3. Tanggal pelaksanaan
4. Pemicu :
Ny. Y, 33 tahun, seorang wartawati, datang ke praktek dokter dengan keluhan nyeri ulu
hati. Keluhan ini telah dialaminya sejak 2 minggu yang lalu dan memberat dalam 3 hari
ini. Nyeri terutama timbul ketika Ny. Y makan makanan pedas dan keluhan berkurang
jika mengkonsumsi obat bebas. Ny. Y sering terbangun pada malam hari oleh karena
nyeri tersebut. Sifat nyeri mencucuk, tidak menjalar. Sendawa (+), mual (+).
5. More info I :
Pemeriksaan fisik :
Kesadaran : compos mentis, tekanan darah = 100/60 mmHg, frekuensi nadi =
88x/menit reguler, tekanan/volume cukup; frekuensi pernafasan = 24 x/menit;
temperatur = afebris.
BB = 50 kg, TB = 162 cm
Pemeriksaan abdomen = Palpasi : soepel, nyeri tekan di epigastrium
Perkusi : hipertimpani
Auskultasi : peristaltik usus 8x/ menit
Bagaimana kesimpulan Anda terhadap Ny. Y?
Saluran pencernaan ( traktus digestivus) pada dasarnya adalah suatu saluran dengan
panjang sekitar 30 kaki ( 9 m) yang berjalan melalui bagian tengah turun dari mulut ke
anus.
Saluran pencernaan dibagi menjadi tiga golongan besar yaitu: foregut, midgut, hindgut.
Foregut: tumbuh menjadi bagian systema digestorium yang terdiri dari oesophagus,
gaster,duodenum bersama Hepar, pancreas, dan lien. Mendapat darah dari arteri
coeliaca dan darah vena menuju vena portae hepatica. Mendapat persarafan
parasimpatis dari nervus vagus dan simpatis dari nervus splanchnicus major (segmenta
thracica lima sampai Sembilan).
Midgut: tumbuh menjadi jejunum, ileum, colon ascendens dan colon transversum.
Bagian ini mendapat darah dari arteria mesenterica superior dan darah vena mengalir
menuju vena portae hepatica melalui vena mesenterica superior. Mendapat persarafan
parasimpatis dari nervus vagus dan simpatis dari nervus splanicus minor (segmenta
thracica sepuluh dan sebelas)
Hindgut menjadi colon decendens, colon sigmoideum, dan rectum. Mendapat darah
dari arteri mesenterica inferior dan darah dari vena mengalir melalui vena mesenterica
inferior menuju vena portae hepatica. Persarafan parasimpatis oleh nervus vagus dan
simpatis dari nervus splanchnicus lumbalis (segmenta lumbalia satu sampai tiga).
Vaskularisasi dari organ abdomen merupakan cabang dari aorta abdominalis. Ada tiga
cabang dari aorta abdominalis yaitu arteri coeliaca, arteri mesenterika superior dan
arteri mesenterika inferior. Arteri coeliaca bercabang tiga yaitu arteri gastrika sinistra,
arteri hepatika, dan arteri lienalis. Arteri mesenterika superior dapat bercabang tiga
yaitu arteri intestinal, arteri ileocolica, dan arteri colica dekstra dan media. Arteri
mesenterika inferior dapat bercabang tiga yaitu arteri colica sinistra, arteri sigmoidea,
arteri hemorroidalis superior.
Mulut, rongga mulut adalah pintu masuk saluran pencernaan. Lubang berbentuk bibir
berotot, yang membantu memperoleh, mengarahkan, dan menampung makanan di
mulut. Rongga mulut bagian depan dibatasi oleh membran mukosa dari bibir, bagian
lateral dibatasi oleh pipi, bagian bawah dibatasi oleh lidah dan membran mukosa
sedangkan bagian atas dibatasi oleh palatum. Palatum dapat dibagi dua yaitu bagian
depan yang bertulang disebut palatum durum sedangkan bagian belakang yang tidak
bertulang disebut palatum molle.
