Anda di halaman 1dari 20

BAB II

KAJIAN TEORITIK

2.1 Deskripsi Teoritik

Menurut Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Pajak Bumi dan


bangunan (PBB) adalah pajak atas bumi dan bangunan yang dimiliki, dikuasai,
dan/atau dimanfaatkian oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang
digunakan kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.
Sedangkan berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang pajak
Bumi dan bangunan sebagaimana telah diubah dengan undang-Undang Nomor
12 Tahun 1994 tanggal 9 november 1994, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
adalah pajak negara yang dikenakan terhadap bumi dan /atau bangunan.

PBB pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang
ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan /atau bangunan. Keadaan
subyek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak.
Pemerintah daerah bertanggung jawab untuk melaksanakan pembangunan dan
pelayanan terhadap masyarakat didaerahnya. Untuk mewujudkan tugasnya
tersebut maka pemerintah daerah harus memiliki sumber keuangan yang
cukupdan memadai karena untuk pelaksanaan pembangunan daerah tersebut
adalah dari dana perimbangan yang mana salah satunya merupakan bagi hasil
pajak yang bersumber dari Pajak Bumi dan bangunan (PBB).

2.1.1 Pajak Bumi dan Bangunan


2.1.1.1 Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan
Tata Cara Perpajakan KUP Nomor 12 Tahun 1994 Pasal
1 angka 1 Menyebutkan bahwa.
“Undang-undang Pajak bumi dan bangunan yang selanjutnya
disebut dengan UU PBB adalah undang-undang Nomor 12

13
14

tahun 11985 tentang Pajak Bumi dan bangunan sebagaimana


telah diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994”.

‘’Menurut Mardiasmo ( 2006 : 14-2) Pajak Bumi dan Bangunan


adalah pajak yang dikenakan atas bumi dan bangunan. Subjek
pajak dalam pbb adalah orang badan yang secara nyata
mempunyai suatu hal yang atas Bumi dan atau memiliki
penguasaan dan atau memperoleh manfaat atas bumi dan atau
memiliki pengusaan dan atau memperoleh manfaat atas
bangunan, tetapi dapat pula orang atau badan yang
memanfaatkan Bumi dan atau Bangunan tersebut.2

Menurut Erly suandi ( 2012:61) Pajak Bumi dan bangunan


adalah adalah Pajak yang bersifat kebendaan dan besarnya pajak
terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan
bangunan keadaan subjek siapa yang membayar tidak ikut
menentukan besar pajak.3

Jadi dari Pengertian-pengertian tersebut diatas dapat


disimpulkan bahwa pajak bumi dan bangunan adalah pajak yang
dikenakan atas bumi dan bangunan besarnya pajak ditentukan
oleh keadaan objek yaitu bumi tanah bangunan.

1. Dasar Hukum

Dasar hukum Pajak Bumi dan bangunan (PBB) adalah


undang-undang No. 12 tahun 1985 sebagaimana telah dubah
dengan undang undang No 12 tahun 1994.

2. Asas
a. Memberikan Kemudahan dan kesederhanaan
b. Mudah dimengerti dan adil
c. Adanya Kepastian dalam hukum
d. Menghindari Pajak berganda

1
Undang-undang No 12 Tahun 1994 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan
2
Dr.Mardiasmo 2013 (Perpajakan Edisi Revis, Penerbit Andi)
3
Dr.NJ.Fieldman “Buku Perpajakan ,2012 Edisi Revisi”
15

3. Ketentuan Umum
Ketentuan umum Pajak Bumi dan bangunan Pasal 1 (UU No.12
Tahun 1985) adalah :
“Bumi adalah permukaan bumi dan tumbuh bumi yang ada
dibawahnya permukaan bumi meliputi tanah dan perairan
pedalaman (Termasuk rawa-rawa tambak, dan perairan) Serta
laut wilayah Indonesia.”

