Anda di halaman 1dari 4

Efek Konsumsi Red Wine terhadap Jantung Mortalitas dan morbiditas terhadap penyakit kardiovaskular masih tinggi.

Cedera reperfusi iskemia miokardium hingga terjadinya infark miokard merupakan salah satu dari penyea tersering dari kematian. Aterosklerosis dan adanya oksigen reaktif melalui stress oksidatif merupakan risiko mayor dalam penyakit kardiovaskular. Konsumsi alkohol sedang yang didefinisikan sebagai minum satu hingga dua minuman per hari, telah dikemukakan dapat meningkatkan tingkat kelangsungan hidup secara keseluruhan pada berbagai kelompok populasi yang berbeda. Telah diidentifikasi bahwa konsumsi alkohol sedang yaitu red wine membantu dalam mencegah penyakit kardiovaskular melalui beberapa mekanisme.1,2 Bila data dari 51 studi epidemiologi digabungkan, ditemukan bahwa risiko penyakit jantung koroner menurun sekitar 20% pada saat 0 sampai 2 minuman beralkohol dikonsumsi per hari. Pada orang dewasa yang sehat, pasien dengan riwayat serangan jantung, dan pasien dengan diabetes juga tampak manfaatnya. Hasil dari Studi Health Profesional Follow-Up, sebuah studi di mana 38.077 pria berprofesi di bidang kesehatan yang bebas dari penyakit kardiovaskular diamati selama 12 tahun, meminum alkohol 1 sampai 2 minuman per hari, 3 sampai 4 hari per minggu ternyata menurunkan risiko terkena serangan jantung sebanyak 32%. Pembentukan bekuan darah yang bisa menyumbat di arteri yang memasok bagian otak dapat menyebabkan stroke. Konsumsi alkohol ringan sampai sedang berkaitan dengan kurang lebih 20% pengurangan risiko stroke iskemik dan bahkan mungkin bermanfaat dalam mencegah stroke berikutnya.1 Asupan alkohol dari semua jenis minuman alkohol tampak bermanfaat, tetapi beberapa studi menunjukkan bahwa red wine memberikan manfaat kesehatan tambahan . Meminum red wine secara teratur telah diusulkan sebagai penjelasan untuk "French paradox", di mana insiden aterosklerosis coroner di Perancis relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara Barat lainnya, meskipun asupan makanan Perancis tinggi lemak jenuh. Dukungan untuk efek kardioprotektif anggur merah yang lebih jelas lagi dibandingkan dengan minuman beralkohol lain pertama muncul dari penelitian di Kopenhagen, di mana 13.285 laki-laki dan perempuan diamati selama 12 tahun. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pasien yang minum red wine memiliki setengah risiko kematian akibat jantung coroner atau stroke dibanding mereka yang tidak pernah minum anggur. Mereka yang minum bir tidak mengalami keuntungan ini.

Manfaat tambahan anggur merah didukung lebih lanjut oleh analisis dari 13 penelitian yang melibatkan 209.418 peserta. Analisis ini menunjukkan pengurangan risiko 32% penyakit aterosklerotik dengan asupan red wine, yang mana lebih besar dari konsumsi bir yaitu 22%.1 Komposisi kimia red wine berkontribusi terhadap manfaat wine tersebut. Serangkaian penelitian ilmiah menunjukkan bahwa senyawa polifenol dalam red wine, seperti flavonoid dan resveratrol, dan quercetin, mungkin memainkan peran aktif dalam mendukung efek kardioprotektif dalam membatasi mulai dan berkembangnya aterosklerosis. Alkohol dan senyawa polifenol yang ditemukan dalam red wine tampaknya bermanfaat dalam

