Anda di halaman 1dari 102

PETUNJUK PELAKSANAAN

SEKOLAH LAPANGAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT) PADI DAN JAGUNG DI JAWA BARAT TAHUN 2013

Jalan Surapati No. 71 Bandung Telp. 2503884 Fax. 2500713 Website: www.diperta.jabarprov.go.id e-mail: diperta@diperta.jabarprov.go.id Website: www.diperta.jabarprov.go.id e-mail: diperta@diperta.jabarprov.go.id

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN Jalan Surapati No. 71 Bandung Telp. 2503884 Fax. 2500713 B A N D U N G 40133 B A N D U N G 40133 2013 2013

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR

Padi dan jagung merupakan bagian komoditas tanaman pangan yang menjadi bahan pokok masyarakat Jawa Barat dan Indonesia. Kebutuhan komoditas ini sangat tinggi setiap tahunnya, baik untuk bahan pangan, pakan maupun industri Dalam Negeri, sehingga produksinya ditekan harus meningkat setiap tahunnya. Dampak tuntutan peningkatan produksi tersebut, tidak diikuti dengan pengamanan lahan yang maksimal. Kehilangan lahan akibat alih fungsi ke non pertanian yang tinggi menyebabkan sulitnya menjamin ketersediaan padi dan jagung sesuai kebutuhan. Alih fungsi lahan di Jawa Barat selama tahun 2009 mencapai 7.105 ha (0,76%). Sehingga upaya peningkatan

produksi yang dilaksanakan saat ini fokus pada peningkatan produktivitas dan pemanfaatan lahan secara optimal (peningkatan indeks pertanaman/IP). Fokus utama upaya peningkatan produktivitas dan peningkatan IP ditempuh melalui pelaksanaan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) berbasis kawasan. Alokasi SL-PTT Padi dan Jagung berbasis kawasan tahun 2013 seluas 445.000 ha, terdiri atas SL-PTT kawasan pengembangan seluas 26.000 ha (padi seluas 25.000 ha dan jagung hibrida seluas 1.000 ha) dan SL-PTT kawasan pemantapan seluas 419.000 ha (padi seluas 414.000 ha dan jagung hibrida seluas 5.000 ha). Keberhasilan pelaksanaan kegiatan SL-PTT berbasis kawasan akan berhasil, memerlukan dukungan nyata dari seluruh seluruh

komponen/instansi yang terkait, baik antar tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan sampai ke tingkat Desa maupun dukungan pihak lainnya, seperti : BUMN/BUMD, Swasta, maupun swadaya masyararakat. Petunjuk Pelaksanaan ini merupakan penjabaran lebih lanjut dari Perubahan Pedoman Teknis yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang memuat tentang langkah-langkah operasional pelaksanaan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) sebagai acuan bagi para pelaksana di Provinsi, Kabupaten/Kota dan Instansi

terkait lainnya. Selanjutnya di tingkat Kabupaten/Kota untuk diurai lebih rinci secara teknis dan disesuaikan dengan keadaan di masing-masing daerah secara spesifik lokasi.

Bandung,

Februari 2013

an. Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan,

Ir. Uneef Primadi, MAP. Pembina Tingkat I NIP. 19610710 199108 1 001

DAFTAR ISI BAB Halaman KATA PENGANTAR . DAFTAR ISI DAFTAR TABEL .... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1.2 Tujuan dan Sasaran .............................................................. 1.3 Pengertian-Pengertian dalam SL-PTT .................................. II KERAGAAN, SASARAN DAN TANTANGAN SERTA PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI TAHUN 2013 2.1 Keragaan Produksi ............................................................... 2.2 Sasaran Produksi Tahun 2013 .............................................. 2.3 Tantangan dan Peluang Peningkatan Produksi .................... III STRATEGI DAN UPAYA PENCAPAIAN PRODUKSI TAHUN 2013 3.1 Strategi ................................................................................. 3.2 Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Tahun 2013 ............... IV PTT PADI DAN JAGUNG 4.1 Prinsip-prinsip PTT .............................................................. 4.2 Tahapan Penerapan PTT ...................................................... 4.3 Komponen PTT Padi ............................................................ 4.4 Komponen PTT Jagung ........................................................ 4.5 Peran Komponen PTT .......................................................... 4.6 Pemilihan Teknologi PTT .................................................... 4.7 Keuntungan Penerapan Teknologi PTT ............................... V SEKOLAH LAPANGAN PTT PADI DAN JAGUNG 5.1 Model Pemberdayaan Petani melalui SL-PTT ..................... 5.2 Tipe, Kriteria dan Batasan Kawasan SL-PTT ...................... 5.3 Kriteria Kawasan .................................................................. 5.4 Penentuan Calon Lokasi ....................................................... i iii v vi vii

1 5 6

11 12 13

14 15

20 21 21 23 23 24 25

26 28 30 36

BAB 5.5 5.6 5.7 5.8 5.9

Halaman Ketentuan Pelaksana SL-PTT .............................................. Persyaratan Kelompoktani Pelaksana SL-PTT .................... Bantuan SL-PTT ................................................................... Mekanisme Pelaksanaan SL-PTT ........................................ Pertemuan Kelompok SL-PTT ............................................. 38 38 39 41 42

VI PENGORGANISASIAN DAN OPERASIONAL SL-PTT 6.1 Pengorganisasian SL-PTT .................................................... 6.2 Operasionalisasi SL-PTT ..................................................... VII PEMBIAYAAN, MEKANISME PENCAIRAN DANA DAN PENGADAAN 7.1 Pembiayaan .......................................................................... 7.2 Mekanisme Pengajuan dan Penyaluran Dana Bantuan Sosial SL-PTT ...................................................................... 7.3 Mekanisme Pengadaan ......................................................... VIII BIMBINGAN/PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN IX MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN 9.1 Monitoring ............................................................................ 9.2 Evaluasi ................................................................................ 9.3 Pelaporan .............................................................................. X PENUTUP LAMPIRAN-LAMPIRAN

43 43

45 46 46

48 48 48

DAFTAR TABEL No Urut Tabel 1 Judul Tabel Perbandingan Sasaran Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi dan Jagung antara Provinsi dan Pusat Tahun 2013 ............................................................................... Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi 2008-2012 (ARAM II BPS) ............... Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung 2008-2012 (ARAM II BPS) ...... Persentase Kenaikan Angka Sasaran 2013 Terhadap Sasaran Tahun 2012 dan ARAM II Tahun 2012 ................................. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Padi Tahun 2013 ......... Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Jagung Tahun 2013 ..... Komponen PTT Padi Dasar ................................................... Komponen PTT Padi Pilihan ................................................. Tipe, Kriteria dan Orientasi Pengembangan Kawasan Sentra Produksi Tanaman Pangan ..................................................... Batasan Pengembangan Kawasan Padi dan Jagung Tahun 2013 ............................................................................ Plafon Stimulan/Bantuan Saprodi SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2013 ............................................................................ Hal

2 11 11 12 16 18 22 22 29 30 40

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

DAFTAR GAMBAR No Urut Gambar 1 2 3 4 5 Judul Gambar Sketsa Model Pemberdayaan Petani Melalui SL-PTT .......... Kriteria Kawasan 1.000 Ha .................................................... Laboratorium Lapangan (LL) ................................................ Pola SL-PTT Kawasan Pengembangan ................................. Pola SL-PTT Kawasan Pemantapan ...................................... Hal 28 31 32 33 34

DAFTAR LAMPIRAN No Urut Lampiran 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Judul Lampiran Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Sawah Tahun 2013 ............................................................. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Gogo/Lahan Kering Tahun 2013 ....................................... Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Sawah Dan Gogo/Lahan Kering Tahun 2013 .................... Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung Tahun 2013 .................................................................... Rekapitulasi Alokasi Sl-PTT Padi dan Jagung Tahun 2013 ...... Lokasi Pelaksana Sl-PTT Padi dan Jagung Tahun 2013 ............ Blanko Calon Lokasi Bantuan Sosial Budidaya (SL-PTT/ Kawasan) Tanaman Pangan Tahun 2013 ................................... Daftar Calon Petani dan Calon Lokasi Penerima Bansos SL-PTT Tahun 2013 .................................................................. Daftar Calon Petani dan Calon Lokasi Penerima Bansos SL-PTT Tahun 2013 .................................................................. Contoh Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/ Kota tentang Penetapan Kelompoktani Penerima Dana Bantuan Sosial (Bansos) SL-PTT Tahun 2013 .......................... Blanko Rencana Usaha Kelompok (RUK) Pelaksana SL-PTT Tahun 2013 ................................................................................. Surat Pernyataan Penerimaan Dana Bansos dan Penggunaan Bansos ........................................................................................ Mekanisme Pencairan Dana Bantuan SL-PTT Pola Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Tahun Anggaran 2013 ............... Rencana Pelaksanaan Kegiatan SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2013 ................................................................................. Blanko Laporan Bulanan Kecamatan Realisasi SL-PTT Kawasan Pengembangan/Pemantapan Padi Inbrida Sawah/ Padi Hibrida/ Padi Inbrida Lahan Kering/ Jagung Hibrida Tahun 2013 ................................................................................. Blanko Laporan Bulanan Kabupaten Realisasi SL-PTT Kawasan Pengembangan/Pemantapan Padi Inbrida Sawah/ Padi Hibrida/ Padi Inbrida Lahan Kering/ Jagung Hibrida Tahun 2013 ................................................................................. Hal

52 53 54 55 56 57 59

60 61

62 65 66 67 68

11 12 13 14 15

69

16

70

No Urut Lampiran 17

Judul Lampiran Blanko Laporan Bulanan Provinsi Realisasi SL-PTT Kawasan Pengembangan/Pemantapan Padi Inbrida Sawah/ Padi Hibrida/ Padi Inbrida Lahan Kering/ Jagung Hibrida Tahun 2013 .......... Blanko Laporan Akhir/Evaluasi Kecamatan Realisasi SL-PTT Kawasan Pengembangan/Pemantapan Padi Inbrida Sawah/ Padi Hibrida/ Padi Inbrida Lahan Kering/ Jagung Hibrida Tahun 2013 ................................................................................. Blanko Laporan Akhir/Evaluasi Kabupaten/Kota Realisasi SL-PTT Kawasan Pengembangan/Pemantapan Padi Inbrida Sawah/ Padi Hibrida/ Padi Inbrida Lahan Kering/ Jagung Hibrida Tahun 2013 ................................................................... Blanko Laporan Akhir/Evaluasi Provinsi Realisasi SL-PTT Kawasan Pengembangan/Pemantapan Padi Inbrida Sawah/ Padi Hibrida/ Padi Inbrida Lahan Kering/ Jagung Hibrida Tahun 2013 ................................................................................. Realisasi Bulanan Tanam LL pada Lokasi SL-PTT Tahun 2013 ................................................................................. Realisasi Bulanan Tanam SL di Lokasi SL-PTT Tahun 2013 ... Realisasi Bulanan Tanam Non SL Pada MT Yang Sama (di Sekitar Lokasi SL-PTT) Tahun 2013 ......................................... Realisasi Bulanan Tanam Musim Tanam/Tahun Sebelumnya di Lokasi SL-PTT Tahun 2013 .................................................. Realisasi Bulanan Panen LL di Lokasi SL-PTT Tahun 2013 .... Realisasi Bulanan Panen SL di Lokasi SL-PTT Tahun 2013 .... Realisasi Bulanan Panen Non SL Pada MT Yang Sama (di Sekitar Lokasi SL-PTT) Tahun 2013 ......................................... Realisasi Bulanan Panen Musim Tanam/Tahun Sebelumnya di Lokasi SL-PTT Tahun 2013 ....................................................... Realisasi Bulanan Produktivitas LL di Lokasi SL-PTT Tahun 2013 ................................................................................. Realisasi Bulanan Produktivitas SL di Lokasi SL-PTT Tahun 2013 ................................................................................. Realisasi Bulanan Produktivitas Non SL Pada MT Yang Sama (di Sekitar Lokasi SL-PTT) Tahun 2013 ................................... Realisasi Bulanan Produktivitas Musim Tanam/Tahun Sebelumnya di Lokasi SL-PTT Tahun 2013 .............................. Realisasi Bulanan Produksi LL di Lokasi SL-PTT Tahun 2013 Realisasi Bulanan Produksi SL di Lokasi SL-PTT Tahun 2013

Hal

71

18

72

19

73

20

74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88

21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34

No Urut Lampiran 35 36 37

Judul Lampiran Realisasi Bulanan Produksi Non SL Pada MT Yang Sama (di Sekitar Lokasi SL-PTT) Tahun 2013 ......................................... Realisasi Bulanan Produksi Musim Tanam/Tahun Sebelumnya di Lokasi SL-PTT Tahun 2013 .................................................. Format Isian Hasil Pelaksanaan Ubinan di Lokasi SL-PTT Padi/ Jagung Tahun 2013 ...........................................................

Hal

89 90 91

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Sektor tanaman pangan merupakan salah satu faktor kunci dalam memacu pertumbuhan ekonomi nasional. Selain berperan sebagai sumber penghasil devisa yang besar, juga merupakan sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk di Jawa Barat maupun Indonesia. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, telah memunculkan kerisauan akan terjadinya keadaan rawan pangan di masa yang akan datang. Selain itu, dengan semakin meningkatnya tingkat

pendidikan dan kesejahteraan masyarakat terjadi pula peningkatan konsumsi per-kapita untuk berbagai jenis pangan, akibatnya dibutuhkan tambahan ketersediaan pangan guna mengimbangi laju pertambahan penduduk yang masih cukup tinggi. Komoditi tanaman pangan memiliki peranan pokok sebagai pemenuh kebutuhan pangan, pakan dan industri Dalam Negeri yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan berkembangnya industri pangan dan pakan, sehingga dari sisi Ketahanan Pangan Nasional fungsinya menjadi amat penting dan strategis. Padi dan jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang tingkat kebutuhannya paling tinggi dibanding komoditas lainnya. Dalam upaya meningkatkan ketersediaan padi dan jagung, berbagai upaya dilaksanakan, baik yang dibiayai oleh pemerintah, kemitraan dengan pihak swasta/BUMN/BUMD maupun secara swadaya. Salah satu strategi yang dilakukan dalam upaya memacu peningkatan produksi dan

produktivitas usahatani padi dan jagung adalah dengan mengintegrasikan antar sektor dan antar wilayah dalam pengembangan usaha pertanian. Sasaran produksi padi dan jagung Jawa Barat tahun 2013 tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Barat tahun 2008-2013, kemudian ditetapkan melalui Peraturan Gubernur Jawa Barat setiap tahunnya. Berdasarkan RPJMD dan ketetapan Gubernur, sasaran produksi padi tahun 2013 sebesar 13.000.000 ton gabah kering giling (GKG) dan sasaran produksi jagung sebesar 1.145.942 ton

pipilan kering (PK). Pada tahun 2012, Kementerian Pertanian telah menyusun Road Map Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) tahun 2013-2014. Road Map P2BN disusun dengan memperhatikan kondisi aktual di lapangan dalam 2 (dua) tahun terakhir (tahun 2011 dan 2012). Berdasarkan Road Map P2BN tahun 2014-2014, sasaran produksi padi dan jagung Jawa Barat tahun 2013 mengalami perubahan dibandingkan sasaran RPJMD yaitu sebagaimana pada Tabel 1. Tabel 1. Perbandingan Sasaran Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi dan Jagung antara Provinsi dan Pusat Tahun 2013.
Uraian Sasaran Tahun 2013 Provinsi 1 PADI Luas Tanam Luas Panen Produktivitas Produksi 2 JAGUNG Luas Tanam Luas Panen Produktivitas Produksi 2.055.340 1.975.769 65,80 13.000.000 191.959 172.763 66,33 1.145.942 Pusat 2.112.265 2.039.180 62,54 12.752.747 164.825 156.584 67,02 1.049.469 Provinsi terhadap Pusat Besaran -56.925 -63.411 3,26 247.253 27.134 16.179 -0,69 96.473 (%) -2,69 2.225.685 -3,11 2.148.676 5,21 60,85 1,94 13.075.553 16,46 10,33 -1,03 9,19 Tahun 2014

No

Rincian sasaran masing-masing Lampiran 1, 2, 3 dan 4.

Kabupaten/Kota

sebagaimana

pada

Memperhatikan hasil capaian tahun 2012, sasaran produksi tahun 2013 (padi) sangat berat tercapai. Untuk itu, diperlukan upaya dan strategi

peningkatan produksi yang aktual dan luar biasa untuk mencapainya. Upaya peningkatan produksi dan produktivitas difokuskan pada lokasi pelaksanaan kegiatan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) sejak tahun 2008. Pelaksanaan SL-PTT sebagai pendekatan

pembangunan tanaman pangan khususnya dalam mendorong peningkatan produksi padi dan jagung telah terbukti, namun ke depan dengan tantangan yang lebih beragam maka perlu penyempurnaan dan peningkatan kualitas. Oleh karena itu pada tahun 2013, upaya peningkatan produksi melalui

penerapan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) akan mengalami perubahan metode pelaksanaan di tingkat lapangan yaitu melalui pola pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan dengan pendekatan kawasan skala luas, terintegrasi dari hulu sampai hilir, peningkatan jumlah paket bantuan sebagai instrument stimulan, serta dukungan pendampingan dan pengawalan dari instansi terkait. Kawasan pertumbuhan merupakan daerah yang tingkat

produktivitasnya masih di bawah rata-rata produktivitas Provinsi (daerahdaerah sub-optimal), kawasan pengembangan merupakan daerah yang tingkat produktivitasnya sama dengan rata-rata produktivitas Provinsi, sedangkan kawasan pemantapan adalah daerah yang tingkat

produktivitasnya di atas rata-rata produktivitas Provinsi dan atau Nasional. Memperhatikan batasan masing-masing tingkat kawasan tersebut di atas, penetapatan lahan sebagai lokasi SL-PTT yang sesuai dengan persyartan tersebut sangat sulit dilaksanakan, penyebabnya antara lain : 1. Penetapan lahan msing-masing kawasan yang sangat luas yaitu minimal 1.000 ha. 2. Tidak terdapat data aktual di lapangan yang menjelaskan kondisi capaian produktivitas terkini. 3. Dalam halamparan 1.000 ha, dimungkinkan produktivitas yang dihasilkan sangat beragam (tidak sama), dari produktivitas terendah sampai tertinggi. Luas SL-PTT Padi tahun 2013 adalah 439.000 ha, yang dialokasikan pada kawasan pengembangan (padi sawah dan padi hibrida) seluas 25.000 ha dan kawasan pemantapan (padi sawah dan padi lahan kering) seluas 414.000 ha. Sedangkan SL-PTT Jagung seluas 6.000 ha, dialokasikan pada kawasan pengembangan (jagung hibrida) seluas 1.000 ha dan kawasan pemantapan (jagung hibrida) seluas 5.000 ha. secara rinci alokasi SL-PTT Padi dan Jagung masing-masing kawasan disajikan pada Lampiran 5. Metode SL-PTT merupakan wadah bagi petani untuk dapat belajar langsung di lapangan melalui pembelajaran dan penghayatan langsung (mengalami), mengungkapkan, menganalisis, menyimpulkan dan

menerapkan (melakukan/mengalami kembali), menghadapi dan memecahkan masalah-masalah terutama dalam hal teknik budidaya dengan mengkaji bersama berdasarkan spesifik lokasi. Melalui penerapan SL-PTT petani akan mampu mengelola sumberdaya yang tersedia secara terpadu dalam melakukan budidaya di lahan usahataninya berdasarkan spesifik lokasi sehingga petani menjadi lebih terampil serta mampu mengembangkan usahataninya dalam rangka peningkatan produksi padi dan jagung. Namun demikian, wilayah di luar SL-PTT harus tetap mendapatkan perhatian dan dilakukan pembinaan, pendampingan dan pengawalan sehingga produksi dan produktivitas tetap dapat meningkat. Hal ini, karena wilayah di luar SL-PTT merupakan

pemasok produksi paling tinggi dibandingkan wilayah yang difasilitasi. Dengan fasilitasi tersebut diharapkan pelaksanaan SL-PTT berbasis kawasan skala luas dapat terlaksana dengan baik dan tepat sasaran sehingga dapat memberikan sumbangan terhadap peningkatan produktivitas dan produksi tahun 2013. Agar upaya pencapaian sasaran produksi padi dan jagung melalui kegiatan SL-PTT tahun 2013 dapat tercapai, maka perlu untuk menyusun Petunjuk Pelaksanaan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan tersebut di lapangan. Petunjuk pelaksanaan ini merupakan

penjabaran dari Pedoman Teknis Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Dengan adanya petunjuk pelaksanaan ini, semua pihak terkait akan berkontribusi secara positif sehingga akhirnya kegiatan ini menjadi kegiatan yang kontribusinya paling tinggi dan nyata terhadap pencapaian sasaran produksi padi dan jagung. Mengingat tingginya keberagaman kondisi di

masing-masing daerah dan tingkat kemampuan adopsi inovasi, maka petunjuk pelaksanaan ini diharapkan dijabarkan oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota sesuai dengan kondisi spesifik lokasi dalam bentuk Petunjuk Teknis Pelaksanaan Lapangan agar lebih operasional sesuai kebutuhan di lapangan dan tidak multitafsir, sehingga kegiatan tersebut dapat dilakukan

tepat waktu dan tepat sasaran. Petunjuk teknis pelaksanaan lapangan disusun untuk lebih menjelaskan secara rinci dan detail yang belum

tersentuh/tertuang dalam petunjuk pelaksanaan provinsi tentang keadaan umum lapangan sampai dengan perkiraan adanya resiko-resiko yang mungkin terjadi sepanjang pelaksanaan kegiatan SL-PTT.