Faring merupakan penghubung antara rongga mulut dengan esofagus. Esogagus adalan
saluran mukular sepanjang kira – kira 25 cm, dan merupakan kelanjutan dari faring
dibelakang kartilago krikoidea. Esofagus turun melewati spatium mediastinum
2
menembus rongga diafragma dan abdomen sehingga esofagus dapat dibagi dua yaitu
pars torakalis dan pars abdominalis.
Lambung, ruang berbentuk kantung mirip huruf J yang terletak di antara esofagus dan
usus halus. Lambung dapat dibagi atas 3 bagian yaitu fundus, bagian yang terletak
diatas lubang esofagus, korpus ( badan ), dan antrum yaitu bagian bawah lambung yang
memiliki otot yang lebih tebal dibandingkan dengan otot di fundus dan korpus.
Pembuluh arteri pada lambung: arteri gastric sinistra (cabang langsung dari arteri
coeliaca), arteri gastrica dextra dan arteri gastroepiloica dextra (cabang arteri hepatica
communis), dan arteri gastroepiploica sinistra dan arteri gastrica brevis (cabang arteria
lienalis). Vena berjalan sesuai arterinya dan bermuara ke vena portae hepatis.
Persarafan parasimpatis berasal dari nervus vagus kanan dan kiri, persarafan simpatis
melalui nervus splanchicus major dan ganglia coeliaca. Nyeri melalui nervus
spanchnicus major yang mengarah ke nervus spinalis segmenta thoracicae lima dan
enam.
Usus halus, tempat berlangsungnya sebagian besar pencernaan dan penyerapan. Usus
halus adalah suatu saluran dengan panjang sekitar 6, 3 m ( 21 kaki ) dengan diameter
kecil 2, 5 cm ( 1 inci ). Usus ini berada dalam keadaan bergelung di dalam rongga
abdomen dan terentang dari lambung sampai usus besar. Usus halus dapat dibagi
menjadi tiga semen yaitu duodenum ( 20 cm ), jejenum ( 2,5 m ), dan ileum ( 3, 6 m ).
Usus besar terdiri dari kolon, sekum, apendiks dan rektum. Sekum membentuk kantung
buntu dibawah taut antara usus halus dan usus besar di katup ileosekum. Tonjolan kecil
mirip jari di dasar sekum adalah apendiks. Kolon, yang membentuk sebagian usus
besar, tidak bergelung tetapi terdiri dari tiga bagian yaitu kolon asendens, kolon
transversus dan kolon desendens. Bagian akhir kolon yang berbentuk S disebut kolon
sigmoid kemudian diikuti oleh bentuk lurus yang disebut rektum.
3
Histologi saluran pencernaan2
Lidah, massa otot rangka yang ditutupi oleh membran dengan struktur bervariasi sesuai
dengan daerahnya. Permukaan bagian dorsal terdapat papilla, yang merupakan
peninggian epitel mulut dan lamina propria yang bentuk dan fungsinya bervariasi.
Papilla dapat dibagi menjadi satu, papilla filiformis, bentuk kerucut memanjang yang
terdapat diseluruh permukaan lidah dan terdiri dari stratified squammous keratinized
epithelium, selain itu tidak dijumpai taste bud ( kuncup kecap). Dua, papilla foliata
yang kurang berkembang pada manusia dan berdegenerasi pada umur 3 tahun. Tiga,
papilla fungiformis yang berbentuk cendawan dan terdapat sebaran kuncup kecap di
atasnya. Empat, papilla sirkumvalata yang terdiri dari 7 – 12 papilla bulat berukuran
sangat besar, permukaan datar yang menonjol diatas papilla lain. Pada papilla ini dapat
dijumpai kelenjar Von Ebner yang menghasilkan lipase.
Faring, dilapisi epitel berlapis gepeng tidak bertanduk yang dilanjutkan keesofagus dan
dilapisi oleh epitel bertingkat silindris bersilia dan sel goblet di daerah dekat hidung.
