, sedang sakit dan belum sarapan pagi. 3.9 Analisis Data : 3.9.1 Analisi s Univariate Analisis Univariate yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasi l penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini menghasilkan distribusi dan persen tase dari tiap variabel (Soekidjo Notoatmodjo, 2002 : 188). 3.9.2 Analisis Bivariate

Analisis Bivariate yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Soekidjo Notoatmodjo, 2002 : 188). Dalam penelitian ini analis is yang digunakan korelasi Spearman Rank yaitu sumber data untuk kedua variabel yang akan dikonversikan dapat berasal dari sumber yang tidak sama, jenis data ya ng dikorelasikan adalah ordinal (Sugiyono, 2002:228). Analisis data dilakukan de ngan bantuan komputer. Rumus Korelasi Spearman Rank , yaitu = 1 N ( N 1) 6 D 2 Keterangan : = koefisien korelasi Spearman Rank D = beda atau selisih antara jen jang setiap subjek N = jumlah responden (Suharsimi Arikunto, 1998:262)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Diskripsi Data Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik dokumentasi untuk memperoleh data rata-rata prestasi belajar dan teknik test ka dar hemoglobin dengan cara cyanmethemoglobin untuk memperoleh data kadar hemoglo bin darah. Setelah dilakukan pengumpulan data, diperoleh diskripsi data sebagai berikut: 4.1.1 Kadar Hemoglobin Berdasarkan hasil pengumpulan data pada variabel kadar hemoglobin, diketahui bahwa dari 48 anggota sampel, kadar hemoglobin tert inggi adalah 14,25 gram % dan kadar hemoglobin terendah adalah 9 gram %. Rata-ra ta kadar hemoglobin darah responden adalah sekitar 12,2746 gram % dan standar de viasi 0,94122.(Perhitungan dengan bantuan komputer pada lampiran 5). 4.1.2 Prest asi Belajar Berdasarkan hasil pengumpulan data pada variabel prestasi belajar, d iketahui bahwa dari 48 anggota sampel, nilai tertinggi yang diperoleh siswi adal ah 30,90 dan nilai terendah adalah 21. Setelah dilakukan perhitungan, diketahui bahwa rata-rata prestasi belajar responden adalah 24,9896 dan standar deviasi 2, 20582. (Perhitungan dengan bantuan komputer pada lampiran 5). 4.2 Penyajian Data Hasil Penelitian

Penyajian data dari hasil penelitian dimaksudkan untuk memperoleh gambaran secar a nyata tentang variabel-variabel yang diteliti dari seluruh responden. Dalam pe nyajian data ini akan diungkap tentang gambaran kadar hemoglobin darah seluruh s ampel penelitian, serta tingkat prestasi belajar yang dicapai oleh seluruh anggo ta sampel. Penyajian data dilakukan dengan menggunakan penentuan nilai tertinggi , nilai terendah, rata-rata (mean), frekuensi serta prosentase dari masing-masin g data. Berikut ini adalah uraian penyajian data untuk kedua variabel penelitian , yaitu kadar hemoglobin dan prestasi belajar. 4.2.1 Kadar Hemoglobin Berdasarka n data hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 48 responden, dapat diketa hui bahwa kadar hemoglobin yang terendah adalah 9,00 gram %, sedangkan kadar hem oglobin tertinggi yang terdata adalah 14,25 gram %. Berdasarkan norma penentuan kadar hemoglobin normal untuk remaja putri sebesar 12 gram %, dapat disusun tabu lasi sebagai berikut: Tabel 4 Tabulasi Kadar Hemoglobin Responden Kriteria Normal Anemia Jumlah Frekuensi 35 1 3 48 Presentase (dalam %) 73 % 27 % 100 % Apabila digambarkan dalam bentuk grafik, akan diperoleh visualisasi grafik sebag ai berikut:

Gambar 5 Kadar Hemoblobin Responden Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat d iketahui bahwa dari seluruh responden (sejumlah 48 siswi), sebanyak 35 orang (73 %) mempunyai kadar hemoglobin pada taraf normal, sedangkan 13 orang (27%) lainny a diketahui mempunyai gejala anemia, yang ditunjukkan dari kadar hemoglobin dara h mereka yang berada di bawah 12 gram %. Rata-rata kadar hemoglobin siswi SMP Ne geri 25 yang menjadi anggota sampel penelitian adalah 12,27 gram %. Dengan demik ian dapat dikatakan bahwa rata-rata kadar hemoglobin siswi SMP Negeri 25 Semaran g adalah normal. Kondisi ini merupakan salah satu modal kesehatan yang utama bag i para siswa, dikaitkan dengan kesanggupan belajarnya untuk mencapai prestasi be lajar yang lebih tinggi. 4.2.2 Prestasi Belajar Prestasi belajar siswi SMP Neger i 25 Semarang yang dijadikan sebagai data dalam penelitian ini diperoleh dari ra ta-rata nilai ulangan dari mata pelajaran

matematika, IPA, IPS dan Bahasa Inggris. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, dapat diketahui bahwa nilai prestasi belajar terendah yang dicapai o leh responden adalah 21 dan nilai tertinggi adalah 30,90. Penyajian data untuk v ariabel prestasi belajar siswi akan diuraikan berikut ini dalam bentuk daftar di stribusi frekuensi. Langkah-langkah yang dilakukan adalah : a. Menentukan skor t ertinggi = 30,90 b. Menentukan skor terendah = 21 c. Menentukan rentang skor = s kor tertinggi skor terendah = 30,90 21 = 9,90 d. Menentukan jumlah kategori = 3 (Tinggi, Sedang, Rendah) e. Menentukan panjang interval = rentang skor : jumlah kategori = 9,90 : 3 = 3,3 f. Membuat tabel distribusi frekuensi Tabel 5 Distribu si Frekuensi Skor Prestasi Belajar Skor 21,0 24,2 24,3 27,5 27,6 30,9 Jumlah Kat egori Rendah Sedang Tinggi Frekuensi 20 24 4 48 Presentase (dalam %) 41,67 % 50 % 8,33 % 100% Apabila digambarkan dalam bentuk grafik, akan diperoleh visualisasi grafik sebag ai berikut:

Gambar 6 Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat diketahui bahwa dari seluruh responden (sejumlah 48 siswi), seban yak 4 orang (8,33%) mempunyai nilai prestasi belajar pada kategori tinggi, 24 or ang (50%) mempunyai nilai prestasi belajar pada kategori sedang dan 20 orang (41 ,67%) mempunyai nilai prestasi belajar pada kategori rendah. Rata-rata nilai pre stasi belajar siswi SMP Negeri 25 Semarang yang menjadi anggota sampel penelitia n adalah 24,9896. Rata-rata nilai prestasi belajar tersebut dibagi 4 mata pelaja ran akan menghasilkan angka 6,25. Apabila menggunakan angka acuan ketuntasan bel ajar, maka dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata responden masih di bawah targ et ketuntasan belajar yaitu 6,50. 4.3 Analisis Pengujian Hipotesis Analisis pada tahap ini dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian yang telah disusun. Tek nik yang digunakan adalah dengan menggunakan korelasi Spearman Rank. Dengan meng gunakan teknik tersebut akan diperoleh nilai