1.2. Tujuan dan Sasaran Tujuan dalam penyusunan petunjuk pelaksanaan diantaranya adalah : a. Menyediakan acuan pelaksanaan SL-PTT padi dan jagung melalui pola pengembangan dan pemantapan dengan pendekatan kawasan skala luas untuk mendukung kegiatan peningkatan produksi tahun 2013 di Kabupaten/Kota dan Kecamatan. b. Meningkatkan koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan SL- PTT padi dan jagung melalui pola pengembangan dan pemantapan dengan pendekatan kawasan skala luas, antara Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan. c. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap petani guna mempercepat penerapan komponen teknologi PTT padi dan jagung dalam usahataninya agar replikasi/penyebarluasan teknologi ke petani sekitarnya berjalan lebih cepat. d. Meningkatkan produktivitas, produksi dan pendapatan serta

kesejahteraan petani padi dan jagung.

Sasaran penyusunan petunjuk pelaksanaan diantaranya adalah : a. Tersedianya acuan pelaksanaan SL-PTT padi dan jagung melalui pola pengembangan dan pemantapan dengan pendekatan kawasan skala luas untuk mendukung kegiatan peningkatan produksi tahun 2013 di Kabupaten/Kota dan Kecamatan. b. Terkoordinasi dan terpadunya pelaksanaan SL-PTT padi dan jagung melalui pola pengembangan dan pemantapan dengan pendekatan

kawasan skala luas antara Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan. c. Meningkatnya pengetahuan, keterampilan dan sikap petani sehingga penerapan adopsi teknologi PTT padi dan jagung berjalan lebih cepat, dan keberlanjutan serta replikasi ke areal yang lebih luas dapat terwujud. d. Meningkatnya produktivitas padi inbrida sawah 75 ku/ha, padi hibrida 20 ku/ha dan padi lahan kering/gogo 5 ku/ha pada areal SL-PTT seluas 439.000 ha. Untuk jagung hibrida 25 ku/ha pada areal SL-PTT seluas 6.000 ha. Kegiatan SL-PTT diharapkan menjadi pemicu dan kontibutor terbesar dalam mendukung sasaran produksi padi tahun 2013 sebesar 13.000.000 ton GKG (provinsi) atau 12.752.747 ton GKG (pusat) serta produksi jagung sebesar 1.145.942 ton PK atau 1.049.469 ton PK (pusat).

1.3. Pengertian-Pengertian dalam SL-PTT Untuk memperjelas isi yang tertuang dalam Juklak ini, berikut adalah penjelasan beberapa istilah diantaranya adalah : 1. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) adalah suatu pendekatan inovatif dalam upaya meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani melalui perbaikan sistem/pendekatan dalam perakitan paket teknologi yang sinergis antar komponen teknologi, dilakukan secara partisipatif oleh petani serta bersifat spesifik lokasi. PTT merupakan inovasi baru untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam peningkatan produktivitas padi. Teknologi intensifikasi padi bersifat spesifik lokasi, bergantung pada masalah yang akan diatasi (demand driven technology). Komponen teknologi PTT ditentukan bersama-sama kebutuhan teknologi (need assessment). petani melalui analisis

Komponen teknologi PTT

dasar/compulsory adalah teknologi yang dianjurkan untuk diterapkan di semua lokasi. Komponen teknologi PTT pilihan adalah teknologi pilihan disesuaikan dengan kondisi, kemauan, dan kemampuan. Komponen

teknologi PTT pilihan dapat menjadi compulsory apabila hasil KKP (Kajian Kebutuhan dan Peluang) memprioritaskan komponen teknologi

yang dimaksud menjadi keharusan untuk pemecahan masalah utama suatu wilayah, dasar. 2. Kawasan adalah suatu daerah tertentu dengan ciri-ciri tertentu. Dalam konteks pertanian kawasan yang dimaksud adalah suatu areal (sawah, lahan kering, tadah hujan, rawa lebak, rawa pasang surut) di lokasi tertentu tanpa memperhitungkan batas-batas administrasi wilayah (desa/kampung), sungai, jalan, atau batas-batas lainnya. 3. Kawasan Pertumbuhan merupakan daerah yang tingkat demikian pula sebaliknya bagi komponen teknologi

produktivitasnya masih di bawah rata-rata produktivitas Provinsi (daerah-daerah suboptimal), pemanfaatan lahan belum optimal, tingkat kehilangan hasil masih tinggi. 4. Kawasan Pengembangan sama merupakan rata-rata daerah yang tingkat Provinsi,

produktivitasnya

dengan

produktivitas

pemanfaatan lahan hampir optimal, tingkat kehilangan hasil sedang tetapi mutu hasil belum optimal. 5. Kawasan Pemantapan merupakan daerah yang tingkat produktivitasnya di atas rata-rata produktivitas provinsi dan atau nasional, mutu hasil belum optimal, efisiensi usaha belum berkembang dan optimalisasi pendapatan melalui produksi subsektor tanaman sudah maksimal (kecuali ada introduksi teknologi baru). 6. Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL- PTT) adalah suatu tempat pendidikan non formal bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali potensi, menyusun rencana usahatani, mengatasi permasalahan, mengambil keputusan dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan sehingga usahataninya menjadi efisien, berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan. Indikator

keberhasilan SL-PTT dapat dilihat dari peningkatan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap, penerapan budidaya yang baik dan benar, peningkatan produktivitas dan keberlanjutan serta replikasinya.

7. Laboratorium Lapangan (LL) adalah kawasan/area yang terdapat dalam kawasan SL-PTT yang berfungsi sebagai lokasi percontohan, temu lapang, tempat belajar dan tempat praktek penerapan teknologi yang disusun dan diaplikasikan bersama oleh kelompoktani/petani. 8. Pemandu Lapangan (PL) adalah Penyuluh Pertanian, Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT), Pengawas Benih Tanaman (PBT) yang telah mengikuti pelatihan SL-PTT dan berperan sebagai pendamping dan pengawal pelaksanaan SL-PTT. 9. Pemahaman Masalah dan Peluang (PMP) atau Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP) adalah tahapan pendekatan PTT yang diawali dengan kelompoktani melakukan identifikasi masalah di wilayah setempat dan membahas peluang kemungkinan mengatasi masalah tersebut. 10. POSKO I-V adalah Pos Simpul dalam Koordinasi sebagai tempat

melaksanakan

koordinasi

rangka

mendukung

kelancaran

pelaksanaan SL-PTT.

POSKO yang dimaksud adalah POSKO yang

telah ada misalnya POSKO P2BN. 11. Rencana Usahatani Kelompok (RUK) adalah rencana kerja usahatani dari kelompoktani untuk satu periode musim tanam yang disusun melalui musyawarah dan kesepakatan bersama dalam pengelolaan usahatani sehamparan wilayah kelompoktani yang memuat uraian kebutuhan, jenis, volume, harga satuan dan jumlah uang yang diajukan untuk pembelian saprodi sesuai kebutuhan di lapangan (spesifik lokasi). 12. Pupuk Organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, antara lain pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos (humus) yang telah mengalami dekomposisi. 13. Pengawalan dan Pendampingan oleh Petugas Dinas adalah kegiatan yang dilakukan oleh petugas Dinas Pertanian Provinsi dan

Kabupaten/Kota termasuk PPL, POPT, PBT, Mantri Tani dan atau petugas lainnya sesuai dengan kebutuhan di lapangan dalam melakukan pengawalan dan pendampingan, guna lebih mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan SL-PTT.

14. Pengawalan dan Pendampingan oleh Aparat adalah kegiatan yang dilakukan oleh TNI-AD beserta jajarannya (Babinsa), Camat, Kades dan atau petugas lainnya sesuai dengan kebutuhan di lapangan dalam melakukan pengawalan dan pendampingan, guna lebih mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan SL-PTT. 15. Pengawalan dan Pendampingan oleh Peneliti adalah kegiatan yang dilakukan oleh peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) didukung oleh peneliti UK/UPT Lingkup Badan Litbang Pertanian gunameningkatkan pemahaman dan akselerasi adopsi PTT dengan

menjadi narasumber pada pelatihan, penyebaran informasi, melakukan uji adaptasi varietas unggul baru, demplot, teknologi. 16. Pengawalan dan Pendampingan oleh Penyuluh adalah kegiatan yang dilakukan oleh Penyuluh guna meningkatkan penerapan teknologi spesifik lokasi sesuai rekomendasi BPTP dan secara berkala hadir di lokasi LL dan SL dalam rangka pemberdayaan kelompoktani sekaligus memberikan bimbingan kepada kelompok dalam penerapan teknologi. Penyuluh diharapkan hadir pada setiap pertemuan kelompoktani di lapangan. Pada kawasan pertumbuhan, pertemuan kelompok minimal 8 kali selama satu musim tanam, pada kawasan pengembangan minimal 6 kali, sedangkan pada kawasan pemantapan minimal 4 kali selama satu musim tanam. 17. Pengawalan dan Pendampingan oleh POPT (Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan) adalah kegiatan pendampingan oleh petugas Pengendali OPT dalam rangka pengendalian hama terpadu. 18. Pengawalan dan Pendampingan oleh PBT (Pengawas Benih Tanaman) adalah kegiatan pendampingan oleh Pengawas Benih dalam rangka pengawasan benih. 19. Wilayah Fokus adalah lokasi peningkatan produktivitas/IP di dan supervisi penerapan

areal/kawasan SL-PTT. 20. Wilayah Non-Fokus adalah lokasi peningkatan produktivitas/IP di luar areal/kawasan SL-PTT.

21. Carry Over adalah sisa pertanaman kegiatan tahun berjalan tetapi produksi tidak berkontribusi pada tahun tersebut, dan akan berkontribusi pada tahun berikutnya. 22. Kelompoktani adalah sejumlah petani yang tergabung dalam satu hamparan/wilayah yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan untuk meningkatkan usaha agribisnis dan memudahkan pengelolaan dalam proses distribusi, baik itu benih, pestisida, sarana produksi dan lain-lain. 23. Swadaya adalah semua upaya yang berasal dari modal petani sendiri. 24. Benih bersubsidi adalah sejumlah tertentu benih varietas unggul bermutu padi inbrida, padi hibrida, padi gogo/lahan kering dan jagung hibrida yang disalurkan oleh pemerintah dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditentukan oleh Pemerintah/Menteri Pertanian dan digunakan untuk mendukung pelaksanaan Program Pembangunan Tanaman Pangan (SL-PTT dan Non SL-PTT). 25. Cadangan Benih Nasional (CBN) adalah sejumlah tertentu benih padi dan jagung yang memenuhi spesifikasi teknis, dan merupakan milik pemerintah pusat yang pengadaannya bersumber dari dana APBN dan pemanfaatnnya sesuai pedoman dan peraturan perundang-undangan.

II.

KERAGAAN, SASARAN DAN TANTANGAN SERTA PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI TAHUN 2013

2.1. Keragaan Produksi Produksi padi dalam 5 tahun terakhir meningkat rata-rata 2,95 %/tahun,

dari 9.914.020 ton GKG pada tahun 2007 menjadi 11.403.668 ton GKG pada tahun 2012 (ARAM II BPS) sedangkan laju peningkatan produktivitas

mencapai 1,59%/tahun dan luas panen meningkat rata-rata 1,35 %/tahun. Secara rinci peningkatan luas panen, produktivitas dan produksi padi dalam 5 tahun terakhir disajikan pada Tabel 2. Tabel 2.
TAHUN Ha 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1.829.085 1.803.628 1.950.203 2.037.657 1.964.466 1.946.810 % -1,39 8,13 4,48 -3,59 -0,90 1,35 Ku/Ha 54,20 56,06 58,06 57,60 59,22 58,58 % 3,43 3,57 -0,79 2,81 -1,08 1,59 Ton 9.914.020 10.111.070 11.322.681 11.737.070 11.633.891 11.403.668 % 1,99 11,98 3,66 -0,88 -1,98 2,95

Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi 2008-2012 (ARAM II BPS)
LUAS PANEN PRODUKTIVITAS PRODUKSI

Rata-Rata

Produksi jagung dalam 5 tahun terakhir meningkat rata-rata 12,27 %/tahun dari 577.513 ton PK pada tahun 2007 menjadi 1.019.456 ton PK pada tahun 2012 (ARAM II BPS), sedangkan laju peningkatan produktivitas mencapai 6,15%/tahun dan luas panen rata-rata meningkat sebesar 5,73%/tahun. Secara rinci peningkatan luas panen, produktivitas dan produksi jagung dalam 5 tahun terakhir disajikan pada Tabel 3. Tabel 3.
TAHUN 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Rata-Rata

Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung 2008-2012 (ARAM II BPS)
LUAS PANEN Ha 113.737 118.976 136.707 153.778 147.152 148.538 % 4,61 14,90 12,49 -4,31 0,94 5,73 PRODUKTIVITAS Ku/Ha 50,94 53,78 57,61 60,08 64,23 68,63 % 5,58 7,13 4,28 6,91 6,85 6,15 PRODUKSI Ton 577.513 639.821 787.599 923.962 945.104 1.019.456 % 10,79 23,10 17,31 2,29 7,87 12,27

2.2. Sasaran Produksi Tahun 2013 1. Padi

Sasaran produksi padi tahun 2013 adalah 13.000.000 ton GKG atau meningkat 4,00% dibanding sasaran produksi tahun sebelumnya sebesar 12.500.000 ton GKG. Sasaran tanam 2.055.340 ha, sasaran panen Apabila dibandingkan

1.975.769 ha, sasaran produktivitas 65,80 ku/ha.

dengan pencapaian pada tahun 2012 (ARAM II BPS), sasaran produksi tahun 2013 adalah 14,00% di atas produksi ARAM II 2012 yaitu sebesar 11.403.668 ton GKG. Sasaran tanam dan panen adalah 1,49% di atas

ARAM II BPS serta sasaran produktivitas adalah 12,33% di atas ARAM II BPS.

2. Jagung Sasaran produksi jagung tahun 2013 adalah 1.145.942 ton PK atau 12,41% di atas produksi tahun 2012 (ARAM II) yaitu sebesar 1.019.456 ton PK. Sasaran tanam 191.959 ha, sasaran panen 172.763 ha dan sasaran produktivitas 66,33 ku/ha.

Tabel 4.

Persentase Kenaikan Angka Sasaran 2013 Terhadap Sasaran Tahun 2012 dan ARAM II Tahun 2012.
Uraian 2012 ARAM II BPS Sasaran 2.008.015 1.935.158 64,59 12.500.000 188.643 160.354 61,14 980.448 Sasaran Tahun 2013 2.055.340 1.975.769 65,80 13.000.000 191.959 172.763 66,33 1.145.942 % Tahun 2013 Thd ARAM II 1,49 1,49 12,33 14,00 10,59 16,31 -3,35 12,41 Sasaran 2,36 2,10 1,86 4,00 1,76 7,74 8,48 16,88

No 1

PADI Luas Tanam Luas Panen Produktivitas Produksi JAGUNG Luas Tanam Luas Panen Produktivitas Produksi

2.025.245 1.946.810 58,58 11.403.668 173.578 148.538 68,63 1.019.456

Sasaran produksi padi dan jagung tahun 2013, disajikan pada Lampiran 1, 2, 3 dan 4.

2.3. Tantangan dan Peluang Peningkatan Produksi

Kendala antar sektoral dalam peningkatan produksi tanaman pangan semakin kompleks. Hal ini, karena berbagai perubahan dan perkembangan lingkungan strategis di luar sektor pertanian yang berpengaruh terhadap upaya peningkatan produksi tanaman pangan. Tantangan utama yang dihadapi dalam upaya peningkatan produksi tanaman pangan adalah : 1). Meningkatnya permintaan beras sesuai dengan laju pertumbuhan penduduk, 2). Terbatasnya ketersediaan beras nasional maupun dunia, dan 3). Kecenderungan meningkatnya harga pangan. Di samping tantangan, upaya peningkatan produksi tanaman juga dihadapkan pada sejumlah permasalahan, yaitu antara lain : 1). Dampak Perubahan Iklim (DPI) dan serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT), 2). Rusaknya infrastruktur irigasi, lingkungan dan semakin terbatasnya sumber air, 3). Konversi lahan sawah, 4). Keterbatasan akses petani terhadap sumber-sumber pembiayaan, 5). Kompetisi antar komoditas, 6). Tingginya konsumsi beras sebagai pangan pokok sumber karbohidrat, 7). Belum sinerginya antar sektor dan Pusat-Daerah dalam menunjang pembangunan pertanian khususnya produksi padi dan jagung, dan 8). Kebijakan pemerintah yang tidak konsisten (Pusat-Daerah). Di samping tantangan dan permasalahan yang dihadapi dalam upaya peningatan produksi tanaman pangan, terdapat sejumlah peluang yang apabila dimanfaatkan dengan baik akan memberikan kontribusi pada upaya peningkatan produksi. Peluang tersebut antara lain : 1). Kesenjangan hasil antara potensi dan kondisi di lapangan masih tinggi, 2). Tersedia teknologi untuk meningkatkan produktivitas, 3). Potensi sumberdaya lahan sawah, rawa/lebak, lahan kering (perkebunan, kehutanan) yang masih luas, 4). Pengetahuan/Keterampilan SDM (Petani, PPL, POPT, Pengawas Benih Tanaman, dan Petugas Pertanian Lainnya) masih dapat dikembangkan,

5). Tersedianya potensi pengembangan produksi berbagai pangan pilihan selain beras, 6). Dukungan Pemerintah Daerah, dan 7). Ketersediaan sumber genetik.

