Anda di halaman 1dari 20

Case Report

PENGARUH PAJANAN SINAR MATAHARI TERHADAP PENDERITA PTERIGIUM


Pembimbing : Dr. Dasril Dahar Sp.M Dr. Rita Murnikusumawatie Sp.M

Disusun Oleh : Ariyani Buana Nindra 1102004035

Latar Belakang
Merupakan pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif. Diduga merupakan suatu fenomena iritatif akibat sinar ultraviolet, daerah yang kering dan lingkungan yang banyak angin. Bpotensi mbutakan dalam stadium lanjut Tingkat prevalensi berbeda dalam ras, lintang, dan paparan sinar matahari

Presentasi Kasus
Perempuan 49 tahun dengan keluhan kedua mata merah dan adanya perasaan mengganjal sejak 6 bulan yang lalu. Pasien melihat adanya selaput berwarna kemerahan yang timbul dari pingir kedua mata pasien. Pasien tidak mengeluh mengenai ketajaman plihatannya. Pasien selalu merasakan ketika matanya terkena angin terasa sangat perih dan berair. Setiap harinya pasien sering mengendarai motor tanpa menggunakan kacamata pelindung.

DIAGNOSA KERJA Pterigium Gr. 2 ODS DIAGNOSA BANDING Pinguekula Pseudopterigium

TERAPI

Antihistamin
Dekongestan mata Kortikosteroid Pembedahan

Anatomi Konjungtiva
Membran yg menutupi sklera & kelopak bagian belakang.2 Mengandung kelenjar musin yang bersifat membasahi bola mata yang dihasilkan oleh sel Goblet. Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu : Konjungtiva tarsal menutupi tarsus & sukar digerakkan Konjungtiva bulbi menutupi sklera & mudah digerakkan Konjungtiva fornises palihan konjungtiva tarsal & bulbi

Anatomi Konjungtiva

Anatomi Kornea
Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas lapis : 4

Epitel Membran Bowman Stroma Membran Descement Endotel

Pterigium
segitiga subepitel fibrovaskular yg ptumbuhan ke dalam dari jaringan konjungtiva bulbar yang degeneratif melalui limbus ke arah kornea. Bkembang pd pasien yg tinggal di iklim panas Seperti pada pinguecula, merupakan respon terhadap paparan UV dan mungkin untuk faktor-faktor lain seperti kekeringan permukaan kornea yang kronis.3

Epidemiologi
Angka kejadian lintang bawah sampai katulistiwa > dibandingkan lintang atas Golongan laki-laki dua kali lebih banyak dibandingkan wanita. Pada umur, 20 tahun < 20-40 tahun < 40 Tahun

Etiologi Diduga disebabkan iritasi kronis akibat debu, cahaya sinar matahari, dan udara panas. Etiologinya tidak diketahui dengan jelas dan diduga merupakan suatu neoplasma, radang, dan degenerasi. 6

Patofisiologi
UV-B mutagenik utk gen p53 supresor tumor di stem sel limbal basal. Tanpa apoptosis, faktor pertumbuhan akan merangsang produksi blebihan kolagen, migrasi sel & angiogenesis yg akan menyebabkan degenerasi kolagen & ptumbuhan jaringan subepitel fibrovaskular. Hal ini akan merusak lapisan bowman pada kornea karena pertumbuhan fibrovaskular kedalam jaringan tersebut.5

Gejala
Dapat tidak memberikan keluhan (Asimptomatis) Mata iritasi, merah, dan mungkin menimbulkan astigmatisme yang akan memberikan keluhan gangguan penglihatan Dapat disertai dengan keratitis pungtata dan dellen (penipisan kornea akibat kering), dan garis besi (iron line dari strocker) yang terletak di ujung pterigium.5,6 Pada pterigium yang lanjut (derajat 3 dan 4) dapat menutupi pupil dan aksis visual sehingga tajam penglihatan menurun. 8

Pengelompokan Pterigium
Dikelompokkan berdasarkan bagian kornea yang tertutup oleh pertumbuhan pterigium (Gradasi klinis menurut Youngson).8 Derajat 1: hanya terbatas pada limbus kornea Derajat 2: sudah melewati limbus kornea tetapi tidak lebih dari 2 mm melewati kornea Derajat 3: sudah melebihi derajat dua tetapi tidak melebihi pinggiran pupil mata dalam keadaan cahaya normal (diameter pupil sekitar 3-4 mm) Derajat 4: sudah melewati pupil sehingga terganggu penglihatan.

Sedangkan berdasarkan progresifitas tumbuhnya :


Stasioner (relatif tidak berkembang lagi (tipis, pucat, atrofi)) dan Progresif (berkembang lebih besar dalam waktu singkat).11

Pemeriksaan
Uji ketajaman visual dapat dilakukan untuk melihat apakah visi terpengaruh. Dengan menggunakan slitlamp diperlukan untuk memvisualisasikan pterygium tersebut.9 Dengan menggunakan sonde di bagian limbus, pada pterigium tidak dapat dilalui oleh sonde seperti pada pseudopterigium.8

Terapi
Konservatif Bedah (Indikasi)
Pterigium yang menjalar ke kornea sampai lebih 3 mm dari limbus Pterigium mencapai jarak lebih dari separuh antara limbus dan tepi pupil Pterigium yang sering memberikan keluhan mata merah, berair dan silau karena astigmatismus Kosmetik, terutama untuk penderita wanita.

Terapi Tambahan (mencegah Rekurensi)

Pencegahan
Cara terbaik untuk mengurangi resiko terkena pterygium adalah untuk melindungi mata dari sinar ultraviolet.
Hindari sinar matahari di musim panas, tigaperempat dari paparan sinar UV terjadi di antara jam 10 pagi hingga 4 sore. Kenakan topi bertepi lebar memakai kacamata hitam

Simpulan
Letak geografis indonesia di sekitar garis khatulistiwa bnyk tpapar sinar UV salah satu faktor penyebab pterigium. Banyak diderita oleh pria pria lebih banyak di luar ruangan, & pasien di atas 40 thn faktor degeneratif. Dpt asimptomatik, mata iritatif, gatal, merah, sensasi benda asing & pubahan tajam plihatan tergantung dr stadiumnnya. Terapi pterigium konservatif, bedah dan terapi tambahan untuk mencegah rekurensi & perlu dilakukannya pencegahan.

Daftar Pustaka
1.

2. 3. 4. 5. 6.
7. 8. 9. 10. 11.

Gazzard G, Saw S-M. Pterygium in Indonesia: prevalence, severity and risk factors. Br J Ophthalmol 2002;86:13411346 Voughan & Asbury. Oftalmologi umum, edisi 17 Jakarta : EGC, 2009 Kanski Jack, Bowling. Clinical Ophthalmology : A Systematic Approach. Ed 7th. 2011 Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2009. Hal 1-12 Jerome P Fisher, PTERYGIUM. 2009 http://emedicine.medscape.com/article/1192527 AAO. Basic and Clinical Science Course :External Disease and Cornea. Section 8. 2007-2008. Hal 366 http://eyewiki.aao.org/Pterygium www.inascrs.org/pterygium/ http://www.mdguidelines.com/pterygium Ardalan Aminlari, MD, Ravi Singh, MD, and David Liang, MD. Ophthalmic Pearls : Management of Pterygium. Hal. 37-38 Ilyas, Sidharta., Mailangkay, Taim, Hilman., Saman, Raman., Simarmata, Monang., Widodo, Purbo., 2002. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan mahasiswa kedokteran. Edisi kedua. Jakarta: Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai