Anda di halaman 1dari 26

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial, yang terjadi akibat akumulasi jaringan lemak berlebihan, sehingga dapat mengganggu kesehatan. (Sugondo, 2006). Badan kesehatan dunia (WHO) telah menyatakan bahwa obesitas telah menjadi masalah epidemi dunia (Basha, 2007). Lebih dari satu miliar penduduk dunia mengalami kelebihan berat badan (obesitas) terutama dinegara yang maju. Bahkan saat ini prevalensi penderita tiap tahun semakin meningkat. Penyakit yang dipicu oleh obesitas adalah sindroma metabolik dengan resiko penyakit kardiovaskular, gangguan pernafasan, osteoartritis, gangguan hormonal, peningkatan asam urat (gout), kanker, diabetes, dan stroke (Wed, 2004). Pada saat ini gaya hidup warga perkotaan cenderung mendorong seseorang tidak banyak melakukan aktivitas fisik dan menata pola makan agar menjadi seimbang. Akibatnya banyak orang yang menderita kelebihan berat badan (obesitas). Obesitas atau kegemukan adalah suatu keadaan yang melebihi dari berat badan relative seorang, sebagai akibat penumpukan zat gizi terutama karbohidrat lemak. Terdapat 1,6 miliar orang dewasa di seluruh dunia mengalami berat badan berlebih (overweight), dan sekurang-kurangnya 400 juta diantaranya mengalami obesitas (WHO,2006). Di Indonesia, menurut data Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia > 15 tahun adalah 10,3% (laki-laki 12,9%, perempuan 23,8%) (Depkes RI, 2009).

Obesitas adalah merupakan kunci penting dari terjadinya peningkatan kejadian penyakit jantung koroner (PJK) (Han TS,1995). Peningkatan berat badan dengan masa tubuh lebih dari 30kg/m2 meningkatkan resiko PJK 4 kali lipat, baik pada laki-laki ataupun wanita. Pada tahun 1988, American heart

association (AHA) mengklasifikasikan obesitas sebagai faktor resiko


modifikasi mayor untuk PJK. (Rossner, 2002). Penyebab PJK secara pasti belum diketahui, meskipun demikian secara umum dikenal berbagai faktor resiko yang berperan penting terhadap timbulnya PJK yang disebut sebagai faktor resiko PJK (Imam, 2004). Faktor resiko PJK sendiri terbagi menjadi 2 kategori, yaitu faktor yang tidak dapat dikendalikan (nonmodifable risk factors) seperti usia dan jenis kelamin dan faktor yang dapat dikendalikan (modifable risk factors) seperti kelebihan berat badan dan obesitas (Supriyono, 2008). Penyakit Jantung Koroner merupakan keadaan dimana terjadi

ketidakseimbangan antara kebutuhan otot jantung atas oksigen dengan penyediaan yang diberikan oleh pembuluh darah koroner. Gejala yang dapat dilihat pada PJK salah satunya adalah Infark Miokard atau matinya otot jantung pada daerah yang mengalami penyumbatan pembuluh darah, tentu saja hal ini disebabkan karena plak yang terdapat pada dinding bagian dalam pembuluh darah menyumbat aliran darah yang merupakan sumber nutrisi bagi otot tersebut (Hegar, 1997). Direktorat Jendral Yanmedik Indonesia meneliti pada tahun 2007,

jumlah pasien penyakit jantung yang menjalani rawat inap dan rawat jalan di RS di Indonesia adalah 239.548 jiwa. Kasus terbanyak adalah penyakit jantung iskemik, yaitu 110,183 kasus. Care fatelity rate (CFR) tertinggi terjadi pada

