Anda di halaman 1dari 35

PAPARAN MATA KULIAH

MATA KULIAH

: MATEMATIKA EKONOMI

PROGRAM STUDI

: MATEMATIKA FKIP - UNMA

SEMESTER

:6

Dosen Pengampu : Cuncun Kurnaefie

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATHLAUL ANWAR BANTEN


2011
MATA KULIAH

: MATEMATIKA EKONOMI (3SKS)

PROGRAM STUDI
SEMESTER

: MANAJEMEN
:1

I. Deskripsi
Mata kuliah ini membahas matematika untuk suatu keadaan atau mendekati
permasalahan ekonomi, yang meliputi analisis statistik, aljabar linier, matrik,
komparatif statis dan optimasi
II. Tujuan Mata Kuliah
Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan memahami konsep dasar
matematika tehnik serta aplikasi pada bidang bisnis dan ekonomi sebagai alat antu
analisis
V. DESKRIPSI MATA KULIAH:
Mata kuliah matematika bisnis merupakan kelanjutan dari mata kuliah matematika
ekonomi dimana mata kuliah ini akan memberikan dasar kepada mahasiswa untuk
dapat menganalisis secara kuantitatif permasalahan dalam dunia bisnis. Mata kuliah
matematika bisnis akan memberikan dasar bagi mahasiswa untuk dapat dengan
mudah mempelajari mata kuliah-mata kuliah di bidang ekonomi. Pembahasan dalam
mata kuliah ini selalu didahului dengan matematika murni, kemudian diikuti dengan
penerapan ekonomi dan bisnis.
VI. MEDIA
Lcd, white board,
VII. SKENARIO PERKULIAHAN
NO
Kegiatan Dosen
Kegiatan Mahasiswa
1 Menjelaskan materi, mengfasilitasi Mendengarkan, bertanya, menjawab
jalannya
perkuliahan,
memimpin pertanyaan teman/dosen, diskusi,
diskusi, memberi tugas/kasus
2 Mengevaluasi tugas mahasiswa
membuat tugas
VIII.

PENILAIAN
Nilai Pop Kuis (tugas, kehadiran, keaktifan) bobot 1
Nilai Tengah Semester
bobot 2
Nilai Akhir Semester
bobot 3
(Nilai Pop Kuis x 1) + (Nilai Tengah SMT x 2) + (Nilai akhir SMT x 3)
Nilai akhir =
6

IX. PUSTAKA
Frank S Budnick. Applied Mathematics for Business Economics and The Social
Science. Mc Graw-Hill Book. International Edition
Dumairy. Matematika Terapan untuk Bisnis dan Economi. Yogyakarta : BPFE UGM

Matematika Ekonomi

Edward T Dowling. Mathematics for Economics. Mc Graw Hill. Inc


Husain Bumulo, Djoko Mursinto. Matematika untuk Ekonomi dan Aplikasinya.
Malang. Bayumedia Publishing
H Yohanes, Budiono Sri Handoko. Pengantar Matematika untuk Ekonomi.
Yogyakarta. LP3ES
Kalangi, Josep Bintang. Matematika Ekonomi & Bisnis. Jakarta. Salemba Empat.
Paul H Dawis, William M Whyburn. Introduction to Mathematical with Aplication to
Preblem of Economics. Addition Publishing Company Inc. Massacusset. USA
Yosef Bintang Kalangi. 2002. Buku 1 & 2. Matematika Ekonomi dan Bisnis.
Salemba Empat.
Yohanes & Boediono. 2003. Pengantar Matematika untuk Ekonomi. LP3ES
Edward T. Dowling. 1990. Matematika untuk Ekonomi. Erlangga Jakarta.
Muhtar A. Karim. 1995. Buku Materi Pokok Universitas Terbuka. Karunika
Jakarta UT.

Matematika Ekonomi

POKOBAHASAN
PERTEMUAN

: FUNGSI DALAM ILMU EKONOMI


: 1, 2, 3

MATERI
FUNGSI DALAM ILMU EKONOMI
Ilmu ekonomi sangat membutuhkan keberadaan fungsi linier sebagai sarana dalam
memecahkan masalah-masalah ekonomi mikro maupun ekonomi makro. Variabel-variabel
ekonomi yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain dalam ekonomi
dapat ditransformasikan dalam bentuk persamaan linier.
A. DEMAND
Permintaan merupakan adanya berbagai jumlah barang yang diminta pada berbagai
tingkat harga yang terjadi. Banyak sedikitnya jumlah suatu barang yang diminta akan
sangat tergantung pada seberapa tinggi tingkat harga barang yang bersangkutan, pada
keadaan ceteris paribus. Meningkatnya tingkat harga akan suatu barang, akan
mengakibatkan jumlah barang bersangkutn yang diminta akan semakin menurun, Demikian
juga sebaliknya dengan menurunnya tingkat harga suatu barang, akan mengakibatkan
jumlah barang bersangkutan yang diminta akan semakin meningkat.
P

P1
P0
P2
0

Q1

Q0

Q2

Gambar 1
Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa jika harga naik dari
mengakibatkan jumlah barang yang diminta akan berkurang

Q
0P0 menjadi

0P1 akan

dari 0Q0 menjadi 0Q1.

Sebaliknya jika harga turun dari 0P0 menjadi 0P2, akan mengakibatkan jumlah barang yang
diminta akan meningkat dari 0Q0 menjadi 0Q2. Price dengan quantity dalam hukum
permintaan mempunyai hubungan yang berlawanan.
Terdapat pola hubungan antara variable quantity suatu barang yang diminta dengan
variable price barang yang bersangkutan. Hubungan antara variabel quantity suatu barang
Matematika Ekonomi