III. STRATEGI DAN TAHUN 2013 3.1. Strategi

UPAYA

PENCAPAIAN

PRODUKSI

Strategi peningkatan produksi padi dan jagung tahun 2013 adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan Produktivitas Peningkatan produktivitas dilakukan melalui pemakaian benih varietas unggul bermutu produktivitas tinggi termasuk benih padi hibrida dan jagung hibrida, sistem jarak tanam jajar legowo atau sistem lainnya yang dapat memaksimalkan potensi lahan dan hasil, pemupukan berimbang dan pemakaian pupuk organik serta pupuk bio-hayati, pengelolaan pengairan, pengendalian OPT dengan penerapan metode PHT, dan perbaikan budidaya disertai pengawalan, pendampingan, pemantauan dan koordinasi, dll. Strategi ini terutama dilaksanakan di wilayah dimana perluasan areal sudah sulit dilakukan, sehingga dengan penerapan teknologi spesifik lokasi diharapkan masih dapat ditingkatkan produktivitasnya. Hal lain yang dapat diterapkan adalah dengan mengurangi potensi kehilangan hasil melalui penanganan panen dan pasca panen yang lebih baik.

2. Perluasan Areal Tanam dan Pengelolaan Lahan Perluasan areal dilakukan melalui upaya optimalisasi lahan melalui upaya perbaikan seperti JITUT, JIDES, dan Tata Air Mikro, pompanisasi dan penambahan baku lahan sawah (cetak sawah baru), disertai konservasi lahan yang berkelanjutan serta peningkatan indeks pertanaman, pengelolaan air irigasi, dll.

3. Pengamanan Produksi Pengamanan produksi dimaksudkan untuk mengurangi dampak perubahan iklim seperti kebanjiran dan kekeringan serta pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), dan pengamanan kualitas produksi dari residu pestisida/bahan kimia berbahaya lainnya serta

mengurangi kehilangan hasil pada saat penanganan panen dan pasca panen yang masih cukup besar.

4. Penyempurnaan Manajemen Manajemen yang telah ada dan berjalan saat ini perlu lebih disempurnakan agar pelaksanaan program dapat berjalan sesuai rencana. Penyempurnaan manajemen tersebut berupa dukungan kebijakan dan regulasi, penyempurnaan manajemen teknis serta penyempurnaan data dan informasi. Dengan kegiatan penyempurnaan diharapkan pelaksanaan peningkatan produksi tanaman pangan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan pada akhirnya dapat mendukung pencapaian sasaran produksi tahun 2013 dan surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014. Provinsi Jawa Barat

menargetkan mampu mendukung surplus beras sebesar 2-3 juta ton.

3.2. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Tahun 2013 Upaya pencapaian sasaran produksi padi dan jagung tahun 2013 adalah sebagai berikut : 1. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Padi Tahun 2013 Fokus Utama pencapaian sasaran produksi padi tahun 2013 adalah peningkatan produktivitas padi melalui peningkatan kualitas SL-PTT berbasis pola pengembangan dan pemantapan dengan pendekatan kawasan skala luas, terintegrasi dari hulu sampai hilir, peningkatan jumlah paket bantuan sebagai instrument stimulan, serta dukungan pendampingan dan pengawalan. Fokus utama kegiatan SL-PTT seluas 586.568 ha, terdiri atas SL-PTT berbasis kawasan tahun 2013 seluas 439.000 ha dan sisa pertanaman/carry over tahun 2012 seluas 147.568 ha. Sedangkan di luar fokus utama melalui upaya peningkatan produksi lainnya pada kawasan areal tanam seluas 1.397.502 ha, dan perluasan areal tanam seluas 71.270 ha. Secara rinci upaya pencapaian sasaran produksi padi tahun 2013 disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5.
No

Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Padi Tahun 2013.


Uraian Luas Tanam (Ha) 1.173.790 586.568 48.700 400.000 137.922 600 71.270 200 15.820 55.250 61.660 61.660 748.620 2.055.340 Luas Panen (Ha) 1.134.357 567.688 46.996 386.000 133.095 579 68.776 193 15.266 53.316 59.502 59.502 713.134 1.975.769 Produktivitas (Ku/Ha) 66,93 64,31 70,00 70,00 68,15 72,00 65,93 40,00 66,00 66,00 66,00 66,00 63,96 65,80 Produksi (Ton GKG) 7.592.750 3.650.639 328.969 2.702.000 906.974 4.169 453.417 772 100.758 351.887 392.714 392.714 4.561.119 13.000.000

1 Peningkatan Produktivitas a. Kegiatan SL-PTT b. Kegiatan SRI c. GP3K d. Bantuan Benih/Subsidi Benih e. Kemitraan dengan BUMN 2 Perluasan Areal Tanam a. Cetak Sawah Baru b. Optimasi Lahan c. Pengelolaan Air 3 Pengurangan a. Serangan OPT (3%) 4 Petani Reguler/Swadaya JUMLAH PADI SAWAH

a. Fokus utama peningkatan produktivitas padi melalui SL- PTT berbasis kawasan adalah upaya pencapaian sasaran produksi padi tahun 2013 yang difokuskan pada kegiatan peningkatan produktivitas padi. Kegiatan SL-PTT tahun 2013 seluas 586.568 ha, terdiri atas carry over SL-PTT tahun 2012 seluas 147.568 ha dan SL-PTT berbasis kawasan tahun 2013 seluas 439.000 ha. Kegiatan SL-PTT tahun 2013 terbagi atas 2 (dua) kawasan yaitu : 1) Kawasan Pengembangan seluas 25.000 ha. a). Padi inbrida sawah seluas seluas 12.000 ha yang dialokasikan di 33 kecamatan pada 9 Kabupaten. b). Padi hibrida seluas 13.000 ha yang dialokasikan di

72 Kecamatan pada 13 Kabupaten.

2) Kawasan Pemantapan seluas : 414.000 ha. a). Padi inbrida sawah seluas 354.000 ha yang dialokasikan di 454 Kecamatan pada 21 Kabupaten/Kota. b). Padi inbrida lahan kering seluas 60.000 ha yang dialokasikan di 152 Kecamatan pada 15 Kabupaten.

Alokasi SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2013, masing-masing Kabupaten/Kota, disajikan pada Lampiran 6.

b. Upaya peningkatan produksi padi di luar wilayah fokus Upaya peningkatan produksi dan produktivitas padi areal di luar wilayah fokus dilakukan melalui serangkaian pembinaan, pengawalan, pendampingan dan bimbingan yang terkoordinasi dan terintegrasi dengan memanfaatkan benih bersubsidi, benih non subsidi dan atau benih dari sumber- sumber lain, pupuk bersubsidi (Urea, ZA, SP-36/Superphos, NPK dan Pupuk Organik), alsintan, SRI, fasilitas penyuluhan melalui Demfarm, GP3K, penanganan pasca panen, cetak sawah baru, optimasi lahan, pengelolaan air, kemitraan dan swadaya murni petani. Areal yang dikelola dengan pola ini seluas 1.397.502 ha dengan perkiraan kontribusi produksi sebesar 8.895.945 ton GKG. Agar upaya ini dapat berhasil maka dukungan dari berbagai pihak sangat diperlukan melalui dukungan dan gerakan yang luar biasa antara lain : (1). gerakan pengolahan tanah, (2). gerakan tanam dan panen serentak, (3). gerakan pemupukan berimbang, 4). gerakan penerapan teknologi, (5). gerakan pengendalian OPT dengan metode PHT, (6). gerakan penanganan panen dan pasca panen, dan (7). gerakan lainnya dengan dukungan dana APBN maupun APBD I dan APBD II serta dana masyarakat dan stakeholder. Petugas Pertanian/Penyuluh Pertanian, POPT dan PBT tetap harus melakukan pengawalan dan pendampingan pada areal tanam di luar SL-PTT. Pada prinsipnya semua dana yang ada dikelola oleh Dinas Pertanian dan Bakorluh/Bapeluh ditujukan untuk meningkatkan produksi padi baik di areal SL-PTT maupun di luar areal SL-PTT. Posko II di Provinsi, Posko III di Kabupaten/Kota, Posko IV di Kecamatan/BPP, dan Posko V di Desa, agar dioperasionalkan secara optimal sesuai dengan Permentan Nomor 45 Tahun 2011 mengenai Tata Hubungan Kerja Antar Kelembagaan Teknis, Penelitian dan Pengembangan, dan

Penyuluhan Pertanian Dalam Mendukung Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN).

2. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Jagung Tahun 2013 Fokus utama pencapaian sasaran produksi jagung tahun 2013 adalah peningkatan produktivitas melalui SL-PTT berbasis kawasan. Areal SL-PTT yang menjadi fokus utama kegiatan seluas 12.193 ha, terdiri atas SL-PTT berbais kawasan tahun 2013 seluas 6.000 ha dan pertanaman/carry over tahun 2012 seluas 6.193 ha. Sedangkan di luar fokus utama melalui upaya peningkatan produksi lainnya pada kawasan areal tanam seluas 161.766 ha, dan perluasan areal tanam seluas 18.000 ha. Secara rinci upaya pencapaian sasaran produksi jagung tahun 2013 disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6.
No

Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Jagung Tahun 2013.


Uraian Luas Tanam (Ha) 40.876 12.193 3.678 25.000 5 18.000 18.000 133.083 191.959 Luas Panen (Ha) 39.445 11.766 3.549 24.125 5 17.370 17.370 115.948 172.763 Produktivitas (Ku/Ha) 69,96 71,25 70,00 69,32 69,00 69,00 69,00 64,70 66,33 Produksi (Ton GKG) 275.940 83.830 24.842 167.235 33 119.853 119.853 750.150 1.145.942

1 Peningkatan Produktivitas a. Kegiatan SL-PTT b. GP3K c. Bantuan Benih/Subsidi Benih d. Kemitraan dengan Pihak Lain 2 Perluasan Areal Tanam a. Optimalisasi Pengemb. Areal 3 Petani Reguler/Swadaya JUMLAH

a. Fokus utama peningkatan produktivitas jagung melalui SL-PTT berbasis kawasan adalah upaya pencapaian sasaran produksi jagung tahun 2013 yang difokuskan pada kegiatan peningkatan produktivitas jagung. Kegiatan SL-PTT tahun 2013 seluas 12.193 ha, terdiri atas carry over SL-PTT tahun 2012 seluas 6.193 ha dan SL-PTT berbasis kawasan tahun 2013 seluas 6.000 ha. Kegiatan SL-PTT tahun 2013 terbagi atas 2 (dua) kawasan yaitu :

1) Kawasan Pengembangan seluas 1.000 ha. a). Jagung hibrida seluas 1.000 ha yang dialokasikan di

8 Kecamatan pada 1 Kabupaten.

2) Kawasan Pemantapan seluas 5.000 ha. a). Jagung hibrida seluas 5.000 ha yang dialokasikan di

18 Kecamatan pada 4 Kabupaten. Alokasi SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2013, masig-masing Kabupaten/Kota disajikan pada Lampiran 6.

b. Upaya peningkatan produksi jagung di luar fokus utama peningkatan produktivitas dan produksi dilakukan dengan pembinaan, pendampingan dan bimbingan yang terkoordinasi dan terintegrasi dengan memanfaatkan benih bersubsidi, benih non subsidi dan atau benih dari sumber-sumber lainnya, pupuk bersubsidi, dan swadaya murni petani. Upaya ini

diperkirakan mampu menyumbangkan produksi pada tahun 2013 sebesar 942.259 ton PK dari areal tanam seluas 161.766 ha. Upaya peningkatan produktivitas jagung agar dilakukan dengan perluasan penggunaan benih jagung hibrida produktivitas tinggi disamping peningkatan pemupukan berimbang. Lokasi-lokasi yang

masih menggunakan varietas lokal dan varietas komposit produktivitas rendah agar diupayakan dapat diganti produktivitas tinggi. Upaya penggunaan benih jagung hibrida produktivitas tinggi, antara lain dapat dilakukan dengan : 1). mendekatkan para produsen benih jagung hibrida produktivitas tinggi kepada para petani, 2). memotivasi produsen benih tersebut melakukan demonstrasi di lokasi-lokasi sasaran, 3). mendorong kemitraan petani dengan produsen benih dan atau produsen pupuk atau dengan pengusaha pakan ternak (konsumen jagung). Dengan demikian penggunaan benih jagung hibrida diharapkan dapat lebih meningkat. Upaya perluasan areal tanam jagung agar diupayakan pula dengan peningkatan indeks pertanaman (IP) di lahan yang masih mempunyai potensi atau perluasan pada lokasi/lahan baru (bukaan baru, lahan perkebunan, lahan kehutanan, dan lain-lain). dengan jagung hibrida

IV. PTT PADI DAN JAGUNG Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) merupakan suatu inovasi telah dilaksanakan sejak tahun 2008, tetapi metode dasar PTT telah dilaksanakan pada tahun-tahun sebelumnya seperti peningkatan produksi padi terpadu (P3T), peningkatan mutu intensifikasi (PMI), dan lain-lain. Sejak tahun

2008, pelaksanaan PTT melalui metode sekolah lapangan (SL) mengalami perubahan-perubahan perbaikan yang diharapkan mampu memecahkan berbagai permasalahan dalam peningkatan produktivitas. Teknologi

intensifikasi bersifat spesifik lokasi, tergantung pada masalah yang akan diatasi (demand driven technology). bersama-sama assessment). PTT sebagai suatu pendekatan inovatif dalam upaya meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani serta sebagai suatu pendekatan pembangunan tanaman pangan khususnya dalam mendorong peningkatan produksi padi dan jagung. Kegiatan SL-PTT tahun 2013 merupakan kegiatan lanjutan sejak tahun 2008 hingga sekarang dengan berbagai perbaikan dan penyempurnaan dari sisi perencanaan, pelaksanaan dan pengawalan serta pendampingan. petani melalui Komponen teknologi PTT ditentukan kebutuhan teknologi (need

analisis

4.1. Prinsip-prinsip PTT Dalam pelaksanaan SL-PTT di tingkat petani/kelompok tani harus memperhatikan dan melaksanakan prinsip-prinsip yang terkandung dalam PTT sebagai berikut : 1. Terpadu, PTT merupakan suatu pendekatan agar sumber daya tanaman, tanah dan air dapat dikelola dengan sebaik-baiknya secara terpadu. 2. Sinergis, PTT memanfaatkan teknologi pertanian terbaik, dengan memperhatikan keterkaitan yang saling mendukung antar komponen teknologi. 3. Spesifik lokasi, PTT memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik maupun sosial budaya dan ekonomi petani setempat.

4. Partisipatif , Petani turut berperan serta dalam memilih dan menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat dan kemampuan petani melalui proses pembelajaran dalam bentuk laboratorium lapangan (LL).

4.2. Tahapan Penerapan PTT Dalam melaksanakan penerapan PTT di tingkat petani/kelompok tani, harus dilaksanakan secara bertahap, diharapkan teknologi PTT dapat diterima, dilaksanakan/diterapkan dan dikembangkan/disosialisasikan ke petani/kelompok tani lainnya. Adapun tahapan-tahapan itu adalah : 1. Langkah pertama penerapan PTT adalah pemandu lapangan bersama petani melakukan Pemahaman Masalah dan Peluang (PMP) atau Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP). Identifikasi masalah peningkatan hasil di wilayah setempat dan membahas peluang mengatasi masalah tersebut, berdasarkan cara pengelolaan tanaman, analisis iklim/curah hujan, kesuburan tanah, luas pemilikan lahan, lingkungan sosial ekonomi. 2. Langkah ke dua adalah merakit berbagai komponen teknologi PTT berdasarkan usahataninya. 3. Langkah ke tiga adalah penyusunan RUK berdasarkan kesepakatan kelompok. 4. Langkah ke empat adalah penerapan PTT. 5. Langkah ke lima adalah pengembangan/replikasi PTT ke petani lainnya. kesepakatan kelompok untuk diterapkan di lahan

4.3. Komponen PTT Padi Komponen dasar (compulsory) dan pilihan disesuaikan spesifik wilayah setempat yang paling tepat diterapkan. Komponen teknologi pilihan dapat menjadi compulsory apabila hasil KKP memprioritaskan komponen teknologi dimaksud menjadi keharusan untuk pemecahan masalah utama suatu wilayah, demikian pula sebaliknya bagi komponen teknologi dasar.

Adapun komponen PTT padi dasar (compulsory), sebagaimana disajikan pada Tabel 7 sedangkan komponen pilihan disajikan pada Tabel 8.

Tabel 7.

Komponen PTT Padi Dasar. Padi Sawah Irigasi Padi Gogo/Lahan Kering Pergiliran varietas (VUB, PTB) Benih bermutu dan sehat Pemberian bahan organik Pemupukan berdasar status kesuburan tanah Konservasi tanahdan air

Varietas modern (VUB, PH, PTB) Bibit bermutu dan sehat Pengaturan cara tanam (jajar legowo) Pemupukan berimbang dan efisien menggunakan BWD dan PUTS/ petak omisi/Permentan No. 40/2007 PHT sesuai OPT sasaran.

Tabel 8. Komponen PTT Padi Pilihan. Padi Sawah Irigasi Bahan organik/pupuk kandang/ amelioran** Umur bibit Pengolahan tanah yang baik Pengelolaan air optimal (pengairan berselang) Pupuk cair (PPC, ppk organik, pupuk bio- hayati)/ZPT, pupuk mikro) Penanganan panen dan pasca panen. Padi Gogo/Lahan Kering Pengelolaan tanaman yang meliputi populasi dan cara tanam (legowo, larikan, dll) PHT sesuai OPT setempat Pengendalian gulma terpadu Pola tanam berbasis padi gogo Penanganan panen dan pasca panen.

* : Komponen teknologi pilihan dapat menjadi compulsory apabila hasil KKP


memprioritaskan komponen teknologi yang dimaksud menjadi keharusan untuk pemecahan masalah utama suatu wilayah, demikian pula sebaliknya bagi komponen teknologi dasar. ** : Prioritas

(Sumber : Pedoman Teknis SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2013, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2013).