Faring memiliki tonsil dan pada mukosanya dapat dijumpai banyak keljar air liur.
Lamina proprianya terdiri dari jaringan ikat padat. Sedangkan otot konstriktor dan
longitudinal di faring berada di luar lapisan ini.
Gigi, terdiri dari 3 bagian yaitu mahkota, serviks dan akar. Mahkota ditutupi oleh email
yang sangat keras dan akar gigi ditutupi oleh jaringan bermineral yaitu sementum.
Kedua lapisan ini bertemu di bagian serviks gigi. Bagian terbesar gigi terdiri dari materi
berkapur adalah dentin yang mengelilingi ruang berisi jaringan ikat lunak yaitu rongga
pulpa, bilik pulpa, dan bagian akar yang meluas ke apeks dari radiks ( akar) tempat
lubang ( foramen apikal). Foramen apikal adalah tempat lewatnya pembuluh darah,
limfe dan saraf. Dentin adalah jaringan berkapur yang lebih keras daripada tulang
karena kadar kalsiumnya yang tinggi. Matrik organik dentin disekresikan oleh
odontoblas. Odontoblas adalah sel terpolarisasi gepeng yang menghasilkan matriks
organik hanya pada permukaan dentin. Untuk memepertahankan struktur gigi terdapat
periodonsium. Periodonsium terdiri dari sementum, ligamentum periodental, tulang
alveolar, dan ginggiva.
Esofagus, dilapisi oleh epitel berlapis gepengtanpa lapisan tanduk. Pada lapisan
submukosa terdapat kelenjar kecil yang menghasilkan mukus, lapisan lamina propria
terdapat kelenjar kardiak esofagus yang juga menghasilkan mukus. Di bagian distal
terdiri dari otot polos, pada bagian tengah terdiri sel otot polos dan otot rangka dan pada
bagian proximal terdiri dari otot rangka.
Usus halus, pada membran mukosa dapat dijumpai sel goblet, sel absortif, sel parietal,
dan sel M ( mikrofold). Pada membran ini juga dijumpai vili – vili intestinal. Pada
4
lamina propria terdiri dari jaringan ikat longgar, pembuluh darah, limfe, serabut saraf
dan sel – sel otot polos. Pada submukosa terdapat kelenjar Brunner.
Usus besar, terdiri atas membran mukosa tanpa adanya lipatan kecuali pada bagian
distal ( rektum). Mukosa terdiri atas epitel selapis silindris, kelenjar intestinal, lamina
propria dan muskularis mukosa. Tidak dijumpai villi usus dan terdapat banyak sel
goblet. Kelejar pada usus berukuran besar.
Apendiks, terdiri dari epitel pelapis dengan banyak sel goblet. Kelenjar intestinalnya
tidak berkembang dan banyak dijumpai limfoid nodul. Submukosanya banyak terdapat
pembuluh darah dan lapisan luar apendiks adalah serosa.
Rektum, epitel permukaan lumennya dilapisi oleh sel – sel silindris dengan mikrovili
dan sel goblet. Kelenjar – krlenjarnya lebih panjang dan rapat.
Liang anus, terdapat perubahan mukosa rektum menjadi mukosa anal yang terjadi pada
apeks valvula ani. Submukosa rektum menyatu dengan jaringan ikat lamina propria
liang ani. Pleksus vena hemoroidal interna terletak dalam mukosa liang ini.
Lambung melaksanakan 3 fungsi utama. Fungsi utama lambung yang paling penting
adalah menyimpan makanan yang telah dicerna hingga makanan tersebut dapat
dikosongkan kedalam usus halus pada kecepatan normal untuk proses cerna dan
absorpsi. Lambung akan mensekresikan asam hidroklorida (HC1) dan enzim untuk
memulai pencernaan protein.