dengan variabel price barang yang bersangkutan dapat diformulasikan dalam fungsi
matematis, yang disebut dengan fungsi permintaan. Fungsi permintaan menggambarkan
hubungan dua variabel, pertama variabel yang mempengaruhi/independent variable yaitu
variabel harga dan variabel yang dipengaruhi/dependent variable yaitu varibel jumlah
barang yang diminta. Hubungan dua variabel tersebut dinyatakan dengan Q adalah fungsi
dari P atau Q = f (P), dimana Q adalah variabel kuantitas dan P adalah variabel harga.
Variabel yang menentukan/independent variable dalam fungsi permintaan ada
kalanya terdiri dari lebih dari satu variabel, yaitu harga barang yang bersangkutan dan
harga barang lainnya yang merupakan harga barang-barang substitusi dari barng yang
bersangkutan. Fungsi permintaan jika variabel yang mempengaruhi lebih dari satu akan
menjadi Qx = f (P1, P1, P1, Pn) dimana Qx adalah variabel jumlah barang X yang diminta,
sedang P1 adalah variabel harga barang 1, P2 adalah variabel harga barang 2, P3 adalah
variabel harga barang 3, dan Pn adalah variabel harga barang n.
Walaupun sesuai dengan hokum permintaan, bahwa jumlah barang yang diminta
(Q) akan ditentukan oleh tingkat harga yang terjadi (P), sehingga dalam hal ini Q
merupakan variabel yang dipengaruhi/dependent variable dan P merupakan variabel yang
mempengaruhi/independent variable, yang dinyatakan dengan Q = f (P). Namun demikian
dalam fungsi permintaan secara matematis dapat juga dinyatakan dengan P = f (Q),
sehingga dalam kontek ini P (price) akan merupakan dependent variable dan Q (quantity)
merupakan independent variable.
Sesuai dengan hukum permintaan, dimana jika harga turun maka akan
megakibatkan jumlah barang yang diminta akan bertambah, dan sebaliknya jika harga naik
maka akan mengakibatkan jumlah barang yang diminta akan berkurang, dalam keadaan
ceteris paribus (keadaan lainnya tetap).
Bentuk umum dari fungsi permintaan dinyatakan dengan :
P
Q = -aP + b

(1)

atau
P = -1/a Q + b/a

b/a
(2)

0
Matematika Ekonomi

Q
5

Gambar 2
Q merupakan variabel kuantitas, dan P merupakan variabel harga, sedang a dan
b merupakan konstanta. Hubungan variabel Q (quantity) dengan variabel P (Price)
mempunyai tanda matematis yang berlawanan. Hal ini sesuai dengan ketentuan hukum
permintaan, jika harga naik maka akan mengakibatkan jumlah barang yang diminta akan
turun, dan sebaliknya jika harga turun maka akan mengakibatkan jumlah barang yang
diminta akan bertambah. Pergerakan harga berarti akan berlawanan arah dengan pergerakan
jumlah barang yang diminta, sehingga kurve permintaan akan turun dari kiri atas ke kanan
bawah atau akan mempunyai lereng yang negatif.
Contoh 1, fungsi permintaan akan suatu barang ditunjukkan dengan Q = - 6P + 36,
dimana Q merupakan variabel kuantitas barang yang diminta dan P merupakan variabel
harga, dari fungsi ini maka kurve permintaannya akan nampak sebagai berikut :
P
6
Q = -6P + 36

36

Gambar 3
Pada contoh 1, Q (quantity) merupakan variabel yang ditentukan dan P (Price)
merupakan variabel yang menentukan. Fungsi demikian biasanya yang berlaku umum
dalam ekonomi, dan sesuai dengan ketentuan dalam hokum permintaan.
Fungsi permintaan bisa saja dinyatakan dalam P = f (Q), maka Q (quantity)
merupakan variabel yang menentukan/independent variable, sedang P (Price) merupakan
variabel yang ditentukan/dependent variable. Contoh 2, fungsi permintaan suatu barang
dinyatakan dengan P = -4 Q + 40

Matematika Ekonomi

P
40
P = -4 Q + 40

10
Gambar 4

B. Supply
Penawaran merupakan jumlah suatu barang yang ditawarkan pada berbagai tingkat
harga yang terjadi.. Banyak sedikitnya jumlah suatu barang yang ditawarkan akan sangat
tergantung pada seberapa tinggi tingkat harga barang yang bersangkutan, pada keadaan
ceteris paribus. Meningkatnya tingkat harga akan suatu barang, akan mengakibatkan
jumlah barang bersangkutn yang ditawarkan akan semakin bertambah, Demikian juga
sebaliknya dengan menurunnya tingkat harga suatu barang, akan mengakibatkan jumlah
barang bersangkutan yang ditawarkan akan semakin menurun.
P
P1
P0
P2

Q2

Q0

Q1

Gambar 5
Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa jika harga naik dari

Q
0P0 menjadi

0P1 akan

mengakibatkan jumlah barang yang ditawarkan akan meningkat dari 0Q0 menjadi 0Q1.
Sebaliknya jika harga turun dari 0P0 menjadi 0P2, akan mengakibatkan jumlah barang yang
ditawarkan akan berkurang dari 0Q0 menjadi 0Q2. Dengan demikian price dengan quantity
dalam hukum penawaran mempunyai hubungan yang searah.
Terdapat pola hubungan antara variable quantity suatu barang yang ditawarkan
dengan variable price barang yang bersangkutan. Hubungan antara variabel quantity suatu
Matematika Ekonomi

barang dengan variabel price barang yang bersangkutan dapat diformulasikan dalam fungsi
matematis, yang disebut dengan fungsi penawaran. Fungsi penawaran menggambarkan
hubungan dua variabel, pertama variabel yang mempengaruhi/independent variable yaitu
variabel harga dan variabel yang dipengaruhi/dependent variable yaitu varibel jumlah
barang yang diminta. Hubungan dua variabel tersebut dinyatakan dengan Q adalah fungsi
dari P atau Q = f (P), dimana Q adalah variabel kuantitas dan P adalah variabel harga.
Variabel yang menentukan/independent variable dalam fungsi penawaran ada
kalanya terdiri dari lebih dari satu variabel, yaitu harga barang yang bersangkutan dan
harga barang lainnya yang merupakan harga barang-barang substitusi dari barang yang
bersangkutan. Dalam fungsi penawaran jika variabel yang mempengaruhi lebih dari satu
akan menjadi Qx = f (P1, P1, P1, Pn) dimana Qx adalah variabel jumlah barang X yang
ditawarkan, sedang P1 adalah variabel harga barang 1, P2 adalah variabel harga barang 2, P3
adalah variabel harga barang 3, dan Pn adalah variabel harga barang n.
Walaupun sesuai dengan hukum penawaran, bahwa jumlah barang yang ditawarkan
(Q) akan ditentukan oleh tingkat harga yang terjadi (P), sehingga dalam hal ini Q
merupakan variabel yang dipengaruhi/dependent variable dan P merupakan variabel yang
mempengaruhi/independent variable, yang dinyatakan dengan Q = f (P). Namun demikian
dalam fungsi penawaran secara matematis dapat juga dinyatakan dengan P = f (Q),
sehingga dalam kontek ini P (price) akan merupakan dependent variable dan Q (quantity)
merupakan independent variable.
Sesuai dengan hukum penawaran, dimana jika harga turun maka akan megakibatkan
jumlah barang yang ditawarkan juga akan berkurang, dan sebaliknya jika harga naik maka
akan mengakibatkan jumlah barang yang ditawarkan juga akan bertambah, dalam keadaan
ceteris paribus (keadaan lainnya tetap). Sehingga bentuk umum dari fungsi penawaran
dinyatakan dengan :
Q = cP - d