infark miokard akut (13,49%) dan kemudian diikuti oleh gagal jantung (13,42%) dan penyakit jantung lainnya (13,37%) (Depkes, 2009). Akut Miokard Infark (AMI) adalah suatu keadaan nekrosis otot jantung akibat ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen yang terjadi secara mendadak. Penyebab paling sering adalah adanya sumbatan koroner, sehingga terjadi gangguan aliran darah yang diawali dengan hipoksia miokard. (Santosa, 2005). AMI merupakan salah satu diagnosis rawat inap tersering di negara maju. Laju mortalitas awal (30 hari) pada AMI adalah 30% dengan lebih dari separuh kematian terjadi sebelum pasien mencapai rumah sakit. Walaupun laju mortalitas menurun sebesar 30% dalam 2 dekade terakhir, sekitar 1 diantara 25 pasien yang tetap hidup pada perawatan awal, meninggal dalam tahun pertama setelah AMI (Santosa, 2005). Sementara itu, di Indonesia sejak sepuluh tahun terakhir IMA lebih sering ditemukan, apalagi dengan adanya fasilitas diagnostik dan unit-unit perawatan penyakit jantung koroner intensif yang semakin tersebar merata (Harun, 2004). Dari data diatas, peneliti ingin melakukan penelitian mengenai hubungan obesitas dengan terjadinya IMA.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, masalah penelitian yang dapat dirumuskan adalah adakah hubungan obesitas dengan kejadian AMI?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Mengetahui adanya hubungan antara obesitas dengan kejadian AMI di ruang ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. 2. Tujuan khusus a. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab obesitas berupa pola makan. b. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab obesitas berupa gaya hidup kurang gerak. c. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab obesitas berupa genetika. d. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab obesitas berupa akibat penyakit lain.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Menambah pengalaman dan memberi gambaran nyata asuhan keperawatan AMI di lapangan. 2. Manfaat bagi ilmu keperawatan a. Memberikan konsep dan kajian lebih mendalam tentang obesitas dan AMI pada pasien di ICU. b. Diharapkan dapat di gunakan untuk mengembangan ilmu kesehatan khususnya di bidang kardiovaskuler dan sebagai bahan masukan penelitian selanjutnya.

3. Bagi Pasien dan Keluarga

Dapat mengetahui tentang hubungan obesitas dengan AMI sehingga menjadi bahan acuan untuk mendapatkan perawatan

menyeluruh.

E. KEASLIAN PENELITIAN Berdasarkan penelusuran database penelitian melalui searching engine google dan yahoo, ditemukan penelitian dengan judul yang hampir sama. Penelitian tersebut diantaranya: 1. Penelitian Faizatur Rohmi (2006) dengan judul Hubungan Obesitas Dengan Kejadian Infark Miokard Akut di ICVCU RSU Dr Saiful Anwar Malang pada tahun 2006. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab obesitas, mengidentifikasi kejadian infark miokard akut serta mengetahui Hubungan Antara Obesitas Dengan Kejadian Infark Miokard Akut. Penelitian ini merupakan penelitian observasional, dengan desain penelitian Cross Sectional Study. Sampel terdiri dari 30 responden, dipilih dengan tehnik purposive sampling. Data yang didapatkan kemudian diberi skor berdasarkan ketentuan dan diolah dengan menggunakan Uji Chi Square. Dari 30 responden hasil data dengan menggunakan Uji Chi Square di dapatkan nilai X2 hitung adalah 10,84 dan X tabel adalah 3,481 sehingga dapat dapat disimpulkan ada hubungan antara obesitas dengan infark miokard akut. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah bahwa terdapat 12 orang (40%) dari responden obesitas, dan 10 diantaranya menderita Infark Miokard Akut. Berdasarkan hasil temuan

diatas, disarankan agar klien yang menderita obesitas untuk melakukan diet ketat dan olahraga cukup agar berat badannya menjadi ideal dan untuk klien yang tidak obesitas dianjurkan untuk melakukan pengaturan makanan dan membiasakan diri berolahraga agar tidak sampai terjadi obesitas. 2. Penelitian ini bersifat pengamatan analitik dengan desain potong lintang. Populasi ialah pasien dengan penyakit jantung koroner di poliklinik Jantung BLU/RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado selama periode November 2012 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sehingga diperoleh besar sampel 62 pasien. Sampel dipilih berdasarkan accidental sampling method. Menurut analisis univariat pasien yang mengalami PJK sebanyak 82,3% dari total sampel dan 86,7% penderita PJK tergolong memiliki lingkar perut dan IMT diatas normal. Hasil pengujian bivariat dengan kaikuadrat dengan nilai kritis kemaknaan 0,05 didapatkan nilai p= 0,367 untuk kategori IMT dengan PJK dan nilai p= 0,135 untuk lingkar perut. Keduanya menunjukkan hubungan yang tidak signifikan. Dari penelitian ini ialah menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara obesitas umum dan obesitas sentral dengan PJK pada pasien di poli jantung BLU/RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado periode November 2012. Dari penelitian tersebut terdapat persamaan yaitu pada penelitian pertama, terdapat persamaan faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas. Adapun perbedaannya adalah pada obyek, tempat dan waktu penelitiannya. Obyek yang akan diteliti pasien yang sudah stabil di

