Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN SPONDYLITIS TUBERCULOSIS

Disusun Oleh : Ayu Kirana ( P 272200101 ) Fajar Budiutomo ( P 272200101 ) Irfan Kurniawan ( P 272200101 ) Laelatul Maulidha ( P 272200101 ) Leni Basuki ( P 272200101 ) Mika Murdiani ( P 27220010148 ) Muh. Faisal Rifai ( P 27220010149 ) Nopiani Dwi Astuti ( P 27220010150 ) Rachmad Ramadhan ( P 27220010154 ) KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN 2012 1. ANATOMI VERTEBRA

2.

FISIOLOGI VERTEBRA

Kolumna vertebra atau rangkaian tulang belakang adalah pilar mobile melengkung y ang kuat sebagai penahan tengkorak, rongga thorak, anggota gerak atas, membagi b erat badan ke anggota gerak bawah dan melindungi medula spinali. Kolumna vertebr a terdiri dari beberapa tulang vertabra yang dihubungkan oleh diskus Interverteb ra dan beberapa ligamen. Masing - masing vertabra di bentuk oleh tulang Spongios a yang diisi oleh sumsum merah dan ditutupi oleh selaput tipis tulang kompakta. Kolumna vertebra terdiri atas 33 ruas tulang yang terdiri dari : 1. Vertebra cervicalis atau ruas tulang leher : Vertebra cervucalis bentuknya kecil, mempunyai korpus yang tipis , dan processus tranversus yang di tandai dengan jelas karena mempunyai foramen ( didalamnya terdapat arteri vertebralis ). 2. Vertebra torakalis atau ruas tulang punggung : Vertebra torakalis bentuknya lebih besar daripada yang cervikal dan disebelah bawah menjadi lebih besar. Ciri khas vertebra torakalis adalah seb agai berikut : Badannya berbentuk lebar lonjong ( bentuk jantung ) dengan faset atau lekukan ke cil disetiap sisi untuk menyambung iga, lengkungnya agak kecil, prosesus panjang dan mengarah kebawah, sedangkan prosesus tranversus , yang membantu faset perse ndian untuk iga. 3. Vertebra lumbalis atau ruas tulang pinggang : Vertebra lumbalis bentuknya adalah yang terbesar, badannya sanga t besar dibandingkan dengan badab vertebra yang lainnya dan berbentuk seperti gi njal, prosesus spinosusnya lebar dan berbentuk seperti kapak kecil, prosesus tra nversusnya panjang dan langsing, ruas kelima membentuk sendi dengan sakrum pada sendi lumbo sakral. 4. Sakrum atau tulang kelangkang. Tulang sakram berbentuk segitiga dan terletak pada bagian bawah kolumna vertebralis, terjepit diantara kedua tulang inominata (atau tulang koxa ) dan membentuk bagian belakang rongga pelvis ( panggul ). Dasar dari sakrum ter

letak diatas dan bersendi dengan vertebra lumbalis kelima dan membentuk sendi in tervetebra yang khas,tepi anterior dari basis sakrum, membentuk promontorium sak ralis. Kanalis sakralis terletak dibawah kanalis vertebralis ( saluran tulang be lakang ). Dinding kanalis sakralis berlubang - lubang untuk dilalui saraf sakral . Permukaan anterior sakrum adalah lekung dan memperlihatkan empat gili-gili mel intang, yang menandakan tempat penggabungan kelima vertebra sakralis pada ujung gili-gili ini disetiap sisi terdapat lubang - lubang kecil untuk dilewati urat-u rat saraf. Lubang - lubang ini di sebut foramina. Apex dari sakrum bersendi deng an tulang koksigius. Disisinya, sakrum bersendi dengan tulang ileum dan membentu k sendi sakroiliaka kanan dan kiri. 5. Koksigeus atau tulang ekor. Koksigeus terdiri atas empat atau lima vertebra yang rudimater y ang bergabung menjadi satu, di atasnya ia bersendi dengan sacrum. 3. PENGERTIAN POTT DISEASE 1) Spondilitis tuberculosis adalah infeksi sekunder dari suatu infeksi yang be rasal dari ekstraspinal 2) Pott disease adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri mikobakterium tu berculosis yang menyerang bagian tulang vertebra 3) Spondilitis TB adalah peradangan granulonatosa yang bersifat kronis, dest ruktif oleh mikrobakterium TB. 4. ETIOLOGI / PENYEBAB Tuberkulosis tulang belakang merupakan infeksi sekunder dari tuber kulosis di tempat lain di tubuh, 90-95% disebabkan oleh mikobakterium tuberkulos is tipik (2/3 dari tipe human dan 1/3 dari tipe bovin) dan 5-10% oleh mikobakter ium tuberkulosa atipik. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari l angsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lemba b. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dorman. 5. EPIDEMIOLOGY Kasus spondilitis tuberculosis banyak ditemukan di India, Cina, Indonesia, Pakistan dan Bangladesh. Indonesia adalah negara contributor pasien t uberkulosa no 3 didunia setelah India dan Cina. Diperkirakan sekitar 140.000 ora ng meninggal akibat tuberkulosa setiap tahunnya.