P
(3)

atau
P = 1/c Q + d/c

(4)

d/c
-d

Q
Gambar 6

Matematika Ekonomi

Q merupakan variabel kuantitas, dan P merupakan variabel harga, sedang c dan


d merupakan konstanta. Hubungan variabel Q (quantity) dengan variabel P (Price)
mempunyai tanda matematis yang sama/searah. Hal ini sesuai dengan ketentuan hukum
penawaran, jika harga naik maka akan mengakibatkan jumlah barang yang ditawarkan akan
bertambah, dan sebaliknya jika harga turun maka akan mengakibatkan jumlah barang yang
ditawarkan akan berkurang. Pergerakan harga berarti akan searah dengan pergerakan
jumlah barang yang ditawarkan, sehingga kurve penawaran akan naik dari kiri bawah ke
kanan atas atau akan mempunyai lereng yang positif.
Contoh 3, Fungsi penawaran akan suatu barang ditunjukkan dengan Q = 2P 6,
dimana Q mwerupakan variabel kuantitas barang yang ditawarkan, dan P merupakan
variabel harga dari barang yang ditawarkan. Sehingga bentuk kurve penawarannya akan
nampak sebagai berikut :
P

Q=2P-6
3
Q
-6

0
Gambar 7

Pada contoh 3, Q (quantity) merupakan variabel yang ditentukan dan P (Price)


merupakan variabel yang menentukan. Fungsi demikian biasanya yang berlaku umum
dalam ekonomi, dan sesuai dengan ketentuan dalam hukum penawaran.
Fungsi penawaran bisa saja dinyatakan dalam P = f (Q), maka Q (quantity)
merupakan variabel yang menentukan/independent variable, sedang P (Price) merupakan
variabel yang ditentukan/dependent variable.

Matematika Ekonomi

Contoh 4, fungsi penawaran akan suatu barang dinyatakan dengan : P = 4 Q + 4


P

P=4Q+ 4

4
-1

Q
Gambar 8

Sumbu dari kurve permintaan dan penawaran sebetulnya tidak ada ketentuan bahwa
sumbu vertikal harus sumbu P (price) dan horizontal sumbu Q (quantity), sehingga jika
sumbu vertikal merupakan sumbu Q (quantiry) dan sumbu horizontal adalah sumbu P
(price) tidak menjadi persoalan. Tetapi kebiasaan yang terjadi, sumbu vertikal adalah untuk
sumbu P (price) dan sumbu horizontal adalah untuk sumbu Q (quantity). Dalam
menggambarkan kurve permintaan maupun penawaran juga perlu diperhatikan bahwa skala
untuk sumbu vertikal tidak harus sama dengan skala untuk sumbu horizontal.

Matematika Ekonomi

10

POKOBAHASAN
PERTEMUAN

: MARKET EQUILIBRIUM
:4

MATERI
KESEIMBANGAN PASAR/MARKET EQUILIBRIUM
Keseimbangan pasar suatu barang akan terjadi apabila kuantitas barang yang
diminta oleh konsumen pada pasar pada suatu pasar akan sama dengan kuantitas barang
yang ditawarkan oleh produsen. Pada kurve permintaan dan penawaran, keseimbangan
pasar ditunjukkan dengan titik perpotongan antara keduanya (kurve permintaan dengan
kurve pnawaran). Pda keadaan keseimbangan pasar terjadi, akan tercipta harga
keseimbangan/equilibrium price dan kuantitas keseimbangan/equilibrium quantity.
Secara matematis keseimbangan pasar akan terjadi bilamana :
Qd

Qs

(5)

Pd =

atau

Ps

(6)

P
Qs/Ps
E
Pe

Qd/Pd
Q
0

Qe
Gambar 9

Keterangan :
Qd

: Kuantitas barang yang diminta

Qs

: Kuantitas barang yang ditawarkan

Pd

: Harga barang yang diminta

Ps

: Harga barang yang ditawarkan

Pe

: Harga keseimbangan

Qe

: Kuantitas keseimbangan

: Equilibrium/titik keseimabngan

Matematika Ekonomi

11

Contoh 5, suatu barang mempunyai fungsi permintaan Qd = - 2 P + 100, sedang


fungsi penawarannya ditunjukkan dengan persamaan Qs = 3 P 120. Tentukan harga
keseimbangan dan kuantitas keseimbangannya ?
Keseimbangan terjadi pada :
Qd
- 2 P + 100

