MATA KULIAH
: MATEMATIKA EKONOMI
PROGRAM STUDI
SEMESTER
:6
PROGRAM STUDI
SEMESTER
: MANAJEMEN
:1
I. Deskripsi
Mata kuliah ini membahas matematika untuk suatu keadaan atau mendekati
permasalahan ekonomi, yang meliputi analisis statistik, aljabar linier, matrik,
komparatif statis dan optimasi
II. Tujuan Mata Kuliah
Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan memahami konsep dasar
matematika tehnik serta aplikasi pada bidang bisnis dan ekonomi sebagai alat antu
analisis
V. DESKRIPSI MATA KULIAH:
Mata kuliah matematika bisnis merupakan kelanjutan dari mata kuliah matematika
ekonomi dimana mata kuliah ini akan memberikan dasar kepada mahasiswa untuk
dapat menganalisis secara kuantitatif permasalahan dalam dunia bisnis. Mata kuliah
matematika bisnis akan memberikan dasar bagi mahasiswa untuk dapat dengan
mudah mempelajari mata kuliah-mata kuliah di bidang ekonomi. Pembahasan dalam
mata kuliah ini selalu didahului dengan matematika murni, kemudian diikuti dengan
penerapan ekonomi dan bisnis.
VI. MEDIA
Lcd, white board,
VII. SKENARIO PERKULIAHAN
NO
Kegiatan Dosen
Kegiatan Mahasiswa
1 Menjelaskan materi, mengfasilitasi Mendengarkan, bertanya, menjawab
jalannya
perkuliahan,
memimpin pertanyaan teman/dosen, diskusi,
diskusi, memberi tugas/kasus
2 Mengevaluasi tugas mahasiswa
membuat tugas
VIII.
PENILAIAN
Nilai Pop Kuis (tugas, kehadiran, keaktifan) bobot 1
Nilai Tengah Semester
bobot 2
Nilai Akhir Semester
bobot 3
(Nilai Pop Kuis x 1) + (Nilai Tengah SMT x 2) + (Nilai akhir SMT x 3)
Nilai akhir =
6
IX. PUSTAKA
Frank S Budnick. Applied Mathematics for Business Economics and The Social
Science. Mc Graw-Hill Book. International Edition
Dumairy. Matematika Terapan untuk Bisnis dan Economi. Yogyakarta : BPFE UGM
Matematika Ekonomi
Matematika Ekonomi
POKOBAHASAN
PERTEMUAN
MATERI
FUNGSI DALAM ILMU EKONOMI
Ilmu ekonomi sangat membutuhkan keberadaan fungsi linier sebagai sarana dalam
memecahkan masalah-masalah ekonomi mikro maupun ekonomi makro. Variabel-variabel
ekonomi yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain dalam ekonomi
dapat ditransformasikan dalam bentuk persamaan linier.
A. DEMAND
Permintaan merupakan adanya berbagai jumlah barang yang diminta pada berbagai
tingkat harga yang terjadi. Banyak sedikitnya jumlah suatu barang yang diminta akan
sangat tergantung pada seberapa tinggi tingkat harga barang yang bersangkutan, pada
keadaan ceteris paribus. Meningkatnya tingkat harga akan suatu barang, akan
mengakibatkan jumlah barang bersangkutn yang diminta akan semakin menurun, Demikian
juga sebaliknya dengan menurunnya tingkat harga suatu barang, akan mengakibatkan
jumlah barang bersangkutan yang diminta akan semakin meningkat.
P
P1
P0
P2
0
Q1
Q0
Q2
Gambar 1
Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa jika harga naik dari
mengakibatkan jumlah barang yang diminta akan berkurang
Q
0P0 menjadi
0P1 akan
Sebaliknya jika harga turun dari 0P0 menjadi 0P2, akan mengakibatkan jumlah barang yang
diminta akan meningkat dari 0Q0 menjadi 0Q2. Price dengan quantity dalam hukum
permintaan mempunyai hubungan yang berlawanan.
