Anda di halaman 1dari 4

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pada saat ini penyakit cardiovaskuler merupakan penyebab kematian nomor satu didunia. Dari seluruh penyebab kematian penyakit jantung, penyakit jantung koroner penyabab dari kematian dan merupakan masalah utama. American Heart Association pada tahun 2011 memperkirakan prevalensi penyakit jantung koroner di Amerika Serikat sekitar 13.200.000. Angka kematian karena PJK di seluruh dunia tiap tahun didapatkan 50 juta, sedangkan di negara berkembang terdapat 39 juta . WHO pada tahun 2002 memperkirakan di seluruh dunia setiap tahunnya 3,8 juta pria dan 3,4 juta wanita meninggal karena PJK (World Health Organization, 2006). Tidak hanya di Negara maju namun juga di Negara berkembang termasuk Indonesia. Di Indonesia penyakit jantung koroner menduduki peringkat pertama sebagai penyebab kematian. kematian penyakit arteri koroner tahun 2002 terdapat 529,69 kasus dan tahun 2004 meningkat sebanyak 45%. Hal ini menunjukan adanya kecenderungan peningkatan kematian prnduduk Indonesia setiap tahunnyaakibat Penyakit Jantung khusunya PJK, terutama bila tidak segera dilakukan usaha preventive (Idrus Alwi, 2010). Penyakit jantung koroner (PJK) dipengaruhi oleh beberapa factor, empat factor utama penyebab penyakit jantung adalah kolesterol darah yang tinggi, Low Density Lipoprotein (LDL) yang tinggi, terlalu banyak merokok dan hipertensi (David et al, 2009). Peningkatan kadar kolesterol yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya

aterosklerosis. proses ateroskelrosis pada pembuluh darah jantung merupakan proses paling dini yang membawa seseorang untuk menjadi seseorang untuk menderita PJK. (Sonia et al, 2004) Aterosklerosis merupakan proses multifaktorial yang diawali oleh berbagai rangsangan terhadap endotelium pembuluh darah. (Goran K. Hansson, 2005). Disfungsi endotel terjadi karena rangsangan awal yang ditandai dengan peningkatan daya adesi endotelium terhadap leukosit dan platelet serta sintesis molekul vasoaktif, sitokin dan factor prokoagulan. (R.L. Lefrandt, 2011) Respon pertahanan ini ditandai dengan perubahan inflamasi yang klasik dan dapat menyebabkan pembentukan plak, obstruksi lumen dan ruptur plak. Berbagai hipotesis telah dikemukakan untuk menjelaskan proses aterosklerosis. Inflamasi tampaknya mempunyai peranan penting dalam proses patologis tersebut. Inflamasi menyebabkan presipitasi kaskade pembentukan lesi ateroma sebagai respon cedera vaskular melalui fagosit lipid oleh makrofag (Hansson, 2005). Berbagai macam rangsangan inflamasi termasuk reactive oxygen species (ROS) dapat mengaktivasi pelepasan IL-1, IL-6 dan TNF yang kemudian merangsang pelepasan CRP dan berbagai mediator inflamasi seperti monocytederived macrophage, endothelial cell, tissue factor dan berbagai molekul adesi yang berperan dalam pembentukan plak aterosklerotik. (David, 2009) CRP merupakan protein darah yang terikat dengan C-polisakarida, pentamer 120 kDa. Kadarnya dapat meningkat 100 . 200 kali atau lebih tinggi pada inflamasi sistemik yang menyebabkan kerusakan endotel (Karnen, 2009). CRP merupakan petanda inflamasi yang paling stabil. Berdasarkan rekomendasi dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), cut offs point kadar CRP 3mg/L digunakan untuk membedakan

kelompok penderita risiko rendah dan risiko tinggi terjadinya penyakit kardiovaskular. (Diah Catur, 2008) CRP mendapat peran baru sebagai penanda inflamasi pada penyakit kardiovaskuler, memprediksi kejadian koroner dan menambah informasi foktor resiko untuk memprediksi kejadian koroner. kadar sebagai predictor adalah berkisar 1-5 mg/dl ( Yeh et al, 2003). pemeriksaan CRP mempunyai kelebihan yanitu mempunyai validasi yang baik, tidak mahal ( anand et al., 2004; Sonia et al., 2004). CRP juga mempunyai sifat stabil dalam jangka lama pada waktu penyimpanan, mempunyai half life yang panjang, tidak di pengaruhi oleh usia dan jenis kelamin, (Yeh et al, 2003) Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui perbandingan kadar CRP pada pasien Penyakit Jantung Koroner dengan dislipidemia dan pada Pasien Penyakit Jantung Koroner tanpa Dislipidemia. B. Rumusan Masalah berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :apakah ada perbedaan kadar CRP pada pasien Penyakit jantung Koroner dengan dislipidemia dan pada pasien Penyakit Jantung Koroner tanpa dislipidemia? C. Tujuan 1. Tujuan Umum mengetahui perbandingan kadar CRP pada pasien Penyakit jantung Koroner dengan dislipidemia dan pada pasien Penyakit Jantung Koroner tanpa dislipidemia. 2. Tujuan Khusus

a. mengetahui kadar CRP pada pasien Penyakit Jantung Koroner dengan dislipidemia b. mengetahui kadar CRP pada pasien Pneyakit Jantung Koroner tanpa Dislipidemia D. Manfaat 1. Manfaat Teoritis Menambah ilmu pengetahuan mengenai perbandingan kadar CRP pada pasien dengan dislipidemia dan pasien tanpa dislipidemia 2. Manfaat Praktis a. Melengkapi data pada Rekam Medis untuk memperkuat diagnosis. b. Pasien mendapatkan pemeriksaan kadar CRP tanpa dipungut biaya. c. Sebagai acuan terhadap pasien untuk mengenal faktor-faktor resiko PJK

Anda mungkin juga menyukai