=
=

Qs
3 P 120

220

5P

Pe

44

- 2 P + 100

- 2 ( 44 ) + 100

= 3 (44) 120

- 88 + 100

= 132 - 120

12

Qd

Qd

Qs

Qs

= 3 P 120

= 12

Qd = Qs
Qe = 12
Jadi : Pe

= Rp 44,-

Qe

= 12 unit
P

Qs = 3 P 120
50
Pe =

- 120

Matematika Ekonomi

44
40

0
12=Qe
Gambar 10

Qd = - 2 P + 100
Q
100

12

POKOBAHASAN
PERTEMUAN

: PENGARUH PAJAK
: 5, 6 & 7

MATERI
A. Penagruh Pajak
Pajak menurut sifatnya dibagi menjadi pajak langsung dan pajak tidak langsung.
Pajak langsung merupakan pajak yang langsung dipungut dari wajib pajak (pajak
pendapatan, pajak perseroan, pajak kekayaan, d an lain-lain). Pajak tidak langsung
merupakanpajak yang dipungut secara tidak langsung bagi wajib pajak, melainkan melalui
wajib pungut (pajak penjualan, pajak tontonan). Dalam hal ini yang menjadi bahasan adalah
pajak tidak langsung.
Produsen akan mengalihkan sebagian pajak yang dikenakan terhadap output yang
diproduksinya kepada kosnumen, sehingga akan mengakibatkan harga barang bersangkutan
yang ditawarkan produsen akan naik. Hal demikian mengakibatkan harga keseimbangan
yang terjadi akan berubah, dan kuantitas keseimbangan dengan sendirinya juga akan
berubah.
1. Pajak Spesifik/Pajak per unit.
Pajak per unit yang dikenakan terhadap suatu barang, berarti besarnya pajak suatu
barang ditentukan dengan nilai uang tertentu untuk setiap unit barang yang diproduksi.
Besarnya pajak per unit jika dinyatakan dengan t, menyebabkan harga yang ditawarkan
oleh produsen dengan sendirinya akan naik sebesar t untuk setiap kuantitas yang
ditawarkan.
Jika sebelum dikenakan pajak fungsi penawaran adalah P = f (Q), maka sesudah
dikenakan pajak akan menjadi P = f (Q) + t. Jika kita lihat pada persamaan (4), dimana
fungsi penawaran ditunjukkan P = f (Q) yang dinyatakan dengan :
P = 1/c Q + d/c

(4)

maka setelah dikenakan pajak akan menjadi :


P = 1/c Q + d/c + t

(7)

Jika sebelum dikenakan pajak fungsi penawaran adalah Q = f

(P), seperti

dinyatakan dalam persamaan ( 3) yang ditunjukkan dengan :


Matematika Ekonomi

13

Q = cP - d

(3)

maka fungsi penawaran setelah dikenakan pajak akan menjadi :


Q = c(P t) - d

(8)

Hasil pada persamaan (8) ini bisa dipahami dengan proses :


P
P t d/c
c/1 (P t d/c)
Q

= 1/c Q + d/c + t
= 1/c Q
= Q
= c (P t) d

a. Beban pajak yang ditanggung oleh konsumen


Pajak yang dikenakan oleh pemerintah oleh produsen sebagian dialihkan kepada
konsumen, dengan jalan menaikkan harga yang ditawarkan, sehingga pajak akan
ditanggung bersama antara produsen dan konsumen. Pajak yang ditanggung oleh konsumen
dicari dengan cara :
tk = Pe - Pe

(9)

tk

: pajak yang ditanggung oleh konsumen

Pe

: harga keseimbangan setelah ada pajak

Pe

: harga keseimbangan sebelum ada pajak

b. Beban pajak yang ditanggung oleh produsen


Bagian pajak yang ditanggung oleh produsen sebesar selisih antara beban pajak per
unit yang dikenakan oleh pemerintah dengan beban pajak yang harus ditanggung oleh
konsumen :
tp = t - tk

(10)

c. Total pajak yang diterima oleh pemerintah


Total pajak yang d8iterima pemerintah merupakan hasil kali pajak yang dikenakan
pada per unit barang dikalikan jumlah kuantitas barang yang terjual setelah dikenakan
pajak :

Matematika Ekonomi

14

T = Qe x t

(11)
Qs/Ps

Qs/Ps
Pe

E
E

Pe

Qd/Pd
Q
0

Qe Qe
Gambar 11

Keterangan :
Qd

: Kuantitas barang yang diminta

Qs

: Kuantitas barang yang ditawarkan

Pd

: Harga barang yang diminta

Ps

: Harga barang yang ditawarkan

Pe

: Harga keseimbangan

Qe

: Kuantitas keseimbangan

: Equilibrium/titik keseimbangan

Qs

: Kuantitas barang yang ditawarkan setelah dikenakan pajak

Pe

: Harga barang yang ditawarkan setelah dikenakan pajak

Pe

: Harga keseimbangan setelah dikenakan pajak

Qe

: Kuantitas keseimbangan setelah dikenakan pajak

: Equilibrium/titik keseimbangan setelah dikenakan pajak

Contoh 6, pada contoh 5 dimana suatu barang mempunyai fungsi permintaan Q d =


-2 P + 100, sedang fungsi penawarannya ditunjukkan dengan persamaan Q s = 3 P 120.
Kemudian pemerintah mengenakan pajak atas barang tersebut sebesar Rp 4,- tiap satu
satuan output yang dihasilkan.

Matematika Ekonomi

15

Penawaran sebelum pajak

Qs = 3 P 120

Penawaran sesudah pajak

Q s = 3 (P 4) 120
Q s = 3 P 12 120
Q s = 3 P 132

Keseimbangan pasar :
Qd

Qs

- 2 P + 100

3 P 132

232

5P

46,4

Q s

= 3 P 132

= 3 (46,4) - 132

= 139,2 - 132

= 7,2

Jadi keseimbangan pasar setelah dikenakan pajak terjadi pada harga Rp 46,40,- dan
kuantitas 7,2 satuan.
Beban pajak yang ditanggung oleh konsumen :
tk

= Pe - Pe
= Rp 46,40,- - Rp 44,00,= Rp 2,40,-

Beban pajak yang ditanggung oleh produsen :


tp

= t - tk
= Rp 4,00,- - Rp 2,40,= Rp 1,60,-

Total pajak yang diterima oleh pemerintah :


T

= Qe x t
= 7,2 x Rp 4,00,= Rp 28,80,-

Matematika Ekonomi

16

50

Qs = 3 P 120
E

46,4
44
40

-132 -120

0 7,2 12
Gambar 12

Qd = - 2 P + 100
Q
100

2. Pajak Porsentase/Proporsional
Pada pajak prosentase, pajak yang dikenakan terhadap suatu barang diperhitungkan
sebesar prosentase tertentu dari harga jual. Pengaruh pajak prosentase pada intinya sama
dengan pajak spesifik, yaitu menaikkan harga keseimbangan dan akan mengurangi
kuantitas keseimbangan, namun perlu dipahami tentang analisisnya.
Fungsi penawaran :
P = f (Q), yang ditunjukkan dengan :
P = 1/c Q + d/c