Terdapat pola hubungan antara variable quantity suatu barang yang diminta dengan
variable price barang yang bersangkutan. Hubungan antara variabel quantity suatu barang
Matematika Ekonomi
dengan variabel price barang yang bersangkutan dapat diformulasikan dalam fungsi
matematis, yang disebut dengan fungsi permintaan. Fungsi permintaan menggambarkan
hubungan dua variabel, pertama variabel yang mempengaruhi/independent variable yaitu
variabel harga dan variabel yang dipengaruhi/dependent variable yaitu varibel jumlah
barang yang diminta. Hubungan dua variabel tersebut dinyatakan dengan Q adalah fungsi
dari P atau Q = f (P), dimana Q adalah variabel kuantitas dan P adalah variabel harga.
Variabel yang menentukan/independent variable dalam fungsi permintaan ada
kalanya terdiri dari lebih dari satu variabel, yaitu harga barang yang bersangkutan dan
harga barang lainnya yang merupakan harga barang-barang substitusi dari barng yang
bersangkutan. Fungsi permintaan jika variabel yang mempengaruhi lebih dari satu akan
menjadi Qx = f (P1, P1, P1, Pn) dimana Qx adalah variabel jumlah barang X yang diminta,
sedang P1 adalah variabel harga barang 1, P2 adalah variabel harga barang 2, P3 adalah
variabel harga barang 3, dan Pn adalah variabel harga barang n.
Walaupun sesuai dengan hokum permintaan, bahwa jumlah barang yang diminta
(Q) akan ditentukan oleh tingkat harga yang terjadi (P), sehingga dalam hal ini Q
merupakan variabel yang dipengaruhi/dependent variable dan P merupakan variabel yang
mempengaruhi/independent variable, yang dinyatakan dengan Q = f (P). Namun demikian
dalam fungsi permintaan secara matematis dapat juga dinyatakan dengan P = f (Q),
sehingga dalam kontek ini P (price) akan merupakan dependent variable dan Q (quantity)
merupakan independent variable.
Sesuai dengan hukum permintaan, dimana jika harga turun maka akan
megakibatkan jumlah barang yang diminta akan bertambah, dan sebaliknya jika harga naik
maka akan mengakibatkan jumlah barang yang diminta akan berkurang, dalam keadaan
ceteris paribus (keadaan lainnya tetap).
Bentuk umum dari fungsi permintaan dinyatakan dengan :
P
Q = -aP + b
(1)
atau
P = -1/a Q + b/a
b/a
(2)
0
Matematika Ekonomi
Q
5
Gambar 2
Q merupakan variabel kuantitas, dan P merupakan variabel harga, sedang a dan
b merupakan konstanta. Hubungan variabel Q (quantity) dengan variabel P (Price)
mempunyai tanda matematis yang berlawanan. Hal ini sesuai dengan ketentuan hukum
permintaan, jika harga naik maka akan mengakibatkan jumlah barang yang diminta akan
turun, dan sebaliknya jika harga turun maka akan mengakibatkan jumlah barang yang
diminta akan bertambah. Pergerakan harga berarti akan berlawanan arah dengan pergerakan
jumlah barang yang diminta, sehingga kurve permintaan akan turun dari kiri atas ke kanan
bawah atau akan mempunyai lereng yang negatif.
Contoh 1, fungsi permintaan akan suatu barang ditunjukkan dengan Q = - 6P + 36,
dimana Q merupakan variabel kuantitas barang yang diminta dan P merupakan variabel
harga, dari fungsi ini maka kurve permintaannya akan nampak sebagai berikut :
P
6
Q = -6P + 36
36
Gambar 3
Pada contoh 1, Q (quantity) merupakan variabel yang ditentukan dan P (Price)
merupakan variabel yang menentukan. Fungsi demikian biasanya yang berlaku umum
dalam ekonomi, dan sesuai dengan ketentuan dalam hokum permintaan.
Fungsi permintaan bisa saja dinyatakan dalam P = f (Q), maka Q (quantity)
merupakan variabel yang menentukan/independent variable, sedang P (Price) merupakan
variabel yang ditentukan/dependent variable. Contoh 2, fungsi permintaan suatu barang
dinyatakan dengan P = -4 Q + 40
Matematika Ekonomi
P
40
P = -4 Q + 40
10
Gambar 4
B. Supply
Penawaran merupakan jumlah suatu barang yang ditawarkan pada berbagai tingkat
harga yang terjadi.. Banyak sedikitnya jumlah suatu barang yang ditawarkan akan sangat
tergantung pada seberapa tinggi tingkat harga barang yang bersangkutan, pada keadaan
ceteris paribus. Meningkatnya tingkat harga akan suatu barang, akan mengakibatkan
jumlah barang bersangkutn yang ditawarkan akan semakin bertambah, Demikian juga
sebaliknya dengan menurunnya tingkat harga suatu barang, akan mengakibatkan jumlah
barang bersangkutan yang ditawarkan akan semakin menurun.