4.4. Komponen PTT Jagung Komponen dasar dan pilihan disesuaikan spesifik wilayah setempat yang paling tepat diterapkan. Komponen PTT Jagung dasar yaitu :

1). Varietas unggul baru, hibrida atau komposit, 2). Benih bermutu dan berlabel, 3). Populasi 66.000-75.000 tanaman/ha dan 4). Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah. Sedangkan

komponen PTT Jagung pilihan adalah : 1). Penyiapan lahan, 2). Pemberian pupuk organik, 3). Pembuatan saluran drainase pada lahan kering, atau saluran irigasi pada lahan sawah, 4). Pembumbunan, 5). Pengendalian gulma secara mekanis atau dengan herbisida kontak, 6). Pengendalian hama dan penyakit, dan 7). Panen tepat waktu dan pengeringan segera. Dalam rangka peningkatan Indeks Pertanaman (IP) 400 jagung, persyaratan yang harus dipenuhi adalah : 1). Lokasi tersedia cukup air saat diperlukan, terutama saat musim kemarau, 2). Lahan bebas genangan air saat musin hujan, 3). Tenaga kerja cukup tersedia setiap saat, dan 4). Umur varietas yang ditanam tidak lebih 100 hari. Peningkatan areal tanam dapat ditempuh juga melalui pemanfaatan lahan tidur/bukaan baru atau lahan perhutani/perkebunan.

4.5. Peran Komponen PTT Penggunaan benih varietas unggul bermutu akan menghasilkan daya perkecambahan yang tinggi dan seragam, tanaman yang sehat dengan perakaran yang baik, tanaman tumbuh lebih cepat, tahan terhadap hama dan penyakit, berpotensi hasil tinggi dan mutu hasil yang lebih baik. Penanaman yang tepat waktu, serentak dan jumlah populasi yang optimal dapat menghindari serangan hama dan penyakit, menekan pertumbuhan gulma, terhindar dari kelebihan dan kekurangan air, memberikan pertumbuhan tanaman yang sehat dan seragam serta hasil yang tinggi. Pemberian pupuk secara berimbang berdasarkan kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara tanah dengan prinsip tepat jumlah, jenis, cara, dan

waktu aplikasi sesuai dengan jenis tanaman akan memberikan pertumbuhan yang baik dan meningkatkan kemampuan tanaman mencapai hasil tinggi. Pemberian air pada tanaman secara efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi tanah merupakan faktor penting bagi pertumbuhan dan hasil tanaman yaitu air sebagai pelarut sekaligus pengangkut hara dari tanah ke bagian tanaman. Kebutuhan akan air disetiap stadia tanaman berbeda-beda, pemberian air secara tepat akan meningkatkan hasil dan menekan terjadinya stres pada tanaman yang diakibatkan karena kekurangan dan kelebihan air. Perlindungan tanaman dilaksanakan untuk mengantisipasi dan

mengendalikan serangan OPT dan DPI dengan meminimalkan kerusakan atau penurunan produksi akibat serangan OPT. Pengendalian dilakukan

berdasarkan prinsip dan strategi Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Khususnya pengendalian dengan pestisida merupakan pilihan terakhir bila serangan OPT berada di atas ambang ekonomi. Penggunaan pestisida harus memperhatikan jenis, jumlah dan cara penggunaannya sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku sehingga tidak menimbulkan resurjensi atau resistensi OPT atau dampak lain yang merugikan lingkungan. Penanganan panen dan pasca panen akan memberikan hasil yang optimal jika panen dilakukan pada waktu dan cara yang tepat yaitu tanaman dipanen pada masak fisiologis berdasarkan umur tanaman, kadar air dan penampakan visual hasil sesuai dengan diskripsi varietas. Pemanenan

dilakukan dengan sistem kelompok yang dilengkapi dengan peralatan dan mesin yang cocok sehingga menekan kehilangan hasil. Hasil panen dikemas dalam wadah dan disimpan ditempat penyimpanan yang aman dari OPT dan perusak hasil lainnya sehingga mutu hasil tetap terjaga dan tidak tercecer.

4.6. Pemilihan Teknologi PTT Komponen teknologi yang dipilih dan diterapkan oleh petani dalam melaksanakan SL-PTT adalah komponen teknologi PTT. Perakitan

komponen teknologi budidaya dilakukan dengan cara penelusuran setiap alternatif komponen teknologi, jumlah yang mempengaruhi dan yang

dipengaruhi. Apabila hal tersebut telah diketahui, maka antar komponen teknologi dan aspek lingkungan dapat disinergiskan. Pemilihan teknologi budidaya yang optimal dapat dilakukan dengan memaksimalkan komponen teknologi yang saling sinergis dan meminimalkan komponen teknologi yang saling antagonis (berlawanan) sehingga diperoleh teknik budidaya dalam pendekatan PTT yang spesifik lokasi. Kombinasi komponen teknologi yang digunakan pada lokasi tertentu dapat berbeda dengan lokasi lainnya, karena beragamnya kondisi lingkungan pertanaman. dikembangkan Setiap teknologi dan kombinasi teknologi yang sedang pada suatu lokasi dapat berubah sejalan dengan Untuk

perkembangan ilmu dan pengalaman petani di lokasi setempat.

menetapkan paket teknologi SL-PTT yang akan dilaksanakan di setiap unit agar dikonsultasikan dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di masing-masing wilayah.

4.7. Keuntungan Penerapan Teknologi PTT Keuntungan yang diharapkan setelah penerapan teknologi PTT melalui metode SL, diantaranya : 1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil usahatani. 2. Efisiensi biaya usahatani dengan penggunaan teknologi yang tepat untuk masing-masing lokasi. 3. Kesehatan lingkungan tumbuh pertanaman dan lingkungan kehidupan secara keseluruhan akan terjaga. 4. Menjaga, meningkatkan, dan menjalin kerjasama dan kebersamaan terutama dalam pelaksanaan usahatani, baik antar petani maupun antar kelompok dalam wilayah hamparan maupun dalam wilayah kawasan.

V. 5.1.

SEKOLAH LAPANGAN PTT PADI DAN JAGUNG Model Pemberdayaan Petani melalui SL-PTT SL-PTT berfungsi sebagai pusat belajar pengambilan keputusan para

petani/kelompoktani, sekaligus tempat tukar menukar informasi dan pengalaman lapangan, pembinaan manajemen kelompok serta sebagai percontohan bagi kawasan lainnya. Untuk itu, melalui SL-PTT diharapkan petani/kelompok tani nantinya akan mampu mengambil keputusan atas dasar pertimbangan teknis dan ekonomis dalam setiap tahapan budidaya usahataninya serta mampu mengaplikasikan teknologi secara benar sehingga meningkatkan produksi dan pendapatannya. SL-PTT tidak terikat dengan ruang kelas, sehingga

belajar dapat dilakukan di saung dan tempat-tempat lain yang berdekatan dengan lahan belajar. Dalam SL-PTT terdapat satu unit Laboratorium Lapangan (LL) yang merupakan bagian dari kegiatan SL-PTT sebagai tempat bagi petani anggota kelompoktani dapat melaksanakan seluruh tahapan SL-PTT pada lahan tersebut. Dalam melaksanakan LL kelompoktani dapat mengacu pada

rekomendasi teknologi setempat. SL-PTT dilaksanakan oleh kelompoktani yang sudah terbentuk dan masih aktif. Kelompoktani yang dimaksud diupayakan kelompoktani yang

dibentuk berdasarkan hamparan, atau lokasi lahan usahataninya diupayakan masih dalam satu hamparan setiap kelompok. Hal ini perlu untuk

mempermudah interaksi antar anggota karena mereka saling mengenal satu sama lainnya dan diharapkan tinggal saling berdekatan sehingga bila teknologi SL-PTT sudah diadopsi secara individu akan mudah ditiru dan diterapkan petani lainnya. Tiap unit SL-PTT terdiri dari petani peserta yang berasal dari satu kelompoktani yang sama dan atau dengan kelompoktani lain terdekat. Dalam setiap unit SL-PTT perlu ditetapkan seorang ketua yang bertugas mengkoordinasikan aktivitas anggota kelompok, seorang sekretaris yang bertugas sebagai pencatat kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada setiap

pertemuan dan seorang bendahara yang bertugas mengurusi masalah yang berhubungan dengan keuangan. Untuk menjamin kelangsungan dinamika kelompok dalam kelas SL- PTT, perlu diusahakan paling tidak satu orang dari kelompoktani sebagai motivator yang mampu memberikan respon yang cepat terhadap inovasi dan mampu mendorong anggota kelompok lainnya dapat memberikan respon yang sama. Peserta SL-PTT akan mengadakan pengamatan bersama-sama di petak percontohan/Laboratorium Lapangan (LL), mendiskripsikan dan membahas temuan-temuan lapangan. Pemandu Lapangan berperan sebagai fasilitator untuk mengarahkan jalannya diskusi kelompok. Peserta SL-PTT wajib mengikuti setiap tahap pertanaman dan mengaplikasikan kombinasi komponen teknologi yang sesuai spesifik lokasi mulai dari pengolahan tanah, budidaya, penanganan panen dan pasca panen. Pada setiap tahapan pelaksanaan, petani peserta diharapkan melakukan serangkaian kegiatan yang sudah direncanakan dan dijadwalkan, baik di petak LL maupun di lahan usahataninya. Sketsa model pemberdayaan petani melalui SL-PTT, sebagaimana pada Gambar 1.

Gambar 1.

Sketsa Model Pemberdayaan Petani Melalui SL-PTT.

5.2. Tipe, Kriteria dan Batasan Kawasan SL-PTT Fokus kegiatan peningkatan produktivitas tanaman padi dan jagung tahun 2013 dilaksanakan melalui peningkatan kualitas SL-PTT melalui pola pengembangan dan pemantapan dengan pendekatan kawasan skala luas,

terintegrasi dari hulu sampai hilir, peningkatan jumlah paket bantuan sebagai instrumen stimulan, dukungan dan pengawalan serta pendampingan. Untuk itu, lokasi SL-PTT tahun 2013 akan lebih difokuskan ke dalam 2 (dua) kawasan, yaitu kawasan kawasan pengembangan dan kawasan pemantapan. Luas 1 (satu) kawasan untuk padi inbrida, padi hibrida, dan jagung hibrida 1.000 ha. Luas 1 (satu) kawasan 1.000 ha, untuk beberapa

kabupaten/kota, terutama kabupaten/kota yang terletak di tengah dan selatan Jawa Barat kemungkinan disesuaikan dengan kondisi geografis setempat. Untuk jelasnya tipe, kriteria dan orientasi pengembangan serta batasan pengembangan kawasan sebagaimana pada Tabel 9 dan Tabel 10.

Tabel 9.

Tipe, Kriteria dan Orientasi Pengembangan Kawasan Sentra Produksi Tanaman Pangan.
Kriteria Kawasan
Produktivitas Hampir Sama Dengan Produktivitas Rata-Rata Provinsi Pemanfaatan Lahan Hampir Optimal Tingkat Kehilangan Hasil Sedang Mutu Hasil Belum Optimal Produktivitas Sudah Lebih Tinggi Dari Produktivitas Rata-Rata Provinsi Dan Atau Nasional Mutu Hasil Belum Optimal Efisiensi Usaha Belum Berkembang Optimalisasi Pendapatan Melalui Produksi Subsektor Tanaman Sudah Maksimal (Kecuali Ada Introduksi Teknologi Baru) Pengenalan Teknologi Baru

Tipe Kawasan

Orientasi Penguatan
Peningkatan Produktivitas

Pengembangan

Penurunan Tingkat Kehilangan Hasil Peningkatan Mutu Hasil

Peningkatan Mutu Hasil Efisiensi Usaha Melalui Pemanfaatan Limbah Lingkungan Diversifikasi Produk Tanaman Pangan Pengaturan Harga Dan Margin Diversifikasi Pendapatan Melalui Subsektor Lain

Pemantapan

Keterangan : 1. Pemerintah memiliki keterbatasan anggaran. 2. Sasaran pembangunan yang ditargetkan adalah peningkatan produksi dan peningkatan pendapatan. 3. Pada setiap kawasan, diperlukan dukungan setiap Eselon I mengacu target orientasi.

Tabel 10. Batasan Pengembangan Kawasan Padi dan Jagung Tahun 2013.
Komoditi Faktor Pertimbangan Kawasan Jenis Lahan Komponen Model 1 Kawasan 1 SL-PTT Padi Inbrida PADI Baku Lahan 1. Lahan Sawah 2 SL-PTT Padi Inbrida Spesifik Lokasi 3 SL-PTT Padi Inbrida Peningkatan IP 6 Demfarm Padi Hibrida 2. Lahan Kering 7 SL-PTT Padi Lahan Kering Luasan 1 Kawasan (Ha) 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000

JAGUNG

Baku Lahan

Lahan Sawah/Lahan 1 SL-PTT Jagung Hibrida Kering

1,000

Catatan : 1. Faktor pertimbangan baku lahan sangat diperhatikan. 2. Alokasi jenis model kawasan agar memperhatikan tingkat produktivitas, indeks pertanaman, dan pengembangan jaringan irigasi (Kesepakatan dengan Kementerian PU). 3. Apabila tersedia lahan yang dapat diperluas lagi maka akan dilakukan melalui instrumen Cadangan Benih Nasional (CBN). 4. Dukungan dari Eselon 1 lain terutama Ditjen PSP, PPHP, Badan Litbang, dan BPPSDMP diletakkan sesuai dengan kebutuhan komponen dan permasalahan yang ada.

5.3. Kriteria Kawasan Luas 1 (satu) kawasan 1.000 ha diutamakan dalam 1 desa dalam satu kecamatan dan penuhi terlebih dahulu areal dalam satu desa dalam satu kecamatan. Apabila areal di desa tersebut belum mencukupi, maka

kekurangannya dapat ditambah/dipenuhi dari desa terdekat, dan seterusnya hingga kawasan seluas 1.000 ha dapat terpenuhi. Apabila kawasan 1.000 ha belum dapat dipenuhi dari satu kecamatan, maka kekurangannya dapat dipenuhi dari kecamatan terdekat, dan seterusnya hingga kawasan seluas 1.000 ha terpenuhi. Untuk lebih jelasnya sebagaimana pada Gambar 2.

Gambar 2.

Kriteria Kawasan 1.000 Ha.

1. Alternatif 1 : 1000 ha dalam 1 Desa 2. Alternatif 2 : 1000 ha dalam beberapa Desa dalam 1 Kecamatan 3. Alternatif 3 : 1000 ha dalam beberapa Desa dalam 2 Kecamatan atau lebih Keterangan: 1. Penuhi areal dalam satu desa, bila areal belum mencukupi di desa tersebut maka kekurangannya dapat ditambah dari desa terdekat. 2. Apabila kawasan 1.000 ha belum dapat dipenuhi dari satu kecamatan, maka kekurangannya dapat dipenuhi dari kecamatan terdekat. 3. Transfer Bantuan Sosial (Bansos) ke Rekening Kelompoktani.

Pada setiap luasan 25 ha dalam kawasan seluas 1.000 ha, dilaksanakan 1 unit Laboratorium Lapangan (LL) seluas 1 ha sehingga jumlah LL dalam kawasan 1.000 ha sebanyak 40 unit (40 ha LL). LL merupakan tempat pembelajaran/pertemuan petani di lapangan. Pertemuan kelompok

dilaksanakan pada areal LL dalam SL hamparan/kawasan 25 ha. Untuk lebih jelasnya dikemukakan pada Gambar 3 berikut.

Gambar 3. Laboratorium Lapangan (LL).

Keterangan : : 1 Ha LL Laboratorium Lapang /25 Ha SL 1. Pada setiap 25 ha dalam kawasan 1.000 ha dilaksanakan 1 unit LL seluas 1 ha, sehingga jumlah LL dalam 1000 ha terdapat sebanyak 40 unit LL (40 Ha LL). 2. Pertemuan kelompok dilaksanakan pada areal LL dalam hamparan/ kawasan 25 ha

Dalam LL dilakukan percontohan penerapan teknologi paket anjuran secara sempurna, sebagai arena belajar para petani. Dalam LL diharapkan dapat pula dilakukan petak-petak percontohan pengenalan varietas-varietas unggul baru atau paket-paket teknologi baru lainnya atas persetujuan BPTP setempat. Jenis sarana produksi dan dosis yang digunakan pada areal SL maupun LL disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi dan dicantumkan dalam Rencana Usahatani Kelompok/RUK masing-masing kelompoktani. Untuk lebih jelasnya agar dikonsultasikan dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di masing-masing daerah. Besarnya bantuan saprodi sebagai salah satu instrumen

perangsang/stimulan baik pada areal SL maupun LL disesuaikan dengan kawasan dimana SL-PTT tersebut dialokasikan dan disesuaikan pula dengan komoditi yang diusahakan kelompoktani peserta SL-PTT. Bantuan sarana produksi dan pertemuan kelompok merupakan Belanja Sosial (BANSOS) dan penggunaannya dengan mekanisme transfer langsung ke rekening

kelompoktani dalam bentuk uang dan sesuai pedoman serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan insentif/bantuan transport

bagi petugas pendamping (petugas dinas dan aparat) dan papan nama merupakan Belanja Barang Non Operasional (BBNOL) dan penggunaannya disesuaikan dengan kondisi di lapangan dan sesuai dengan pedoman serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. Seperti telah dikemukakan di atas bahwa pada setiap 25 ha SL dalam kawasan seluas 1.000 ha, terdapat 1 unit Laboratorium Lapangan (LL) seluas 1 ha sehingga jumlah LL dalam kawasan 1.000 ha, sebanyak 40 unit LL (40 ha LL), berarti sisanya seluas 960 ha berupa areal SL. Sebagai contoh, apabila satu kelompoktani mempunyai areal 50 ha maka kelompoktani tersebut akan mendapatkan 2 unit LL dan seterusnya. Jika areal tidak

mencukupi 25 ha, maka dapat digabung dengan kelompoktani lainnya yang berdekatan dan lokasi pelaksanaan pertemuan kelompoktani disepakati oleh kelompoktani tersebut. Pola SL-PTT Padi dan Jagung pada satu kawasan sebagaimana pada Gambar 4 dan 5 berikut :

Gambar 4. Pola SL-PTT Kawasan Pengembangan.

Gambar 5. Pola SL-PTT Kawasan Pemantapan.