(4)

maka fungsi penawaran setelah pajak adalah :


P

= 1/c Q + d/c + tP

P tP = 1/c Q + d/c
(1 - t) P = 1/c Q + d/c
1/c
P =

d/c
Q +

(1 t)

(1 - t)

(12)

Fungsi penawaran :
Q = f ( P), yang ditunjukkan dengan :
Q = cP - d

(3)

Maka fungsi penawaran setelah pajak akan menjadi :


Matematika Ekonomi

17

Q = c P (1 t) - d

(13)

Contoh 7, dari contoh 5 dimana suatu barang mempunyai fungsi permintaan Q d =


-2 P + 100, sedang fungsi penawarannya ditunjukkan dengan persamaan Q s = 3 P 120.
Jika pemerintah mengenakan pajak atas barang tersebut sebesar 4 %.
Penawaran sebelum pajak

Qs = 3 P 120

Penawaran sesudah pajak

Q s = 3 P (1 0,04) 120
Q s = 3 P (0,96) 120
Q s = 2,88 P 120

Keseimbangan pasar :
Qd

Qs

- 2 P + 100

2,88 P 120

220

4,88 P

45,01

Qs

= 2,88 P 120

= 2,88 (45,01) - 120

= 9,63

Jadi keseimbangan pasar setelah dikenakan pajak terjadi pada harga Rp 45,01,- dan
kuantitas 9,63 satuan.
Nilai pajak per unit yang diterima pemerintah :
Nilai t = t % x Pe

(14)

Sehingga nilai t = 4 % x Rp 45,01 = Rp 1,80,Beban pajak yang ditanggung oleh konsumen :


tk

= Pe - Pe
= Rp 45,01,- - Rp 44,00,= Rp 1,01,-

Beban pajak yang ditanggung oleh produsen :


tp

= t - tk

Matematika Ekonomi

18

= Rp 1,80,- - Rp 1,01,= Rp 0,79,Total pajak yang diterima oleh pemerintah :


T

= Qe x t
= 9,63 x Rp 1,80,= Rp 17,33,P
Q s = 2,88 P 120
50
45,01

Qs = 3 P 120
E

44

-120

Matematika Ekonomi

0 9,63 12
Gambar 13

Qd = - 2 P + 100
Q
100

19

POKOBAHASAN
PERTEMUAN

: PENGARUH SUBSIDI
: 8, 9 & 10

Pengaruh Subsidi
Subsidi yang diberikan oleh pemerintah kepada produsen terhadap produk yang
dihasilkan mempunyai pengaruh yang sebaliknya terhadap keseimbangan pasar
dibandingkan dengan pajak. Dengan pemberian subsidi, pemerintah mengharapkan harga
keseimbangan

akan

menjadi

lebih

rendah,

dan

jumlah

yang

dapat

dibeli

konsumen/masyarakat akan menjadi lebih banyak.


Dengan adanya pemberian subsidi atas suatu produk tertentu akan mempengaruhi
harga jual produk yang bersangkutan akan menjadi lebih rendah, karena sebagian dari
biaya produksinya menjadi lebih kecil karena sebagian ditanggung pemerintah dengan
memberikan subsidi, sehingga produsen akan menjual dengan harga yang lebih murah. Jika
besarnya subsidi yang diberikan pemerintah diberi notasi s, maka kurve penawaran akan
bergeser ke bawah sebesar subsidi (s) yang diberikan. Nilai subsidi yang diberikan
pemerintah umumnya tetap untuk setiap unit barang yang dihasilkan (bersifat spesifik),
namun bisa juga bersifat proporsional (prosentase).
1. Subsidi Spesifik/subsidi per unit.
Subsidi per unit yang diberikan terhadap suatu barang, berarti besarnya subsidi
suatu barang ditentukan

dengan nilai uang tertentu untuk setiap unit barang yang

diproduksi. Besarnya subsidi per unit jika dinyatakan dengan s, menyebabkan harga yang
ditawarkan oleh produsen dengan sendirinya akan turun sebesar s untuk setiap kuantitas
yang ditawarkan.
Jika sebelum diberikan subsidi fungsi penawaran adalah P = f (Q), maka sesudah
diberikan subsidi akan menjadi P = f (Q) - t. Jika kita lihat pada persamaan (4), dimana
fungsi penawaran ditunjukkan P = f (Q) yang dinyatakan dengan :
P = 1/c Q + d/c

(4)

maka setelah diberikan subsidi akan menjadi :


P = 1/c Q + d/c - s

(15)

Jika sebelum diberikan subsidi fungsi penawaran adalah Q = f

(P), seperti

dinyatakan dalam persamaan ( 3) yang ditunjukkan dengan :


Matematika Ekonomi

20

Q = cP - d

(3)

maka fungsi penawaran setelah dikenakan pajak akan menjadi :


Q = c (P + s) - d

(16)

Hasil pada persamaan (16) ini bisa dipahami dengan proses :


P
P + s d/c
c/1 (P + s d/c)
Q

= 1/c Q + d/c - s
= 1/c Q
= Q
= c (P + s) d

a. Subsidi yang diterima oleh konsumen


Subsidi yang diberikan oleh pemerintah oleh produsen sebagian dialihkan kepada
konsumen, dengan jalan menurunkan harga yang ditawarkan. Produsen bisa menurunkan
harga barang yang ditawarkan, karena biaya produkasi yang dikeluarkan menjadi lebih
kecil yang disebabkan adanya subsidi. Subsidi akan diterima bersama antara produsen dan
konsumen. Subsidi yang diterima oleh konsumen dicari dengan cara :
sk = Pe - Pe

(17)

sk

: subsidi yang diterima oleh konsumen

Pe

: harga keseimbangan setelah ada subsidi

Pe

: harga keseimbangan sebelum ada subsidi

b. Subsidi yang diterima oleh produsen


Subsidi yang diterima oleh produsen sebesar selisih antara subsidi per unit yang
diberikan oleh pemerintah dengan subsidi yang diterima oleh konsumen, yaitu :
sp = s - sk

