Anda di halaman 1dari 6

Pengobatan Penentuan pengobatan yang terbaik dalam ademona pituitary bergantung pada asal dari patologi tumor.

Tumor yang aktif hormonal biasanya memerlukan supresif melalui bedah, obat-obatan, dan/atau terapi radiasi untuk mencegah efek jangka panjang dari hipersekresi. pada pasien dengan penyakit Cushing atau akromegali jarang mendapatkan ekspektasi hidup yang normal dikarenakan efek merusak dari ACTH dan hormon pertumbuhan pada bervariasi organ, khususnya pada sistem kardiovaskular. Pasien dengan prolaktinoma mungkin juga memerlukan terapi untuk mengembalikan fertilitasnya yang diakibatkan oleh tumor dan untuk mencegah percepatan terjadinya osteoporosis yang bisa terjadi pada pasien dengan kadar prolactin tinggi yang kronik. Pasien dengan adenoma yang mensekresi TSH menderita ketidakstabilan karena hipertiroidisme disertai iritabilitas dari jantung juga memerlukan terapi definitive. Klinikal nonfungsional tumor sering dijumpai karena penekanannya pada kiasma optikal yang mengakibatkan gangguan pada lapangan pandang. Munculnya pertambahan pada gangguan lapangan pandang merupakan indikasi kuat untuk bedah dekompresi, statement ini juga berlaku pada pasien secretory tumor tipe apapun. 1 Tujuan dari terapi tumor pituitary meliputi1,2: 1. Menghilangkan sekresi hormone berlebihan karena tumor. 2. Mencegah disfungsi dari saraf optic oleh karena ekstensi tumor suprasellar. 3. Perbaikan atau pemeliharaan dari fungsi normal pituitary 4. Menghindari komplikasi terapetik 5. Remisi jangka panjang tanpa bukti-bukti biokimia atau radiografi tumbuh kembalinya tumor. 6. Mendapatkan diagnosis defenitif histoligik Indikasi bedah Indikasi paling mendesak untuk intervensi bedah berhubungan dengan pituitary apoplexy. Pasien mengalami perdarahan pada pada tumor pituitary yang ada sebelumnya atau terjadi akut nekrosis pada tumor dan bengkak tiba-tiba. Pada kasus lain, presentasi meliputi sakit kepala tiba-tiba, hilangnya penglihatan, opthalmoplegia, perubahan status kesadaran, dan kollaps karena adrenal insufiensi. Pada kondisi ini, tindakan urgent subtitusi dari glukokortikoid dan bedah dekompresi merupakan terapi yang paling efektif. Namum, klinikal apoplexy harus dibedakan dengan subklinikal apoplexy. Banyak tumor mengalami perdarahan micro atau infart tanpa adanya deviasi klinikal. Pasien lain mungkin mengalami sakit kepala dan insufiensi pituitary tetapi tanpa gangguan penglihatan. Pengobatan suportif non bedah dengan analgesic dan penggunaan