Kebutuhan sarana produksi dan pendukung lainnya (papan nama dan lainnya) yang tidak dibantu pemerintah maupun kekurangannya, maka penyediaannya agar ditanggung dan diusahakan secara swadana oleh anggota kelompoktani atau berasal dari sumber lainnya. Hal ini

dimaksudkan agar petani/kelompoktani ikut merasa memiliki sehingga mempunyai tanggungjawab moral untuk mensukseskan SL-PTT Padi dan Jagung dalam rangka mendukung pencapaian sasaran produksi tahun 2013. Selanjutnya agar kegiatan SL-PTT berbasis kawasan tersebut berkontribusi nyata pada produksi tahun 2013, maka pertanaman di areal SL-PTT diharapkan sudah dilaksanakan pada awal tahun 2013 (Akhir MH 2012/2013 sampai MK II 2013), kecuali secara teknis maupun administrasi tidak memungkinkan dilaksanakan, seperti halnya padi gogo/lahan kering, maka dapat dilaksanakan pada awal MH 2013/2014 (Oktober-Desember 2013). Untuk itu, sedini mungkin diambil langkah-

langkah dan disiapkan secara terencana, akurat, dan efektif melalui koordinasi dengan instansi terkait, antara lain : Dinas Pengairan, BMKG, Penyedia Benih, Pupuk, Alsintan dan lain sebagainya, agar pelaksanaan tepat waktu dan sasaran.

Guna mengetahui tingkat produktivitas pada areal SL-PTT maka pada tahun 2013 direncanakan mendapat bantuan dana untuk pendataan ubinan pada setiap kabupaten/kota pelaksana SL-PTT yang besarnya antara 1-50 unit dengan total areal ubinan padi 924 unit dan jagung 60 unit. Untuk memperoleh data ubinan yang optimal ada areal SL-PTT Padi dan Jagung yang telah ditentukan oleh Dinas Kabupaten/Kota, maka diharapkan ubinan dilaksanakan paling lambat pada bulan Desember 2013. Untuk itu perlu diambil langkah-langkah guna penyusunan jadwal tanam/panen yang tepat. Kegiatan ini dilakukan oleh petugas ubinan pada Dinas Pertanian Kabupaten/Kota (Mantri Tani/Mantri Statistik). Agar pelaksanaan ubinan diketahui oleh semua unsur yang terlibat dalam pendataan kestatistikan, diharapkan jadwal pelaksanaan ubinan disampaikan kepada Tim Teknis Tingkat Provinsi. Tim Teknis Tingkat Provinsi bersama dengan Bagian Data diharapkan melaksanakan ubinan secara bersama-sama di lapangan pada beberapa plot/unit ubinan. Sebagai bentuk peningkatan kualitas SL-PTT Padi dan Jagung di lapangan, maka dukungan pendampingan dan pengawalan perlu lebih dioptimalkan. Pendampingan dan pengawalan dilakukan oleh Petugas Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota termasuk PPL, POPT, PBT, KCD, Mantri Tani atau petugas lain sesuai kebutuhan di masing-masing lokasi dan Aparat (TNI-AD beserta jajarannya/BABINSA, Camat dan Kades atau lainnya) serta petugas Pusat. Pengawalan SL- PTT dilakukan pula oleh para Peneliti BPTP di masing-masing lokasi SL/LL yang penugasannya melalui Surat Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pendampingan dan pengawalan oleh petugas dinas dan aparat, dilakukan pula pada seluruh areal tanam/panen baik SL-PTT maupun pertanaman Reguler (Non SL-PTT) melalui Gerakan Pengembangan Kawasan Padi dan Jagung. Untuk itu Posko P2BN pada setiap tingkatan (Kecamatan, Kabupaten/Kota dan Provinsi) harus lebih diaktifkan guna melakukan koordinasi dengan berbagai pihak dan instansi terkait untuk turun ke lapangan memantau kondisi di lapangan, menggerakkan percepatan tanam/panen serentak, pemeliharaan tanaman dan mengetahui segala permasalahannya untuk selanjutnya diselesaikan.

Pendampingan kegiatan SL-PTT oleh Pemandu Lapangan (PL) khususnya Penyuluh Pertanian Lapangan, POPT, PBT dan Peneliti mempunyai fungsi sebagai : 1. Pemandu yang paham terhadap permasalahan, kebutuhan dan kekuatan yang ada di lapangan dan desa. 2. Dinamisator proses latihan SL-PTT sehingga menimbulkan ketertarikan dan lebih menghidupkan latihan. 3. Motivator yang kaya akan pengalaman dalam berolah tanam dan dapat membantu membangkitkan kepercayaan diri para peserta SL-PTT. 4. Konsultan bagi petani peserta SL-PTT untuk mempermudah menentukan langkah-langkah selanjutnya dalam melaksanakan kegiatan usahataninya setelah kegiatan SL-PTT selesai. Dalam rangka memberikan apresiasi kepada petugas lapangan yang telah melaksanakan pengawalan dan pendampingan SL-PTT/P2BN, maka kepada petugas tersebut akan diberikan penghargaan berupa uang yang besarannya disesuaikan dengan dana yang tersedia. Penghargaan diberikan kepada tiga orang petugas per kabupaten/kota. Untuk itu Dinas Pertanian Kabupaten/Kota perlu merumuskan kriteria penilaian yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah.

5.4. Penentuan Calon Lokasi Pemilihan penempatan calon lokasi SL-PTT dengan prioritas luasan areal sesuai dengan ketentuan batasan kawasan, produktivitas dan indeks pertanamannya masih berpotensi untuk ditingkatkan dan petaninya responsif terhadap teknologi. Pemilihan letak petak LL yang berada di dalam areal SL-PTT terpilih dengan prioritas pertimbangan terletak di bagian pinggir areal SL-PTT sehingga berbatasan langsung dengan areal di luar SL-PTT diharapkan penerapan teknologi SL-PTT mudah dilihat dan ditiru oleh petani di luar SL-PTT. Format CL dan CPCL disajikan pada Lampiran 7, 8 dan 9.

1. Penentuan Calon Lokasi a. Lokasi dapat berupa persawahan yang beririgasi dan lahan kering yang produktivitas dan/atau indeks pertanamannya masih dapat ditingkatkan. Prioritas pertama lokasi SL-PTT tahun anggaran 2013 ditempatkan pada lokasi yang IP (Indeks Pertanaman) paling rendah dan/atau pada lokasi yang produktivitasnya paling rendah serta areal sawah bukaan/cetakan baru. Oleh karena itu Dinas Pertanian

Kabupaten/Kota harus melakukan identifikasi lokasi-lokasi yang produktivitas dan/atau IP-nya masih dapat ditingkatkan. b. Diprioritaskan bukan daerah endemis hama dan penyakit, bebas dari bencana kekeringan, kebanjiran dan sengketa. c. Unit SL-PTT, diusahakan agar berada dalam satu hamparan/kawasan yang strategis dan mudah dijangkau petani atau disesuaikan dengan kondisi di lapangan. d. Lokasi SL-PTT setiap 25 ha, diberi papan nama sebagai tanda lokasi pelaksanaan SL/LL. e. Letak Laboratorium Lapangan (LL) pada SL-PTT diutamakan ditempatkan pada lokasi yang sering dilewati petani sehingga mudah dijangkau dan dilihat oleh petani sekitarnya untuk dicontoh dalam usahataninya.

2. Penentuan Calon Petani/Kelompoktani SL-PTT. a. Kelompoktani/petani yang dinamis dan bertempat tinggal dalam satu desa/wilayah yang berdekatan dan diusulkan oleh Kepala Desa, KCD dan atau Penyuluh Lapangan. b. Petani yang dipilih adalah petani aktif yang memiliki lahan ataupun penggarap/penyewa dan mau menerima teknologi baru. c. Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan SL-PTT.

d. Kelompoktani SL-PTT ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang membidangi tanaman pangan, sebagaimana contoh pada Lampiran 8.

5.5. Ketentuan Pelaksana SL-PTT Ketentuan pelaksana SL-PTT sebagai berikut : 1. Lokasi SL-PTT diusahakan berada pada satu hamparan atau kawasan, mempunyai potensi untuk ditingkatkan produktivitas dan/atau IP-nya, serta anggota kelompoktaninya respons terhadap penerapan teknologi. 2. Luas satu unit SL-PTT padi dan jagung adalah 25 ha yang di dalamnya terdapat satu unit LL seluas 1 ha. 3. Peserta tiap unit SL-PTT diupayakan para petani yang berasal dari hamparan seluas 25 ha. 4. Memiliki Pemandu Lapangan (PL).

5.6. Persyaratan Kelompoktani Pelaksana SL-PTT 1. Kelompoktani tersebut masih aktif dan mempunyai kepengurusan yang lengkap yaitu Ketua, Sekretaris dan Bendahara. 2. Menyusun RUK sebagaimana pada Lampiran 9 atau mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 05/Permentan/OT.140/1/2013 tentang Pedoman Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Belanja Bantuan Sosial Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2013. 3. Kelompoktani penerima bantuan SL-PTT ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota (Satker

Kabupaten/Kota) atau Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat (Satker Provinsi). 4. Memiliki rekening yang masih berlaku/masih aktif di Bank Pemerintah (BUMN atau BUMD/Bank Daerah) yang terdekat dan bagi

Kelompoktani yang belum memiliki, harus membuka rekening di bank.

5. Rekening bank diutamakan berupa rekening bank setiap kelompoktani namun dapat pula rekening gabungan kelompoktani (Gapoktan). menggunakan rekening gapoktan, mekanisme pengaturan Jika antar

kelompoktani agar diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. 6. Membuat surat pernyataan bersedia dan sanggup menggunakan dana bantuan SL-PTT sesuai peruntukannya (RUK) dan sanggup

mengembalikan dana apabila tidak sesuai peruntukannya sebagaimana pada Lampiran 9. 7. Bersedia menambah biaya pembelian sarana produksi dan pendukung lainnya, bilamana bantuan pemerintah tersebut tidak mencukupi/kurang. 8. Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan SL-PTT.

5.7. Bantuan SL-PTT Guna mendukung pelaksanaan SL-PTT padi inbrida sawah, padi hibrida, padi inbrida lahan kering, dan jagung hibrida, sebagai stimulan direncanakan mendapat sarana produksi (pupuk Urea, pupuk NPK, pupuk Organik), sedangkan pertemuan kelompoktani, insentif/bantuan transport bagi petugas pendamping (petugas dinas dan aparat) dan papan nama diberikan pada setiap 25 ha dalam kawasan 1.000 ha baik kawasan pengembangan maupun pemantapan. Adapun plafon bantuan saprodi secara rinci sebagai berikut : 1. Areal Laboratorium Lapangan (LL) pada kawasan pengembangan dan pemantapan mendapatkan bantuan saprodi (Urea, NPK, dan pupuk Organik). 2. Areal SL di luar LL pada kawasan pengembangan mendapatkan bantuan saprodi yang volume dan jenisnya tidak sebesar pada lokasi LL. Kekurangan saprodi agar dapat dipenuhi secara swadana. 3. Areal SL di luar LL pada kawasan pemantapan tidak mendapatkan bantuan saprodi. Untuk itu saprodi pada areal tersebut diharapkan dapat disediakan melalui swadana dan/atau dari sumber-sumber lainnya.

Pengunaan saprodi (volume dan jenisnya) di tingkat lapangan disesuaikan dengan kondisi di masing-masing daerah (spesifik lokasi) dan telah disetujui oleh PPL serta Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan BPTP Provinsi. Untuk lebih jelasnya, plafon stimulan/bantuan saprodi untuk

pelaksanaan SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2013 disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Plafon Stimulan/Bantuan Saprodi SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2013
No Uraian Areal (Ha) Nasional I Kawasan SL-PTT Padi 1 Kawasan Pengembangan 472.500 25.000 - Saprodi di luar benih (urea 100 kg/ha, NPK 275 kg/ha, LL 10.900 480 1.344.900 organik 1.000 kg) - Pertemuan kelompok 6 kali a. Padi Inbrida Sawah SL 261.600 11.520 762.400 - Saprodi di luar benih (urea 75 kg/ha, NPK 150 kg/ha, organik 500 kg) - Pertemuan kelompok 6 kali Jumlah 272.500 12.000 - Saprodi di luar benih (urea 100 kg/ha, NPK 300 kg/ha, LL 8.000 520 1.402.400 organik 1.000 kg) - Pertemuan kelompok 6 kali b. Padi Hibrida SL 192.000 12.480 762.400 - Saprodi di luar benih (urea 75 kg/ha, NPK 150 kg/ha, organik 500 kg) - Pertemuan kelompok 6 kali Jumlah 2 Kawasan Pemantapan 200.000 3.737.400 13.000 414.000 - Saprodi di luar benih (urea 100 kg/ha, NPK 250 kg/ha, LL a. Padi Inbrida Sawah SL Jumlah 3.280.320 3.417.000 339.840 354.000 - Saprodi di luar benih (urea 100 kg/ha, NPK 250 kg/ha, LL b. Padi Inbrida Lahan Kering SL Jumlah TOTAL I 307.584 320.400 4.209.900 57.600 60.000 439.000 12.816 2.400 1.276.600 organik 1.000 kg) - Pertemuan kelompok 4 kali 21.600 - Pertemuan kelompok 4 kali 136.680 14.160 1.276.600 organik 1.000 kg) - Pertemuan kelompok 4 kali 21.600 - Pertemuan kelompok 4 kali Jabar Biaya (Rp 000/ha) I nstrumen Stimulan

II Kawasan SL-PTT Jagung 1 Kawasan Pengembangan 170.300 1.000 - Saprodi di luar benih (urea 100 kg/ha, NPK 200 kg/ha, LL Jagung Hibrida SL Jumlah 2 Kawasan Pemantapan 163.488 170.300 35.000 960 1.000 5.000 - Saprodi di luar benih (urea 50 kg/ha, NPK 100 kg/ha, LL Jagung Hibrida SL Jumlah TOTAL II TOTAL I + II 33.600 35.000 205.300 4.415.200 4.800 5.000 6.000 445.000 1.400 200 716.600 organik 750 kg) - Pertemuan kelompok 4 kali 21.600 - Pertemuan kelompok 4 kali 257.000 6.812 40 1.042.000 organik 750 kg) - Pertemuan kelompok 5 kali - Saprodi di luar benih (NPK 100 kg/ha) - Pertemuan kelompok 5 kali

Bantuan sarana produksi dan pertemuan kelompok diberikan langsung kepada kelompoktani, melalui mekanisme transfer ke rekening kelompoktani dalam bentuk uang, sedangkan papan nama dan pengawalan serta pendampingan melalui Satker Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang membidangi tanaman pangan dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. Adapun dosis pemupukan disesuaikan dengan rekomendasi

setempat. Apabila rekomendasi di suatu lokasi memerlukan pupuk jenis lainnya maka bila dana mamadai dapat dibiayai dari dana yang tersedia. Untuk memperoleh produktivitas yang tinggi, maka benih yang digunakan pada pelaksanaan SL-PTT adalah benih varietas unggul bermutu produktivitas tinggi yang bersumber dari benih bersubsidi yang disediakan oleh Pemerintah. Apabila tidak dapat dipenuhi dari benih bersubsidi maka dapat pula dipenuhi secara swadaya dan atau dari sumber-sumber lainnya. Penggunaan benih di luar benih bersubsidi harus disetujui oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, selanjutnya dilaporkan kepada Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, untuk kemudian disampaikan kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan. Khusus untuk padi lahan kering/gogo, padi pasang surut dan padi rawa lebak apabila varietas unggul nasional tidak tersedia, maka dapat menggunakan varietas unggul lokal yang telah beradaptasi dengan baik dan ditanam oleh petani di wilayah tersebut dan sumber pembiayaannya berasal dari swadaya petani pelaksana SL- PTT. Penggunaan varietas tersebut harus disetujui oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan BPTP setempat. Selanjutnya dilaporkan kepada Kepala Dinas Pertanian Provinsi untuk kemudian disampaikan oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan.

5.8. Mekanisme Pelaksanaan SL-PTT Mekanisme pelaksanaan SL-PTT yang meliputi : persiapan,

mengorganisasian kelas, penerapan metode belajar, menciptakan dan menghidupkan dinamika kelompok, monitoring dan evaluasi serta pelaporan oleh pemandu lapangan berpedoman pada Pedoman Teknis SL-PTT Padi dan

Jagung Tahun 2012 atau tahun sebelumnya sepanjang tidak bertentangan satu sama lain.

5.9. Pertemuan Kelompok SL-PTT Pertemuan kelompok dalam areal SL dan LL disesuaikan dengan kawasan dimana SL-PTT tersebut dialokasikan. Pada kawasan

pengembangan minimal 6 kali pertemuan dan pada kawasan pemantapan minimal 4 kali pertemuan. Oleh karena itu perlu dijadwalkan secara periodik dengan waktu pertemuan dirundingkan bersama petani peserta sehingga dapat dihadiri dan tidak mengganggu/merugikan waktu petani. Pertemuan kelompok dilakukan oleh pelaksana SL-PTT, tempat pertemuan di lokasi pelaksana SL-PTT. Peserta pertemuan adalah petani peserta dipandu oleh Pemandu Lapangan (PL). Hal-hal yang lebih teknis dan operasional lapangan agar diatur/ diuraikan oleh Petunjuk Pelaksanaan Teknis Lapangan SL-PTT yang disusun/dibuat oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang ditanda tangan oleh Kepala Dinas atau Sekretaris atau Kepala Bidang yang menangani Tanaman Pangan.

VI. PENGORGANISASIAN DAN OPERASIONAL SL-PTT 6.1. Pengorganisasian SL-PTT Agar pelaksanaan SL-PTT terkoordinasi dan terpadu mulai dari kelompoktani, kabupaten, provinsi sampai ke tingkat pusat maka perlu dibentuk tim pengendali tingkat pusat, tim pembina tingkat provinsi, tim pelaksana tingkat kabupaten/kota serta tim pelaksana tingkat kecamatan. Tim pengendali tingkat pusat, ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan. Tim pembina tingkat provinsi

ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur/Kepala Dinas Pertanian Provinsi yang bersangkutan. Sedangkan tim pelaksana tingkat kabupaten/ kota serta kecamatan, ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati/Walikota. Tim pembina tingkat provinsi serta tim pelaksana tingkat kabupaten/ kota dan tim pelaksana kecamatan melaksanakan kegiatan koordinasi pelaksanaan SL-PTT melalui Pos Simpul Koordinasi (POSKO) mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota sampai tingkat provinsi. Posko

SL-PTT dapat memanfaatkan POSKO yang telah ada seperti POSKO P2BN seperti diamanatkan pada Permentan Nomor 45 Tahun 2011tentang Tata Hubungan Kerja Antar Kelembagaan Teknis, Penelitian dan Pengembangan, dan Penyuluh Pertanian dalam Mendukung Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN).

6.2. Operasionalisasi SL-PTT Tim Pengendali Pusat melakukan koordinasi dan sinergisitas program dan kegiatan antar instansi terkait untuk kelancaran pelaksanaan SL-PTT. Tim Pembina Tingkat Provinsi melakukan koordinasi dan mengorganisir Tim Pelaksana Tingkat Kabupaten/Kota untuk dapat melaksanakan SL-PTT sesuai sasaran. Pembinaan dilakukan mulai sejak perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan evaluasi. Tim Pelaksana Tingkat Kabupaten/Kota dan kecamatan melakukan langsung pelaksanaan SL-PTT dengan mengorganisir dan menggerakkan Kepala Cabang Dinas Pertanian Kecamatan (KCD), Penyuluh, POPT, PBT,

Kepala Desa, Babinsa, Kelompoktani, dan petani dalam melaksanakan SL-PTT sesuai sasaran. Pengorganisasian/gerakan dilakukan mulai sejak Tim Pelaksana

perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan serta evaluasi.