2.1.1.2 Kepatuhan Wajib Pajak

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud


dengan patuh adalah taat pada aturan. Jadi kepatuhan adalah
Ketaatan dalam menjalankan aturan-aturan yang telah
ditetapkan. Selain itu terdapat beberapa pengertian kepatuhan
dalam bidang perpajakan menurut Para ahli, yaitu:

Frederic, Diana (2008:148) dijelaskan terdapat 2


macam Kepatuhan Yaitu:
1. Kepatuhan Formal
Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib
Pajak memenuhi kewajiban perpajakan formal sesuai
dengan Ketentuan dalam Undang-undang Perpajakan
Dalam hal ini kepatuhan formal meliputi:
a. Wajib Pajak membayar pajak dengan tepat waktu
b. Wajib Pajak membayar pajak dengan tepat jumlah.
c. Wajib Pajak tidak memiliki tanggungan Pajak Bumi
dan bangunan
2. Kepatuhan Material
Kepatuhan material adalah dimana suatu keadaan dimana
wajib pajak secara subtansi hakekat memenuhi semua
ketentuan perpajakan, yakni sesuai dengan isi dan jiwa
16

undang-undang perpajakan. Pengertian kepatuhan material


dalam hal ini adalah:
a. Wajib Pajak bersedia melaporkan informasi pajak apabila
petugas membutuhkan informasi4
b. Wajib Pajak bersikap kooperatif (tidak menyusahkan)
Petugas pajak dalam pelaksanaan proses administrasi
perpajakan.
c. Wajib Pajak yang berkeyakinan bahwa melaksanakan
kewajiban perpajakan merupakan tindakan sebagai warga
negara yang baik.

2.1.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Membayar


Pajak
Menurut Mardiasmo (2015:3), Kepatuhan merupakan
keadaan seseorang tunduk dan mengikuti peraturan yang
berlaku. Seperti halnya kepatuhan dalam membayar pajak yang
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Masalah
membayar pajak adalah suatu masalah yang kompleks dan
sensitif, karena menyangkut dengan keikutsertaan5
Seseorang untuk memberikan sebagian hartanya kepada
Negara. Masalah yang terjadi akibat ketidak patuhan wajib
pajak untuk membayarkan kewajibannya adalah pemasukan kas
yang diterima oleh Negara menjadi renda, atau tidak sesuai
dengan jumlah pajak yang seharusnya masuk ke Negara.
Dikutip dari Surya Manurung, faktor yang membuat rendahnya
seseorang dalam membayar pajak yaitu ketidak puasan
masyarakat terhadap pelayanan publik, pembangunan
infrastruktur yang tidak merata, dan banyaknya kasus korupsi
oleh pejabat tinggi. Faktor tersebut ditambahkan oleh

4
Frederica Diana , 2008 “Kepatuhan Wajib Pajak” Daerah Istimewa Yogyakarta
5
Mardiasmo 20015 ” Faktor- faktor yang mempengaruhi Kepatuhan Membayar pajak” Edisi,
revisi Yogyakarta
17

Kurniawan dalam John Hutagaol, faktor yang dapat


menghambat tidak patuhnya seseorang adalah rendahnya
kesadaran masyarakat untuk membayar pajak, belum
optimalnya.

2.1.1.4 Pengertian Wajib Pajak


Kurniawan Dedi (2009) Wajib Pajak adalah orang pribadi
atau badan, meliputi pembayaran pajak, pemotongan pajak dan
pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban
Perpajakan sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundang-
Undangan Perpajakan (Pasal 1 angka 2 UU KUP) wajib Pajak
terdaftar adalah wajib pajak yang telah terdaftar dalam tata
usaha Kantor pelayanan Pajak yang telah diberikan nomor
poko wajib pajak yang terdiri dari 15 digit. Sedangkan menurut
Pahala (2010:2015), wajib pajak adalah orang pribadi atau
badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan,
termasuk pemotongan pemungutan pajak tertentu.6

2.1.1.5 Sikap Wajib Pajak

Menurut Gisbon (1997), sikap adalah perasaan positif


atau negatif atau keadaan mental yang selalu disampaikan,
dipelajari, dan diatur melalui pengalaman yang memberikan
pengaruh khusus pada respons seseorang terhadap orang, objek
atau keadaan. Sikap (attitude) merupakan sebuah evaluasi
kepercayaan (belief) atas perasaan positif maupun negatif dari
seorang jikaharus melakukan perilaku yang akan ditentukan.
Suryatmin (2012:22) (1975) menjelaskan bahwa dalam
mendefinisikan sikap sebagai jumlah dari afeksi perasaan yang
dirasakan seseorang untuk menerima atau menolak suatu