P
P1
P0
P2
Q2
Q0
Q1
Gambar 5
Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa jika harga naik dari
Q
0P0 menjadi
0P1 akan
mengakibatkan jumlah barang yang ditawarkan akan meningkat dari 0Q0 menjadi 0Q1.
Sebaliknya jika harga turun dari 0P0 menjadi 0P2, akan mengakibatkan jumlah barang yang
ditawarkan akan berkurang dari 0Q0 menjadi 0Q2. Dengan demikian price dengan quantity
dalam hukum penawaran mempunyai hubungan yang searah.
Terdapat pola hubungan antara variable quantity suatu barang yang ditawarkan
dengan variable price barang yang bersangkutan. Hubungan antara variabel quantity suatu
Matematika Ekonomi
barang dengan variabel price barang yang bersangkutan dapat diformulasikan dalam fungsi
matematis, yang disebut dengan fungsi penawaran. Fungsi penawaran menggambarkan
hubungan dua variabel, pertama variabel yang mempengaruhi/independent variable yaitu
variabel harga dan variabel yang dipengaruhi/dependent variable yaitu varibel jumlah
barang yang diminta. Hubungan dua variabel tersebut dinyatakan dengan Q adalah fungsi
dari P atau Q = f (P), dimana Q adalah variabel kuantitas dan P adalah variabel harga.
Variabel yang menentukan/independent variable dalam fungsi penawaran ada
kalanya terdiri dari lebih dari satu variabel, yaitu harga barang yang bersangkutan dan
harga barang lainnya yang merupakan harga barang-barang substitusi dari barang yang
bersangkutan. Dalam fungsi penawaran jika variabel yang mempengaruhi lebih dari satu
akan menjadi Qx = f (P1, P1, P1, Pn) dimana Qx adalah variabel jumlah barang X yang
ditawarkan, sedang P1 adalah variabel harga barang 1, P2 adalah variabel harga barang 2, P3
adalah variabel harga barang 3, dan Pn adalah variabel harga barang n.
Walaupun sesuai dengan hukum penawaran, bahwa jumlah barang yang ditawarkan
(Q) akan ditentukan oleh tingkat harga yang terjadi (P), sehingga dalam hal ini Q
merupakan variabel yang dipengaruhi/dependent variable dan P merupakan variabel yang
mempengaruhi/independent variable, yang dinyatakan dengan Q = f (P). Namun demikian
dalam fungsi penawaran secara matematis dapat juga dinyatakan dengan P = f (Q),
sehingga dalam kontek ini P (price) akan merupakan dependent variable dan Q (quantity)
merupakan independent variable.
Sesuai dengan hukum penawaran, dimana jika harga turun maka akan megakibatkan
jumlah barang yang ditawarkan juga akan berkurang, dan sebaliknya jika harga naik maka
akan mengakibatkan jumlah barang yang ditawarkan juga akan bertambah, dalam keadaan
ceteris paribus (keadaan lainnya tetap). Sehingga bentuk umum dari fungsi penawaran
dinyatakan dengan :
Q = cP - d
P
(3)
atau
P = 1/c Q + d/c
(4)
d/c
-d
Q
Gambar 6
Matematika Ekonomi
Q=2P-6
3
Q
-6
0
Gambar 7
Matematika Ekonomi
P=4Q+ 4
4
-1
Q
Gambar 8
Sumbu dari kurve permintaan dan penawaran sebetulnya tidak ada ketentuan bahwa
sumbu vertikal harus sumbu P (price) dan horizontal sumbu Q (quantity), sehingga jika
sumbu vertikal merupakan sumbu Q (quantiry) dan sumbu horizontal adalah sumbu P
(price) tidak menjadi persoalan. Tetapi kebiasaan yang terjadi, sumbu vertikal adalah untuk
sumbu P (price) dan sumbu horizontal adalah untuk sumbu Q (quantity). Dalam
menggambarkan kurve permintaan maupun penawaran juga perlu diperhatikan bahwa skala
untuk sumbu vertikal tidak harus sama dengan skala untuk sumbu horizontal.