(18)

sp

: subsidi yang diterima produsen

: subsidi yang diberikan oleh pemrintah

sk

: subsidi yang diterima oleh konsumen

c. Total subsidi yang diberikan oleh pemerintah


Total subsidi yang diberikan pemerintah merupakan hasil kali subsidi yang
diberikan pada per unit barang dikalikan kuantitas barang yang terjual setelah diberikan
subsidi:
S
Matematika Ekonomi

= Qe x s

21

(19)
S

: total subsidi yang diberikan pemeintah

: subsidi per unit yang diberikan pemerintah

Qe

: kuantitas keseimbangan setelah subsidi


P

Qs/Ps
Qs/Ps

Pe

Pe

Qd/Pd
Q
0

Qe Q
Gambar 14

Keterangan :
Qd

: Kuantitas barang yang diminta

Qs

: Kuantitas barang yang ditawarkan

Pd

: Harga barang yang diminta

Ps

: Harga barang yang ditawarkan

Pe

: Harga keseimbangan

Qe

: Kuantitas keseimbangan

: Equilibrium/titik keseimabngan

Qs

: Kuantitas keseimbangan setelah subsidi

Pe

: Harga keseimbangan sebelum subsidi

Pe

: Harga keseimbangan setelah subsidi

Qe

: Kuantitas keseimbangan setelah subsidi

: Equilibrium/titik keseimbangan setelah subsidi

Contoh 8, pada contoh 5 dimana suatu barang mempunyai fungsi permintaan Q d =


-2 P + 100, sedang fungsi penawarannya ditunjukkan dengan persamaan Q s = 3 P 120.
Kemudian pemerintah memberikansubsidi atas barang tersebut sebesar Rp 2,- tiap satu
satuan output yang dihasilkan.
Penawaran sebelum subsidi :
Matematika Ekonomi

Qs = 3 P 120
22

Penawaran sesudah subsidi

Q s = 3 (P + 2) 120
Q s = 3 P + 6 120
Q s = 3 P 114

Keseimbangan pasar :
=

Q s

- 2 P + 100

3 P 114

214

5P

42,8

Q s

= 3 P 114

= 3 (42,8) - 114

= 14,4

Qd

Jadi keseimbangan pasar setelah diberikan subsidi terjadi pada harga


Rp 42,80,- dan kuantitas 14,4 satuan.
Subsidi yang diterima oleh konsumen :
sk

= Pe - Pe
= Rp 44,00,- - Rp 42,80,= Rp 1,20,-

subsidi yang diterima oleh produsen :


sp

= s - sk
= Rp 2,00,- - Rp 1,20,= Rp 0,80,-

Total subsidi yang diberikan oleh pemerintah :


S

= Qe x s
= 14,40 x Rp 2,00,= Rp 28,80,P

50

Matematika Ekonomi

Qs = 3 P 120

23

Qs = 3 P 114
44

E
E

42,8

-120

- 114

0
12 14,4
Gambar 15

Qd = - 2 P + 100
Q
100

2. Subsidi Porsentase/Proporsional
Pada subsidi prosentase, subsidi yang diberikan terhadap suatu barang
diperhitungkan sebesar prosentase tertentu dari harga jual. Pengaruh subsidi prosentase
pada intinya sama dengan subsidi spesifik, yaitu menurunkan harga keseimbangan dan akan
menaikkan kuantitas keseimbangan, namun perlu dipahami tentang analisisnya.
Fungsi penawaran :
P = f (Q), yang ditunjukkan dengan :
P = 1/c Q + d/c

(4)

maka fungsi penawaran setelah subsidi adalah :


P

= 1/c Q + d/c - sP

P + sP = 1/c Q + d/c
(1 + s) P = 1/c Q + d/c
1/c
P =

d/c
Q +

(1 + s)

(1 + s)

(20)

Fungsi penawaran :
Q = f ( P), yang ditunjukkan dengan :
Q = cP - d

(3)

Maka fungsi penawaran setelah pajak akan menjadi :


Q = c P (1 + s) - d

(21)

Contoh 9, dari contoh 5 dimana suatu barang mempunyai fungsi permintaan Q d =


-2 P + 100, sedang fungsi penawarannya ditunjukkan dengan persamaan Q s = 3 P 120.
Jika pemerintah memberikan subsidi atas barang tersebut sebesar 10 %.
Matematika Ekonomi

24

Penawaran sebelum subsidi :

Qs = 3 P 120

Penawaran sesudah subsidi

Q s = 3 P (1 + 0,1) 120

Q s = 3 P (1,1) 120
Q s = 3,3 P 120
Keseimbangan pasar :
=

Q s

- 2 P + 100

3,3 P 120

220

5,3 P

41,51

Q s

= 3,3 P 120

= 3,3 (41,51) - 120

= 16,98

Qd

Jadi keseimbangan pasar setelah dikenakan subsidi terjadi pada harga Rp 41,51,dan kuantitas 16,98 satuan.
Nilai subsidi per unit yang diberikan pemerintah :
Nilai s = s % x Pe

(22)

Sehingga nilai s = 10 % x Rp 41,51 = Rp 4,15,Subsidi yang diterima oleh konsumen :


sk

= Pe - Pe
= Rp 44,00,- - Rp 41,51,= Rp 2,49,-

Subsidi yang diterima oleh produsen :


sp

= s - sk
= Rp 4,51,- - Rp 2,49,= Rp 2,02,-

Total subsidi yang diberikan oleh pemerintah :


S

= Qe x s
= 16,98 x Rp 4,51,-

Matematika Ekonomi

25

= Rp 76,58,P

50
44

Qs = 3 P 120
Q s = 3,3 P 120

E
E

41,51

-120

POKOBAHASAN
PERTEMUAN

0
12 16,98
Gambar 16

Qd = - 2 P + 100
Q
100

: PASAR DUA MACAM BARANG


: 11

Pasar Dengan Dua Macam Barang


Fungsi permintaan dan penawaran akan suatu jenis barang tertentu pada umumnya
tidak hanya ditentukan oleh harga barang yang bersangkutan, tetapi juga akan
ditentukan/dipengaruhi oleh tingkat harga barang lainnya, khususnya yang mempunyai
Matematika Ekonomi