6.

PATHWAY DAN SKEMA

7. a. b. c. d. e. f. g. h.

PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan darah lengkap Uji mantoux (+) TB Uji kultur : biakan batkeri Biopsi, jaringan granulasi atau kelenjar limfe regional Foto toraks / X ray Pemeriksaan foto dengan zat kontras CT scan MRI

8. PENATALAKSANAAN / PENGOBATAN a. Medication Pada prinsipnya pengobatan tuberkulosis tulang belakang harus dilakukan

sesegera mungkin untuk menghentikan progresivitas penyakit serta mencegah parapl egia. Pengobatan terdiri atas : 1. Terapi konservatif berupa: - Tirah baring (bed rest) - Memberi korset yang membatasi gerak vertebra - Memperbaiki keadaan umum penderita 2. Pengobatan anti tuberkulosa di bagi menjadi 2, di antaranya : Terapi intensif Yaitu terapi dengan obat isoniazid dikombinasikan dengan rifampizin dan pirazina mida selama 2 bulan. Untuk penderita yang telah menjadi prevensi resistensi dita mbah dengan etambutol. Terapi pemeliharaan Terapi ini merupakan lanjutan dari terapi intensif. Obat yang digunakan sama yai tu isoniazid dengan rifampizin selama 4 bulan. Biasanya ditambah dengan piridoks in (10 mg/hari) untuk mengurangi efek samping dari isoniazid. b. Diet 1. Memberikan makanan yang mudah dicerna, makanan dengan porsi kecil tapi s ering 2. Memberikan makanan yang tinggi kalori, protein, dan kalsium 3. Nutrisi yang seimbang, misalnya nutrisi tambahan melalui oral dan parent eral 4. Mengurangi konsumsi alcohol dan rokok 5. Menghindari makanan rendah serat dan berlemak c. Activity Untuk klien dengan penderita spondylitis tubercu losis biasanya diharuskan untuk tirah baring ( bed rest ) di karenakan activitas yang berlebihan dapat memperparah keadaan klien. d. Healt Teaching Klien perlu diberikan pengertian bahwa proses penyembuhan penyakitnya m emakan waktu yang cukup lama, sampai 6 bulan. Penting untuk menekankan bahwa dal am pemberian obat obatan untuk spondylitis tuberculosis ini tidak boleh berhenti , karena dapat mengakibatkan resistensi, sehingga pemberian obat obatannya harus di ulang kembali.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Subjektif : a. Badan terasa lemah dan lesu b. Nafsu makan berkurang, , serta sakit pada punggung. c. Pada anak-anak sering disertai dengan menangis pada malam hari d. Berat badan menurun e. Nyeri spinal yang menetap f. Nyeri radikuler yang mengelilingi dada atau perut Objektif : a. suhu sedikit meningkat (subfebril) terutama pada malam hari b. paraplegia c. paraparesis d. kifosis (gibbus) e. bengkak pada daerah paravertebra 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Gangguan rasa nyaman nyeri sendi dan otot berhubungan dengan adanya pera dangan sendi b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan gangguan struktur tubuh c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal da n nyeri. d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penata laksanaan perawatan dirumah KRITERIA HASIL 1) Menyatakan ketidaknyamanan ( nyeri ) hilang atau berkurang 2) Menunjukkan postur tubuh rileks dan mampu tidur atau istirahat dengan baik dan teratur 3) Mengatakan pemahaman tentang proses penyakit dan pengobatan 4) Melakukan perubahan perilaku dan ikut berpartisipasi dalam pengobatan 5) Mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah untuk mengh indarinya 6) Mendiskusikan masalahnya kepada orang orang terdekat 7) Mengidentifikasi pengobatan, efek samping dan komplikasi yang perlu diperha tikan 8) Mengikuti regimen farmacology yang di harapkan 3. INTERVENSI KEPERAWATAN Diagnose I : Nyeri sendi akut berhubungan dengan peradangan sendi Kriteria hasil : a. Menyatakan ketidaknyamanan ( nyeri ) hilang atau berkurang. b. Menunjukkan postur tubuh rileks dan mampu tidur atau istirahat dengan ba ik dan teratur Intervensi Rasional 1) Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri; observasi terhadap kemajuan nyeri ke daerah yang baru. 2) Berikan analgesik sesuai terapi dokter dan kaji efektivitasnya terhadap nye ri. 3) Gunakan brace punggung atau korset bila direncanakan demikian. 4) Berikan dorongan untuk mengubah posisi ringan dan sering untuk meningkatkan rasa nyaman 5) Ajarkan dan bantu dalam teknik alternative penatalaksanaan nyeri. 1) Nye ri adalah pengalaman subjek yang hanya dapat di gambarkan oleh klien sendiri. 2) Analgesik adalah obat untuk mengurangi rasa nyeri dan bagaimana reaksinya t