pengganti hormone yang sesuai dapat dipergunakan pada pasien ini. Beberapa pasien dirawat dengan serial imaging untuk melihat involusi dari tumor.2 Indikasi lain untuk pembedahan adalah efek massa yang progesif (biasanya manisfestasi dari gangguan penglihatan) dari makroadenoma yang besar. Pasien ini harus selalu ditentukan kadar PRL serum karena prolaktinoma dapat mengecil secara dramatic dengan management farmakologis yang sesuai. Lebih sering, dapat ditemukan serum PRL yang meningkat sedikit, dan pasien mempunyai nonfungsi tumor pituitary atau massa sella yang lain. Pasien ini memerlukan terapi dekompresi.2 Pada beberapa pasien dengan hiperfungsi dari adenoma pituitary, pembedahan merupakan terapi pilihan untuk penyakit cushing, akromegali, dan hipertiroid sekunder. Pada kasus dengan penyakit cushing, obat-obatan sering suboptimal, dan penanganan bedah memberikan hasil terbaik. Pada kasus adenoma somatotropin dan tirotropin, perbaikan didapati pada penggunaan somatostatin analog pada intervensi inisial, tetapi terapi bedah tetap merupakan pilihan, pertama, dan terapi definif pada kondisi ini. Pada kasus prolaktinoma, terapi obat-obatan lebih dipilih kecuali pasien tidak respon atau tidak toleran terhadap obat-obatan. Kegagalan dalam terapi awal sering merupakan indikasi untuk intervensi bedah. Minoritas dari pasien tidak toleran terhadap efek samping obat-obatan. 2 Indikasi lain pembedahan adalah diperlukan jaringan untuk keperluan diagnostic. Walaupun jarang diperlukan pada kusus fungsional pituitary adenoma, indikasi ini penting ketika alih bedah mengalami kesulitan dalam mengindentifikasi non fungsional massasella tanpa pemeriksaan histologic.2 Pendekatan pembedahan. Pendekatan pembedahan pada region sella dapat dibagi menjadi tiga grup besar; pendekatan transspenoid, kraniotomi konvensional, dan pendekatan alternative dasar tengkorak. Pilihan dalam pendekatan pembedahan bergantung dari beberapa faktor. Yang terutama meliputi ukuran dari sella dan derajat mineralisasi, ukuran dan pneumonisasi dari sinus spenosus, posisi dari arteri carotid, kehadiran dan ekstensi dari tumor intracranial, dan terapi pertama (pembedahan, farmakologis, atau radioterapi) yang sudah diberikan. 1,2 Pendekatan Pembedahan pada Tumor Pituitary Pendekatan Standard Transspenoid Pendekatan Endonasal Submukosa Transseptal Transsphenoid Pendekatan Endonasal Submokasa Septal Pushover Pendekatan Sublabial Transeptal Transsphenoid Pendekatan Endoskopik Transspenoid Pendekatan Standard Transcranial

Pterioral Craniotomy Subfrontal Craniotomy Subtemporal Craniotomy Pendekatan Alternatif Dasar Tengkorak Pendekatan Fronto-Orbital-Zygomatic-Osteotomy Transbasal Approach of Derome Pendekatan Extended Transspenoid Lateral Rhinotomy atau Pendekatan Paranasal Pendekatan Sublabial Transseptal dengan nasomaksila osteotomy Pendekatan Transethmoidal dan extended transthmoidal Pendekatan Sublabial Transantal Tumor tipe spesifik Prolactin secreting adenomas, medikamentosa dengan analog dopamine untuk menghambat tumor memproduksi proklaktin dan untuk menghentikan pertumbuhan tumor . Efek samping yang biasa terjadi adalah nausea, muntah, orthostatic hipotensi dan beberapa pasien mengalami gejala psikotik. Pembedahan dilakukan untuk pengangkatan tumor ketika tumor tidak respon terhadap medikamentosa atau pasien tidak toleransi terhadap obat-obatan. Radioterapi berguna pada pasien dimana terjadi pertumbuhan kembali dari tumor dan untuk pasien yang menghindari operasi selanjutnya. Radioterapi juga berguna bagi pasien yang tidak dapat dilakukan eksisi total karena tumor sudah menginfiltrasi dura sekitarm sturtur neural, dan sinur kavernosus.1,2 Adenoma non fungsional, sekitar 25% sampai 33% dari adenoma pituitary merupakan adenoma non fungsional dan menghasilkan gejala karena kompresi dari pituitary dan struktur parasellar. Hal ini sering tidak diketahui sampai terjadi gangguan pada lapangan pandang. Pengobatan mencakup terapi pengganti hormone untuk mengganti defisiensi dari fungsi normal pituitary. Tidak terdapat obat-obatan yang dapat menghambat pertumbuhan tumor. Walaupun begitu, octreotide pernah dibilang memperbaiki deficit penglihatan pada non fungsional adenoma, walaupun hal ini tidak berefek pada 50% tumor. Karena tingkat invasive yang tinggi, tumor ini memperlukan tindakan komplit reseksi dan postoperative radiotherapy. Pertumbuhan kembali dilaporkna terjadi 18% pada pasien yang menjadi postoperative radiotherapy, dan 12 % pada pasien yang menjalani hanya terapi pembedahan.1,3 Gonadotropin secreting adenoma, ademona ini tidak menghasilkan sindrom klinikal yang khas dan banyak diterapi seperti non fungsional adenoma. Ketika tumor ini besar, mereka sering menghasilkan gangguan penglihatan dan hypopituitarism daripada endokrin yang berlebihan.1,2 Growth hormone secreting adenoma, hasil dari terapi obat-obatan lebih kurang bisa dipredisksi daripada prolactonoma. Bromocriptine, cabergoline, short acting somatostatin analog telah pernah digunakan. Pembedahan merupakan pengobatan primer pada pasien dengan pituitary