26

hubungan barang substitusi/saling menggantikan atau barang komplementer/saling


melengkapi
Contoh 10 : Barang X mempunyai fungsi permintaan sebagai berikut QdX = 80 4 Px + 2 Py, sedang fungsi penawarannya adalah QsX = -40 + 6 P x + 6 Py. Sementara itu
fungsi permintaan akan barang Y ditunjukkan dengan Q dy = 140 - 6 P y + 2 Px, sedang
fungsi penawarannya adalah Qsy = -94 + 8 Py + 6 Px.
Market Eqwuilibrium barang X
QdX

80 - 4 Px + 2 Py

QsX

= -40 + 6 Px + 6 Py

10 Px + 4 Py = 120

(I)

Market Eqwuilibrium barang Y


Qdy

140 - 6 Py + 2 Px

Qsy

= -94 + 8 Py + 6 Px

14 Py + 4 Px = 234

(II)

Dari persamaan (I) dan (II) :


10 Px + 4 Py = 120 x 1

10 Px + 4 Py

= 120

14 Py + 4 Px = 234 x 2,5

10 Px + 35 Py

= 585 (-)

31 Py = 465
Py = 15
Dengan memasukkan Py =
diperoleh nilai Px

15 ke dalam persamaan (I) atau (II), maka akan

6. Kemudian untuk mencari jumlah Qx dan Qy,

dengan jalan

memasukkan nilai Py dan Px ke dalam fungsi permintaan atau fungsi penawarannya masingmasing, dan setelah dihitung didapatkan jumlah untuk Qx sebesar 86 satuan dan Qy sebesar
62 satuan. Bagimana hubungan antara barang X dengan barang Y ? Apakah merupakan
barang substitusi atau barang komplementer ? Saudara pecahkan sendiri.
POKOBAHASAN
PERTEMUAN

: FUNGSI BIAYA, PENERIMAAN DAN LABA


: 11 & 12

A. Fungsi Biaya
Peusahaan dalam menjalankan bisnisnya akan mengeluarkan biaya operasi yang
terdiri dari biaya yang sifatnya tetap/fixed cost dan biaya yang sifatnya tidak tetap/variable
cost, ke dua jenis biaya ini akan membentuk biaya total/total cost. Biaya tetap merupakan
Matematika Ekonomi

27

biaya yang sifatnya tetap tidak tergantung pada jumlah output yang diproduksi, sehingga
biaya tetap ini merupakan suatu kontanta tertentu. Biaya variabel merupakan biaya yang
sifatnya tidak tetap, sangat tergantung pada jumlah output yang dihasilkan, sehingga biaya
variabel merupakan fungsi dari output yang dihasilkan. Secara matematis fungsi biaya
dinyatakan dengan :
TC

= FC +

VC

(23)

Keterangan :
TC

: Total Cost

FC

: Fixed Cost

VC

: Variable Cost
AFC = FC/Q

(24)

Keterangan :
AFC

: Avarage Fixed Cost/Rata-rata Biaya Tetap


AVC = VC/Q

Keterangan

(25)

AVC : Avarage Variable Cost/Rata-rata Biaya Variabel


Contoh

11,

Suatu

perusahaan

dalam

memproduksi

suatu

output

harus

mengeluarakan biaya tetap sebesar Rp 240.000.000,- sedang biay variabel yang harus
dikeluarkan ditunjukkan dengan persamaan VC = 6000 Q. Pada suatu saat jumlah output
yang diproduksi sebanyak 120.000 satuan.
Nilai Total Cost
TC

FC

240.000.000

6.000 Q

240.000.000

6.000 (120.000)

960.000.000

FC/Q

240.000.000/120.000

2.000

AVC =

VC/Q

AFC

ATC

VC

720.000.000/120.000

6.000

TC/Q

Matematika Ekonomi

28

960.000.000/120.000

8.000

TC, FC, VC
TC = 240.000.000 + 6000 Q
960.000.000

VC = 6.000 Q

720.000.000

240.000.000

FC
0

50.000 Q
Gambar 17

B. Fungsi Penerimaan
Jumlah penerimaan yang diperoleh suatu perusahaan akan sangat tergantung pada
jumlah output yang mampu dijual, semakin banyak jumlah out yang mampu dijual akan
semakin besar pula penerimaan yang akan diperoleh. Penerimaan suatu perusahaan
merupakan fungsi dari jumlah output barang yang terjual. Hasil kali jumlah output yang
mampu dijual dikalikan dengan harga per unit merupakan penerimaan total/total revenue.
Secara matematis dinyatakan dengan :
TR = f (Q) = P x Q

(26)

Keterangan :
TR

: Total Revenue

: Harga per unit

: Jumlah output yang terjual

Contoh 12, Suatu perusahaan dalam menjual hasil produknya dengan harga Rp
8.500,- per unit. Pada suatu saat perusahaan berhasil menjual sebanyak 50.000 satuan.
Total revenue
TR

P x Q

= 8.500 Q
= 8.500 x 50.000
= 425.000.000

Matematika Ekonomi

29

Kurve total revenue selalu mulai dari titik nol (titik pusat), hal ini dikarenakan jika
perusahaan tidak melakukan penjualan sama sekali (jumlah penjualan sebesar nol) maka
perusahaan secara otomatis tidak akan ada penerimaan sama sekali.
TR
TR = 8500 Q
425.000.000

50.000
Gambar 18

C. Analisis Keuntungan
Keuntungan yang diperoleh atau kerugian yang diderita oleh suatu perusahaan akan
dapat diketahui dengan membandingkan antara penerimaan yang diperoleh dengan semua
biaya operasi yang telah dikeluarkan. Secara matematis jika TR (total revenue) lebih besar
dibandingkan dengan TC (total cost) maka perusahaan yang bersangkutan akan
mendapatkan keuntungan. Sebaliknya jika TR lebioh kecil dibandingkan dengan TC maka
akan diderita kerugian. Secara matematis ditunjukan dengan :
= TR - TC

(27)

Keterangan :

