Anda di halaman 1dari 6

Pendidikan dan Kebudayaan di Indonesia Menghadapi Era Modernisasi

Yosi Tarwadi

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI (UNJANI) CIMAHI 2013

Abstrak Ciri dari teori modernisasi yaitu dengan munculnya istilah-istilah seperti modern, pembangunan, pertumbuhan ekonomi, diferensi institusional, dan pembangunan bangsa. Konsekuensi atau dampak negatif dari modernisasi yaitu rusaknya budaya lokal yang terkontaminasi oleh budaya barat. Konsistensi dan integritas pendidikan berbasis budaya Indonesia perlu untuk diperkuat dan dilakukan secara merata serta keterbukaan terhadap kebudayaan lain juga perlu dilakukan. Hal - hal tersebut merupakan kunci dari keberhasilan modernisasi berbudaya lokal Kata kunci : Modernisasi, Kebudayaan, Pendidikan. Pendahuluan Globalisasi ditandai dengan Triple T yaitu Transportation, dan Tourism. Dampak dari globalisasi adalah modernisasi yang ditandai dengan pembangunan diberbagai aspek yang mengacu kepada negara-negara maju khususnya daerah barat. Modernisasi merubah pola pikir budaya dan menimbulkan kemajuan teknologi, telekomunikasi, dan transportasi. Terdapat konsekuensi berupa dampak negatif yang ditimbulkan oleh modernisasi, diantaranya pola hidup konsumtif, sikap individualistik, gaya hidup kebarat-baratan dan kesenjangan sosial. Pola hidup konsumtif. Melimpahnya penyediaan barang kebutuhan masyarakat yang disebabkan oleh perkembangan industri yang pesat, menyebabkan masyarakat menjadi mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyaknya pilihan yang tersedia. Sikap individualistik. Kemudahan yang ditawarkan dari kemajuan teknologi menurunkan nilai sosialisasi masyarakat, karena menganggap tidak lagi membutuhkan orang lain dalam aktivitasnya. Gaya hidup kebarat-baratan. Banyaknya perbedaan gaya hidup orang barat dengan orang timur sudah sangat jelas dan kompleks, sehingga akan terdapat banyak ketidak baikan dan ketidak cocokan apabila gaya hidup barat diterapkan di Indonesia. Kesenjangan sosial. Apabila individu-individu dalam sebuah kelompok yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi hanya minoritas saja, sementara mayoritas individu tidak dapat mengikutinya maka akan terjadi kesenjangan sosial. Hal ini akan memperdalam jurang pemisah antar individu. Dampak negatif dari modernisasi tersebut bertolak belakang dengan nilai budaya Indonesia. Wakhinuddin (2003) mengemukakan bahwa secara tidak sadar ternyata

liberalisme, kapitalisme, materialisme, dan positivisme telah mencabut jati diri kita dari cara berfikir bangsa. Perubahan budaya lokal tersebut, mengindikasi rendahnya efektivitas dari sistem pendidikan yang diterapkan. Hunt (1975) mengemukakan : Study hits base social and culture from education aims to supply teacher with erudition that deepen about society and where they alive and to help student teacher to detect that explanation hits society and culture of vital importance mean to realize about education problem. Pendapat tersebut diperkuat oleh pendapat Sunario (1999:82) Kemajuan teknologi dan proses industrialisasi di Indonesia kurang cepat disusul oleh sikap dan konsep pengembangan SDM Berdasarkan beberapa permasalahan diatas, perlu adanya solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Oleh karena itu, penulis mengangkat judul Pendidikan dan Kebudayaan di Indonesia Menghadapi Era Modernisasi. Pembahasan A. Pendidikan Sarana utama dalam upaya mensukseskan pembangunan bangsa adalah dengan pendidikan, karena diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia berkualitas yang dibutuhkan dalam pembangunan dan peningkatkan taraf hidup suatu bangsa agar tidak menjadi bangsa yang terbelakang dan tertinggal dari bangsa lain. Penerapan pendidikan saat ini lebih berfokus pada pendidikan intelektual semata. Tilaar (2004) mengemukakan Pendidikan saat ini telah direduksikan sebagai pembentukan intelektual semata, sehingga menyebabkan terjadinya kedangkalan budaya dan hilangnya identitas lokal dan nasional. Hal tersebut menyebabkan rendahnya nilai sosial dan budaya yang diterima oleh murid. Seharusnya terdapat keseimbangan antara pendidikan intelektual dan pendidikan sosial budaya. Sebagaimana menurut Dewey (2001:6) mengemukakan : Education, in its broadest sense, is the means of this social continuity of life. Every one of the constituent elements of a social group, in a modern city as in a savage tribe, is born immature, helpless, with out language, beliefs, ideas, or social standards. Each individual, each unit who is the carrier of the life experience of his group, in time passes away. Yet the life of the group goes on. B. Kebudayaan Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi (1980) kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Mengacu kepada definisi tersebut, pelestarian budaya