Sel-sel lambung mensekresikan sekitar 2500 ml cairan lambung setiap hari. Cairan
lambung ini mengandung bermacam-macam zat, diantaranya adalah HC1 dan
pepsinogen (Gambar 2. 1. ). HC1 yang disekresikan oleh kelenjar di korpus
lambung membunuh sebagian besar bakteri yang masuk, membantu pencernaan
protein, menghasilkan pH yang diperlukan pepsin untuk mencerna protein, serta
merangsang aliran empedu dan cairan pankreas. Asam ini cukup pekat untuk dapat
menyebabkan kerusakan jaringan, tetapi pada orang normal muksa lambung tidak
mengalami iritasi atau tercerna karena sebagian cairan lambung juga mengandung
mucus. 3
5
Gambar 2. 1. Sekresi Asam Lambung
Sumber : Color Atlas of Pathophysiology, 2000
Motilitas dan sekresi lambung diatur oleh mekanisme persarafan dan humoral.
Komponen saraf adalah otonom lokal yang melibatkan neuron-neuron kolinergik dan
impuls-impuls dari SSP melalui nervus vagus. Pengaturan fisiologik sekresi
lambung biasanya dibahas berdasarkan pengaruh otak (sefalik), lambung, dan usus. 3
Pengaruh sefalik adalah respon yang diperantarai oleh nervus vagus dan diinduksi oleh
aktivitas di SSP. Adanya makanan dalam mulut secara refleks akan merangsang sekresi
lambung. Serat-serat eferen untuk refleks ini adalah nervus vagus. Pada manusia,
melihat, mencium, dan memikirkan makanan akan meningkatkan sekresi lambung.
Peningkatan ini disebabkan oleh refleks bersyarat saluran cerna yang telah berkembang
sejak awal masa kehidupan. Rangsang hipotalamus anterior dan bagian-bagian korteks
frontalis orbital disekitarnya meningkatkan aktivitas eferen vagus dan sekresi
lambung. Pengaruh otak menentukan sepertiga sampai separuh dari asam yang
disekresikan sebagai respon terhadap makanan normal. 3
Pengaruh lambung terutama adalah respon-respon refleks lokal dan respon terhadap gastrin.
Adanya makanan dalam lambung mempercepat peningkatan sekresi lambung yang
disebabkan oleh penglihatan, bau makanan, dan adanya makanan di mulut. Reseptor di
dinding lambung dan mukosa berespon terhadap peregangan dan rangsang kimia,
terutama asam-asam amino dan produk pencernaan terkait lain. Produk-produk
pencernaan protein juga menyebabkan peningkatan sekresi gastrin, dan hal ini
meningkatkan aliran asam. 3
6
Pengaruh usus adalah efek umpan balik hormonal dan refleks pada sekresi lambung yang
dicetuskan dari mukosa usus halus. Walaupun di mukosa usus halus dan lambung
terdapat sel-sel yang berisi gastrin, pemberian asam amino langsung ke dalam duodenum
tidak akan meningkatkan kadar gastrin dalam darah. Sekresi asam lambung meningkat
bisa sebagian besar usus halus diangkat, sehingga sumber hormon-hormon yang
menghambat sekresi asam menghilang. 3
Sekresi lambung akan menurun secara bertahap ketika makanan mulai masuk dari
lambung menuju usus halus. Mekanisme penurunan sekresi lambung ada 3 jenis. Saat
makanan mulai dikosongkan ke duodenum secara bertahap, stimulus utama yang
merangsang sekresi lambung, yaitu protein, telah ditarik. Setelah makanan meninggalkan
lambung, cairan lambung akan terus terakumulasi hingga pH lambung akan menurun sangat
rendah dan akhirnya akan merangsang somatostatin sebagai pemberi respon balik negative untuk
menghambat sekresi lambung. Penurunan motilitas lambung juga akan menurunkan sekresi asam
lambung. 4
C. Mekanisme Pertahanan Gastro Duodenal 5
Reseptor nyeri pada perut terbatas di submukosa, lapisan muskularis dan serosa dari
