Anda di halaman 1dari 3

1.

Selaput mukosa Meskipun sedikit penelitian yang dilakukan mengenai factor-faktor yang mempertahankan keutuhan mukosa mulut, namun demikian terdapat suatu penemuan yang konsisten berupa kurangnya penetrasi jasad renik pada selaput mukosa yang utuh. Keratin merupakan salah satu pertahanan yang diperhitttungkan, tetapi bibir, pipi, dasar mulut dan langit-langit lunak ternyata tidak dilapisi keratin. Pada lapisan granular, selaput yang membungkus granula dilepaskan kedalam rongga interseluler dan hal ini dikaitkan dengan pembentukan suatu penangkal terhadap pemindahan zat-zat seperti jasad renik dan antigen, melalui epitel, kemungkinan antibody (makrofag dan limfosit) dapat menurunkan penetrasi melalui mukosa dengan membentuk komplek imun bersama antigen yang bersangkutan. Selaput basal epitel merupakan penangkal yang lain terhadap jasad renik dan bahan-bahan yang berbahaya lain. Pada lamina propia yang berbatasan dengan selaput basal terhadap beberapa sel limfoid yang akan menghadapi bahan-bahan lain yang dapat melewati keempat penangkal tersebut. Lapisan epitel mukosa (secara khusus dalam intestinal) terdiri dari sel-sel epitel yang termodifikasi yang dikenal dengan follicle associated epithelial cell ( FAE). Sel tersebut mampu mentransport makromolekul dari lumen dalam jaringan dibawahnya. Dalam nodul seperti peyers patches merupakan modifikasi lain epitel yang disebut dengan M cell, juga banyak ditemukan. Beberapa mikroorganisme mengikat M cell dan kemudian mengendositosis dan transitosis. FAE dan M cell sangat penting dalam menentukan efektifitas respon imun mukosa. Lebih-lebih sel epitel mukosa mampu untuk mempresentasikan antigen melalui CD8 T cell dan juga sel tersebut berfungsi sebagai antigen presenting cell (APC). 2. Jaringan limfoid mulut Rongga mulut berhubungan dengan kelenjar getah bening ekstra oral dan agregasi limfoid intra oral, kelenjar getah bening ekstra oral terlibat dalam drainase mukosa mulut, gingival dan gigi, namun demikian dikenal 4 kesatuan anatomic dan fungsional jaringan limfoid intra oral yaitu : a. Tonsil (palatum dan lingual), merupakan satu-satunya masa limfoid intra oral dengan struktur klasik folikel limfoid, terdiri dari sel B dan sel T perifolikuler. Antigen hanya dapat berpenetrasi langsung melalui epitel yang menyelubungi karena tidak ada limfatik aferen. Sel limfoid dari tonsil mungkin terlepas ke dalam mulut, tetapi tidak terdapat bukti mengenai fungsi sel-sel ini dalam penyakit mulut. b. Sel plasma dan limfosit dari kelenjar saliva ditemukan enam kelenjar saliva mayor dan sejumlah kelenjar minor tersebar dibawah mukosa mulut. Kelenjar tersebut menghasilkan IgA yang langsung disekresikan pada permukaan gigi, gusi dan mulut. c. Kumpulan sel plasma, limfosit, makrofag danneutrofil dalam gingival mempunyai arti penting pada tahap kekebalan terhadap plak gigi. d. Sel-sel limfoid submukosa yang tersebar dan mungkin bertindak sebagai pengawas yang mungkin terangsang untuk berproliferasi apabila garis pertahanan primer pada mukosa gagal, kemungkinan fungsional jaringan limfoid intra oral belum jelas batasnya. Meskipun demikian adanya kenyataan bahwa pola pemisahan anatomik sudah berkembang dengan tonsil yang mengawasi jalan masuk menuju saluran pencernaan dan pernafasan serta