suatu bangsa perlu dilakukan sebagai bentuk kecintaan dan penghargaan terhadap orang terdahulu yang menciptakan budaya tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk pelestarian budaya yaitu melalui pendidikan. Tirtarahardja dan Sulo, (2005:33) mengemukakan Pendidikan sebagai proses transformasi budaya merupakan kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Selanjutnya Tirtarahardja dan Sulo, (2005) memperkuatnya dengan mengemukakan bahwa Kebudayaan dan pendidikan memiliki hubungan timbal balik sebab kebudayaan dapat dilestarikan dan dikembangkan dengan jalan mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik secara formal, nonformal, dan informal. Sebaliknya bentuk, ciri-ciri, dan pelaksanaan pendidikan ikut ditentukan oleh kebudayaan masyarakat di mana proses pendidikan itu berlangsung. C. Modernisasi Modernisasi merupakan upaya terencana untuk merubah keadaan sosial menjadi lebih terarah. Menurut Soerjono Soekanto, (1990) Modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan social planning. Masyarakat yang modern adalah masyarakat yang memiliki pemikiran yang terbuka, ilmiah, realistis, dan kritis. Alex Inkeles dan David Smith (1974) mengemukakan ciri-ciri individu modern yaitu, Memiliki alam pikiran (state of mind) yang terbuka terhadap pengalaman baru, memiliki kesanggupan membentuk dan menghargai opini, berorientasi ke depan, melakukan perencanaan, percaya terhadap ilmu pengetahuan, memiliki keyakinan bahwa segala sesuatu dapat diperhitungkan, menghargai orang lain karena prestasinya, memiliki perhatian terhadap persoalan politik masyarakat, mengejar fakta dan informasi. D. Pendidikan Berbudaya di Era Modernisasi Konsistensi dan integritas pendidikan berbasis budaya Indonesia seperti ramah-tamah, gotong royong dan sopan - santun perlu untuk diperkuat dan dilakukan secara merata oleh pemerintah dan instansi-instansi terkait. Memperkuat kebudayaan dan sejarahnya serta merasa bangga ketika melekatkan dalam setiap gerak kehidupannya dan mengidentifikasi akan kelemahan-kelemahannya. Kemudian adanya keterbukaan antara identitas diri dengan kebudayaan-kebudayaan lain seperti kebudayaan teknologi modern, harus dapat dipelajari. Pentingnya hal - hal tersebut karena dapat menjadi tameng dari dampak negatif modernisasi, tetapi tidak menolak dampak positif modernisasi seperti perubahan tata nilai dan sikap,

berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tingkat kehidupan yang lebih baik. Dengan menjadikan budaya Indonesia sebagai dasar atau pedoman hidup, dapat menjadikan seseorang selectif terhadap budaya asing. Menurut Sutrisno (1998), Dari pengaruh lingkungan, eksistensi budaya mereka sendiri tidak akan hilang asal diketahui bagaimana dan kapan memperlakukan kedua jenis budaya tersebut dengan sebaik-baiknya dan seadil mungkin. Dampak positif dari modernisasi dapat memotivasi suatu kelompok masyarakat menjadi kelompok yang kompetitif. Sesuai dengan Teori Pattern bahwa Masyarakat modern adalah masyarakat yang menganut orientasi nilai yang mengutamakan penilaian berdasarkan achivement atau keberhasilan atau prestasi bukan status. Penutup Perkembangan jaman menuju kearah lebih maju tidak boleh di hindari dengan alasan takut akan mengkontaminasi budaya Indonesia. Jepang merupakan model negara maju yang tidak kehilangan budayanya. Keyakinan dan kesadaran akan diri sendiri yang kuat disertai keterbukaan merupakan sikap yang memungkinkan Indonesia menjadi bangsa yang modern tanpa kehilangan jiwanya sendiri. Daftar Pustaka Dewey, J. 2001. Democracy and Education. Pennsylvania: Pennsylvania State University. Hunt, M. P. 1975. Foundations of Education Social and Cultural Perspectives. New York : Hold Rinchars and Winston. Inkeles Alex and David Smith (1974), Becoming Modern, Individual Change in Sir Development Countries. Massachusett : Harvard University Press Cambridge. Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawaliu Press. Soemardjan, Selo dan Soelaeman Soemardi. 1980. Setangkai Bunga Sosiologi, Jakarta: UI Press. Sunario ASS. 1999. Masyarakat Indonesia Memasuki Abad ke Dua Puluh Satu. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sutrisno S. 1998. Eksistensi budaya daerah dalam era globalisasi. Dalam: Jurnal Penelitian. Malang: Lembaga Penelitian Universitas Merdeka Malang. Tilaar, A. R. 2004. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta. Tirtarahardja, U., dan Sulo, S. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka

Cipta. Wakhinuddin S. 2003. Pembentukan peradaban bangsa melalui pengajaran multietnik dalam era reformasi. Dalam: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 041.

Anda mungkin juga menyukai