organ di abdomen. Serabut C ini akan bersamaan dengan saraf simpatis menuju ke
ganglia pre dan paravertebra dan memasuki akar dorsa ganglia. Impuls aferen akan
melewati medula spinalis pada traktus spinotalamikus lateralis menuju ke talamus,
kemudian ke konteks serebri. (Price & Wilson, 2005)
Impuls aferen dari visera biasanya dimulai oleh regangan atau akibat penurunan
ambang nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri ini khas bersifat tumpul, pegal, dan
berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi. Impuls nyeri dan visera abdomen atas
(lambung, duodenum, pankreas, hati, dan sistem empedu) mencapai medula spinalis
pada segmen thorakalis 6,7,8 serta dirasakan didaerah epigastrium. (Price & Wilson,
2005)
Impuls nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas dari ligamentum Treitz sampai
fleksura hepatika memasuki segmen Th 9 dan 10, dirasakan di sekitar umbilikus. Dari
kolon distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus genitalia perempuan, impuls nyeri
mencapai segmen Th 11 dan 12 serta segmen lumbalis pertama. Nyeri dirasakan pada
daerah supra publik dan kadang-kadang menjalar ke labium atau skrotum. Jika proses
penyakit meluas ke peritorium maka impuls nyeri dihantarkan oleh serabut aferen
stomatis ke radiks spinals segmentalis. (Price & Wilson, 2005)
E. Sindroma Dyspepsia
Berdasarkan etiologinya, dispepsia dibagi atas dua yaitu dispepsia fungsional jika pada
pemeriksaan penunjang diagnostik ( radiologi, endoskopi, dan laboratorium) tidak
memperlihatkan adanya gangguan patologis, dan , dispepsia organik, jika pada
8
pemeriksaan penunjang diagnostik ( radiologi, endoskopi, dan laboratorium)
memperlihatkan adanya gangguan patologis. 7
Etiologi Dispepsia7
Penyakit saluran cerna Ulcus pepticum, gastritis, tumor, infeksi helicobacter pylori
Obat-obatan OAINS, beberapa antibiotic, digitalis, teofilin, dll
Penyakit pada Hepatitis, pancreatitis, kolesistitis kronik
hepatobilier
Penyakit sistemik DM, penyakit tiroid, penyakit jantung koroner
Bersifat fungsional Tidak ada kelainan struktural
9
Pemeriksaan dispepsia dilakukan dengan anamnesis gejala yang dirasakan (misal:
nyeri ulu hati, mual-muntah, kembung) lalu pemeriksaan fisik yaitu keadaan umum dan
nyeri tekan abdomen dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu
pemeriksaan laboratorium dengan hitung jenis sel darah lengkap jika dijumpai
leukositosis maka menunjukkan tanda- tanda infeksi, pemeriksaan darah dalam tinja
dan urine jika tinja cair berlendir atau banyak lemak maka menunjukkan tanda- tanda
infeksi tanda malabsorpsi, pemeriksaan asam lambung jika diduga dispepsia tukak,
pemeriksaan tumor marker untuk mengetahui ca saluran pencernaan seperti: CEA
(dugaan ca kolon), CA 19-9 (dugaan ca pankreas). Barium enema untukpemeriksaan
kerongkongan, lambung atau usus halus, pada orang yang sulit menelan atau muntah,
Berat badan turun , nyeri yang membaik atau memburuk bila penderita makan.
Endoskopi merupakan gold standard untuk diagnostik dan terapeutik, dilakukan untuk
pemeriksaan kerongkongan, lambung atau usus halus dan mendapat contoh jaringan
untuk biopsi dari lapisan lambung dan diperiksa di bawah mikroskop utuk melihat
infeksi H. pylori pada lambung. Pemeriksaan penunjang lainnya adalah pemeriksaan
radiologi dengan kontras ganda, serologi Helicobacter pylori dan urea breath test.