6
Mardiasmo 2013”Perpajakan”, Edisi revisi Yogyakarta.
18

obyeknya perilaku dan diukur dengan menempatkan Individu


pada sekala evaluatif dan kutub, misalnya baik atau buruk setuju
atau menolak, dan lain sebagainya.7
Mendefinisikan sikap sebagai suatu cara bereaksi
terhadap suatu rangsangan yang tinggi dari seseorang atau dari
suatu situasi. Sikap adalah pernyataan evaluatif baik yang
menguntungkan atau tidak mengenai objek, orang atau pristiwa
sikap mencerminkan bagaimana Seseorang merasakan
mengenai sesuatu. Selanjutnya Allport menjelaskan pengertian
sikap adalah sebagai semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap
suatu objek dengan cara tertentu, agaknya tidakbisa menafsirkan
kesiapapun dalam definisi ini sebagai suatu kecenderuangan
potensi untuk bereaksi apabila individu dihadapkan pada suatu
situmulus menghendaki adanya respon.
Bahwa sikap merupakan faktor yang amat penting untuk
suksesnya implementasi. Jika pelaksanaan berpandang positif
terhadap suatu kebijakan, maka kemungkinan besar mereka
akan melaksanakan apa mereka kehendapi oleh pembuatan
kebijakan. Tetapi apabila sikap atau perpektifnya berbeda, maka
proses implementasi menjadi tercantum kesuksesny. Pengertian
sikap adalah kecenderuangan bertindak, berpersepsi, berfikir,
dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai.

2.1.1.6 Tarif Pajak Bumi dan Bangunan


Menurut Pasal 80 Ayat (1) dan (2) Undang-undang No.
28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retibusi Daerah
(PDRD), tarif PBB Pedesaan dan Perkotaan ditetapkan paling
tinggi 0,3% dan di tetapkan dengan Peraturan daerah kabupaten
kota yang bersangkutan hal ini dimagsud untuk memberikan

7
Suryatmin 2008 Pengaruh Sikap Wajib Pajak”Buku Akuntansi
19

kepada pemerintah kabupaten Kota untuk menentukan Tarif


Pajak yang dipandang sesuai dengan kondisi masing-masing
daerah Kabupaten Kota dengan demikian setiap daerah
Kabupaten Kota diberi kewenangan untuk menetapkan
besar.nya Tarif Pajak Yang mungkin berbeda dengan
Kabupaten Kota lainnya asalkan tidak lebih dari 0,3%.8

2.1.2 Kesadaran Wajib Pajak


2.1.2.1 Pengertian Kesadaran Wajib Pajak

Menurut (P.J.A Ndriani 2014) kesadaran wajib pajak


adalah suatu kondisi dimana wajib pajak mengetahui, mengerti
dan mentaati ketentuan perpajakan yang berlaku serta memiliki
kesungguhan dalam memenuhi kewajiban perpajaknya dengan
cara membayar pajak secara tepat waktu dan tepat jumlah.
Secara empiris telah dibuktikan bahwa makin tinggi kesadaran
perpajakan wajib pajak maka makin tinggi tingkat kepatuhan
wajib pajak.Penilaian fositif masyarakat wajib pajak terhadap
Pelaksanaan Fungsi negara oleh pemerintah akan menggerakan
masyarakat untuk mematuhi Kewajibannya Untuk Membayar
pajak. Hal senada juga dinyatakan oleh Loekman Sutrisno
(1994) yang menyatakan bahwa membayar Pajak merupakan
Sumbangan wajib pajak bagi terciptanya kesejahteraan bagi diri
mereka sendiri serta bangsa secara keseluruhan. Sebagaimana
diketahui bahwa dalam sistem Perpajakan yang baru, wajib
pajak diberikan kepercayaan untuk melaksanakan
Kegotongroyongan nasional melalui sistem menghitung,
memperhitungkan, membayar, melaporkan sendiri pajak yang
terutang besarnya pajak dihitung sendiri oleh wajib pajak
kemudian membayar pajak yang terutang berdasarkan
ketentuan peraturan Perundang-undangan perpajakan yang

8
P.J.A Dalam buku Maluyono, 2014. Akuntansi Pajak, Jakarta Penerbit. Salemba, Empat
20

berlaku dalam sistem perpajakan yang baru diharapkan akan


tercipta unsur keadilan dalam kebenaran mengingat pada wajib
pajak yang bersangkutan yang sebenarnya mengetahui besarnya
pajak yang terutng

Soemarso (1998) Juga mengemukakan bahwa kesadaran


Perpajakan masyarakat yang rendah seringkali menjadi salah
satu sebab banyaknya potensi pajak yang tidak dapat dijaring
juga mengemukakan bahwa kesadaran dalam masalah
pengumpulan pajak dari masyarakat. Kesadaran Wajib Pajak
atas perpajakan amatlah diperlukan guna meningkatkan
Kepatuhan wajib pajak. Secara empiris juga telah dibuktikan
bahwa makin tinggi kesadran perpajakan wajib pajak maka
makin tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak.