Matematika Ekonomi
10
POKOBAHASAN
PERTEMUAN
: MARKET EQUILIBRIUM
:4
MATERI
KESEIMBANGAN PASAR/MARKET EQUILIBRIUM
Keseimbangan pasar suatu barang akan terjadi apabila kuantitas barang yang
diminta oleh konsumen pada pasar pada suatu pasar akan sama dengan kuantitas barang
yang ditawarkan oleh produsen. Pada kurve permintaan dan penawaran, keseimbangan
pasar ditunjukkan dengan titik perpotongan antara keduanya (kurve permintaan dengan
kurve pnawaran). Pda keadaan keseimbangan pasar terjadi, akan tercipta harga
keseimbangan/equilibrium price dan kuantitas keseimbangan/equilibrium quantity.
Secara matematis keseimbangan pasar akan terjadi bilamana :
Qd
Qs
(5)
Pd =
atau
Ps
(6)
P
Qs/Ps
E
Pe
Qd/Pd
Q
0
Qe
Gambar 9
Keterangan :
Qd
Qs
Pd
Ps
Pe
: Harga keseimbangan
Qe
: Kuantitas keseimbangan
: Equilibrium/titik keseimabngan
Matematika Ekonomi
11
=
=
Qs
3 P 120
220
5P
Pe
44
- 2 P + 100
- 2 ( 44 ) + 100
= 3 (44) 120
- 88 + 100
= 132 - 120
12
Qd
Qd
Qs
Qs
= 3 P 120
= 12
Qd = Qs
Qe = 12
Jadi : Pe
= Rp 44,-
Qe
= 12 unit
P
Qs = 3 P 120
50
Pe =
- 120
Matematika Ekonomi
44
40
0
12=Qe
Gambar 10
Qd = - 2 P + 100
Q
100
12
POKOBAHASAN
PERTEMUAN
: PENGARUH PAJAK
: 5, 6 & 7
MATERI
A. Penagruh Pajak
Pajak menurut sifatnya dibagi menjadi pajak langsung dan pajak tidak langsung.
Pajak langsung merupakan pajak yang langsung dipungut dari wajib pajak (pajak
pendapatan, pajak perseroan, pajak kekayaan, d an lain-lain). Pajak tidak langsung
merupakanpajak yang dipungut secara tidak langsung bagi wajib pajak, melainkan melalui
wajib pungut (pajak penjualan, pajak tontonan). Dalam hal ini yang menjadi bahasan adalah
pajak tidak langsung.
Produsen akan mengalihkan sebagian pajak yang dikenakan terhadap output yang
diproduksinya kepada kosnumen, sehingga akan mengakibatkan harga barang bersangkutan
yang ditawarkan produsen akan naik. Hal demikian mengakibatkan harga keseimbangan
yang terjadi akan berubah, dan kuantitas keseimbangan dengan sendirinya juga akan
berubah.
1. Pajak Spesifik/Pajak per unit.
Pajak per unit yang dikenakan terhadap suatu barang, berarti besarnya pajak suatu
barang ditentukan dengan nilai uang tertentu untuk setiap unit barang yang diproduksi.
Besarnya pajak per unit jika dinyatakan dengan t, menyebabkan harga yang ditawarkan
oleh produsen dengan sendirinya akan naik sebesar t untuk setiap kuantitas yang
ditawarkan.
