Anda di halaman 1dari 2

Proses penyembuhan Fraktur Proses penyembuhan fraktur terdiri dari beberapa fase, menurut Lieberman, 2005 fase penyembuhan

fraktur sebagai berikut : 1. Fase Reaktif a. Fase hematom dan inflamasi b. Pembentukan jaringan granulasi 2. Fase Reparatif a. Fase pembentukan callus b. Pembentukan tulang lamellar 3. Fase Remodelling a. Remodelling ke bentuk tulang semula Proses penyembuhan fraktur telah dibagi atas penyembuhan fraktur primer dan fraktur sekunder. 1. Proses penyembuhan Fraktur Primer Penyembuhan cara ini terjadi internal remodelling yang meliputi upaya langsung oleh korteks untuk membangun kembali dirinya ketika kontinuitas terganggu. Agar fraktur menjadi menyatu, tulang pada salah satu sisi korteks harus menyatu dengan tulang pada sisi lainnya (kontak langsung) untuk membangun kontinuitas mekanis. Tidak ada hubungan dengan pembentukan kalus. Terjadi internal remodelling dari haversian system dan penyatuan tepi fragmen fraktur dari tulang yang patah (Lieberman, 2005). Ada 3persyaratanuntuk remodeling Haversian pada tempat fraktur adalah: 1. Pelaksanaan reduksi yang tepat 2. Fiksasi yang stabil 3. Eksistensi suplay darah yang cukup Penggunaan plate kompresi dinamis dalam model osteotomi telah diperlihatkan menyebabkan penyembuhan tulang primer. Remodeling haversian aktif terlihat pada sekitar minggu ke empat fiksasi (Lieberman, 2005). 2. Proses Penyembuhan Fraktur Sekunder. Penyembuhan sekunder meliputi respon dalam periostium dan jaringan-jaringan lunak eksternal. Proses penyembuhan fraktur ini secara garis besar dibedakan atas 5 fase, yakni fase hematom (inflamasi), fase proliferasi, fase kalus, osifikasi dan remodelling. (Lieberman, 2005). PEMERIKSAAN PENUNJANG a. X.Ray Pemeriksaan radiologi untuk memastikan daerah fraktur dengan : 2 arah (antero posterior dan lateral) 2 waktu yang berbeda (saat setelah trauma dari 10 hari setelah trauma) 2 sendi : sendi proksimal dan sendi distal dari fraktur harus terlihat pada film. 2 ekstremitas : sebagai perbandingan, bila garis fraktur meragukan pada anak-anak

b. Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans. Skor tulang tomography, skor C1, Mr1 : dapat digunakan mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak. c. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler. d. CCT kalau banyak kerusakan otot (Sjamsuhidajat, 2005)

Sjamsuhidajat R, de Jong, Wim. 2005.. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC Lieberman, Jay R. , Gary E Friedlaender. 2005. Bone Regeneration and Repair: Biology and Clinical Applications. United States of America : Humana Press

Anda mungkin juga menyukai