koefisien korelasi. Nilai tersebut bila di atas 0,5 menunjukkan korelasi yang ku at, sedang di bawah 0,5 menunjukkan korelasi lemah. Tanda korelasi juga berpenga ruh pada penafsiran hasil. Tanda (negatif) pada output menunjukkan adanya arah y ang berlawanan dan tanda + (positif) menunjukkan arah yang sama. Untuk signifika nsinya jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima dan jika probabilitas < 0,05 ma ka Ho ditolak (Singgih Santoso, 2004:299). Hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan program SPSS 11.0. Hasil tersebut apabila di buat dalam bentuk tabel men unjukkan hasil sebagai berikut: Tabel 6 Koefisiensi Korelasi Spearman Rank Varia bel Koefisien korelasi Probabilitas Signifikansi Kadar Hemoglobin Prestasi Belaj ar 0,329 0,329 0,023 0,023 Tabel diatas menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi 0,05 kolerasi variabel ka dar hemoglobin dengan prestasi belajar di dapat angka probabilitas 0,023. Oleh k arena angka tersebut di bawah 0,05, maka Ho di tolak dan Ha di terima, artinya a da hubungan antara kadar hemoglobin dengan prestasi belajar siswi SMP Negeri 25 Semarang. Besarnya koefisien korelasi antara variabel adalah +0,329. Tanda + menun jukkan bahwa semakin tinggi kadar hemoglobin (dalam batas normal) maka semakin t inggi prestasi belajar. Demikian sebaliknya, semakin rendah kadar hemoglobin, se makin rendah prestasi belajar. Koefisien

korelasi +0,329 menunjukkan kurang kuatnya korelasi antara kadar hemoglobin deng an prestasi belajar (di bawah 0,5). 4.4 Pembahasan Berdasarkan penelitian didapa tkan hasil bahwa ada hubungan antara kadar hemoglobin dengan prestasi belajar si swi SMP Negeri 25 Semarang.Adanya hubungan signifikan ini didapatkan dari hasil pemeriksaan kadar hemoglobin dengan menggunakan cara cyanmethemoglobin dan melal ui data sekunder berupa dokumentasi. Melalui hasil pemeriksaan kadar hemoglobin dengan metode cyanmethemoglobin yang dilakukan terhadap 48 siswi SMP Negeri 25 S emarang didapatkan bahwa 73% responden mempunyai kadar hemoglobin yang normal ya itu sekitar 12 gram %. Kondisi ini merupakan kondisi yang cukup menguntungkan ba gi proses pembelajaran yang ada di sekolah. Dengan kadar hemoglobin yang cenderu ng normal, maka siswi mempunyai modal kesehatan yang cukup baik untuk dapat mela ksanakan proses pembelajaran. Hal ini dapat dipahami karena apabila seseorang me mpunyai kadar hemoglobin yang normal, maka dia mempunyai ketahanan atau kemampua n untuk berkonsentrasi dengan lebih baik. Namun demikian, dari hasil penelitian menunjukkan masih ada sekitar 27% responden yang mempunyai kadar hemoglobin yang termasuk dalam kategori anemia. Apabila kondisi seperti ini terus berlangsung, maka mereka akan mengalami hambatan untuk melaksanakan proses belajar dan mengaj ar yang baik, karena kesehatan mereka akan cenderung mengganggu. Kondisi ini hen daknya mendapatkan perhatian serius dari keluarga dan sekolah. Pihak sekolah hen daknya

berusaha untuk menanamkan pengertian dan pengetahuan kepada siswi dan keluargany a, untuk selalu mengkonsumsi makanan yang dapat meningkatkan kadar hemoglobin da rah. Melalui data sekunder berupa dokumentasi nilai siswi (48 responden) diperol eh keterangan bahwa rata-rata nilai prestasi belajar siswi (yang diperoleh dari empat mata pelajaran: matematika, IPA, IPS dan Bahasa Inggris) menunjukkan ratarata 6,25. Apabila menggunakan acuan ketuntasan belajar, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai responden masih di bawah target ketuntasan belajar sebesar 6,50. Hal ini hendaknya menjadi catatan khusus bagi sekolah dan guru, untuk dap at menyusun program akademik yang lebih baik. Apabila dikaitkan dengan bidang pe nelitian ini, yaitu berkaitan dengan kadar hemoglobin darah responden, kondisi i ni dapat dimaklumi, karena masih cukup banyak responden yang mengalami anemia (s ebanyak 27%). Hasil analisis korelasi dengan menggunakan teknik korelasi Spearma n Rank menunjukkan bahwa ada hubungan antara kadar hemoglobin dengan prestasi be lajar siswi SMP Negeri 25 Semarang. Siswi yang kadar hemoglobinnya tinggi (dalam batas normal), prestasi belajarnya lebih tinggi dari siswi yang kadar hemoglobi nnya lebih rendah. Hasil tersebut dapat dipakai sebagai tambahan masukan dalam m encari penyebab rendahnya atau menurun prestasi belajar seorang siswi. Bila seor ang siswi mempunyai prestasi belajar rendah, padahal hasil tes inteligensinya no rmal, maka dapat dilihat apakah siswi tersebut menunjukkan gejala anemia, antara lain: lemah, lesu, mudah mengantuk, nafas pendek. Bila seorang siswi menunjukka n gejala anemia maka cara mengatasinya