Jika sebelum dikenakan pajak fungsi penawaran adalah P = f (Q), maka sesudah
dikenakan pajak akan menjadi P = f (Q) + t. Jika kita lihat pada persamaan (4), dimana
fungsi penawaran ditunjukkan P = f (Q) yang dinyatakan dengan :
P = 1/c Q + d/c
(4)
(7)
(P), seperti
13
Q = cP - d
(3)
(8)
= 1/c Q + d/c + t
= 1/c Q
= Q
= c (P t) d
(9)
tk
Pe
Pe
(10)
Matematika Ekonomi
14
T = Qe x t
(11)
Qs/Ps
Qs/Ps
Pe
E
E
Pe
Qd/Pd
Q
0
Qe Qe
Gambar 11
Keterangan :
Qd
Qs
Pd
Ps
Pe
: Harga keseimbangan
Qe
: Kuantitas keseimbangan
: Equilibrium/titik keseimbangan
Qs
Pe
Pe
Qe
Matematika Ekonomi
15
Qs = 3 P 120
Q s = 3 (P 4) 120
Q s = 3 P 12 120
Q s = 3 P 132
Keseimbangan pasar :
Qd
Qs
- 2 P + 100
3 P 132
232
5P
46,4
Q s
= 3 P 132
= 3 (46,4) - 132
= 139,2 - 132
= 7,2
Jadi keseimbangan pasar setelah dikenakan pajak terjadi pada harga Rp 46,40,- dan
kuantitas 7,2 satuan.
Beban pajak yang ditanggung oleh konsumen :
tk
= Pe - Pe
= Rp 46,40,- - Rp 44,00,= Rp 2,40,-
= t - tk
= Rp 4,00,- - Rp 2,40,= Rp 1,60,-
= Qe x t
= 7,2 x Rp 4,00,= Rp 28,80,-
Matematika Ekonomi
16
50
Qs = 3 P 120
E
46,4
44
40
-132 -120
0 7,2 12
Gambar 12
Qd = - 2 P + 100
Q
100
2. Pajak Porsentase/Proporsional
Pada pajak prosentase, pajak yang dikenakan terhadap suatu barang diperhitungkan
sebesar prosentase tertentu dari harga jual. Pengaruh pajak prosentase pada intinya sama
dengan pajak spesifik, yaitu menaikkan harga keseimbangan dan akan mengurangi
kuantitas keseimbangan, namun perlu dipahami tentang analisisnya.
Fungsi penawaran :
P = f (Q), yang ditunjukkan dengan :
P = 1/c Q + d/c
(4)
= 1/c Q + d/c + tP
P tP = 1/c Q + d/c
(1 - t) P = 1/c Q + d/c
1/c
P =
d/c
Q +
(1 t)
(1 - t)
(12)
Fungsi penawaran :
Q = f ( P), yang ditunjukkan dengan :
Q = cP - d
(3)
17
Q = c P (1 t) - d
(13)
Qs = 3 P 120
Q s = 3 P (1 0,04) 120
Q s = 3 P (0,96) 120
Q s = 2,88 P 120
Keseimbangan pasar :
Qd
Qs
- 2 P + 100
2,88 P 120
220
4,88 P
45,01
Qs
= 2,88 P 120
= 9,63
Jadi keseimbangan pasar setelah dikenakan pajak terjadi pada harga Rp 45,01,- dan
kuantitas 9,63 satuan.
Nilai pajak per unit yang diterima pemerintah :
Nilai t = t % x Pe
(14)
= Pe - Pe
= Rp 45,01,- - Rp 44,00,= Rp 1,01,-
= t - tk
Matematika Ekonomi
18
= Qe x t
= 9,63 x Rp 1,80,= Rp 17,33,P
Q s = 2,88 P 120
50
45,01
Qs = 3 P 120
E
44
-120
Matematika Ekonomi
0 9,63 12
Gambar 13
Qd = - 2 P + 100
Q
100
19
POKOBAHASAN
PERTEMUAN
: PENGARUH SUBSIDI
: 8, 9 & 10
Pengaruh Subsidi
Subsidi yang diberikan oleh pemerintah kepada produsen terhadap produk yang
dihasilkan mempunyai pengaruh yang sebaliknya terhadap keseimbangan pasar
dibandingkan dengan pajak. Dengan pemberian subsidi, pemerintah mengharapkan harga
keseimbangan
akan
menjadi
lebih
rendah,
dan
jumlah
yang
dapat
dibeli
diproduksi. Besarnya subsidi per unit jika dinyatakan dengan s, menyebabkan harga yang
ditawarkan oleh produsen dengan sendirinya akan turun sebesar s untuk setiap kuantitas
yang ditawarkan.