Pemeriksaan Lain yang kadang- kadang dilakukan adalah pengukuran kontraksi
kerongkongan dan respon kerongkongan terhadap asam.
Karena dyspepsia merupakan syndrome. Maka indikasi rujuk sesuai dengan penyakit
dasarnya. Untuk gastritis merupakan kompetensi 4. Sedangkan gastric/duodenal ulcer
merupakan kompetensi 3B (melakukan terapi pendahulu, rujuk juka kasus gawat).8
Morfologi Helicobacter pylori adalah , bakteri gram negatif, berbentuk helix tetapi
dapat berubah menjadi bentuk spiral, panjang ± 3 μm, diameter ± 0,5 μm,
mikroaerofilik, mempunyai enzim hidrogenase, oksidase, katalase dan urease.
Rute umum infeksi adalah oral – oral dan fecal – oral. Patogenesis, ada empat proses
yaitu dimulai dari H.pylori masuk ke dalam lapisan mukosa dari gaster host dan
melekat dengan menggunakan adhesin ke mukosa gaster lalu memproduksi amonia dari
urea sehingga menetralkan asam lambung dan bakteri terlindungi.
Urea hydrolysis: urea is broken down to ammonia and carbon dioxide.
Setelah itu, H. pylori akan berpoliferasi, migrasi, dan akhirnya membentuk fokus
infeksi. Ulkus gaster akan dihasilkan dengan adanya destruksi oleh mukosa, inflamasi
dan kematian sel mukosa. Selain itu inflamasi akan menurunkan somatostatin lalu
somatostatin akan meningkatkan gastrin dan gastrin akan meningkatkan sekresi asam,
asam akan merusak dari epitel lambung.
11
Pemeriksaan laboratorium, yaitu H.pylori fecal antigen test, tes ini cepat, berdasarkan
monoclonal antibody immunography of stool samples, dengan tingkat spesifik 98 %
dan sensitif 94 %. Positif pada awal infeksi dan bisa digunakan untuk follow up.
Carbon 13 urea breath test (UBT), berdasarkan deteksi urea yang dihasilkan oleh
organisme.Caranya adalah pasien diberi minuman urea dengan carbon isotop (C13
atau C14), dan setelah durasi yang tepat, konsentrasi karbon berlabel diukur dari
pernafasan. H.pylori serologi,sensitifitas dan spesitifitas >90 %,berdasarkan jumlah IgG
dari ELISA dan tidak baik untuk folllow up karena hasil bisa positif padahal bakteri.
Metode pemeriksaan yang terbaru adalah Modified Triple Stain (Carbol Fuchsin/Alcian
Blue/Hematoxylin-Eosin) for the Identification of Helicobacter pylori.
12
Ulasan :
1. Dalam pleno pakar, dijelaskan bahwa salah satu penyebab terjadinya dyspepsia
adalah sekresi cairan asam lambug. Asam lambung adalah cairan yang dihasilkan
lambung dan bersifat iritatif dengan fungsi utama untuk pencernaan dan membunuh
kuman yang masuk bersama makanan. Peningkatan sekresi asam lambung yang
melampaui kadar normal akan mengiritasi mukosa lambung, dimana efek korosif asam
dan pepsin lebih banyak daripada efek protektif pertahanan mukosa. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya sindroma dispepsia. (McGuigan, 1995)
Kesimpulan
13
Daftar Pustaka
2. Luiz Carlos Janqueira, Jose Carneiro. Saluran Cerna. dr. Frans Dany. Histologi
dasar, Jakarta: EGC. 2007 ; 278-307
4. Sheerwood L, Human Physiology : From Cells to Systems. 6th ed. China : Thomson
Brooks, 2007. 590 - 602.
5. Valle, Del John. Peptic Ulcer and Related Disorder. Dennis L. Kasper, MD.dkk.
Harrison’s Principle of Internal Medicine 16th ed . McGraw-Hill.
6. Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit. 6th ed.
Jakarta : EGC, 2005; 1063 – 1074.
14