adalah dengan meminum vitamin penambah darah. Bila hasil tes inteligensinya norm al, dan tidak terlihat adanya gejala anemia, maka dapat ditelusuri penyebabpenye bab lainnya, mungkin ada masalah didalam keluarganya atau dalam pergaulan dengan teman-temannya, atau gangguan yang lain. Gangguan diatas belum diselidiki dalam penelitian ini. 4.5 Keterbatasan Penelitian Penelitian yang telah dilaksanakan ini memperoleh simpulan adanya hubungan antara kadar hemoglobin darah dengan pre stasi belajar siswi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi sepe rti tercantum dalam bab III skripsi ini, namun demikian peneliti mengakui masih terdapat beberapa keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian. Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain 1. Hubungan antara kadar hemoglobin dengan prestasi b elajar sebetulnya tidak langsung yaitu bila kadar hemoglobin rendah, anak kurang mampu berkonsentrasi dalam menerima pelajaran dan mencernannya, sehingga hasil belajarnya rendah. 2. Saat sampel diambil darah untuk di periksa kadar hemoglobi nnya memang siswi sedang tidak menstruasi, tetapi tidak diselidiki ketika mereka menjalani ulangan atau tes pelajaran, sedang menstruasi atau tidak.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan dijelaskan beberapa simpulan yang diperoleh dari hasil penelit ian serta saran yang dapat dikemukakan yang mendukung tujuan penelitian. 5.1. Si mpulan Berdasarkan analisis data menggunakan teknik korelasi Spearman Rank antar a variabel kadar hemoglobin dan prestasi belajar, pada taraf signifikansi 0,05 d iperoleh nilai probabilitas kurang dari 0,05, maka Ho ditolak yang artinya ada h ubungan antara kadar hemoglobin dengan prestasi belajar siswi. Hubungan yang ter jadi pada kedua variabel bersifat positif. Semakin tinggi kadar hemoglobin (dala m batas normal) maka prestasi belajar siswi pun semakin tinggi. Dan sebaliknya, semakin rendah kadar hemoglobin darah siswi maka prestasi belajar siswi pun sema kin rendah. Besarnya koefisien korelasi di bawah 0,5 yang menunjukkan bahwa kore lasi antara variabel kadar hemoglobin dan prestasi belajar kurang kuat. 5.2. Sar an Berdasarkan simpulan-simpulan yang telah diperoleh, dapat dikemukakan beberap a saran terkait dengan tujuan dan manfaat penelitian, antara lain: 1. Pihak seko lah dan guru hendaknya selalu memberi informasi tentang pentingnya kondisi keseh atan terutama dalam menjaga kadar hemoglobin