Jika sebelum diberikan subsidi fungsi penawaran adalah P = f (Q), maka sesudah
diberikan subsidi akan menjadi P = f (Q) - t. Jika kita lihat pada persamaan (4), dimana
fungsi penawaran ditunjukkan P = f (Q) yang dinyatakan dengan :
P = 1/c Q + d/c
(4)
(15)
(P), seperti
20
Q = cP - d
(3)
(16)
= 1/c Q + d/c - s
= 1/c Q
= Q
= c (P + s) d
(17)
sk
Pe
Pe
(18)
sp
sk
= Qe x s
21
(19)
S
Qe
Qs/Ps
Qs/Ps
Pe
Pe
Qd/Pd
Q
0
Qe Q
Gambar 14
Keterangan :
Qd
Qs
Pd
Ps
Pe
: Harga keseimbangan
Qe
: Kuantitas keseimbangan
: Equilibrium/titik keseimabngan
Qs
Pe
Pe
Qe
Qs = 3 P 120
22
Q s = 3 (P + 2) 120
Q s = 3 P + 6 120
Q s = 3 P 114
Keseimbangan pasar :
=
Q s
- 2 P + 100
3 P 114
214
5P
42,8
Q s
= 3 P 114
= 3 (42,8) - 114
= 14,4
Qd
= Pe - Pe
= Rp 44,00,- - Rp 42,80,= Rp 1,20,-
= s - sk
= Rp 2,00,- - Rp 1,20,= Rp 0,80,-
= Qe x s
= 14,40 x Rp 2,00,= Rp 28,80,P
50
Matematika Ekonomi
Qs = 3 P 120
23
Qs = 3 P 114
44
E
E
42,8
-120
- 114
0
12 14,4
Gambar 15
Qd = - 2 P + 100
Q
100
2. Subsidi Porsentase/Proporsional
Pada subsidi prosentase, subsidi yang diberikan terhadap suatu barang
diperhitungkan sebesar prosentase tertentu dari harga jual. Pengaruh subsidi prosentase
pada intinya sama dengan subsidi spesifik, yaitu menurunkan harga keseimbangan dan akan
menaikkan kuantitas keseimbangan, namun perlu dipahami tentang analisisnya.
Fungsi penawaran :
P = f (Q), yang ditunjukkan dengan :
P = 1/c Q + d/c
(4)
= 1/c Q + d/c - sP
P + sP = 1/c Q + d/c
(1 + s) P = 1/c Q + d/c
1/c
P =
d/c
Q +
(1 + s)
(1 + s)
(20)
Fungsi penawaran :
Q = f ( P), yang ditunjukkan dengan :
Q = cP - d
(3)
(21)
24
Qs = 3 P 120
Q s = 3 P (1 + 0,1) 120
Q s = 3 P (1,1) 120
Q s = 3,3 P 120
Keseimbangan pasar :
=
Q s
- 2 P + 100
3,3 P 120
220
5,3 P
41,51
Q s
= 3,3 P 120
= 16,98
Qd
Jadi keseimbangan pasar setelah dikenakan subsidi terjadi pada harga Rp 41,51,dan kuantitas 16,98 satuan.
Nilai subsidi per unit yang diberikan pemerintah :
Nilai s = s % x Pe
(22)
= Pe - Pe
= Rp 44,00,- - Rp 41,51,= Rp 2,49,-
= s - sk
= Rp 4,51,- - Rp 2,49,= Rp 2,02,-
= Qe x s
= 16,98 x Rp 4,51,-
Matematika Ekonomi
25
= Rp 76,58,P
50
44
Qs = 3 P 120
Q s = 3,3 P 120
E
E
41,51
-120
POKOBAHASAN
PERTEMUAN
0
12 16,98
Gambar 16
Qd = - 2 P + 100
Q
100
26
80 - 4 Px + 2 Py
QsX
= -40 + 6 Px + 6 Py
10 Px + 4 Py = 120
(I)
140 - 6 Py + 2 Px
Qsy
= -94 + 8 Py + 6 Px
14 Py + 4 Px = 234
(II)
10 Px + 4 Py
= 120
14 Py + 4 Px = 234 x 2,5
10 Px + 35 Py
= 585 (-)
31 Py = 465
Py = 15
Dengan memasukkan Py =
diperoleh nilai Px
dengan jalan
memasukkan nilai Py dan Px ke dalam fungsi permintaan atau fungsi penawarannya masingmasing, dan setelah dihitung didapatkan jumlah untuk Qx sebesar 86 satuan dan Qy sebesar
62 satuan. Bagimana hubungan antara barang X dengan barang Y ? Apakah merupakan
barang substitusi atau barang komplementer ? Saudara pecahkan sendiri.