: Keuntungan

TR

: Total Revenue

TC

: Total Cost

Perusahaan seringkali menggunakan analisis pulang pokok/break even yang


digunakan untuk menganalisis jumlah minimum output yang harus diproduksi (dijual) agar
perusahaan tidak mengalami kerugian. Pada keadaan break even point maka perusahaan
tidak mendapatkan keuntungan maupun menanggung kerugian (tingkat keuntungan sama
dengan nol), dalam keadaan demikian jumlah total revenue akan sama dengan total cost.
Secara matematis dinyatakan dengan :
TR = TC
Matematika Ekonomi

30

(28)
Keterangan

TR

: Total Revenue

TC

: Total Cost

Contoh 13 : Suatu perusahaan mempunyai fungsi biaya total : TC = 240.000.000


+ 6000 Q, dan fungsi penerimaan total ditunjukkan dengan persamaan : TR = 8500 Q.
a. Berapa keuntungan/kerugian jika perusahaan hanya mampu menjual output sebanyak
50.000 satuan dan 140.000 satuan ?
b. Pada tingkat produksi berapa keadaan akan brek even point (BEP) ?
Penyelesaian :
a. Keuntunngan/kerugian pada tingkat produksi 50.000 satuan :

TR

TC

= 8500 Q

(240.000.000 + 6000 Q)

= (8500 x 50.000)

{240.000.000 + 6000 (50.000)}

= 425.000.000

540.000.000

= (115.000.000) (rugi)
Keuntunngan/kerugian pada tingkat produksi 140.000 satuan :

TR

TC

= 8500 Q

(240.000.000 + 6000 Q)

= (8500 x 140.000)

{240.000.000 + 6000 (140.000)}

= 1.190.000.000

1.080.000.000

= 110.000.000 (laba)
b. Tingkat produksi pada keadaan break even point
TR

8500 Q

240.000.000 + 6000 Q

8500 Q - 6000 Q

240.000.000

2500 Q

240.000.000

96.000

TC

TR, TC

TR = 8500 Q

1.190.000.000
1.080.000.000

TC = 240.000.000 + 6000 Q
BEP

816.000.000
Matematika Ekonomi

31

540.000.000
425.000.000
240.000.000
0

50.000
96.000
Gambar 19

POKOBAHASAN
PERTEMUAN

140.000

: FUNGSI KONSUMSI DAN TABUNGAN


: 13 & 14

A. FUNGSI KONSUMSI
Fungsi konsumsi menerangkan tentang hubungan yang terjadi antara jumlah pengeluaran
yang dipakai untuk konsumsi dengan pendapatan sebagai variabel independent, yang
dinyatakan dengan :
C = (Y) = a + bY
Matematika Ekonomi

32

(29)
C

: Konsumsi (consumption)

: konsumsi otonom (autonomous consumption)

: marginal propensity to consume (MPC)

Besaran a harus lebih besar dari 0 (a > 0), karena menunjukkan besarnya konsumsi
pada pendapatan sebesar

nol, menunjukkan konsumsi minimal/konsumsi otonom

(autonomous consumption) yang harus terjadi walau pendapatan tidak ada, sehingga pada Y
= 0 maka jumlah komsumsi adalah sebesar a. Sedang b merupakan marginal propensity
to consume yaitu perbandingan antara besarnya perubahan konsumsi dengan besarnya
perubahan income, yang dinyatakan dengan :
C
MPC =
Y

(30)

B. FUNGSI TABUNGAN
Fungsi tabungan juga merupakan fungsi dari pendapatan, yang menerangkan
hubungan antara tabungan dengan pendapatan, yang dirumuskan dengan :

S = g (Y) = c + d Y

(31)

: tabungan otonom (outonomous saving)

: marginal propensity to save (MPS)/kecenderungan untuk menabung


S
MPS =

(32)

Y
Nilai MPS juga dapat dicari dengan cara :
MPS = 1 - MPC

(33)

Fungsi tabungan juga dapat dirumuskan dengan menggunakan persamaan :


Y

= C + S

= YC

= Y - (Y)

Matematika Ekonomi

33

sehingga :
S = Y - (a + bY)

(34)

C,S
Y=C+S
C = a + bY
E

a
450

S = c + dY

c
Gambar 20
Kurve Y = C + S akan selalu membentuk sudut 45 0, dimana untuk setiap titik dalam
kurve ini akan mempunyai jarak yang sama terhadap sumbu vertikal (sumbu C dan S)
maupun terhadap sumbu horisontal (sumbu Y). Hal ini menunjukkan bahwa nilai Y
(income) akan selalu sama dengan jumlah nilai C (consume) dan nilai S (saving).
Kurve di sebelah kiri titik E (equilibrium/titik keseimbangan) menunjukkan income
lebih kecil dari consume, sehingga sebagian consume dibiayai dengan negative
saving/dissaving (hutang). Sedang kurve di sebelah kanan titik E (equilibrium/titik
keseimbangan) menunjukkan income lebih besar dari consume, sehingga sebagian dari
income akan ditabung.
Contoh 14 :

Fungsi konsumsi masyarakat suatu wilayah tertentu ditunjukkan

dengan C = 200.000 + 0,8 Y.


Permasalahan :
a. Bagaimana fungsi tabungannya ?
b. Berapa nilai konsumsi, jika nilai tabungan sebesar 120.000
Penyelesaian :
a. Fungsi tabungan
S = Y - C
Matematika Ekonomi

34

S = Y - (200.000 + 0,8 Y)
S = -200.000 + 0,2 Y
Hal ini berarti jika nilai Y (income) sebesar nol, maka nilai S (saving) sejumlah
200.000 yang merupakan dissaving/negative saving/hutang.
b. Nilai konsumsi, jika nilai tabungan sebesar 120.000
S

= - 200.000 + 0,2 Y

120.000

= - 200.000 + 0,2 Y

= 1.600.000

Y =C+S
C =YS
C = 1.600.000 120.000
C = 1.480.000
C, S
Y=C+S
C = 200.000 + 0,8 Y
1.000.000

200.000
S = - 200.000 + 0,2 Y
0

Y
1.000.000

-200.000

Matematika Ekonomi

35

Anda mungkin juga menyukai