akromegali. Terapi radiasi juga sudah digunakan sejak lama dalam pengobatan primer pada pasien dengan akromegali. Dosis yang diberikan sama dengan tumor pituitary jenis lain.1,2 Adrenocorticotropin secreting adenoma, tumor jenis ini dapat menyebabkan penyakit cushing, nama lain karena hiperkortisolsm. Pembedahan eksisi merupakan metode eradikasi yang paling poluler, transshenoidal teknik telah dibuktikan dan mencapai angka kuratif 88%. Radioterapi jarang digunaan sebagai terapi primer pada tumor ini, dikarenakan responnya yang lambat. Ketika radioterapi digunakan setelah reseksi yang inkomplit, 80% pasien mencapai remisi, kebanyakan dalam 2 tahun. Bromocriptine dilaporkan mempunyai efek yang kecil dalam mengontrol tumor jenis ini, akan tetapi soatostatin analog dapat mengontrol pengeluaran yang berlebihan dari TSH.1,2,3 Malignancy pituitary adenoma, tumor malingna pituitary mempunyai sifat cenderung invasive, proliferative, atau metastasis. Walaupun dengan terapi yang agresif, angka hidup pendek pada pasien ini sekitar 1.4 tahun. Pengobatan meliputi reseksi radikal diikuti dengan kombinasi radioterapi dan sitotoksik kemoterapi.1 Thyroid stimulating hormone secreting adenomas, tumor jenis ini kurang dari 1% tumor pituitary. Karena jarangnya tumor ini, sering mengakibatkan miss diagnosis dan pasien dilakukan ablasi tiroid. Abalasi tiroid akan mengakibatkan feedback yang kurang, dan mengakibatkan pertumbuhan yang agresif dari tumor. Jika tumor ditemukan ketika kecil, pengobatan bedah merupakan pilihan. Ketika tumor sudah membesar, dilakukan reseksi inkomplit, dan dilanjutkan dengan radioterapi. 1

Komplikasi Bedah Operative Mortality (30 hari) Hypothalamic Injury or Hemorrhage Meningitis Vascular Injury or acclusion CSF Leak or pneumocephalus, SAH or spasm, MI Postoperative MI, postoperative seizure Major Morbidity Vascular Occlusion, stroke, SAH or spasm Vision loss (new) Vascular injury (repaired) Meningitis (nonfatal) Sellar abcess Sixth cranial nerve palsy Third cranial nerve palsy CSF Rhinorrhea

Lesser Morbidity Hemorrhage (intra-or postoperative) Postoperative psychosis Nasal septal perforation Sinusitis, wound infection Transient cranial nerve (III or IV) palsy Diabetes insipidus (usually transient) Cribiform plate fracture Maxillary fracture Hepatitis Symtomatic SIADH

Daftar pustaka. 1. McCutcheon IE. Pituitary tumors. In: Cancer in the Nervous System. Churchill Livingstone: New York, 219-41, 1995. 2. John A. Jane Jr, Kamal Thapar, Edward R. Laws Jr.Pituitary Tumor : Functioning and Nonfunctioning. H. Richard Winn. Youmans Neuological Surgery 6 th. Elsevier Saunders: 2011. 3. American Cancer Society. Pituitary Tumors. 2013 Copyright American Cancer Society http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003133-pdf.pdf

Anda mungkin juga menyukai