POKOBAHASAN
PERTEMUAN
A. Fungsi Biaya
Peusahaan dalam menjalankan bisnisnya akan mengeluarkan biaya operasi yang
terdiri dari biaya yang sifatnya tetap/fixed cost dan biaya yang sifatnya tidak tetap/variable
cost, ke dua jenis biaya ini akan membentuk biaya total/total cost. Biaya tetap merupakan
Matematika Ekonomi
27
biaya yang sifatnya tetap tidak tergantung pada jumlah output yang diproduksi, sehingga
biaya tetap ini merupakan suatu kontanta tertentu. Biaya variabel merupakan biaya yang
sifatnya tidak tetap, sangat tergantung pada jumlah output yang dihasilkan, sehingga biaya
variabel merupakan fungsi dari output yang dihasilkan. Secara matematis fungsi biaya
dinyatakan dengan :
TC
= FC +
VC
(23)
Keterangan :
TC
: Total Cost
FC
: Fixed Cost
VC
: Variable Cost
AFC = FC/Q
(24)
Keterangan :
AFC
Keterangan
(25)
11,
Suatu
perusahaan
dalam
memproduksi
suatu
output
harus
mengeluarakan biaya tetap sebesar Rp 240.000.000,- sedang biay variabel yang harus
dikeluarkan ditunjukkan dengan persamaan VC = 6000 Q. Pada suatu saat jumlah output
yang diproduksi sebanyak 120.000 satuan.
Nilai Total Cost
TC
FC
240.000.000
6.000 Q
240.000.000
6.000 (120.000)
960.000.000
FC/Q
240.000.000/120.000
2.000
AVC =
VC/Q
AFC
ATC
VC
720.000.000/120.000
6.000
TC/Q
Matematika Ekonomi
28
960.000.000/120.000
8.000
TC, FC, VC
TC = 240.000.000 + 6000 Q
960.000.000
VC = 6.000 Q
720.000.000
240.000.000
FC
0
50.000 Q
Gambar 17
B. Fungsi Penerimaan
Jumlah penerimaan yang diperoleh suatu perusahaan akan sangat tergantung pada
jumlah output yang mampu dijual, semakin banyak jumlah out yang mampu dijual akan
semakin besar pula penerimaan yang akan diperoleh. Penerimaan suatu perusahaan
merupakan fungsi dari jumlah output barang yang terjual. Hasil kali jumlah output yang
mampu dijual dikalikan dengan harga per unit merupakan penerimaan total/total revenue.
Secara matematis dinyatakan dengan :
TR = f (Q) = P x Q
(26)
Keterangan :
TR
: Total Revenue
Contoh 12, Suatu perusahaan dalam menjual hasil produknya dengan harga Rp
8.500,- per unit. Pada suatu saat perusahaan berhasil menjual sebanyak 50.000 satuan.
Total revenue
TR
P x Q
= 8.500 Q
= 8.500 x 50.000
= 425.000.000
Matematika Ekonomi
29
Kurve total revenue selalu mulai dari titik nol (titik pusat), hal ini dikarenakan jika
perusahaan tidak melakukan penjualan sama sekali (jumlah penjualan sebesar nol) maka
perusahaan secara otomatis tidak akan ada penerimaan sama sekali.