Kabupaten/Kota juga melakukan administrasi kegiatan sesuai prosedur dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

VII. PEMBIAYAAN, PENGADAAN 7.1. Pembiayaan

MEKANISME

PENCAIRAN

DANA

DAN

Sumber pembiayaan pelaksanaan SL-PTT padi dan jagung tahun 2013 berasal dari APBN dan APBD maupun dana dari pihak swasta, stakeholders yaitu antara lain sebagai berikut : 1. Bantuan Sosial (Bansos) yang dialokasikan melalui dana tugas pembantuan tahun 2013 dengan mekanisme transfer langsung ke kelompoktani peserta SL-PTT dalam bentuk uang. Bantuan digunakan untuk pembelian pupuk Urea, NPK, dan pupuk Organik serta pelaksanaan pertemuan kelompok pada areal SL-PTT. 2. Bantuan alat dan mesin pertanian antara lain traktor, mesin pembuat pupuk organik, alsintan pascapanen melalui dana tugas pembantuan di Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan dana dekonsentrasi di Dinas Pertanian Provinsi ataupun dana APBN sesuai dengan ketersediaan dana. 3. Bantuan pengendalian OPT melalui dana APBN pada Seksi

Pengendalian OPT dan UPTD BPTPH, sesuai dengan ketersediaan dana. 4. Bantuan pengawalan, pendampingan, pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan SL-PTT melalui dana Tugas Pembantuan di Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat serta Dana Dekonsentrasi di Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. 5. Bantuan pendampingan SL-PTT oleh PPL, POPT dan PBT melalui dana BOP masing-masing Institusi. 6. Bantuan pendampingan teknologi SL-PTT oleh peneliti melalui dana APBN pada BPTP/Badan Litbang. 7. Kemitraan dengan perusahaan mitra yang bergerak di bidang agribisnis tanaman pangan yang difasilitasi oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat maupun Kabupaten/Kota setempat.

7.2. Mekanisme Pengajuan dan Penyaluran Dana Bantuan Sosial SL-PTT Mekanisme pencairan dan penyaluran dana Bantuan Sosial (Bansos) dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mekanisme pencairan dana bantuan sosial bagi pelaksanaan SL- PTT Tahun 2013 sebagaimana pada Lampiran 11.

7.3. Mekanisme Pengadaan Mekanisme pengadaan sebagai berikut : 1. Dana yang telah dicairkan oleh kelompoktani dipergunakan untuk membeli saprodi sesuai dengan kebutuhan kelompok sebagaimana yang telah tertuang pada RUK yang telah disetujui oleh Ketua Kelompoktani, Bendahara Kelompoktani dan Penyuluh/Petugas Pertanian, dengan contoh blanko disajikan pada Lampiran 9. 2. Kelompoktani dapat membeli saprodi di kios/toko saprodi terdekat atau di Produsen Penyalur Saprodi sesuai dengan RUK. 3. Dalam rangka pengawasan pelaksanaan bantuan SL-PTT, Kelompoktani penerima bantuan agar melakukan hal-hal sebagai berikut : a. Menyimpan tanda bukti (kwitansi) pembelian saprodi. b. Mencatat semua nomor seri label benih yang diterima. c. Mencatat semua nomor seri karung/kantung/botol/sachet pupuk/ saprodi yang dibeli. d. Membuat surat pernyataan Penerimaan dan Penggunaan Dana Bantuan Sosial SL-PTT sebagaimana pada Lampiran 10. e. Saprodi yang belum digunakan agar disimpan dengan baik untuk menjaga mutu. 4. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota bertanggung jawab penuh terhadap penyaluran dan penggunaan Dana Bantuan Sosial bagi pelaksanaan SL-PTT oleh petani/kelompoktani.

VIII. BIMBINGAN/PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN Bimbingan/pembinaan dan pendampingan dilaksanakan secara periodik mulai dari persiapan sampai dengan panen dan berjenjang mulai dari Pusat, Provinsi, Kabupaten dan Kecamatan serta Desa seperti terlihat dalam rencana jadwal pelaksanaan pada Lampiran 12. Setiap tingkatan memiliki peran masing-masing, diantaranya : 1. Pusat melakukan koordinasi, supervisi dan pembinaan pelaksanaan SL-PTT di provinsi dan kabupaten sesuai dengan ketersediaan dana. 2. Provinsi melakukan koordinasi, supervisi, pembinaan dan pengawalan pelaksanaan SL-PTT di kabupaten diharapkan minimal 2 (dua) kali selama musim tanam sesuai dengan ketersediaan dana. 3. Kabupaten melakukan koordinasi dan pembinaan pelaksanaan SL- PTT di tingkat lapangan/kelompoktani pelaksana SL-PTT diharapkan minimal 4 (empat) kali selama musim tanam disesuaikan dengan ketersediaan dana. Melakukan pendampingan kelompoktani pelaksana SL-PTT

dalam menerapkan paket teknologi spesifik lokasi dan membantu kelancaran distribusi bantuan SL-PTT, dll. 4. Pengawalan dan pendampingan oleh peneliti Puslitbangtan, BB Padi, Balitsereal, Balitkabi, dan Lolit Tungro bersama peneliti BPTP.

Pengawalan dan pendampingan oleh peneliti diutamakan pada kawasan pengembangan dan pemantapan yang disesuaikan dengan kondisi di lapangan dan ketersediaan dana yang ada di masing-masing BPTP setempat. Pendampingan dan pengawalan SL-PTT perlu mengedepankan teknologi spesifik lokasi yang sinergisitas, yakni teknologi yang mengutamakan peningkatan produktivitas dan pengurangan kehilangan hasil serta

pendekatan teknologi yang memperhatikan sub-ekosistem setempat. Disamping melakukan pengawalan dan pendampingan, peneliti/BPTP dapat melakukan display varietas berdampingan dengan lokasi SL-PTT.

IX. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN 9.1. Monitoring Kegiatan monitoring dilaksanakan secara periodik mulai dari persiapan sampai dengan panen oleh petugas Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagaimana terlihat dalam rencana jadwal pelaksanaan pada Lampiran 12. Monitoring meliputi perkembangan pelaksanaan SL-PTT, hasil yang telah dicapai, dll.

9.2. Evaluasi Kegiatan evaluasi dilaksanakan oleh petugas Pusat, Provinsi dan Kabupaten setelah seluruh rangkaian kegiatan dalam SL-PTT selesai sebagaimana terlihat dalam rencana jadwal pelaksanaan pada Lampiran 12. Evaluasi meliputi : 1) Komponen kegiatan pelaksanaan SL-PTT, 2) Tingkat pencapaian sasaran areal dan hasil, 3) Kenaikan produktivitas di lokasi SL-PTT dan LL, 4) Penerapan komponen teknologi PTT, dan 5) Ubinan SL-PTT.

9.3. Pelaporan Kegiatan pelaporan dilaksanakan oleh petugas provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan serta desa/unit SL-PTT secara periodik setiap bulan. Pelaporan dilakukan secara berjenjang yaitu dari Pemandu Lapangan (PL) ke Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, dari Dinas Pertanian Kabupaten/Kota ke Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat dan dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat ke Direktorat Jenderal Tanaman Pangan c/q Direktorat Budidaya Serealia. Laporan meliputi

pelaksanaan SL-PTT, hasil yang telah diperoleh, hasil ubinan, dll., sebagaimana format laporan pada Lampiran 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, dan 36). Laporan akhir memuat hasil evaluasi, kesimpulan, saran serta data dukung lainnya, dll. Laporan ke Provinsi disampaikan ke Seksi Serealia, Bidang Produksi Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan

Provinsi Jawa Barat, Jalan Surapti No. 71, Bandung 40133, Telp. (022) 2503884 dan Fax. (022) 2500713 atau melalui email :

yayat_ruhiyat@yahoo.co.id. Laporan ke pusat disampaikan ke Direktorat Budidaya Serealia Jalan AUP No. 3 Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520, Telp. (021) 7806262 dan Fax. (021) 7802930 atau melalui email : serealiapangan@yahoo.com. Kinerja penyampaian laporan akan dijadikan salah satu dasar penentuan anggaran Tahun 2014 sebagai penerapan azas reward and punishment.

X.

PENUTUP Peningkatan produktivitas padi dan jagung melalui peningkatan kualitas

SL-PTT dengan pola pengembangan dan pemantapan melalui pendekatan kawasan skala luas, merupakan salah satu terobosan yang diharapkan mampu memberikan kontribusi yang lebih besar dalam pencapaian sasaran produksi padi dan jagung di Jawa Barat dan Nasional. SL-PTT akan berhasil meningkatkan produksi dan pendapatan petani apabila didukung oleh semua pihak termasuk pemangku kepentingan baik hulu, onfarm maupun hilir serta terciptanya koordinasi pelaksanaan SL-PTT yang sinkron dan sinergis pada setiap tingkat pemerintahan mulai dari Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan sampai tingkat Desa. Untuk itu diperlukan niat tulus dari seluruh stakeholders, pola gerakan yang seiring seirama terpadu terkoordinasi terpantau mulai dari pusat sampai lapangan, upaya dan dukungan yang luar biasa karena tuntutan sasaran yang ditetapkan luar biasa, dari seluruh pelaku usaha, pemangku kepentingan dan masyarakat tani, kecepatan pengambilan keputusan dalam menyelesaikan masalah dan komitmen seluruh pemangku kepentingan. Peran Gubernur dan Bupati/Walikota sangat besar dalam mendukung setiap kegiatan pembangunan tanaman pangan di daerah termasuk SL-PTT. Untuk itu Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat dan Kepala Dinas Kabupaten/Kota diharapkan berupaya meyakinkan Gubernur/ Bupati/Walikota untuk memberi perhatian serius terhadap keberhasilan kegiatan pembangunan tanaman pangan terutama pelaksanaan SL-PTT dan pengembangan produksi padi dan jagung untuk meningkatkan produksi dan kesejahteraan petani. Sebagai catatan penting bahwa pelaksanaan SL-PTT diharapkan sebagai upaya untuk mencapai sasaran produksi tahun 2013 seperti pada Lampiran 1, 2, 3 dan 4.

LAMPIRAN

Lampiran 1 SASARAN LUAS TANAM, LUAS PANEN, PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI PADI SAWAH TAHUN 2013
No Kabupaten/ Kota 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi Bandung Barat Kota Bogor Kota Sukabumi Kota Bandung Kota Cirebon Kota Bekasi Kota Depok Kota Cimahi Kota Tasikmalaya Kota Banjar JUMLAH Luas Tanam Luas Panen Produktivitas (Ha) (Ha) (Ku/Ha) 92.305 88.612 67,00 133.422 128.085 67,25 132.117 126.832 65,57 76.604 73.540 67,23 124.000 119.040 68,70 128.205 123.078 67,27 119.025 114.264 67,36 65.108 62.505 65,32 90.760 87.129 68,57 97.700 93.792 67,64 72.538 69.636 66,97 220.958 212.116 69,07 175.848 168.815 68,00 33.953 32.596 65,50 195.787 187.955 68,84 96.059 92.216 67,00 37.092 35.608 65,40 1.303 1.251 63,85 3.722 3.573 68,00 2.552 2.449 63,85 697 670 63,57 874 839 64,00 750 720 64,42 620 595 65,01 14.421 13.845 64,02 6.732 6.463 66,02 1.923.152 1.846.224 67,55 Produksi (Ton) 593.707 861.350 831.636 494.409 817.805 827.946 769.682 408.256 597.450 634.409 466.352 1.465.092 1.147.935 213.504 1.293.882 617.854 232.876 7.988 24.296 15.636 4.259 5.370 4.638 3.868 88.637 42.669 12.471.506

Lampiran 2 SASARAN LUAS TANAM, LUAS PANEN, PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI PADI GOGO/LAHAN KERING TAHUN 2013
No Kabupaten/ Kota 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi Bandung Barat Kota Bogor Kota Sukabumi Kota Bandung Kota Cirebon Kota Bekasi Kota Depok Kota Cimahi Kota Tasikmalaya Kota Banjar JUMLAH Luas Tanam Luas Panen Produktivitas (Ha) (Ha) (Ku/Ha) 3.060 2.999 36,33 22.514 22.064 38,50 21.033 20.612 37,06 6.077 5.955 39,53 26.754 26.219 42,92 7.308 7.162 40,73 3.500 3.430 40,09 3.000 2.940 37,43 443 434 45,00 1.498 1.468 40,12 7.262 7.117 37,42 14.225 13.941 51,00 2.061 2.020 37,52 4.231 4.145 39,60 3.404 3.336 40,74 154 151 38,01 5.507 5.398 40,62 0 0 0 60 59 40,00 25 24 36,67 0 0 0 72 71 40,00 132.188 129.545 40,80 Produksi (Ton) 10.895 84.946 76.388 23.540 112.532 29.171 13.751 11.004 1.953 5.890 26.632 71.099 7.579 16.414 13.591 574 21.927 236 88 284 528.494

Lampiran 3 SASARAN LUAS TANAM, LUAS PANEN, PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI PADI SAWAH DAN GOGO/LAHAN KERING TAHUN 2013
No Kabupaten/ Kota 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi Bandung Barat Kota Bogor Kota Sukabumi Kota Bandung Kota Cirebon Kota Bekasi Kota Depok Kota Cimahi Kota Tasikmalaya Kota Banjar JUMLAH Luas Tanam Luas Panen Produktivitas (Ha) (Ha) (Ku/Ha) 95.365 91.611 66,00 155.936 150.149 63,02 153.150 147.444 61,58 82.681 79.495 65,15 150.754 145.259 64,05 135.513 130.240 65,81 122.525 117.694 66,57 68.108 65.445 64,06 91.203 87.563 68,45 99.198 95.260 67,22 79.800 76.753 64,23 235.183 226.057 67,96 177.909 170.835 67,64 38.184 36.741 62,58 199.191 191.291 68,35 96.213 92.367 66,95 42.599 41.006 62,14 1.303 1.251 63,85 3.722 3.573 68,00 2.552 2.449 63,85 757 729 61,66 899 863 63,24 750 720 64,42 620 595 65,01 14.421 13.845 64,02 6.804 6.534 65,74 2.055.340 1.975.769 65,80 Produksi (Ton) 604.602 946.296 908.024 517.949 930.337 857.117 783.433 419.260 599.403 640.299 492.984 1.536.191 1.155.514 229.918 1.307.473 618.428 254.803 7.988 24.296 15.636 4.495 5.458 4.638 3.868 88.637 42.953 13.000.000

Lampiran 4 SASARAN LUAS TANAM, LUAS PANEN, PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI JAGUNG TAHUN 2013
No Kabupaten/ Kota 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi Bandung Barat Kota Bogor Kota Sukabumi Kota Bandung Kota Cirebon Kota Bekasi Kota Depok Kota Cimahi Kota Tasikmalaya Kota Banjar JUMLAH Luas Tanam Luas Panen Produktivitas (Ha) (Ha) (Ku/Ha) 5.500 4.950 55,15 17.500 15.750 65,00 11.800 10.620 65,00 13.142 11.828 65,54 64.000 57.600 72,80 13.115 11.804 65,00 10.026 9.023 65,00 4.541 4.087 60,02 1.080 972 51,25 18.000 16.200 68,07 16.000 14.400 59,31 714 643 50,69 1.854 1.669 50,01 4.500 4.050 57,26 2.000 1.800 50,64 150 135 50,00 6.700 6.030 65,00 170 153 50,00 100 90 50,00 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 60 54 50,00 110 99 50,00 0 #DIV/0! 247 222 50,13 650 585 50,52 191.959 172.763 66,33 Produksi (Ton) 27.297 102.375 69.030 77.515 419.327 76.723 58.652 24.528 4.982 110.278 85.408 3.257 8.344 23.192 9.116 675 39.195 765 450 270 495 1.114 2.955 1.145.942

Lampiran 5

REKAPITULASI ALOKASI SL-PTT PADI DAN JAGUNG TAHUN 2013


Areal (Ha) No I Uraian SL Kawasan SL-PTT Padi 1 Kawasan Pengembangan a. Padi Inbrida Sawah b. Padi Hibrida 2 Kawasan Pemantapan a. Padi Inbrida Sawah b. Padi Inbrida Lahan Kering Jumlah Kawasan SL-PTT Padi II Kawasan SL-PTT Jagung 1 Kawasan Pengembangan Jagung Hibrida 2 Kawasan Pemantapan Jagung Hibrida Jumlah Kawasan SL-PTT Jagung Jumlah Kawasan SL-PTT Padi dan Jagung 960 960 4.800 4.800 5.760 427.200 40 40 200 200 240 17.800 1.000 1.000 5.000 5.000 6.000 445.000 24.000 11.520 12.480 397.440 339.840 57.600 421.440 1.000 480 520 16.560 14.160 2.400 17.560 25.000 12.000 13.000 414.000 354.000 60.000 439.000 LL SL + LL

Lampiran 6 LOKASI PELAKSANA SL-PTT PADI DAN JAGUNG TAHUN 2013


SL-PTT Padi Kawasan Pengembangan (Saprodi) No Kabupaten/Kota SL-PTT Padi Sawah Spesifik Lokasi SL (Ha) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi Bandung Barat Kota Sukabumi Kota Bandung Kota Tasikmalaya Kota Banjar JUMLAH 960 960 960 1.920 960 1.920 960 1.920 960 11.520 LL (Ha) 40 40 40 80 40 80 40 80 40 480 Total (Ha) 1.000 1.000 1.000 2.000 1.000 2.000 1.000 2.000 1.000 12.000 Demfarm Padi Hibrida LL (Ha) 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 520 Total (Ha) 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 13.000 Total Areal Pengembangan (SL+LL) SL-PTT Padi Kawasan Pemantapan (Saprodi) SL-PTT Padi Sawah Total (Ha) 18.000 21.000 20.000 21.000 17.000 20.000 20.000 17.000 20.000 20.000 18.000 35.000 27.000 10.000 30.000 20.000 10.000 1.000 1.000 6.000 2.000 354.000 SL-PTT Padi Lahan Kering LL (Ha) 40 360 320 160 400 120 160 40 80 160 280 40 40 80 120 2.400 Total (Ha) 1.000 9.000 8.000 4.000 10.000 3.000 4.000 1.000 2.000 4.000 7.000 1.000 1.000 2.000 3.000 60.000 Total Areal Pemantapan (SL+LL)

Total Padi

Kab SL (Ha) 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 960 960 960 960 960 960 960 960 960 960 960 960 960 12.480

Kab 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13

(Ha) 1.000 2.000 2.000 2.000 3.000 2.000 1.000 3.000 2.000 3.000 2.000 1.000 1.000 25.000

Kab 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13

SL (Ha) LL (Ha) 17.280 20.160 19.200 20.160 16.320 19.200 19.200 16.320 19.200 19.200 17.280 33.600 25.920 9.600 28.800 19.200 9.600 960 960 5.760 1.920 339.840 720 840 800 840 680 800 800 680 800 800 720 1.400 1.080 400 1.200 800 400 40 40 240 80 14.160