darah kepada siswi, karena dengan kadar hemoglobin yang prima akan membantu sisw i dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Usaha yang dapat ditempuh misalnya den gan sosialisasi melalui mata pelajaran Olah Raga dan Kesehatan, meningkatkan per an UKS, PMR sekolah dan membuat mading berupa poster, leaflet. 2. Siswa hendakny a selalu berusaha untuk menjaga kondisi kesehatannya sendiri, serta menjaga kada r hemoglobin darah dalam rangka memperlancar dan meningkatkan prestasi belajarny a. Langkah-langkah yang dapat dilakukan misalnya dengan mengkonsumsi makanan yan g sehat yang mengandung zat besi secara teratur, menghindari makanan-makanan yan g membahayakan kesehatan melalui mading berupa poster, artikel, leaflet dan petu gas dari puskesmas untuk penyuluhan. 3. Bagi orang tua siswi yang disampaikan me lalui pertemuan orang tua, hendaknya selalu mengontrol dan mengawasi pola konsum si dari putriputrinya, serta berusaha untuk menghidangkan menu makanan yang seim bang nilai gizinya, terutama makanan yang mengandung zat besi, sehingga putriput rinya tidak terkena anemia. 4. Bagi peneliti berikut yang akan melakukan penelit ian yang sama tetapi dengan menambah variabel, sebaiknya sampel diperbanyak dan pemeriksaan kadar hemoglobinnya tidak hanya sekali.

DAFTRA PUSTAKA Achmad Djaeni Sediaoetama. 2004. Ilmu Gizi untuk mahasiswa dan profesi jilid II. Jakarta : Dian Rakyat Arisman, MB. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : E GC Bimo Walgito. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Corwin, Eliza beth.J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Terjemahan Brahm U.Pendit. Jakarta : EGC Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakart a : Balai Pustaka DeMaeyer, E.M. 1995. Pencegahan dan Pengawasan Anemia Defisien si Besi. Terjemahan Arisman M.B. Jakarta : Widya Medika Emma S Wirakusumah. 1999 . Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi. Jakarta : PT Pustaka Pembangunan Swadaya Nu santara Ganong, William. F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Terjemahan Bra hm U.Pendit [et al]. Jakarta : EGC Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedok teran. Terjemahan Irawati Setiawan. Jakarta :EGC I Dewa Nyoman Supariasa, dkk. 2 001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC Indah Indriawati Herman. 2001. Hubunga n Anemia dengan Kebiasaan Makan, Pola Haid, Pengetahuan Tentang Anemia dan Statu s Gizi Remaja Putri di SMUN 1 Cibinong Kabupaten Bogor. Skripsi, Universitas Ind onesia Jakarta Isbister, James P dan Pittiglio, D.Harmening. 1999. Hematologi Kl inik. Terjemahan Ronardy, Devy H. Jakarta : Hipokrates Made Pidarta. 1997. Landa san Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta M. Dalyono. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta Mohammad Sadikin. 2002. Biokimia Darah. Jakarta : Widya Medika Oemar Hamalik. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo

Oktia Woro KH. 1999. Pratikum dan Ketrampilan Pendidikan Kesehatan. Semarang Pea rce, Evelyn C. 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Terjemahan Sri Yulia ni Handoyo. Jakarta : Gramedia Price, Sylvia.A dan Wilson. Lorraine.M. 1995. Pat ofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Terjemahan Peter Anugerah. Jaka rta : EGC Pusat Data dan Informasi Depkes. 2003. Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Propinsi Sehat dan Kabupaten/ Kota Sehat. Jakart a : Departemen Kesehatan R.I. R. Gandasoebrata. 2001. Penuntun Laboratorium Klin ik. Jakarta : Dian Rakyat Rusepno Hassan dan Husein Alatas. 2002. Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Infomedika Saifuddin Azwar. 1996. Pengantar Psiko logi Inteligensi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset Sarlito Wirawan Sarwono. 2 000. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta : Bulan Bintang Singgih Santoso. 2004. SP SS Versi 10 Mengolah Data Statisitik Secara Profesional. Jakarta : Gramedia Slam et Suyono, dkk. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI Soekidjo Not oatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta . 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta : Rineka Cipta Sri Tiat ri. 2003. Perbedaan Prestasi Belajar antara Mahasiswa yang bertipe kepribadian i ntrovert dan yang bertipe kepribadian ekstrovet. Skripsi,Universitas Tarumanagar a Suharsimi Arikunto. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksa ra . 1998. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta : Rineka Cipta