TR
TR = 8500 Q
425.000.000
50.000
Gambar 18
C. Analisis Keuntungan
Keuntungan yang diperoleh atau kerugian yang diderita oleh suatu perusahaan akan
dapat diketahui dengan membandingkan antara penerimaan yang diperoleh dengan semua
biaya operasi yang telah dikeluarkan. Secara matematis jika TR (total revenue) lebih besar
dibandingkan dengan TC (total cost) maka perusahaan yang bersangkutan akan
mendapatkan keuntungan. Sebaliknya jika TR lebioh kecil dibandingkan dengan TC maka
akan diderita kerugian. Secara matematis ditunjukan dengan :
= TR - TC
(27)
Keterangan :
: Keuntungan
TR
: Total Revenue
TC
: Total Cost
30
(28)
Keterangan
TR
: Total Revenue
TC
: Total Cost
TR
TC
= 8500 Q
(240.000.000 + 6000 Q)
= (8500 x 50.000)
= 425.000.000
540.000.000
= (115.000.000) (rugi)
Keuntunngan/kerugian pada tingkat produksi 140.000 satuan :
TR
TC
= 8500 Q
(240.000.000 + 6000 Q)
= (8500 x 140.000)
= 1.190.000.000
1.080.000.000
= 110.000.000 (laba)
b. Tingkat produksi pada keadaan break even point
TR
8500 Q
240.000.000 + 6000 Q
8500 Q - 6000 Q
240.000.000
2500 Q
240.000.000
96.000
TC
TR, TC
TR = 8500 Q
1.190.000.000
1.080.000.000
TC = 240.000.000 + 6000 Q
BEP
816.000.000
Matematika Ekonomi
31
540.000.000
425.000.000
240.000.000
0
50.000
96.000
Gambar 19
POKOBAHASAN
PERTEMUAN
140.000
A. FUNGSI KONSUMSI
Fungsi konsumsi menerangkan tentang hubungan yang terjadi antara jumlah pengeluaran
yang dipakai untuk konsumsi dengan pendapatan sebagai variabel independent, yang
dinyatakan dengan :
C = (Y) = a + bY
Matematika Ekonomi
32
(29)
C
: Konsumsi (consumption)
Besaran a harus lebih besar dari 0 (a > 0), karena menunjukkan besarnya konsumsi
pada pendapatan sebesar
(autonomous consumption) yang harus terjadi walau pendapatan tidak ada, sehingga pada Y
= 0 maka jumlah komsumsi adalah sebesar a. Sedang b merupakan marginal propensity
to consume yaitu perbandingan antara besarnya perubahan konsumsi dengan besarnya
perubahan income, yang dinyatakan dengan :
C
MPC =
Y
(30)
B. FUNGSI TABUNGAN
Fungsi tabungan juga merupakan fungsi dari pendapatan, yang menerangkan
hubungan antara tabungan dengan pendapatan, yang dirumuskan dengan :
S = g (Y) = c + d Y
(31)
(32)
Y
Nilai MPS juga dapat dicari dengan cara :
MPS = 1 - MPC
(33)
= C + S
= YC
= Y - (Y)
Matematika Ekonomi
33
sehingga :
S = Y - (a + bY)
(34)
C,S
Y=C+S
C = a + bY
E
a
450
S = c + dY
c
Gambar 20
Kurve Y = C + S akan selalu membentuk sudut 45 0, dimana untuk setiap titik dalam
kurve ini akan mempunyai jarak yang sama terhadap sumbu vertikal (sumbu C dan S)
maupun terhadap sumbu horisontal (sumbu Y). Hal ini menunjukkan bahwa nilai Y
(income) akan selalu sama dengan jumlah nilai C (consume) dan nilai S (saving).
Kurve di sebelah kiri titik E (equilibrium/titik keseimbangan) menunjukkan income
lebih kecil dari consume, sehingga sebagian consume dibiayai dengan negative
saving/dissaving (hutang). Sedang kurve di sebelah kanan titik E (equilibrium/titik
keseimbangan) menunjukkan income lebih besar dari consume, sehingga sebagian dari
income akan ditabung.
Contoh 14 :
34
S = Y - (200.000 + 0,8 Y)
S = -200.000 + 0,2 Y
Hal ini berarti jika nilai Y (income) sebesar nol, maka nilai S (saving) sejumlah
200.000 yang merupakan dissaving/negative saving/hutang.
b. Nilai konsumsi, jika nilai tabungan sebesar 120.000
S
= - 200.000 + 0,2 Y
120.000
= - 200.000 + 0,2 Y
= 1.600.000
Y =C+S
C =YS
C = 1.600.000 120.000
C = 1.480.000
C, S
Y=C+S
C = 200.000 + 0,8 Y
1.000.000
200.000
S = - 200.000 + 0,2 Y
0
Y
1.000.000
-200.000
Matematika Ekonomi
35