ICU, kemudian tempatnya adalah di ruang ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro di Klaten. Adapun waktu penelitian akan dilakukan pada tahun 2014. Sedangkan pada penelitian yang kedua, terdapat persamaan penelitian pada obyek yeng diteliti yaitu pada pasien yang mengalami obesitas. Adapun perbedaannya adalah pada waktu, lokasi rumah sakit. Tempat penelitian ini adalah di ruang ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro di Klaten.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. OBESITAS 1. Pengertian Kegemukan adalah suatu kondisi medis berupa kelebihan lemak tubuh yang terakumulasi sedemikian rupa hingga menyebabkan dampak merugikan bagi kesehatan (WHO, 2000). Kegemukan dinilai berdasarkan indeks massa tubuh (IMT), dan selanjutnya berdasarkan distribusi lemak melalui rasio pinggang-panggul dan total faktor risiko kardiovaskular (Sweeting HN, 2007). IMT sangat erat hubungannya dengan persentase lemak tubuh dan total lemak tubuh (Gray DS, Fujioka K, 1991). Pada anak, berat badan yang sehat bervariasi berdasarkan usia dan jenis kelamin. Kegemukan pada anak dan remaja tidak didefinisikan dengan suatu angka mutlak, namun berhubungan dengan riwayat kelompok dengan berat badan yang normal, kegemukan didefinisikan apabila IMT lebih besar dari persentil ke-95. Data rujukan yang menjadi dasar penentuan persentil ini berasal dari tahun 1963 hingga 1994, dan oleh karena itu belum dipengaruhi oleh peningkatan berat badan yang terjadi akhir-akhir ini (Johnson CL et all, 2001). IMT < 18.5 18.524.9 25.029.9 30.034.9 35.0-39.9 40.0 Klasifikasi berat badan kurang normal berat badan lebih kegemukan kelas I kegemukan kelas II kegemukan kelas III

IMT dihitung dengan cara membagi berat badan subjek dengan kuadrat tinggi badannya, yang biasanya ditulis baik dalam satuan metrik maupun dalam sistem Amerika : Metrik: Sistem Amerika dan imperial: adalah berat badan subyek dalam pon dan badan subyek dalam inci. 2. Penyebab Pada individu per individu, kombinasi antara kelebihan asupan energi makanan dan kurangnya aktivitas fisik dapat menjelaskan sebagian besar kasus kegemukan (Lau DC et all, 2007). Sejumlah kecil kasus umumnya disebabkan oleh faktor genetik, alasan medis, atau penyakit kejiwaan (Adams A, 2008). Sebaliknya pada masyarakat, laju kegemukan yang meningkat mungkin disebabkan karena mudahnya mendapatkan makanan dan banyaknya makanan yang enak, meningkatnya dengan adalah tinggi

ketergantungan pada mobil, dan meningkatnya penggunaan mesin untuk proses produksi (James WP, 2008). Suatu tinjauan pada 2006 mengidentifikasi sepuluh kemungkinan lain penyebab meningkatnya kegemukan akhir-akhir ini: a. Kurang tidur b. Berbagai pengganggu endokrin (polutan lingkungan yang

memengaruhi metabolisme lipid) c. Menurunnya variabilitas suhu lingkungan d. Menurunnya jumlah perokok, karena merokok menekan nafsu makan

e. Meningkatnya penggunaan obat-obatan yang menyebabkan kenaikan berat badan (misalnya, antipsikotik atipikal) f. Meningkatnya etnik dan kelompok umur yang secara proporsional cenderung lebih berat g. Kehamilan pada usia lebih tua (yang dapat menyebabkan kerentanan anak mengalami kegemukan) h. Faktor risiko yang diturunkan antar generasi i. Untuk BMI yang lebih tinggi j. Yang menyebabkan meningkatnya konsentrasi faktor risiko

kegemukan (hal ini akan meningkatkan jumlah orang yang gemuk dengan meningkatnya varians berat badan populasi) (Katzmarzyk PT et all, 2006).