Kab 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21

SL (Ha) 960 8.640 7.680 3.840 9.600 2.880 3.840 960 1.920 3.840 6.720 960 960 1.920 2.880 57.600

Kab 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15

(Ha) 19.000 30.000 28.000 25.000 27.000 23.000 24.000 18.000 20.000 22.000 22.000 42.000 28.000 11.000 32.000 20.000 13.000 1.000 1.000 6.000 2.000 414.000

Kab 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21

(Ha) 20.000 32.000 30.000 27.000 27.000 26.000 26.000 19.000 20.000 25.000 24.000 45.000 30.000 11.000 33.000 20.000 14.000 1.000 1.000 6.000 2.000 439.000

Kab 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21

SL-PTT Jagung Kawasan Pengembangan (Saprodi) No Kabupaten/Kota SL-PTT Jagung Hibrida SL (Ha) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi Bandung Barat Kota Sukabumi Kota Bandung Kota Tasikmalaya Kota Banjar JUMLAH 960 960 LL (Ha) 40 40 Total (Ha) 1.000 1.000 Kab 1 1

SL-PTT Jagung Kawasan Pemantapan (Saprodi) Total Jagung SL-PTT Jagung Hibrida

Ubinan Total Padi dan Jagung Padi Jagung

SL (Ha) 960 1.920 960 960 4.800

LL (Ha) 40 80 40 40 200

Total (Ha) 1.000 2.000 1.000 1.000 5.000

Kab 1 1 1 1 4

(Ha) 1.000 1.000 2.000 1.000 1.000 6.000

Kab 1 1 1 1 1 5

(Ha) 20.000 33.000 30.000 28.000 29.000 27.000 26.000 19.000 20.000 26.000 24.000 45.000 30.000 11.000 33.000 20.000 14.000 1.000 1.000 6.000 2.000 445.000

Kab 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 7 7 47 13 924 10 10 20 10 10 60

Lampiran 7 BLANKO CALON LOKASI BANTUAN SOSIAL BUDIDAYA (SL-PTT/KAWASAN) TANAMAN PANGAN TAHUN 2013
K A B U P A T E N P R O V IN S I K O M O D IT I S A S A R A N : P e n in g k a t a n P r o d u k t iv it a s P e n in g k a t a n I n d e k s P e r t a n a m a n N o 1 K D D D D D K D D D D D E s. s. s. s. s. E s. s. s. s. s. K e c a m a t a n /D e s a C .. .. .. .. .. C .. .. .. .. .. .. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .. ... ... ... ... ... ... .. ... ... ... ... ... ... .. ... ... ... ... ... ... .. ... ... ... ... ... ... .. .. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .. ... ... ... ... ... ... .. ... ... ... ... ... ... .. ... ... ... ... ... ... .. ... ... ... ... ... ... .. L u as an (H a ) P r o d u k t iv i t a s A w a l ( K u /H a ) T a r g e t P e n in g k a t a n P r o d u k t iv i t a s ( K u / H a ) S L - P T T K e te ra n g a n K a w a s a n . ... ... ... ... ... . P e r lu a s a n A r e a l P o t e n s i L a h an N o n T a n am a n P a ng a n : : : P a d i I n b r i d a / P a d i H ib r id a / P a d i L a h a n K e r in g / J a g u n g H i b r id a / J a g u n g K o m p o s it / K e d e l a i * )

D st

K e t :

J u m la h * ) . P ilih s a l a h s a t u .. ... ... ... ... ... , . ... ... ... ... ... ... ... ... .. 2 0 1 2 K e p a la D in a s P e r t a n ia n . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

.. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .. N ip . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Lampiran 8 DAFTAR CALON PETANI DAN CALON LOKASI PENERIMA BANSOS SL-PTT TAHUN 2013
Nama Poktan/Gapoktan Jumlah Anggota Kelompok Desa Kecamatan Kabupaten/Kota Kawasan Komoditi No Nama Petani : : : : : : : Luas Areal (Ha) Kebutuhan Benih (Kg) Varietas Jadwal Tanam

Mengetahui KCD/Penyuluh,

Ketua Kelompoktani/ Gapoktan,

Nama ......................

Nama ......................

Lampiran 9 DAFTAR CALON PETANI DAN CALON LOKASI PENERIMA BANSOS SL-PTT TAHUN 2013
Kabupaten/Kota Kawasan Komoditas No Kecamatan : : : Desa Nama Kelompoktani Nama Ketua Jumlah Anggota Luas Areal (Ha) Jumlah Kebutuhan Benih (Kg) Jadwal Tanam

Ditetapkan, Tgl .... Bln .... Tahun 2013 Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota ............

Nama ...................... Nip. .....................

Lampiran 10

SURAT KEPUTUSAN KEPALA DINAS PERTANIAN KABUPATEN/KOTA DAN ATAU PROVINSI NOMOR : .............................................2013 TENTANG PENETAPAN KELOMPOKTANI PENERIMA DANA BANTUAN SOSIAL (BANSOS) SL-PTT ............................................................)* TAHUN ANGGARAN 2013 KEPALA DINAS PERTANIAN KABUPATEN/KOTA
Menimbang : a. Bahwa ketahanan pangan nasional perlu terus diupayakan melalui peningkatan produksi untuk menjamin kecukupan pangan yang semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. b. Bahwa peningkatan produksi padi dan jagung tahun 2013 difokuskan pada peningkatan produktivitas melalui penerapan teknologi dalam SL-PTT. c. Bahwa pelaksanaan SL-PTT padi dan jagung untuk peningkatan produksi, produktivitas dan pendapatan petani perlu ditetapkan kelompoktani penerima Bansos SL-PTT tahun 2013.

d. Bahwa sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b dan c perlu ditetapkan Kelompoktani Penerima Bantuan SL-PTT Padi dan Jagung Tahun Anggaran 2013. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor .............. Tahun ............. tentang ................; 2. Surat Keputusan .......... Nomor .............. Tahun ............. tentang ................; 3. Peraturan Daerah Kabupaten / Kota Nomor.............. Tahun ............. tentang ................; 4. Dst

Memperhatikan

1. DIPA Dinas Pertanian Kabupaten / Kota Nomor .............. Tanggal ............. Bulan ................ Tahun ............ 2. Pedoman Teknis Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi, Jagung Tahun 2013.

MEMUTUSKAN Menetapkan PERTAMA : : Penetapan Kelompoktani penerima bantuan SL-PTT ....................................................*) tahun anggaran 2013 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini maka akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya. Ditetapkan di :............................... Pada Tanggal : ................................ Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan atau Provinsi .......................................... NIP. ..................................... Tembusan : 1. Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian RI di Jakarta 2. Bupati / Walikota di .............. 3. Kepala Dinas Pertanian Provinsi di ................ 4. dst. *) disesuaikan dengan komoditi (SL-PTT padi inbrida, padi hibrida, padi lahan kering dan jagung hibrida)

KEDUA

**) disesuaikan dengan sumber bantuan

Lampiran Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan / Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat Tentang Penetapan Kelompoktani Penerima Bansos untuk Sarana Produksi, SL dan LL Dana Pertemuan Kelompok SL-PTT Tahun 2013
No Nama Poktan/Gapoktan Alamat Nama Ketua Desa Kecamatan Nomor Rekening Jumlah (Rp) Alamat Bank Cabang, Unit

Ditetapkan, Tgl .... Bln .... Tahun 2013 Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota ............ dan atau Provinsi

Nama ...................... Nip. .....................

Lampiran 11 BLANKO RENCANA USAHA KELOMPOK (RUK) PELAKSANA SL-PTT TAHUN 2013
Nama Poktan/Gapoktan Jumlah Anggota Kelompok Desa Kecamatan Kabupaten/Kota Kawasan Komoditi No Uraian Kebutuhan : : : : : : : Jenis Volume (Kg) Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)

Mengetahui KCD/Penyuluh,

Bendahara Kelompoktani

............................, ............... Ketua Kelompoktani

Nama ......................

Nama ......................

Nama ......................

Lampiran 12 SURAT PERNYATAAN PENERIMAAN DANA BANSOS DAN PENGGUNAAN BANSOS

Yang bertandatangan dibawah ini adalah nama : .. selaku Ketua Kelompoktani ............................................... Desa ....................................... Kecamatan ................... Kabupaten . . . . . . . .... dengan ini menyatakan bahwa dana yang kami terima sebesar Rp ..... dan akan kami gunakan : a. b. c. Untuk pembelian saprodi SL-PTT Biaya pertemuan Kelompoktani Bersedia dan sanggup untuk melaksanakan penanaman, pemeliharaan sampai panen di areal SL-PTT dan sanggup mengembalikan dana apabila tidak sesuai peruntukannya.

Demikian Surat Pernyataan ini kami buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. ............................... 2013 Ketua Kelompoktani

Mengetahui Petugas Lapangan

Materai 6.000 (...............................)

(.....................................)

Lampiran 13
MEKANISME PENCAIRAN DANA BANTUAN SL-PTT POLA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) TAHUN ANGGARAN 2013

Pembentukan Tim Teknis Prov/Kab/Kota

Penyusunan Juklak/Juknis dan Kriteria Seleksi CP/CL KPA/PPK SPM-LS SPP-LS Seleksi Tahap-I Administrasi Seleksi Tahap-II Penilaian Proposal/Usulan Kelompoktani Menyusun RUK Didampingi PPL & Diverifikasi Tim Teknis Prov/Kab/Kota Forum Musyawarah & Berita Acara CP/CL KPPN

SP2D

Penetapan Kelompoktani Kelompok Sasaran Membuka Rekening Bank Bank Terdekat

Pencairan Dana dari Rekening melalui Persetujuan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota setelah Diverifikasi oleh Tim Teknis/Tim Verifikasi Provinsi/Kabupaten/Kota

Lampiran 14 RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN SL-PTT PADI DAN JAGUNG TAHUN 2013
No 1 2 3 4 5 Uraian Kebutuhan Jan Febr Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

Penyusunan Juklak/Juknis Pembentukan Tim teknis Sosialisasi CP/CL Penyusunan dan Pengiriman RUK, Rekening Poktan/Gapoktan ke Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Pusat 6 Proses Administrasi Keuangan dan Pengiriman Dana Bansos ke Rekening Kelompoktani/Gapoktan 7 Pelatihan PL II/Kapabilitas PL 8 Pelaksanaan : a. Tanam b. Pemeliharaan c. Panen 9 Pembinaan 10 Monitoring 11 Evaluasi 12 Pelaporan

Lampiran 15 BLANKO LAPORAN BULANAN KECAMATAN REALISASI SL-PTT KAWASAN PENGEMBANGAN/PEMANTAPAN PADI INBRIDA SAWAH/ PADI HIBRIDA/ PADI INBRIDA LAHAN KERING/ JAGUNG HIBRIDA TAHUN 2013
Kecamatan Bulan No (1) 1 2 3 4 Desa (2) A B dst Jumlah 4 75 3 70 93,33 40 69,09 276 5 : : Jumlah Poktan (3) 1 3 Luas Areal (Ha) (4) 25 50 Jumlah SL-PTT (Unit) (5) 1 2 Realisasi Tanam (Ha) (6) 20 50 (%) (7) 80,00 100,00 Realisasi Panen Luas Provitas Produksi (Ha) (Ku/Ha) (Ton) (8) (9) (10) 10 67,25 67 30 69,70 209 Dilaksanakan pada MH 13/14 (Ha) (11) 5 Keterangan (12)

......................................., tgl .........................., bulan .............................., tahun ...................... Petugas Penyuluh Pertanian/ Kepala Cabang Dinas Pertanian

Nama .............................................. Nip ..............................................

Lampiran 16 BLANKO LAPORAN BULANAN KABUPATEN REALISASI SL-PTT KAWASAN PENGEMBANGAN/PEMANTAPAN PADI INBRIDA SAWAH/ PADI HIBRIDA/ PADI INBRIDA LAHAN KERING/ JAGUNG HIBRIDA TAHUN 2013
Kabupaten/Kota Bulan : : Jumlah No Kecamatan Desa (1) 1 2 3 4 (2) A B dst Jumlah 3 4 75 75 3 75 75 70 93,33 40 69,09 276 5 (3) 1 2 Poktan (4) 1 3 SK Penetapan CPCL Luas (Ha) (6) 25 50 Jml Unit (7) 1 2 Pengajuan ke Bank Proses (Ha) (8) 25 50 Cair (Ha) (9) 25 50 Realisasi Tanam Luas (Ha) (12) 10 30 Realisasi Panen Provitas (Ku/Ha) (13) 67,25 69,70 Produksi (Ton) (14) 67 209

Luas Areal (Ha) (5) 25 50

(Ha) (10) 20 50

(%) (11) 80,00 100,00

Dilaksanakan pada MH 13/14 (Ha) (15) 5 -

Keterangan

(16)

......................................., tgl .........................., bulan .............................., tahun ...................... Tim Teknis Tingkat Kabupaten/Kota atau Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota .........................

Nama .............................................. Nip ..............................................

Lampiran 17 BLANKO LAPORAN BULANAN PROVINSI REALISASI SL-PTT KAWASAN PENGEMBANGAN/PEMANTAPAN PADI INBRIDA SAWAH/ PADI HIBRIDA/ PADI INBRIDA LAHAN KERING/ JAGUNG HIBRIDA TAHUN 2013
Provinsi Bulan : : Jumlah No Kabupaten/ Kota Kecamata n (3) 1 2 SK Penetapan CPCL Luas (Ha) (7) 25 50 Jml Unit (8) 1 2 Pengajuan ke Bank Proses (Ha) (9) 25 50 Cair (Ha) (10) 25 50 Realisasi Tanam Luas (Ha) (13) 10 30 Realisasi Panen Provitas (Ku/Ha) (14) 67,25 69,70 Produksi (Ton) (15) 67 209

Desa (4) 1 2

Poktan (5) 1 3

Luas Areal (Ha) (6) 25 50

(Ha) (11) 20 50

(%) (12) 80,00 100,00

Dilaksanakan Keteranga pada MH n 13/14 (Ha) (16) 5 (17)

(1) 1 2 3 4

(2) A B dst Jumlah

75

75

75

75

70

93,33

40

69,09

276

......................................., tgl .........................., bulan .............................., tahun ...................... Tim Teknis Tingkat Provinsi/ Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan atau Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat

Nama .............................................. Nip ..............................................

Lampiran 18 BLANKO LAPORAN AKHIR/EVALUASI KECAMATAN REALISASI SL-PTT KAWASAN PENGEMBANGAN/PEMANTAPAN PADI INBRIDA SAWAH/ PADI HIBRIDA/ PADI INBRIDA LAHAN KERING/ JAGUNG HIBRIDA TAHUN 2013
Kecamatan Bulan : : Target No Desa Unit (1) 1 2 3 4 (2) A B dst Jumlah 4 75 4 75 100,00 75 68,88 517 72,10 64,00 66,50 (3) 1 3 Luas Area (Ha) (4) 25 50 Realisasi Tanam Bulan Tanam Luas (Ha) (9) 25 50 Realisasi Panen Provitas (Ku/Ha) (10) 67,25 69,70 Produksi (Ton) (11) 168 349 Provitas Provitas Provitas Non SL Tidak dalam Sebelum SL pada MT DilaksanaLL (Ku/Ha) yang Sama kan (Ha) (Ku/Ha) (Ku/Ha) (12) 72,40 71,80 (13) 63,00 65,00 (14) 66,00 67,00 (15) -

Keterangan

Unit (5) 1 3

(Ha) (6) 25 50

(%)

(7) (8) 100,00 Maret 100,00 Mei

(16)

Catatan : Data Provitas LL, Sebelum dan Non SL pada MT yang Sama, jangan menunggu akhir tahun/kegiatan selesai. Apabila pada lokasi kegiatan sudah panen, sebaiknya data tersebut segera dicatat. Khusus data Provitas Sebelum, pada awal kegiatan sudah harus dicatat dan direkap.

......................................., tgl .........................., bulan .............................., tahun ...................... Petugas Penyuluh Pertanian/ Kepala Cabang Dinas Pertanian

Nama .............................................. Nip ..............................................

Lampiran 19 BLANKO LAPORAN AKHIR/EVALUASI KABUPATEN/KOTA REALISASI SL-PTT KAWASAN PENGEMBANGAN/PEMANTAPAN PADI INBRIDA SAWAH/ PADI HIBRIDA/ PADI INBRIDA LAHAN KERING/ JAGUNG HIBRIDA TAHUN 2013
Kabupaten/Kota Bulan : : SK Penetapan Luas Area CPCL Unit (Ha) (Ha) (3) 1 3 (4) 25 50 (5) 25 50 Target Realisasi Tanam Unit (6) 1 3 (Ha) (7) 25 50 (%) Bulan Tanam Luas (Ha) (10) 25 50 Realisasi Panen Provitas (Ku/Ha) (11) 67,25 69,70 Provitas Provitas Provitas Non SL Tidak dalam Sebelum SL pada MT DilaksanaProduksi LL (Ku/Ha) yang Sama kan (Ha) (Ton) (Ku/Ha) (Ku/Ha) (12) (13) (14) (15) (16) 168 72,40 63,00 66,00 349 71,80 65,00 67,00 -

No

Kecamatan

Keterangan

(1) 1 2 3 4

(2) A B dst Jumlah

(8) (9) 100,00 Maret 100,00 Mei

(17)

75

75

75

100,00

75

68,88

517

72,10

64,00

66,50

Catatan : Data Provitas LL, Sebelum dan Non SL pada MT yang Sama, jangan menunggu akhir tahun/kegiatan selesai. Apabila pada lokasi kegiatan sudah panen, sebaiknya data tersebut segera dicatat. Khusus data Provitas Sebelum, pada awal kegiatan sudah harus dicatat dan direkap.

......................................., tgl .........................., bulan .............................., tahun ...................... Tim Teknis Tingkat Kabupaten/Kota atau Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota .........................

Nama .............................................. Nip ..............................................

Lampiran 20 BLANKO LAPORAN AKHIR/EVALUASI PROVINSI REALISASI SL-PTT KAWASAN PENGEMBANGAN/PEMANTAPAN PADI INBRIDA SAWAH/ PADI HIBRIDA/ PADI INBRIDA LAHAN KERING/ JAGUNG HIBRIDA TAHUN 2013
Provinsi Bulan : : Target No Kabupaten/Kota Unit (1) 1 2 3 4 (2) A B dst Jumlah 4 75 75 4 75 100,00 75 68,88 517 72,10 64,00 66,50 (3) 1 3 SK Penetapan Luas Area CPCL (Ha) (Ha) (4) 25 50 (5) 25 50 Realisasi Tanam Unit (6) 1 3 (Ha) (7) 25 50 (%) Bulan Tanam Luas (Ha) (10) 25 50 Realisasi Panen Provitas (Ku/Ha) (11) 67,25 69,70 Provitas Provitas Provitas Tidak Non SL dalam Sebelum SL Dilaksanapada MT Produksi LL (Ku/Ha) yang Sama kan (Ha) (Ton) (Ku/Ha) (Ku/Ha) (12) (13) (14) (15) (16) 168 72,40 63,00 66,00 349 71,80 65,00 67,00 -

Keterangan

(8) (9) 100,00 Maret 100,00 Mei

(17)

Catatan : Data Provitas LL, Sebelum dan Non SL pada MT yang Sama, jangan menunggu akhir tahun/kegiatan selesai. Apabila pada lokasi kegiatan sudah panen, sebaiknya data tersebut segera dicatat. Khusus data Provitas Sebelum, pada awal kegiatan sudah harus dicatat dan direkap.

