Anda di halaman 1dari 3

Bedah Invasif Minimum bagi Cedera

Selasa, 26 Juni 2012 | 03:38 WIB Dibaca: 251

Komentar: 0

Share:

Adhitya Ramadhan

Cedera menjadi momok menakutkan bagi atlet profesional. Semula operasi dan pemulihannya membuat atlet harus beristirahat lama. Kini ada bedah invasif minimum yang bisa memperpendek masa pemulihan. Cedera saat berolahraga tak hanya dialami para atlet. Orang awam yang tak melakukan persiapan dengan benar sebelum berolahraga sangat mungkin mengalami cedera. Biasanya, cedera olahraga ditemui pada olahraga permainan, seperti sepak bola, voli, basket, dan futsal. Menurut dokter spesialis kesehatan olahraga Hario Tilarso, cedera dapat terjadi bilamana jaringan pada tubuh tidak bisa menahan tekanan terlalu tinggi, gerakan berulang yang berlebih, atau bahkan cuaca ekstrem. Salah satu contoh cedera yang paling sering ditemui dalam olahraga terutama olahraga permainan adalah cedera anterior cruciate ligament (ACL) yang merupakan satu dari empat ligamen (jaringan ikat) pada lutut. Bersilangan dengan posterior cruciate ligament (PCL), ACL menghubungkan tulang paha (femur) dan tulang kaki bagian bawah (tibia) dan berfungsi menstabilkan sendi lutut. Pesepak bola dunia yang pernah dirundung cedera ACL antara lain penyerang Inggris, Michael Owen dan Alan Shearer; gelandang dari Ghana, Michael Essien; pemain depan Belanda, Ruud van Nistelrooy; dan gelandang Perancis, Robert Pires. Hario mengatakan, ada dua penyebab cedera ACL, yakni kontak atau nonkontak. Cedera ACL nonkontak terjadi ketika seseorang yang sedang bergerak berhenti mendadak, lalu berputar atau melompat, kemudian mendarat dengan posisi lutut memutar. Adapun cedera akibat kontak terjadi pada saat lutut yang sedang menjadi tumpuan mendapat benturan keras dari sisi luar. Pada saat ACL terkoyak akan terdengar suara seperti kain robek dan timbul rasa nyeri. Cedera ACL biasanya membuat lutut bengkak. Orang awam yang mengalami cedera ACL cenderung pergi ke tukang urut. Setelah diurut, bengkak bisa kempis, tetapi lutut tetap tidak stabil. Bahkan, ligamen yang robek bisa robek total. Minimalkan luka Dokter spesialis ortopedi Sapto Adji menuturkan, secara medis ada dua pilihan penanganan cedera olahraga, yakni operasi dan nonoperasi. Seiring pesatnya perkembangan teknologi kesehatan, kini ada bedah invasif minimum di samping bedah konvensional (terbuka). Bedah invasif minimum memiliki beberapa kelebihan, di antaranya luka sayatan operasi lebih kecil (hanya sebesar kancing baju). Luka yang kecil akan meminimalkan kerusakan jaringan lunak dan infeksi luka, perdarahan, serta waktu penyembuhan lebih cepat. Kecepatan penyembuhan, terutama bagi atlet profesional, sangat penting. Secara estetika luka sayatan bedah konvensional kurang indah dipandang. Salah satu teknik dalam bedah invasif minimum adalah artroskopi. Bedah dilakukan melalui tiga lubang kecil. Satu lubang menjadi tempat memasukkan kamera fiber

optik mini yang tersambung dengan monitor sehingga dokter bisa melihat kondisi persendian. Dua lubang lain berfungsi sebagai jalan masuk peralatan bedah. Menurut Adji, ligamen yang robek tidak bisa dijahit. Ligamen akan diganti dengan jaringan dari bagian tubuh lain yang kekuatannya sama atau lebih tinggi. Rekonstruksi cedera ACL bisa menggunakan otot lutut (tendon patella). Namun, luka operasi untuk melakukan tetap besar dan berisiko fraktur lutut. Selain itu, pascaoperasi tindakan itu kemungkinan menimbulkan nyeri pada saat bersujud. Selain otot lutut, otot yang biasa dijadikan pengganti ACL yang cedera adalah semi T dan gracilis yang berada pada paha (hamstring). Otot diambil kemudian dipilin dan dimasukkan ke rongga lutut di lokasi ACL. Kekuatan otot hamstring yang diambil untuk rekonstruksi ACL mungkin sedikit berkurang. Secara umum otot lain di sekitarnya akan menutupi kelemahan otot yang hilang. Setelah operasi invasif minimum, pasien dapat pulih kembali setelah 6-9 bulan. Bedah invasif minimum juga diterapkan untuk menangani cedera pada bahu, pergelangan kaki, siku, dan tulang belakang. Sayangnya, biaya operasi cedera ACL masih tinggi. Komponen yang dipakai selama operasi digolongkan dalam barang mewah berpajak tinggi. Ini menjadi hambatan pengembangan bedah invasif minimum. Benang jepit untuk menempelkan ACL saja harganya Rp 15 juta-Rp 20 juta, ujar Adji. Di Singapura dan Malaysia, pemerintah menyubsidi komponen untuk operasi sehingga biaya operasi relatif terjangkau.

Anda mungkin juga menyukai