2.1.2.2 Kesadaran Membayar Pajak

Menurut Eken Patmasari T. (2016:106) Kemajuan dan


perkembangan negara ini tak lepas dari kesadaran warganya
dalam membayar pajak. Kesadaran masyarakat dalam
membayar pajak sangat erat hubungannya dengan kesadaran
apabila kesadaran bernegara kurang maka masyarakat dapat
mengenal dan menikmati pentingnya berbangsa dan bertanah
air, berbahasa nasional, menikmati keamanan dan ketertiban,
memiliki dan menikmati manfaat pengeluaran pemerintah juga
kurang sehingga kesadaran membayar pajak juga berkurang.
Kesadaran membayar pajak dapat diartikan sebagai suatu
bentuk sikap moral yang memberikan sebuah kontribusi kepada
negara untuk menunjang pembangunan negara dan berusaha
untuk mentaati semua peraturan yang telah ditetapkan oleh
negara serta dapat dipaksakan kepada wajib pajak
meningkatnya pengetahuan perpajakan masyarakat melalui
pendidikan perpajakan baik formal maupun non formal akan
21

berdampak positif terhadap kesadaran wajib pajak untuk


membayar pajak Karakteristik wajib pajak yang dicerminkan
oleh kondisi budaya, sosial dan ekonomi akan dominan
membentuk perilaku wajib pajak yang tergambar dalam tingkat
kesadaran mereka dalam membayar pajak.9

2.1.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Wajib Pajak

Menurut Johan Yusnindar Faktor yang mempengaruhi


Kesadaran Wajib pajak antara lain didapatkan beberapa faktor
internal dan dominan menurut prilaku kesadaran wajib pajak
yaitu:

1. Prepsesi wajib pajak kesadaran wajib pajak untuk


memenuhi kewajiban pajaknya akan semakin meningkat
jika dalam masyarakat muncul perpsesi positif terhadap
pajak. Kesadaran membayar pajak untuk patuh membayar
10
pajak terkait dengan persepsi yang meliputi paradigma
akan fungsi pajak bagi pembiyayan pembangunan
kegunaan pajak dalam penyediaan barang publik juga
keadilan (fairness) dan kepastian hukum dalam pemenuhan
kewajiban perpajakan.
2. Tingkat Pengetahuan Dalam Kesadaran membayar Pajak
Tingkat Pengetahuan dan Pemahaman pembayar pajak
terhadap ketentuan perpajakan yang berlaku berpengaruh
pada perilaku kesadaran pembayaran pajak. Wajib pajak
yang tidak memahami peraturan perpajakan secara jelas
cenderung akan menjadi wajib pajak yang tidak taat, dan
sebaliknya semakin paham wajib pajak terhadap peraturan
perpajakan, maka semakin paham pula wajib pajak

9
Eken Patmasari, T. “2016 Kesadaran Membayar Pajak”Yogyakarta
10
Johan Yusnindar,(2015)”Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran Wajib Pajak, Junal
perpajakan 01
22

terhadap sanksi yang akan diterima bila melalaikan


kewajiban perpajakannya.
3. Kondisi Keuangan Wajib Pajak
Kondisi keuangan merupakan faktor ekonomi yang
berpengaruh kepatuhan pajak. Kondisi keuangan adalah
kemampuan keuangan perusahaan yang tercermin dari
tingkat profitabilitas (profitabiliti) dan arus cas (cas flow).