mempertahankan pembuluh darah yang sehat (pembuluh darah) dengan menginisiasi pembentukan nitrat (NO), kunci bahan kimia yang memainkan peranan penting dalam regulasi tonus pembuluh darah. NO berperan dalam melindungi cedera vaskular, menghambat adhesi sel inflamasi ke dinding pembuluh darah, dan membatasi aktivasi trombosit, partikel-partikel sel yang bertanggung jawab untuk pembekuan darah. Salah satu perubahan yang paling penting disebabkan oleh konsumsi alkohol secara teratur adalah peningkatan kadar kolesterol highdensity lipoprotein (HDL), atau kolesterol baik. Satu hingga dua minuman per hari dari setiap jenis alkohol telah terbukti meningkatkan kolesterol HDL sekitar 12 %. Tambahan kolesterol HDL ini dapat berfungsi untuk menghilangkan sebagian kolesterol jahat, kolesterol low-density lipoprotein (LDL) dari sirkulasi dan mengurangi jumlah bahan yang tersedia untuk pembentukan plak lemak. Pembentukan plak juga dapat terhambat oleh zat fenolik dalam red wine yang memiliki sifat antioksidan.1,2 Pada suatu penelitian dilaporkan bahwa red wine menunjang metabolisme yang berbeda dalam respon endotelial pada tiap individu dengan hiperkolesterolemia atau hipertensi arterial. Penelitian lain menyebutkan bahwa masukan polifenol dari red wine mencegah disfungsi endotel dan angiotensin II menginduksi terjadinya hipertensi. Resveratrol (polifenol red wine) memperkuat relaksasi endotel pada tikus yang hipertensi dan memiliki efek protektif melalui peningkatan bioavabilitas nitrat (NO). Terjadi penurunan tekanan darah dan perbaikan fungsi endotel yang berperan mengurangi stres oksidatif vaskular. Inflamasi sebagai peran vital dalam pathogenesis aterosklerosis, diketahui sebagai faktor risiko penyakit kardiovaskular. Level fibrinogen yang tinggi dan C-Reactive Protein (CRP) merupakan penanda inflamasi yang berkaitan dengan risiko penyakit kardiovaskuler. Melalui studi penelitian randomized controlled,

dilaporkan bahwa konsumsi red wine menurunkan level fibrinogen tapi tidak memiliki efek terhadap CRP.2 Meskipun terdapat data yang cukup besar dari penelitian epidemiologi dan saran yang kuat dari penelitian eksperimental mengenai manfaat konsumsi red wine sebagai upaya menurunkan risiko penyakit kardiovaskular, bukti yang ada masih tidak cukup kuat untuk mendorong pasien yang tidak minum untuk memulai mengkonsumsi red wine sebagai bagian dari strategi untuk melindungi tubuhnya terhadap aterosklerosis. Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol telah terbukti berulang kali berkontribusi terhadap gangguan kardiovaskular seperti kardiomiopati alkoholik (yang terjadi ketika otot jantung menjadi terlalu lemah untuk memompa darah secara efektif), tekanan darah tinggi, dan gangguan listrik jantung. Terlalu banyak

mengkonsumsi alkohol dapat menyebabkan sirosis hati, kanker, pankreatitis, gangguan neurologis, kecelakaan kendaraan bermotor, dan kecanduan. Individu dengan pribadi atau riwayat penyalahgunaan alkohol dalam keluarga atau penyakit hati harus menghindari minum alkohol.1 Banyak masyarakat medis melihat penggunaan etanol ringan berpotensi menguntungkan bagi sistem kardiovaskular, meskipun tidak ada rekomendasi formal untuk konsumsi alkohol ringan yang telah dibuat. American Heart Association merekomendasikan bahwa penggunaan alkohol menjadi salah satu item dari diskusi antara dokter dan pasien. Peminum berat harus tetap mengurangi bahkan menghentikan konsumsi, serta pecandu alkohol harus mencari bantuan dalam mengatasi kecanduan mereka. Tidak ada pembenaran untuk untuk memulai mengkonsumsi red wine sebagai tindakan pencegahan, mengingat bahwa ada beberapa terapi lainnya yang dapat mengurangi risiko penyakit jantung, seperti olahraga, penghentian merokok, kontrol tekanan darah, dan menurunkan kolesterol, yang tidak memiliki efek yang tidak diinginkan dari konsumsi wine tersebut. Bagi pasien peminum alkohol sedang, penghentian tidak harus dipaksakan, namun peningkatan konsumsi alkohol untuk tujuan proteksi jantung juga tidak dibenarkan. Oleh karena itu, individu tersebut harus mencari dokter untuk mendapatkan saran tentang konsumsi alkohol, dengan atau tanpa manifestasi klinis aterosklerosis. Potensi risiko dan manfaat dari alkohol harus dinilai dengan dasar kasus per kasus. Dengan demikian, pasien tidak disarankan untuk meminum red wine untuk kesehatan mereka.1,2

DAFTAR PUSTAKA 1. Paul E. Szmitko and Subodh Verma. Red Wine and Your Heart. Circulation. American Heart Association. 2005;111:e10-e11. 2. Mohammed Saleem and Darbar Basha. Red Wine : A Drink to Your Heart. J Cardiovasc Dis Res. 2010 Oct-Des; 1(4): 171-176.

Anda mungkin juga menyukai