B. Akut Miokard Infark ( AMI ) 1. Pengertian Menurut Smeltzer dan Bare, (2008) Akut Miokard Infark mengacu pada proses masuknya proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. Penyebab penurunan suplai darah mungkin akibat penyempitan kritis arteri koroner karena aterosklerosis atau penyumbatan total arteri oleh emboli atau trombus. AMI didefinisikan sebagai nekrosis miokardium yang disebabkan oleh tidak adekuatnya pasokan darah akibat sumbatan akut arteri koroner. Sumbatan ini sebagai besar disebabkan oleh ruptur plak ateroma pada arteri

koroner yang kemudian diikuti oleh terjadinya trombosis, vasokontriksi, reaksi inflamasi, dan mikroembolisasi distal. Kadang- kadang sumbatan akut ini dapat pula disebabkan oleh spasme arteri koroner, emboli, atau vaskulitis ( Perki, 2004 ). 2. Penyebab Menurut Smeltzer dan Bare (2000:788) penyebab infark

miokardium adalah penurunan suplai darah ke jantung akibat penyempitan kritis arteri koroner karena aterosklerosis atau penyumbatan total arteri oleh emboli atau trombus juga bisa diakibatkan karena syok atau perdarahan. Sedangkan menurut Price and Wilson (1994:529) penyebab arteri koronaria yang paling sering ditemukan adalh aterosklerosis pembuluh koroner. Aterosklerosis menyebabkan penimbunan lipid dan jaringan fibrosa dalam arteri koronaria dan secara progresif mempersempit lumen pembuluh darah sehingga resistensi terhadap aliran darah akan meningkat dan membayakan aliran darah miokardium. Penyebab sumbatan tidak diketahui walaupun diperkirakan perdarahan akibat plaque atherosklerosis dan farmasi thrombus

diperkirakan merupakan faktor persipitasi penilitian baru-baru ini menunjukkan bahwa forkasi thrombus dapat berlanjut menjadi infark karena edema yang berkaitan dengan infark menganggu aliran darah dalam arteri koronaria, yang menyebarkan stasis dan formasi thrombus (Depkes, 1993:139).

3. Manifestasi Klinik Menurut Sjaefoellah (2002:110) gejala klinis pada klinis pasien dengan miokard infark yaitu adanya keluhan yang khas adalah nyeri dada seperti diremas-remas, ditekan, ditusuk, panas atau ditindih barang berat. Nyeri dapat menjalar ke tangan (umumnya kiri), pada leher, rahang ke punggung dan epigastrium. Nyeri dapat disertai perasaan mual muntah, sesak, pusing, keringat dingin, berdebar-debar atau sinkope, pasien tampak sering kesakitan. Pada pemeriksaan fisik penurunan kardiak output menyebabkan takikardi, perubahan nadi, hipotensi, muka pucat, diaporesis, kulit dingin, perubahan status mental, sinkope dan berkurangnya produksi urin. Menurut Smeltzer dan Bare (2001:788) manifestasi klinis dari infar miokardium adalah nyeri dada yang tiba-tiba dan berlangsung terus menerus terletak di bagian bawah sternum dan perut atas. Nyeri akan terasa semakin berat sampai tidak tertahankan. Nyeri ini adalah gejala utama yang muncul. Nyeri bisa menyebar ke bahu dan lengan biasanya lengan kiri dan dirasakan tajam dan berat. Napas pendek, pucat, keringat dingin, pusing, dan mual muntah. Pasien dengan diabetes mellitus mungkin tidak merasakan nyeri berat bila menderita infar miokardium, karena neuropati menyertai diabetes mellitus mempengaruhi neuroreseptor, sehingga nyeri yang dialaminya.