2.1.3 Sanksi Pajak


Menurut (Widi astuti 2014) Sanksi merupakan bentuk hukuman

yang diberikan oleh pemerintah kepada individu yang melanggar

peraturan. Bentuk hukuman tersebut dapat berupa denda yang dapat

diselesaikan dengan cara membayar sejumlah uang yang sudah

ditentukan oleh pemerintah sesuai dengan perundang-undangan.

menyatakan Undang-undang dan peraturan secara garis besar berisikan

hak dan kewajiban, tindakan yang diperkenankan dan tidak

diperkenankan oleh masyarakat. 11

Oleh karena itu, agar peraturan perpajakan dipatuhi oleh


masyarakat, maka harus diberikan sanksi bagi individu yang melakukan
pelanggaran sehingga hal tersebut menjadi sebuah pertimbangan
tersendiri bagi wajib pajak. WP dapat mematuhi kewajiban untuk
pembayaran pajak ketika WP mempertimbangkan sanksi denda yang
akan lebih merugikan. Apabila sisa pajak yang tertunggak dimiliki wajib
pajak semakin banyak maka jumlah yang harus dibayar oleh WP juga
semakin besar sehingga WP akan semakin berat untuk melunasi pajak
yang tertunggak tersebut. Oleh sebab itu sikap atau pandangan WP
terhadap sanksi denda diduga akan berpengaruh terhadap tingkat

11
“ Widiastuti, 2014 Astuti “ Jurnal Mahasiswa Unesa https://jurnal mahasiswa. Unesa.ac.id
23

kepatuhan WP dalam membayar pajak. Berdasarkan hal tersebut maka


sanksi pajak relevandigunakan sebagai variabel independen dalam
penelitian ini. Beberapa bukti empiris seperti penelitian Jatmiko (2006)
dan Sanjaya (2014) menunjukkan bahwa sanksi pajak berpengaruh
positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam mematuhi perpajakan.
Oleh karena itu, semakin tegas persepsi WP mengenai sanksi dan hukum
pajak maka tingkat kepatuhan perpajakan akan semakin meningkat.
Dalam Undang-Undang perpajakan dikenal dua macam sanksi.
1. Sanksi Administrasi
Sanksi administrasi dikenal dengan wajib pajak yang tidak
memenuhi ketentuan peraturan perpajakan atau melakukan
pelanggaran terhadap peraturan perpajakan yang berlaku. sanksi
administrasi berupa pembayaran kerugian kepada negara dapat
berupa bunga denda atau kenaikan.
2. Sanksi pidana
Menurut dalam ketentuan Undang-undang perpajakan ada
berapa macam yaitu denda pidana kerugian dan penjara

2.1.4 Administrasi Kepatuhan Wajib Pajak

2.1.4.1 Pengertian Administrasi Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Waluyono (2010:73), administrasi perpajakan


(tax tahap antara lain: pendaftaran wajib pajak, penetapan pajak,
dan penagihan pajak. Administrasi perpajakan sangat penting
dalam sistem perpajakan di suatu negara. Suatu negara dapat
dengan sukses mencapai sasaran yang diharapkan dalam
menghasilkan penerimaan pajak yang optimal, karena
administrasi pajak mampu dengan efektif melaksanakan sistem
perpajakan di suatu negara. Administrasi perpajakan
24

diupayakan untuk merealisasi peraturan pajak dan penerimaan


negara sebagaimana amanat dalam APBN. 12
Pada dasarnya sasaran administrasi pajak adalah
meningkatkan kepatuhan tax payers dalam pemenuhan
kewajiban perpajakan dan pelaksanaan ketentuan perpajakan
secara seragam antara wajib pajak dan fiskus dengan menilai
suatu ketentuan untuk mendapatkan penerimaan maximal
dengan dengan biaya yang oktimal.
Kepatuhan Wajib Pajak Secara terminologi, berarti taat
patuh dan disiplin terhadap perintah atau aturan dapat dikatakan
wajib pajak patuh jika wajib pajak tersebut taat atau disiplin
dalam memenuhi serta melaksanakan kewajiban perpajakannya
sesuai dengan Undang-undang yang berlaku. Kepatuhan
perpajakan diartikan sebagai suatu keadaan yang mana wajib
pajak patuh dan mempunyai kesadaran dalam memenuhi
Kewajiban Perpajakan tercemin dalam situasi sebagai berikut:
a. Wajib Pajak memahami dan berusaha untuk memahami
semua peraturan perundang-undangan Perpajakan
b. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas
c. Menghitung jumlah pajak terhutang dengan benar
d. Membayar Pajak terutang tepat pada waktunya

2.1.4.2 Hubungan Administrasi Pajak Terhadap Kepatuhan wajib


Pajak PBB.
Menurut Ely Suharti 2009 Administrasi Perpajakan
merupakan cara-cara prosedur pengenaan Dan Pemungutan
Pajak. Administrasi Perpajakan merupakan cara-cara Prosedur
Pengenaan dan Pemungutan pajak administrasi perpajakan
berperan penting dalam sistem perpajakan disuatu negara
sasaran administrasi adalah meningkatkan kepatuhan taxpayes