erhadap nyeri klien. 3) Korset untuk mempertahankan posisi punggung. 4) Dengan ganti ganti posisi agar otot otot tidak terus spasme dan tegang sehi ngga otot menjadi lemas dan nyeri berkurang. 5) Metode alternatif seperti relaksasi kadang lebih cepat menghilangkan nyeri atau dengan mengalihkan perhatian klien sehingga nyeri berkurang. Diagnose II : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan gangguan struktur tubuh Kriteria hasil : a. Melakukan perubahan perilaku dan ikut berpartisipasi dalam pengobatan b. Mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah untuk me nghindarinya c. Mendiskusikan masalahnya kepada orang orang terdekat Intervensi Rasional 1) Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan. Perawat harus m endengarkan dengan penuh perhatian. 2) Bersama sama klien mencari alternatif koping yang positif. 3) Kembangkan komunikasi dan bina hubungan antara klien keluarga dan teman ser ta berikan aktivitas rekreasi dan permainan guna mengatasi perubahan body image 1) Meningkatkan harga diri klien dan membina hubungan saling percaya dan denga n ungkapan perasaan dapat membantu penerimaan diri. 2) Dukungan perawat pada klien dapat meningkatkan rasa percaya diri klien. 3) Memberikan semangat bagi klien agar dapat memandang dirinya secara positif dan tidak merasa rendah diri Diagnose III : Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskel etal dan nyeri. Kriteria hasil : Intervensi Rasional 1) Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan. 2) Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransi. 3) Memelihara bentuk spinal yaitu dengan cara : a) Mattres b) Bed Board ( tempat tidur dengan alas kayu, atau kasur busa yang keras yang tidak menimbulkan lekukan saat klien tidur). 4) Mempertahankan postur tubuh yang baik dan latihan pernapasan : a) Latihan ekstensi batang tubuh baik posisi berdiri ( bersandar pada tembok ) maupun posisi menelungkup dengan cara mengangkat ekstremitas atas dan kepala se rta ekstremitas bawah secara bersamaan. b) Menelungkup sebanyak 3 4 kali sehari selama 15 30 menit 5) Monitor tanda tanda vital setiap 4 jam. 6) Pantau kulit dan membran mukosa terhadap iritasi, kemerahan atau lecet lece t. 7) Berikan obat anti inflamasi sesuai program dokter. Observasi terhadap efek samping 1) Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas. 2) Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan. 3) Mempertahankan posisi tulang belakang tetap rata. 4) Untuk menegakkan postur dan menguatkan otot otot paraspinal. 5) Untuk mendeteksi perubahan pada klien. 6) Deteksi dini dari kemungkinan komplikasi imobilisasi 7) Obat anti inflamasi adalah suatu obat untuk mengurangi peradangan dan dapat menimbulkan efek samping. Diagnose IV : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penatalaksanaan perawatan dirumah Kriteria hasil : a. Mengatakan pemahaman tentang proses penyakit dan pengobatan b. Mengikuti regimen farmacology yang di harapkan Intervensi Rasional 1) Diskusikan tentang pengobatan : nama, jadwal, tujuan, dosis dan efek sampin

gnya. 2) Tekankan pentingnya lingkungan yang aman untuk mencegah 3) Tingkatkan kunjungan tindak lanjut dengan dokter. 1) lahan klien dan keluarga dalam penggunaan obat. 2) Meningkatkan kewaspadaan klien maupun keluarga terhadap o yang dapat memperparah kondisi klien. 3) Kunjungan dengan dokter secara teratur dapat mendeteksi dari klien baik perkembangannya maupun komplikasi lain yang 4. EVALUASI

fraktur. Meminimalisasi kesa factor factor resik secara dini kondisi muncul.

a. Pasien mengatakan nyeri hilang atau berkurang b. Pasien menunjukkan postur tubuh yang rileks dan dapat beristirahat c. Pasien ikut berpartisipasi dalam program pengobatan d. Pasien mendiskusikan perannya dalam mencegah kekambuhan e. Pasien mampu mengerti penjelasan yang diberikan tentang proses penyakit dan pengobatannya f. Pasien mampu mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil lan gkah langkah untuk menghindarinya g. Pasien dapat menggunakan obat yang diresepkan dengan baik h. Pasien dapat melakukan pola hidup tertentu dengan baik

Anda mungkin juga menyukai