4. Patofisiologi Menurut Smeltzer dan Bare (2002 : 7776-777), Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri besar. Timbunan ini dinamakan ateroma atau plaqul yang akan mengganggu absorpsi nutrien oleh sel-sel endotal yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah. Endotel pembuluh darah terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen akan menjadi sempit dan kasar, akan cenderung terjadi pembentukan bekuan darah terjadi koagulasi intravaskuler. Ateroskleresos koroner menimbulkan sumbatan aliran darah yang berlangsung progresif dan suplai darah yang tidak adekuat atau iskemia yang berat, disertai kerusakan sel inilah yang disebut infark miokardium. Iskemia miokard bermanifestasi berupa angina pektoris yaitu dengan gejala perasaan tertekan dan penuh atau nyeri substernal. Ini akibat kurangnya oksigen untuk miokard agar dapat bekerja efektif, penyebabnya hampir selalu penyempitan yang disebabkan aterosklerosis, perubahan ini masih reversible dan fungsi sel-sel kembali normal bila oksigenasinya kembali mencukupi (Tambayong, 2000:90). 5. Pemeriksaan Penunjang Menurut Doenges et all (2000:85) pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan infark miokard yaitu : a. EKG, menunjukkan peninggian gelombang S-T, iskemia berarti penurunan atau datarnya gelombang T dan adanya gelombang Q.

b. Enzim jantung dan isoenzim, CPK-MB meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam. c. Elektrolit, ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan dapat mempengaruhi kontraktilitas. d. Sel darah putih, leukosit (10.000-20.000) tampak pada hari kedua sehubungan dengan proses inflamasi. e. GDA atau oksimetri nadi, dapat menunjukkan hipoksia. f. Kolesterol arterisklerosis. g. Foto dada, mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK. h. Ekokardium, evaluasi lebih lanjut mengenai fungsi dasar terutama ventrikel. i. Angiografi koroner, menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner. atau trigliserida serum: meningkat menunjukkan

C. Kerangka Teori

IMT 30 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap obesitas: pola makan gaya hidup kurang gerak Genetika akibat penyakit lain

Acute Miocard Infark

D. Kerangka Konsep

Faktor penyebab obesitas sedikit Resiko terjadinya AMI rendah

IMT 30

E. Hipotesis Penelitian Ha : Ada hubungan antara obesitas dengan kejadian Acute Miocard Infark di ruang ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten tahun 2013. Ho : Tidak ada hubungan antara obesitas dengan kejadian Acute Miocard Infark di ruang ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten tahun 2013.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional karena penelitian ini mempelajari korelasi antara faktor-faktor yang yang mempengaruhi obyek penelitian dengan pengumpulan data sekaligus pada suatu waktu. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan memberikan kuesioner dan wawancara yang bertujuan untuk menganalisa variable bebas dan variable terikat, (Hidayat, 2009). B. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2009). a. Populasi target Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien sadar di Ruang ICU Rumah Sakit Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dalam kurun waktu dua bulan dan memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. b. Populasi terjangkau Pasien ICU Rumah Sakit Dr. Soeradji Tirtonegoro. 2. Sampel Sampel adalah sebagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari

semua yang ada pada populasi misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu. Sehingga peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu (Nursalam, 2008). Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk mewakili populasi (Pariani, 2001). Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Untuk tujuan generalisasi atau penarikan kesimpulan mengenai populasi, maka sampel yang diambil harus dapat mewakili (representatif) populasi. Suatu sampel dikatakan representatif bila memenuhi kriteria: digunakan asas probabilitas (random sampling), besar sampel cukup, ciri-ciri populasi terwakili, dan variasi antar unit populasi dibuat sekecil mungkin. Penetapan kriteria sampel yaitu kriteria inklusi dan eksklusi diperlukan dalam upaya untuk mengendalikan variabel penelitian yang tidak diteliti, tetapi memiliki pengaruh terhadap variabel independen (Hidayat, 2008). a. Jumlah sampel Pada penelitian ini menggunakan purposive sampling dimana penulis mengambil seluruh sampel yang sesuai dengan tujuan dan masalah yang diteliti pada waktu yang telah ditentukan (dalam penelitian ini satu bulan). Adapun kriteria sampel yang sesuai dengan kehendak penulis sesuai dengan yang tercantum dalam kriteria inklusi dan eksklusi. Karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktorfaktor apakah yang berpengaruh terhadap gangguan tidur pasien di ruang ICU, maka peneliti mengambil sampel yaitu sejumlah pasien