12
Waluyono 2011,Akuntansi pajak,Jakarta penerbit Salemba Empat.
25

dalam pemenuhan kewajiban perpajakan dalam penelitiannya


pengaruh dalam pengetahuan pajak perepsesi dalam petugas
pajak dan sistem administrasi pajak terhadap tingkat kepatuhan
wajib menunjukan bahwa sistem administrasi berpengaruh
fositif Terhadap tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang akan
bergairah dalam membayar pajak bila ada kemudahan dari
pemerintah dalam menunaikan tugasnya sehingga jika semakin
mudah sistem administrasi perpajakan yang ada maka akan
semakin tinggi kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak
Uraian ini mengaruh pada sebuah dugaan bahwa administrasi
perpajakan berpengaruh signipikan positif terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak dalam membayar PBB.13

2.2 Penelitian Relevan


Dibawah ini merupakan hasil penelitian terdahulu yang sudah dilakukan
mengenai. Pengaruh Kesadaran Wajib pajak petugas pajak sanksi pajak dan
administrasi terhadap kepatuhan wajib pajak membayar pajak Bumi dan
bangunan PBB.

13
Ely Surhayati,2009 “Hubungan Administrasi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
PBB’’Bandung,Penerbit Graha Iimu:
26

Tabel: 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu Yang Releven14


No Nama Judul Nama Jurnal Populai Temuan Perbedaan
Peneliti Penelitian Nama Intitusi sampel dan penelitian dan Penelitian
(Tahun) lembaga metode kesimpulan yanga kan
penelitian dilaksanakan

Mory (2015) Pengaruh Jurnal Jumlah Hasil analisis Perbedaan


Kesadaran Akuntasi populasi dalam menunjukan Penelitian ini
Wajib Pajak Universitas penelitian Kesadaran yaitu tahun,
Kualitas Sumatera iniyaitu Wajib Pajak , objek
Pelayanan, Utara 79.690 Kualitas penelitian
Fiskus Metode pelayanan populasi
penyuluhan penelitian fiskus sampel dan
Wajib Pajak Kepustakaan Penyuluhan metode
Dan sanksi Wajib Pajak penelitian
Perpajakan dan sanksi
terhadap perpajakan
Wajib Pajak sudah bagus
dalam
melaksanakan
pembayaran
pajak

2. Tia (2013) Pengaruh Jurnal Populasi Administrasi Perbedaan


Kesadaran Akuntasi STIE dalam perpajakan penelitian ini
Wajib Pajak Semarang penelitian ini berpengaruh yaitu tahun,
Administrasi seluruh Wajib terhadap objek
Perpajakan Pajak bumi kepatuhan penelitian
dan sanksi dan bangunan wajib pajak populasi
pajak di kec Kota sampel dan
terhadap Tangah kota metode
kepatuhan padang dengan penelitian

14
Agoes,Estralita, 2013. Akuntansi Perpajakan. Salemba Empat. Jakarta diakses,09 Febuari 2017
27

wajib pajak menggunakan


Bumi dan rumus Slovin
bangunan sampel
sebanyak 100
responden
3. Yulsiati Pengaruh Jurnal Riset Populasi dan Kesadaran Perbedaan
(2015) Kesadaran Akuntansi sampel Wajib wajib pajak Penelitian ini
Wajib Pajak Universitas Pajak yang pengetahuan yaitu tuhan
Kualitas Sam Ratulangi tercatet adalah pajak sikap objek
Pelayanan sebanyak wajib pajak penelitian
Fiskus dan 42.8.70 maka bumi dan populasi
Sanksi Pajak jumlah sampel bangunan sampel dan
Terhadap dengan sudah mulai metode
Kepatuhan Margin of tekun dalam penelitian
Wajib Pajak error sebesar membayar

orang 10 % pajak

pribadi
4. Nugroho Pengaruh Jurnal Populasi Menganalisis Perbedaan
(2006) Kesadaran Akuntansi dalam dimna wajib penelitian ini
wp Dan universitas penelitian ini pajak yaitu tahun
sanksi Undayana adalah wajib mengetahui objeg
perpajakan pajak PBB mengerti dan penelitian
pada yang efektif di mentaati populasi
kepatuhan Kantor ketentuan sampel dan
wp dalam pelayanan perpajakan. metode
membayar Pajak tahun penelitian
PBB 2011 yaitu
sejumlah
27.776
sampel dalam
penelitian ini
wajib pajak
PBB efektif
28