Sugiyono. 2002. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta Syaiful Bahri Dj amarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta Thompson, J.L. 1993. Pen genalan Kepada Teori Pelatihan. Terjemahan SDS. Jakarta : Program Pendidikan dan Sistem Sertifikasi Pelatihan Atletik PASI Tri Ratna Murti. 1975. Hubungan antar a Tingkat Inteligensi dengan Prestasi Belajar. Skripsi.Universitas Gajah Mada Yo gyakarta Winkel W.S. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta : Media Abadi

LAMPIRAN Lampiran 1 DAFTAR TEST INTELIGENSI SISWI

SMP NEGERI 25 SEMARANG NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 NO NILAI TEST INTELIGENSI 3 5 4 6 4 6 4 5 5 5 5 5 5 5 6 3 5 3 4 5 7 4 7 5 5 6 5 4 3 4 5 4 4 6 4 6 5 NILAI TEST INTELIGENSI

38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 4 3 3 6 7 7 7 5 7 7 7 5 6 7 7 5 7 6 4 7 6 4 6 6 7 4 6 4 6 6 6 3 7 Lampiran 2

DAFTAR KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMP NEGERI 25 SEMARANG NO RESPONDEN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 3 5 36 NO RESPONDEN KADAR KETERANGAN HB 13,70 NORMAL 12,38 NORMAL 12,08 NORMAL 13, 49 NORMAL 13,22 NORMAL 12,26 NORMAL 12,73 NORMAL 14,25 NORMAL 14,01 NORMAL 12,20 NORMAL 13,13 NORMAL 12,72 NORMAL 13,64 NORMAL 12,44 NORMAL 11,82 ANEMIA 12,45 N ORMAL 12,01 NORMAL 12,43 NORMAL 11,51 ANEMIA 11,26 ANEMIA 13,54 NORMAL 12,31 NOR MAL 12,70 NORMAL 12,15 NORMAL 11,74 ANEMIA 12,24 NORMAL 12,65 NORMAL 12,29 NORMA L 10,37 ANEMIA 11,38 ANEMIA 12,93 NORMAL 12,34 NORMAL 12,08 NORMAL 12,47 NORMAL 11,40 ANEMIA 10,95 ANEMIA KADAR KETERANGAN HB

37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 12,11 12,03 12,06 9,00 13,59 12,03 12,68 11,01 11,90 11,33 12,30 11,87 NORMAL NORMAL NORMAL ANEMIA NORMAL NORMAL NORMAL ANEMIA ANEMIA ANEMIA NORMAL ANE MIA

Lampiran 3 DAFTAR NILAI SISWI SMP 2 5,7 8,2 6 7,2 6,1 6,2 7 6,4 6,1 6,7 8 5,9 7,2 6,8 6,9 6,8 7,6 6,3 6,5 7,8 6 7 6,5 6,2 7,3 7,9 5,6 7 RIS 6 6,3 6,9 5,9 7,5 7,4 6,3 7,5 7 7 7

NEGERI 25 SEMARANG NILAI MATEMATIKA 6 5,5 6 6 8 7 5 7 5 8 7 7 7 6 7 7 6 7,3 7,4 7 6 6 6 6 7 6 4 7 5 5 4 7 7 6,4 7 7 6 6 5 5 6 6 6 6 6 6 5 7 6 7 7,8 6,3 7,2 6,1 6 7 7 6 5 6 5 6 6 5

IPA 5 7 7 6 6 7 5 6

IPS 6, 6 7,2 6 6 6 B.INGG 8 6 7

NO Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 2 6 27 28 29 30 JUMLAH NILAI 25,4 25,2 30,9 23,80 28,9 26,8 25,6 28,6 29,7 24,3 27,5 25,4 26 26 2 7 25 21 25 22 24 26 23 23 22 27 27 26 25 26 26

31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 5 6 6 5 6 5 6 5 6 6 7 6 6 6 6 7 6 6 5 6 5 6 6 6 6 5 6 5 6 5 6 5 5 7 6 7 6 6 6 6 5 6 6 6 5 6 6 6 6 5 7 6 7 6 6 6 6 7 6 5 7 6 6 6 8 7 5 6 6 7 7 7 22 24 23 24 23 22 25 22 23 23 27 24 23 22 24 27 26 26