sadar yang dirawat di ruang ICU Rumah Sakit Dr. Soeradji Tirtonegoro. b. Teknik sampling Sampling adalah suatu teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili kesuluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2008). Berdasarkan pertimbangan keterbatasan tenaga dan dana, maka pengambilan sampel digunakan dengan teknik nonprobability sampling method dengan cara purposive sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2008). c. Kriteria sampel 1). Kriteria inklusi Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti/karakteristik sampel yang layak diteliti (Nursalam, 2008). Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah: a). Pasien dalam keadaan sadar penuh (Compus Mentis GCS: 1415) b). Bersedia menjadi responden.

c). Mengalami obesitas (IMT 30). d). Bekerja tidak banyak aktivitas e). Dirawat di ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro. 2). Kriteria eksklusi Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau

mengeluarkan subyek peneliti yang tidak memenuhi kriteria inklusi karena berbagai sebab (Nursalam, 2008). Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah: a). Pasien yang menyatakan diri tidak bersedia menjadi responden b). Pasien dengan penurunan kesadaran (GCS <13) c). Pasien tidak dirawat di ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro. C. Variable Penelitian Variabel adalah sebuah konsep yang dapat dibedakan menjadi dua, yakni yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Variabel merupakan

karakteristik subjek penelitian yang berubah dari satu subjek ke subjek yang lainnya (Sastroasmoro, 2004 dalam Hidayat, 2008). Variabel yang dikaji pada penelitian ini adalah variabel dependen dan variabel independen, yaitu: 1). Variabel Dependen Variabel dependen adalah variabel yang kondisi atau nilainya dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel dependen pada penelitian ini adalah obesitas yang berpengaruh terhadap kejadian AMI, meliputi pola makan, gaya hidup kurang gerak, genetika dan akibat penyakit lain.

2). Variabel Independen Variabel independen adalah variabel yang akan menentukan dan akan berpengaruh terhadap variabel dependen. Variabel independen pada penelitian ini adalah kejadian AMI.

D. Definisi Operasional Definisi operasional adalah mendefinisikan variable secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian (Hidayat, 2009). Tabel 3.1 Definisi Operasional No 1. Variabel Independen: a. Pola makan Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Makanan yang padat-energi, berporsi besar, dan cepat saji dapat melebihi kebutuhan kalori.

b. Gaya hidup yang kurang aktivitas fisik

Terjadi kecenderungan pekerjaan dengan aktivitas fisik yang lebih sedikit dan kurang berolahraga.

Makanan yang sering dikonsumsi pasien termasuk makanan yang melebihi kebutuhan kalori atau tidak. Banyak aktivitas dan olah raga atau tidak

Check list

Observas i

Makanan yang Nominal melebihi kebutuhan kalori: 1 Tidak melebihi kebutuhan kalori : 0

Kuesioner Wawanc ara

Banyak aktivitas dan olah raga : 1 Tidak banyak aktivitas dan olah raga : 0

Nominal

c. Genetika

d. Penyakit lain

Dependen : Acute Miocard Infark

Keturunan dari dua orang tua yang kegemukan juga mengalami kegemukan. Mengalami sindrom genetik yang langka dan juga beberapa kelainan atau kondisi bawaan: hipotiroidisme, Sindrom Cushing, defisiensi hormon pertumbuhan dan gangguan makan. Acute Miocard Infark adalah suatu keadaan nekrosis otot jantung akibat ketidakseimba ngan antara kebutuhan dan suplai oksigen yang terjadi secara mendadak.

Orang tua pasien mengalami kegemukan atau tidak.

Kuesioner Wawanc ara

Mengalami Nominal kegemukan: 1 Tidak mengalami kegemukan : 0

Ada sindrom genetic dan kelainan bawaan atau tidak.

kuesioner

Wawanc ara

Tidak ada Nominal sindrom genetic dan kelainan bawaan: 1 Ada sindrom genetic dan kelainan bawaan: 0

Ada ST elevasi

Check list

Observa si

1 : Ada ST elevasi. 0 : Tidak ada ST elevasi.