5. Arthaningsih Pengaruh Jurnal Populasi dalam Kesadaran Perbedaan


(2010) Kesadaran Akuntansi penelitian ini Wajib Pajak penelitian ini
Wajib Pajak Universitas adalah wajib dan Sanksi yaitu tahun
dan Sanksi Undayana pajak PBB Perpajakan objeg
Perpajakan Kantor secara parsial penelitian
Pada Pelayanan Berpengaruh populasi
Kepatuhan Pajak Prtama Positif Pada sampel dan
Wajib Pajak den Pasar Kepatuhan metode
dalam tahun 2011 Wajib Pajak penelit
membayar yaitu sejumlah dalam
Pajak Bumi 27.776 Membayar
dan Pajak Bumi
Bangunan dan Bangunan

2.3 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir akan menghubungkan antara varibel-variabel


penelitian, yaitu variabel dependen dan indevenden kerangka berpikir ini
merupakan sintesa atau esktrapolasi dari tinjauan teori dan tinjauan teori dan
penelitian terdahulu yang mencerminkan keterkaitan variabel yang diteliti
untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan masalah.

Sesuai yang telah diuraikan di atas tentang teori-teori masing-masing


varibel maka dibawah ini merupakan hubungan antara variabel X terhadap
variabel Y yang termasuk dalam penelitian ini diantaranya sebagai berikut.

1. Hubungan Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak


Menurut Rahayu 2012:141 Kesadaran adalah keadaan mengetahui,
sedangkan perpajakan adalah perihal Pajak sehingga kesadaran Perpajakan
adalah keadaan mengetahui atau mengerti perihal pajak. Kesadaran
29

kerelaan Memenuhi kewajiban dan memberikan kontribusi kepada negara


yang menunjang pembangunan negara. Kesadran Wajib Pajak
berkonsukuesi logis untuk wajib pajak yaitu kerelaan wajib pajak
memberikan kontribusi dana untuk Pelaksanaaan fungsi perpajakan
dengan cara membayar pajak tepat waktu dan tepat jumlah.15
2. Hubungan Petugas Pajak Sanksi Pajak
Menurut Jatminko (2010) tiga faktor ini melekat dan dikendalikan
oleh fiskur itu sendiri, sedangkan faktor tax fayer didominisi dari dalamdiri
wajib pajak itu sendiri. Fetugas pajak fiskus dalam melaksanakan tugasnya
melayani masyarakat atau wajib pajak sangat dipengaruhi oleh adanya tax
polici, tax administration dan tax low Kepatuhan WP dalam memenuhi
kewajiban membayar pajak tergantung pada bagimana petugas pajak
memberikan mutu pelayanan yang baik.16
Sanksi menurut kamus besar Bahasa Indonesia berarti tanggungan
(tindakan hukum, dan sebagainya) untuk memaksa orang menepati
perjanjian atau menaati perjanjian atau menaati ketentuan undang-undang
sedangkan sanksi pajak melupakan salahsatu faktor yang mempengaruhi
kepatuhan wajib pajak, karena fungsi sanksi adalah digunakan sebagai
cara untuk mengatur sekelompok populasi untuk memenuhi aturan yang
ditentukan (Yusdinar, 2015).
3. Hubungan Administrasi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut Lubantoron (1997), administrasi perpajakan Pendaftaran
wajib pajak, penetapan pajak, dan penagihan pajak. Administrasi
Perpajakan sangat Penting dalam sistem perpajakan disuatu Negara. Suatu
Negara dapat dengan sukses mencapai sasaran yang diharapkan dalam
menghasilkan penerimaan pajak yang optimal.
Menurut Marjana, restu mutmainah (2014:148) dijelaskan bahwa
terdapat dua macam kepatuhan yaitu:17