......................................., tgl .........................., bulan .............................., tahun ...................... Tim Teknis Tingkat Provinsi/ Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan atau Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat

Nama .............................................. Nip ..............................................

Lampiran 21

REALISASI BULANAN TANAM LL DI LOKASI SL-PTT TAHUN 2013


KECAMATAN/ KABUPATEN/ KOTA KAWASAN KOMODITAS NO Desa/ Kecamatan/ Kabupaten/ Kota A B JAN : : PENGEMBANGAN / PEMANTAPAN : PADI INBRIDA SAWAH / PADI HIBRIDA / PADI INBRIDA LAHAN KERING / JAGUNG HIBRIDA PEB MAR APRIL MEI JUNI JULI AGUS AGUS SEP OKT NOP Satuan dalam Hektar DES Jumlah Tahun 2013 25 40 JUMLAH 65 65

1 2 3 4 5

25 40

......................................., tgl .........................., bulan .............................., tahun ...................... Penyuluh Pertanian Lapangan/ Kepala Cabang Dinas / Tim Teknis Tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota atau Kepala Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota .........................

Nama .............................................. Nip ..............................................

Lampiran 22

REALISASI BULANAN TANAM SL DI LOKASI SL-PTT TAHUN 2013


KECAMATAN/ KABUPATEN/ KOTA KAWASAN KOMODITAS No Desa/ Kecamatan/ Kabupaten/ Kota A B JAN : : PENGEMBANGAN / PEMANTAPAN : PADI INBRIDA SAWAH / PADI HIBRIDA / PADI INBRIDA LAHAN KERING / JAGUNG HIBRIDA PEB MAR APRIL MEI JUNI JULI AGUS AGUS SEP OKT NOP Satuan dalam Hektar DES Jumlah Tahun 2013 600 960 JUMLAH 1.560 1.560

1 2 3 4 5

600 960

......................................., tgl .........................., bulan .............................., tahun ...................... Penyuluh Pertanian Lapangan/ Kepala Cabang Dinas / Tim Teknis Tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota atau Kepala Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota .........................

Nama .............................................. Nip ..............................................

Lampiran 23

REALISASI BULANAN TANAM NON SL PADA MT YANG SAMA (DI SEKITAR LOKASI SL-PTT) TAHUN 2013
KECAMATAN/ KABUPATEN/ KOTA KAWASAN KOMODITAS NO Desa/ Kecamatan/ Kabupaten/ Kota JAN : : PENGEMBANGAN / PEMANTAPAN : PADI INBRIDA SAWAH / PADI HIBRIDA / PADI INBRIDA LAHAN KERING / JAGUNG HIBRIDA PEB MAR APRIL MEI JUNI JULI AGUS AGUS SEP OKT NOP Satuan dalam Hektar DES Jumlah Tahun 2013 1.300 3.600 JUMLAH 4.900 4.900

1 2 3 4 5

1.300 3.600

......................................., tgl .........................., bulan .............................., tahun ...................... Penyuluh Pertanian Lapangan/ Kepala Cabang Dinas / Tim Teknis Tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota atau Kepala Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota .........................

Nama .............................................. Nip ..............................................

Lampiran 24

REALISASI BULANAN TANAM MUSIM TANAM/TAHUN SEBELUMNYA DI LOKASI SL-PTT TAHUN 2013
KECAMATAN/ KABUPATEN/ KOTA KAWASAN KOMODITAS NO Desa/ Kecamatan/ Kabupaten/ Kota JAN : : PENGEMBANGAN / PEMANTAPAN : PADI INBRIDA SAWAH / PADI HIBRIDA / PADI INBRIDA LAHAN KERING / JAGUNG HIBRIDA PEB MAR APRIL MEI JUNI JULI AGUS AGUS SEP OKT NOP Satuan dalam Hektar DES Jumlah Tahun 2013 800 1.200 JUMLAH 2.000 2.000

1 2 3 4 5

800 1.200

......................................., tgl .........................., bulan .............................., tahun ...................... Penyuluh Pertanian Lapangan/ Kepala Cabang Dinas / Tim Teknis Tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota atau Kepala Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota .........................

Nama .............................................. Nip ..............................................

Lampiran 25

REALISASI BULANAN PANEN LL DI LOKASI SL-PTT TAHUN 2013


KECAMATAN/ KABUPATEN/ KOTA : KAWASAN KOMODITAS NO 1 2 3 4 5 JUMLAH Desa/ Kecamatan/ Kabupaten/ Kota JAN : PENGEMBANGAN / PEMANTAPAN : PADI INBRIDA SAWAH / PADI HIBRIDA / PADI INBRIDA LAHAN KERING / JAGUNG HIBRIDA PEB MAR APRIL JUMLAH JAN - APR 62 MEI 24 38 JUNI JULI AGUS JUMLAH MEI - AGUS 24 38 62 SEP OKT NOP DES Satuan dalam Hektar JUMLAH SEP - DES Jumlah Tahun 2013 24 38 62

......................................., tgl .........................., bulan .............................., tahun ...................... Penyuluh Pertanian Lapangan/ Kepala Cabang Dinas / Tim Teknis Tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota atau Kepala Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota .........................

Nama .............................................. Nip ..............................................

Lampiran 26

REALISASI BULANAN PANEN SL DI LOKASI SL-PTT TAHUN 2013


KECAMATAN/ KABUPATEN/ KOTA : KAWASAN KOMODITAS NO 1 2 3 4 5 JUMLAH Desa/ Kecamatan/ Kabupaten/ Kota JAN : PENGEMBANGAN / PEMANTAPAN : PADI INBRIDA SAWAH / PADI HIBRIDA / PADI INBRIDA LAHAN KERING / JAGUNG HIBRIDA PEB MAR APRIL JUMLAH JAN - APR 1.482 MEI 570 912 JUNI JULI AGUS JUMLAH MEI-AGUS 570 912 1.482 SEP OKT NOP DES Satuan dalam Hektar JUMLAH SEP - DES Jumlah Tahun 2013 570 912 1.482

......................................., tgl .........................., bulan .............................., tahun ...................... Penyuluh Pertanian Lapangan/ Kepala Cabang Dinas / Tim Teknis Tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota atau Kepala Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota .........................

Nama .............................................. Nip ..............................................

Lampiran 27

REALISASI BULANAN PANEN NON SL PADA MT YANG SAMA (DI SEKITAR LOKASI SL-PTT) TAHUN 2013
KECAMATAN/ KABUPATEN/ KOTA : KAWASAN KOMODITAS NO 1 2 3 4 5 JUMLAH Desa/ Kecamatan/ Kabupaten/ Kota JAN : PENGEMBANGAN / PEMANTAPAN : PADI INBRIDA SAWAH / PADI HIBRIDA / PADI INBRIDA LAHAN KERING / JAGUNG HIBRIDA PEB MAR APRIL JUMLAH JAN - APR 4.655 MEI 1.235 3.420 JUNI JULI AGUS JUMLAH MEI-AGUS 1.235 3.420 4.655 SEP OKT NOP DES Satuan dalam Hektar JUMLAH SEP - DES Jumlah Tahun 2013 1.235 3.420 4.655

......................................., tgl .........................., bulan .............................., tahun ...................... Penyuluh Pertanian Lapangan/ Kepala Cabang Dinas / Tim Teknis Tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota atau Kepala Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota .........................

Nama .............................................. Nip ..............................................

Lampiran 28

REALISASI BULANAN PANEN MUSIM TANAM/TAHUN SEBELUMNYA DI LOKASI SL-PTT TAHUN 2013
KECAMATAN/ KABUPATEN/ KOTA : KAWASAN KOMODITAS NO 1 2 3 4 5 JUMLAH Desa/ Kecamatan/ Kabupaten/ Kota JAN : PENGEMBANGAN / PEMANTAPAN : PADI INBRIDA SAWAH / PADI HIBRIDA / PADI INBRIDA LAHAN KERING / JAGUNG HIBRIDA PEB MAR APRIL JUMLAH JAN - APR 1.900 MEI 760 1.140 JUNI JULI AGUS JUMLAH MEI - AGUS 760 1.140 1.900 SEP OKT NOP DES Satuan dalam Hektar JUMLAH SEP - DES Jumlah Tahun 2013 760 1.140 1.900

......................................., tgl .........................., bulan .............................., tahun ...................... Penyuluh Pertanian Lapangan/ Kepala Cabang Dinas / Tim Teknis Tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota atau Kepala Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota .........................

Nama .............................................. Nip ..............................................

Lampiran 29

REALISASI BULANAN PRODUKTIVITAS LL DI LOKASI SL-PTT TAHUN 2013


KECAMATAN/ KABUPATEN/ KOTA KAWASAN KOMODITAS NO Desa/ Kecamatan/ Kabupaten/ Kota JAN : : PENGEMBANGAN / PEMANTAPAN : PADI INBRIDA SAWAH / PADI HIBRIDA / PADI INBRIDA LAHAN KERING / JAGUNG HIBRIDA PEB Satuan dalam Kuintal per Hektar

MAR

APRIL

JUMLAH JAN - APR #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

MEI 80,00 75,00

JUNI

JULI

AGUS

JUMLAH MEI - AGUS 80,00 75,00 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

SEP

OKT

NOP

DES

JUMLAH SEP - DES #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

Jumlah Tahun 2013

1 2 3 4 5 JUMLAH #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

80,00 75,00 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 76,92

#DIV/0!

76,92 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

76,92 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

......................................., tgl .........................., bulan .............................., tahun ...................... Penyuluh Pertanian Lapangan/ Kepala Cabang Dinas / Tim Teknis Tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota atau Kepala Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota .........................

Nama .............................................. Nip ..............................................

Lampiran 30

REALISASI BULANAN PRODUKTIVITAS SL DI LOKASI SL-PTT TAHUN 2013


KECAMATAN/ KABUPATEN/ KOTA KAWASAN KOMODITAS NO Desa/ Kecamatan/ Kabupaten/ Kota JAN : : PENGEMBANGAN / PEMANTAPAN : PADI INBRIDA SAWAH / PADI HIBRIDA / PADI INBRIDA LAHAN KERING / JAGUNG HIBRIDA PEB Satuan dalam Kuintal per Hektar

MAR

APRIL

JUMLAH JAN - APR #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

MEI 69,00 67,00

JUNI

JULI

AGUS

JUMLAH MEI - AGUS 80,00 75,00 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

SEP

OKT

NOP

DES

JUMLAH SEP - DES #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

Jumlah Tahun 2013

1 2 3 4 5 JUMLAH #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

80,00 75,00 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 76,92

#DIV/0!

76,92 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

76,92 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

......................................., tgl .........................., bulan .............................., tahun ...................... Penyuluh Pertanian Lapangan/ Kepala Cabang Dinas / Tim Teknis Tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota atau Kepala Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota .........................

Nama .............................................. Nip ..............................................

Lampiran 31

REALISASI BULANAN PRODUKTIVITAS NON SL PADA MT YANG SAMA (DI SEKITAR LOKASI SL-PTT) TAHUN 2013
KECAMATAN/ KABUPATEN/ KOTA KAWASAN KOMODITAS NO Desa/ Kecamatan/ Kabupaten/ Kota JAN : : PENGEMBANGAN / PEMANTAPAN : PADI INBRIDA SAWAH / PADI HIBRIDA / PADI INBRIDA LAHAN KERING / JAGUNG HIBRIDA PEB Satuan dalam Kuintal per Hektar

MAR

APRIL

JUMLAH JAN - APR #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

MEI 63,00 62,00

JUNI

JULI

AGUS

JUMLAH MEI - AGUS 80,00 75,00 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

SEP

OKT

NOP

DES

JUMLAH SEP - DES #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

Jumlah Tahun 2013

1 2 3 4 5 JUMLAH #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

80,00 75,00 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 76,92

#DIV/0!

76,92 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

76,92 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

......................................., tgl .........................., bulan .............................., tahun ...................... Penyuluh Pertanian Lapangan/ Kepala Cabang Dinas / Tim Teknis Tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota atau Kepala Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota .........................

Nama .............................................. Nip ..............................................

Lampiran 32

REALISASI BULANAN PRODUKTIVITAS MUSIM TANAM/TAHUN SEBELUMNYA DI LOKASI SL-PTT TAHUN 2013
KECAMATAN/ KABUPATEN/ KOTA KAWASAN KOMODITAS NO Desa/ Kecamatan/ Kabupaten/ Kota JAN : : PENGEMBANGAN / PEMANTAPAN : PADI INBRIDA SAWAH / PADI HIBRIDA / PADI INBRIDA LAHAN KERING / JAGUNG HIBRIDA PEB Satuan dalam Kuintal per Hektar

MAR

APRIL

JUMLAH JAN - APR #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

MEI 60,00 59,00

JUNI

JULI

AGUS

JUMLAH MEI - AGUS 80,00 75,00 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

SEP

OKT

NOP

DES

JUMLAH SEP - DES #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

Jumlah Tahun 2013

1 2 3 4 5 JUMLAH #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

80,00 75,00 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 76,92

#DIV/0!

76,92 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

76,92 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

......................................., tgl .........................., bulan .............................., tahun ...................... Penyuluh Pertanian Lapangan/ Kepala Cabang Dinas / Tim Teknis Tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota atau Kepala Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota .........................

Nama .............................................. Nip ..............................................

Lampiran 33

REALISASI BULANAN PRODUKSI LL DI LOKASI SL-PTT TAHUN 2013


KECAMATAN/ KABUPATEN/ KOTA KAWASAN KOMODITAS NO Desa/ Kecamatan/ Kabupaten/ Kota : : PENGEMBANGAN / PEMANTAPAN : PADI INBRIDA SAWAH / PADI HIBRIDA / PADI INBRIDA LAHAN KERING / JAGUNG HIBRIDA Satuan dalam Ton GKG

JAN -

PEB -

MAR -

APRIL -

JUMLAH JAN - APR -

MEI 190 285 475

JUNI -

JULI -

AGUS -

JUMLAH MEI - AGUS 190 285 475

SEP -

OKT -

NOP -

DES -

JUMLAH SEP - DES -

Jumlah Tahun 2013

1 2 3 4 5 JUMLAH

190 285 475

......................................., tgl .........................., bulan .............................., tahun ...................... Penyuluh Pertanian Lapangan/ Kepala Cabang Dinas / Tim Teknis Tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota atau Kepala Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota .........................

Nama .............................................. Nip ..............................................

Lampiran 34

REALISASI BULANAN PRODUKSI SL DI LOKASI SL-PTT TAHUN 2013


KECAMATAN/ KABUPATEN/ KOTA KAWASAN KOMODITAS NO Desa/ Kecamatan/ Kabupaten/ Kota : : PENGEMBANGAN / PEMANTAPAN : PADI INBRIDA SAWAH / PADI HIBRIDA / PADI INBRIDA LAHAN KERING / JAGUNG HIBRIDA Satuan dalam Ton GKG

JAN -

PEB -

MAR -

APRIL -

JUMLAH JAN - APR -

MEI 190 285 475

JUNI -

JULI -

AGUS -

JUMLAH MEI-AGUS 190 285 475

SEP -

OKT -

NOP -

DES -

JUMLAH SEP - DES -

Jumlah Tahun 2013

1 2 3 4 5 JUMLAH

190 285 475

......................................., tgl .........................., bulan .............................., tahun ...................... Penyuluh Pertanian Lapangan/ Kepala Cabang Dinas / Tim Teknis Tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota atau Kepala Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota .........................

Nama .............................................. Nip ..............................................

Lampiran 35

REALISASI BULANAN PRODUKSI NON SL PADA MT YANG SAMA (DI SEKITAR LOKASI SL-PTT) TAHUN 2013
KECAMATAN/ KABUPATEN/ KOTA KAWASAN KOMODITAS NO Desa/ Kecamatan/ Kabupaten/ Kota : : PENGEMBANGAN / PEMANTAPAN : PADI INBRIDA SAWAH / PADI HIBRIDA / PADI INBRIDA LAHAN KERING / JAGUNG HIBRIDA Satuan dalam Ton GKG

JAN -

PEB -

MAR -

APRIL -

JUMLAH JAN - APR -

MEI 190 285 475

JUNI -

JULI -

AGUS -

JUMLAH MEI - AGUS 190 285 475

SEP -

OKT -

NOP -

DES -

JUMLAH SEP - DES -

Jumlah Tahun 2013

1 2 3 4 5 JUMLAH

190 285 475

......................................., tgl .........................., bulan .............................., tahun ...................... Penyuluh Pertanian Lapangan/ Kepala Cabang Dinas / Tim Teknis Tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota atau Kepala Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota .........................

Nama .............................................. Nip ..............................................

Lampiran 36

REALISASI BULANAN PRODUKSI MUSIM TANAM/TAHUN SEBELUMNYA DI LOKASI SL-PTT TAHUN 2013
KECAMATAN/ KABUPATEN/ KOTA KAWASAN KOMODITAS NO Desa/ Kecamatan/ Kabupaten/ Kota : : PENGEMBANGAN / PEMANTAPAN : PADI INBRIDA SAWAH / PADI HIBRIDA / PADI INBRIDA LAHAN KERING / JAGUNG HIBRIDA Satuan dalam Ton GKG

JAN -

PEB -

MAR -

APRIL -

JUMLAH JAN - APR -

MEI 190 285 475

JUNI -

JULI -

AGUS -

JUMLAH MEI - AGUS 190 285 475

SEP -

OKT -

NOP -

DES -

JUMLAH SEP - DES -

Jumlah Tahun 2013

1 2 3 4 5 JUMLAH

190 285 475

......................................., tgl .........................., bulan .............................., tahun ...................... Penyuluh Pertanian Lapangan/ Kepala Cabang Dinas / Tim Teknis Tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota atau Kepala Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota .........................

Nama .............................................. Nip ..............................................

Lampiran 37 FORMAT ISIAN HASIL PELAKSANAAN UBINAN DI LOKASI SL-PTT PADI / JAGUNG TAHUN 2013
Kabupaten/Kota Kawasan Komoditas : : Pengembangan/ Pemantapan : Padi Inbria Sawah / Padi Hibrida / Padi Inbrida Lahan Kering / Jagung Hibrida Nama Kelompoktani (3) Alamat Desa (4) Kecamatan (5) Jumlah Ubinan (Unit) (6) Tanggal Ubinan (7) Petugas Ubinan Nama (8) Nip (9) Hasil Ubinan (Ku/Ha GKG) Varietas LL (10) Non LL / SL (11) (12)

No (1) 1 2 3 4

Nama Petani (2)

..................................., tgl ......................., bulan .............................., tahun .................. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota .........................

Nama ..............................................

102

Anda mungkin juga menyukai