Nominal

E. Pengumpulan dan Analisa Data 1. Instrument Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner. Dalam pengisian lembar kuesioner digunakan metode wawancara dengan tujuan agar dapat diklarifikasi jika terdapat kesalahpahaman dalam

memberikan hasil secara langsung. Alat pengumpulan data primer sebelum dipakai pada pelaksanaan diuji terlebih dahulu dengan: a. Uji Validitas Uji validitas instrumen pada penelitian ini menggunakan pengujian validitas konstruksi (construck validity). Untuk menguji validitas konstruksi dapat digunakan pendapat para ahli (judgement experts). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Mungkin para ahli akan memberi keputusan: instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin dirombak total (Sugiyono, 2009). b. Uji Reliabilitas Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan secara internal consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk reliabilitas instrumen (Sugiyono, 2009).

2. Analisa Data a. Langkah-Langkah Analisa Data Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan bantuan komputer dengan menggunakan program SPSS versi 13.0, karena data akan disajikan berupa tabel frekuensi.

Setelah kegiatan mengumpulkan data, selanjutnya akan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul (Hidayat, 2008). Editing dilakukan untuk meneliti kembali setiap pertanyaan yang sudah diisi. Editing meliputi kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian dan konsistensi dari setiap jawaban. 2) Coding Coding merupakan kegiatan pemberian kode variabel atau angka terhadap data yang terdiri dari beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan variabel. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel (Hidayat, 2008). 3) Scoring Setelah pemberian kode, kemudian dilakukan pemberian nilai sesuai skor yang telah ditentukan. 4) Tabulating Tabulating yaitu kegiatan memasukkan data hasil penelitian dalam klasifikasi ke dalam tabel sesuai dengan data yang ditemukan dari jawaban responden.

Analisa data dengan uji hipotesis yang telah ditetapkan. Analisa data terdiri dari analisa univariant, bivariat, dan multivariat. 1) Analisa univariant untuk melihat distribusi frekuensi data faktorfaktor yang mempengaruhi gangguan tidur. 2) Analisa bivariat untuk mengetahui hubungan faktor faktor yang diuji dengan tidur pasien. 3) Analisa multivariat untuk mengetahui hubungan beberapa faktor independen dengan faktor dependen. Analisis ini menggunakan analisis Multiple Regression Linear atau sering disebut analisis regresi ganda, yaitu merupakan analisis hubungan antara beberapa variabel independen dengan satu variabel dependen. Dalam regresi linear ganda variabel dependennya harus numerik sedangkan variabel independen boleh semuanya numerik dan boleh juga campuran numerik dan katagorik. Model persamaan regresi linear ganda merupakan perluasan regresi linear sederhana, yaitu : Y = a + b1X1+b2X2+......+bkXk+ e

F. Prosedur Penelitian Pengumpulan data merupakan langkah awal dalam mendapatkan data penelitian. Pengumpulan data penelitian ini akan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan studi pendahuluan, penyusunan proposal, mengurus perijinan penelitian, penjajagan dan sosialisasi di Rumah Sakit Dr. Soeradji Tirtonegoro. 2. Pelaksanaan Penelitian a. b. Memilih kelompok responden yaitu pasien dengan kesadaran penuh. Melakukan observasi dan memberikan kuisioner kepada responden responden. 3. Tahap Penyusunan Laporan Penelitian Pada tahap ini dilakukan penyusunan dan pelaporan hasil penelitian yang dilakukan dari pengkajian data dan pembahasan.

G. Etika Penelitian Menurut Alimul (2008), etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan. Etika penelitian tersebut antara lain : 1. Informed consent Meliputi Lembar persetujuan diberikan kepada subyek yang akan diteliti dan peneliti menjelaskan maksud serta tujuan riset yang dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Responden harus menandatangani lembar persetujuan tersebut dan bila responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksakan dan tetap menghormati hak-haknya.

2. Anonimity (tanpa nama) Untuk menjaga kerahasiaan responden maka tidak harus mencantumkan namanya dan lembar tersebut hanya diberi kode tertentu. 3. Confidentiality (Kerahasiaan) Peneliti menjamin kerahasiaan informasi yang diperoleh dari responden.

Anda mungkin juga menyukai