15
Rahayu 2012 Kesadaran Wajib Pajak”Akuntansi Pajak Jakarta, Salemba Empat”.
16
Jatmino,A.N, 2011,”Hubungan Petugas Sanksi Pajak”(http eprints.undip.ac.id/1526//Agustus-
jatminko pdf.
17
Marjana,Restu mutmainah 2014”Administrasi Kepatuhan Wajib Pajak” Edisi Revisi
30

a. Kepatuhan formil adalah suatu keadaan dimana wajib pajak


memenuhi Kewajiban Perpajakan secara formal sesuang dengan
ketentuan Undang-undang Perpajakan.
b. Kepatuhan Material menurut Rahayu (2010:110) adalah dimana suatu
keadaan dimna Wajib pajak secara subtansi memenuhi semua
ketentuan perpajakan, yakni sesuai dengan isi Undang-undang
perpajakan.
4. Hubungan Pajak Bumi dan Bangunan
Pajak Bumi dan Bangunan berdasarkan UU No. 28 tahun 2009
ditetapkan menjadi Pajak Bumi dan bangunan Perdesaan Perkotaan. Pajak
bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan merupakan pajak atas Bumi
dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai dan dimanfaatkan oleh orang
pribadi atau bada kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha
perkebunan, perhutanan dan pertambangan.
Berdasarkan yang telah dikemukakan di atas maka Pengaruh
kesadaran Wajib Pajak Administrasib Perpajakan dan sanksi Pajak
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan.

Kesadaran Wajib Pajak


H1
(X1) Kepatuhan Membayar
Pajak Bumi Dan
Bangunan
Sanksi Pajak H2 (Y)
(X2)
9

X2

Gambar 2.1 Kerangka Teoritik


31

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis berfungsi sebagai pegangan atau jawaban sementara yang


masih harus dibuktikan kebenaranya didalam kenyataan (empiricial
verification), Percobaan (experimentation) atau praktik (implemantation).
Dalam hipotesis diperlukan adanya ansumsi dasar yang dimuat secara bebas
tapi logis, asumsi tersebut menjelaskan bahwa hipotensis merupakan jawaban
sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti atau tidaknya
hasil penelitian. Hipotensis pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

2.4.1 Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak (X1) Terhadap Kepatuhan Wajib


Pajak dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) (Y)

Hasil Peneliti Mory (2015) sesuai hasil uji T menyatakan bahw


Kesadaran Wajib Pajak (X1) Pengaruh kesadaran Wajib Pajak (X2)
Petugas Pajak Sanksi Pajak (X3) Administrasi Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Bumi dan Bangunan (Y) memiliki pengaruh secara persial
yang segnifikan karena nilai T hitung kurang dari nilai t table.
Hasil Peneliti Tia (2013), sesuai Hasil Uji T bahwa Kesadaran
Wajib Pajak (X1) berpengaruh tidak signifikan membayar Pajak Bumi
dan Bangunan (Y) karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel.

H1 : Diduga terdapat Pengaruh Signifikan Dari Kesadaran Wajib


Pajak yaitu Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Pada Dinas
Pengelolaan Pajak Daerah. 2014-2017

2.4.2 Pengaruh Sanksi Pajak (X2) Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak


dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) (Y)

Hasil Penelitian Mory (2015) sesuai dengan Uji regrensi linier


berganda menyatakan Bahwa Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak (X2)
Berpengaruh secara parsial dan signifikan Petugas Pajak Sanksi Pajak
(Y) Karena nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel.
32

Hasil Penelitian Tia (2013) sesuai Hasil Uji T Bahwa Kesadaran


Pajak Sanksi Pajak (Y) Karena nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel

H2 : Diduga terhadap pengaruh Signifikan dari Sanksi Pajak


secara Parsial terhadap Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Pada dinas
Pengelolaan Pajak Daerah 2014-2017.

2.4.3 Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak (X1) dan Sanksi Pajak (X2)
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB) (Y)

Hasil Penelitian Mory (2015) Sesuai Hasil Uji Menyatakan


bahwa Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak (X1) Petugas Pajak dan Sanksi
Pajak (x2) Administrasi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (X3)
Membayar Pajak Bumi dan Bangunan (Y). Karena nilai f tabel lebih
besar dari nilai f tabel.

Hasil Penelitian Tia (2013) sesuai Uji F menyatakan bahwa


Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak (X1) Petugas Pajak dan Sanksi Pajak
(X2) Administrasi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (X3) Membayar
Pajak Bumi dan bangunan (Y) karena menunjukan bahwa uji kelayakan
sudah terpenuhi.

H3 : Diduga Variabel Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak (X2)


Secara berpengaruh berdominan terhadap Membayar Pajak Bumi dan
Bangunan pada dinas Pengelolaan Pajak daerah.

Anda mungkin juga menyukai