Lampiran 4 DAFTAR NAMA RESPONDEN SISWI SMP NEGERI 25 SEMARANG NO NAMA KELAS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 SHERLY OCTAVIA BERTY SUHERMAN WINDAH PRAWITASARI MARGIYATUN SANDRA VIOLITA AULIA GARIN SETIALA INTI PAMUNGKAS SARI YUNITA CANCERIA ISWARANINGSIH ELISA YULIANI M EGA DESYANI RERE TUNJUNG SARI NUR AFIFAH JEVA ROSALINA SURYANI NORI PURBAYANTI N URAINI NUR AENI CHIKMATUN SILVIA FAMUNA SRI JUMARTI IASA KURNIASARI FRANSISKA DE WI EKAWATI YANGI AHERON SHINTA KUSUMA ASTUTI TRIANA SRIANINGSIH ZAKIYAH NUR LATI FAH FARA FATIMAH SAROFATIN SITI KAROMAH SRI LESTARI TRI UTAMI CITRA APRILIA KUS INDAH PURWANTI NUR FARIDA SUPRIATIN 1A 1B 1B 1C 1C 1D 1D 1D 1E 1E 1E 1F 2A 2A 2A 2A 2B 2B 2C 2D 2D 2E 2E 2F 3A 3A 3A 3A 3A 3B 3B 3B 3B

34 NO 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 SUSILOWATI NAMA 3B KELAS ANNISA AULYA FITRIA SIWI WIDIASTUTI UCI DARMA JUANDA SULISTIYO PRATIWI LESTARI W AHYUTI DYAH PRASETYOWATI MEI ITA SARI TRI YULIARTIKA EMY ZULAEKAH LUCKYTA SARI N URUL AINI RAYI AGUS BUDIARTI 3C 3C 3C 3C 3D 3D 3D 3D 3D 3E 3E 3E 3E 3E

Lampiran 5 Frequencies Statistics Kadar Hemoglobin 48 0 12.2746 .13585 12.2750 12.03a .94122 .88589 -.6 36 .343 2.304 .674 5.25 9.00 14.25 Prestasi Belajar 48 0 24.9896 .31838 25.0000 26.00 2.20582 4.86563 .421 .343 -.029 .674 9.90 21.00 30.90 N Mean Std. Error of Mean Median Mode Std. Deviation Variance Skewness Std. Erro r of Skewness Kurtosis Std. Error of Kurtosis Range Minimum Maximum Valid Missing a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Lampiran 6 Frequency Table Kadar Hemoglobin Cumulative Percent 2.1 4.2 6.3 8.3 10.4 12.5 14.6 16.7 18.8 20. 8 22.9 25.0 27.1 29.2 33.3 35.4 39.6 41.7 43.8 45.8 47.9 50.0 52.1 54.2 56.3 58. 3 60.4 62.5 64.6 66.7 68.8 70.8 72.9 75.0 77.1 79.2 81.2 83.3 85.4 87.5 89.6 91. 7 93.7 95.8 97.9 100.0 Valid 9.00 10.37 10.95 11.01 11.26 11.33 11.38 11.40 11.51 11.74 11.82 11.87 11.90 12. 01 12.03 12.06 12.08 12.11 12.15 12.20 12.24 12.26 12.29 12.30 12.31 12.34 12.38 12.43 12.44 12.45 12.47 12.65 12.68 12.70 12.72 12.73 12.93 13.13 13.22 13.49 1 3.54 13.59 13.64 13.70 14.01 14.25 Total Frequency 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 48 Percent 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 4.2 2.1 4.2 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 100.0 Valid Percent 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 4.2 2.1 4. 2 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2. 1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 100.0