agregasi limfoid gingival bertangung jawab atas akumulasi plak bacterial gigi. Jaringan limfoid saliva, dilibatkan dalam sintesis IgA sekretori dan perlindungan terhadap infeksi di dalam kelenjar saliva. IgA sekretori dalam saliva mungkin melindungi mukosa mulut dan permukaan gigi dari kolonisasi bakteri yang tidak terkontrol. 3. Cairan sulcus gingival Komponen darah humoral dan seluler dapat mencapai permukaan gigi dan epitel dalam rongga mulut melalui aliran, cairan menembus epitel perlekatan gingival. Struktur dan fungsi epitel perlekatan adalah dalam pengertian hubungan biologi antara komponen vascular dan struktur periodontal. Epitel perlekatan membentuk perlekatan organis pada gigi dan berdampingan dengan epitel sulkus yang berlanjut ketepi gingival. Epitel perlekatan berbeda dengan epitel lainnya terdiri dari dua lamina dasar, satu melekat pada jaringan ikat dan lainnya pada gigi. Epitel hanya mempunyai sedikit jalur yang bercabang dan mempunyai ruang interseluler yang lebih lebar. 4. Imunitas sistemik dan local pada gigi Terdapat gambaran nyata dari permukaan gigi yang dipengaruhi oleh mekanisme sistemik dan salivary local. Pembagian antara 2 mekanisme imun tersebut berada dekat tepi gingival dan munkin hanya pada sisi tubuh tempat interfase ditemukan diantara mekanisme imun sistemik dan sekresi. Perbedaan antara daerah saliva dan gingival menunjukan bahwa daerah saliva sangat tergantung pada fungsi IgA daerah gingival yang dikontrol hampir semua komponen imun yang ada dalam darah. Daerah gingival dipengaruhi oleh mekanisme imun yang positif konstan dan berbeda dari daerah saliva. Tentu saja pulpa gigi diisi komponen imun dari sirkulasi darah dan walaupun factor humoral akan mempengaruhi dentin, tetapi mereka positif mencapai permukaan gigi. Lokasi dua daerah menunjukan daerah gingival akan berpengaruh baik pada penyakit periodontal maupun pada karies aproksimal dan servikal, sedang daerah saliva berperan pada karies fisur dan pada perlindungan permukaan gigi bukolingual. Lokasi tempat masuknya kuman : a. Gusi disekitar perlekatan gigi, bagian yang dekat dengan gigi sukar dibersihkan, karenanya dapat menumpuk kotoran yang juga ada kemungkinan terdapatnya mikroorganisme b. Tonsil,faal tonsil sebetulnya belum diketahui secara keseluruhan ada yang mengatakan bahwa salah satu diantaranya ialah menghalangi bakteri pathogen, akan tetapi tonsil sendiri meradang dimana terjadinya radang tersebut karena bentuk tonsil sendiri memungkinkan menyangkutnya bakteri. Tonsil terdiri dari jaringan limfe yang di dalamnya terdapat jaringan limfoid. Permukaan jaringan tonsil dilapisi oleh sel epitel gepeng dan epitel silindris yang merupakan susunan berlekuk-lekuk atau berlipat. Sudah barang tentu tempat berlipat-lipat merupakan tempat yang baik untuk timbulnya infeksi. Dan setiap saat terjadi pertarungan dengan sel-sel darah putih yang berusaha menghancurkan bakteri untuk berkembangbiak. Bila usaha sel darah putih positif berhasil akan timbul radang yang lazimnya disebut tonsillitis c. Saluran kelenjar lain, saluran keluar dari kelenjar air liur dapat merupakan tempat terjadinya infeksi. Apabila pembentukan air liur berjalan dengan baik maka tempat ini dengan sendirinya dibersihkan yakni dengan adanya pengaliran air liur. Akan tetapi pada suatu

waktu kelenjar ini dapat mogok dan tidak dapat menghasilkan air liur, sedang lubang saluran tersebut dapat menjadi sarang kuman dan akan timbul radang. Peradangan tersebut timbul atau meluas pada kelenjar itu sendiri. Radang yang bisa terjadi misalnya parotitis. Pembentukan kelenjar liur yang kurang, biasanya terjadi akibat operasi atau kekurangan cairan misalnya bakteri. 5. Imunologi karies gigi Karies gigi merupakan penyakit yang sering terjadi. Mencapai tingkat epidemic sejak konsumsi diet yang banyak mengandung gula. Prevalensi karies di Negara berkembang bervariasi tapi dapat mencapai 90%. Karies meningkat pada Negara berkembang, dengan peningkatan konsumsi gula. Perkembangan karies dipengaruhi : a. Keberadaan bakteri karies yang memproduksi asam dibawah pH kritis untuk menghancurkan enamel b. Gula dalam diet yang mempengaruhi kolonisasi bakteri dan dapat dimetabolisme oleh bakteri menjadi bentuk asam.

Anda mungkin juga menyukai