Prestasi Belajar Cumulative Percent 2.1 14.6 29.2 31.3 41.7 43.8 52.1 54.2 56.3 58.3 60.4 77.1 79.2 89.6 91.7 93.8 95.8 97.9 100.0 Valid 21.00 22.00 23.00 23.80 24.00 24.30 25.00 25.20 25.40 25.60 25.80 26.00 26.80 27 .00 27.50 28.60 28.90 29.70 30.90 Total Frequency 1 6 7 1 5 1 4 1 1 1 1 8 1 5 1 1 1 1 1 48 Percent 2.1 12.5 14.6 2.1 10.4 2.1 8.3 2.1 2.1 2.1 2.1 16.7 2.1 10.4 2.1 2.1 2.1 2.1 2.1 100.0 Valid Percent 2.1 12.5 14.6 2.1 10.4 2.1 8.3 2.1 2.1 2.1 2.1 16.7 2.1 10.4 2.1 2 .1 2.1 2.1 2.1 100.0

Lampiran 7 Histogram Kadar Hemoglobin 16 14 12 10 8 6 Frequency 4 Std. Dev = .94 2 0 9.00 9.50 10.00 10.50 11.00 11.50 12.00 12.50 13.00 13.50 1 4.00 14.50 Mean = 12.27 N = 48.00 Kadar Hemoglobin Prestasi Belajar 12 10 8 6 4 Frequency 2 0 21.0 22.0 23.0 24.0 25.0 26.0 27.0 28.0 29.0 30.0 31.0 Std. Dev = 2.21 Mean = 25.0 N = 48.00 Prestasi Belajar

Lampiran 8 Nonparametric Correlations Correlations Kadar Hemoglobin 1.000 . 48 .329* .023 48 Prestasi Belajar .329* .0 23 48 1.000 . 48 Spearmans rho Kadar Hemoglobin Prestasi Belajar Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed ) N *. Correlation is significant at the .05 level (2-tailed).

Lampiran 17 DAFTAR KATA ASING Afinitas : daya tarik kimiawi antara 2 zat misal; oksigen dan hemoglobin. Autore gulasi : proses yang terjadi bila beberapa mekanisme dalam system biologis mende teksi pengendalian dan penyesuaian untuk perubahanperubahan dalam system tersebu t. Derivat Porfirin : zat atau senyawa organik yang peka cahaya dan membentuk da sar pigmen respinatorik, termasuk hemoglobin. Enteritis : inflamasi usus. Eritob las : setiap eritrosit yang berinti atau berkembang. Ferritin : komplek besi apo ferittin yang merupakan bentuk utama penyimpanan besi didalam tubuh. Fortifikasi : penambahan makanan menjadi kuat. Hipokromik : kurangnya warna atau pigmentasi . Sifat hipokromik dapat terlihat pada sel darah merah yang kadar hemoglobinnya menurun atau eritrosit yang secara abnormal tipis seperti pada penyakit talasemi a. Kardiorespiratorius : berkenaan dengan jantung dan system pernapasan. Kuantit as : bobot atau banyaknya. Mukosa : membran mukosa. Murmur : suara auskultasi, t erutama suara periodik yang berlangsung singkat yang berasal dari jantung atau p embuluh darah.

Oksigenasi : saturasi suatu substansi (khususnya darah) dengan oksigen. Oxihemog lobin : hemoglobin teroksigenasi yaitu suatu senyawa tak stabil yang terbentuk d ari hemoglobin setelah terpajan oleh gas alveoli dalam paruparu. Peptida : senya wa dengan berat molekul rendah yang menghasilkan dua asam amino atau lebih pada waktu hidrolisis. Polipeptida : peptida yang mengandung lebih dari dua asam amin o yang terikat melalui ikatan peptida. Proeritoblas : pembentukan menjadi eritob las. RNA : Ribonucleid Acid ( asam nukeat yang ditemukan dalam semua sel hidup. Retikulosit : sel darah merah muda yang bersirkulasi yang masih mengandung sisasisa dan retikulum endoplasmic yang terdapat dalam sel saat tersebut berkembang didalam sumsum tulang. Stadium retikulosit : stadium yang menyerupai jala.

Anda mungkin juga menyukai