Beberapa Pemikiran
Luddisme
“Luddisme” berdasarkan makna mutakhirnya ---“rasa takut akan teknologi dan
disesalkan untuk sebuah ide besar. Tapi, gambaran sejarah dari penganut
Luddisme ini menawarkan sebuah kisah yang lebih kompleks dan menarik; dan
sementara hari mereka di bawah sinar matahari ini sangat singkat (1811-1816),
berkembang.
English Dictionary memberi acuan sebagai “orang gila yang hidup sekitar tahun
1779”. Tak seorang pun yang benar-benar tahu persis apa yang ingin dilakukan
(perpetrate)1 oleh Ludd, tapi ada satu kisah yang menyatakan bahwa dia
menghancurkan sebuah mesin perajut kaos kaki di sebuah pabrik tempat dia
dikatakan, Ludd menjadi pahlawan penduduk desa itu, dan gelar “Raja Ludd”
industri.
Tidak seperti Ludd, pengikut Ludd (Luddites) di awal abad sembilan belas
adalah bukan para pekerja pabrik, atau setidaknya tidak memulai dengan cara
1
Perpetrate = melakukan perbuatan yang negatif dan buruk (misalnya: kejahatan, penipuan). Penerjemah.
itu. Mereka kebanyakan adalah para perajin (craftsmen) desa yang mempunyai
komunitas dengan ikatan famili yang kuat, sebuah ikrar kesetiaan pada industri
Tapi, berbagai hal berubah dengan cepat. Terluka oleh Revolusi Amerika
dan Perang Napoleon, ekonomi Inggris sedang terpuruk. Pada waktu yang
tradisional harus takluk dibawah disiplin ketat di tempat kerja. Bagi para perajin
yang mempunyai ketrampilan tinggi, ini berarti kehancuran bisnis kecil mereka
Revolusi Amerika adalah sejarah yang baru saja lewat, dan ia terbukti
memberi inspirasi kepada penduduk Yorkshire, yang telah diabaikan oleh para
politisi mereka. Dalam suatu cara yang terorganisir sangat rapi dan sistematis,
hancur berkeping-keping. Ini lebih mirip Pesta Teh Boston dengan palu-palu.
pada para pemenang, dan orang-orang yang kalah harus membayar sangat
mahal. Banyak diantara mereka yang ditembak atau digantung, dan sekarang
istilah Luddite hampir digunakan secara bergantian dengan istilah luny (keadaan
gila atau sangat bodoh). Amuk massa dari para perajin Yorkshire, yang dapat
dimengerti, yang melawan kaum kapitalis (bukan melawan mesin) dewasa ini
prinsipil. Tentu saja, sekarang ini hanya sedikit yang meyakini bahwa gerak maju
teknologi ini dapat dihentikan, tapi, di suatu masa dimana hasil bukanlah suatu
kesimpulan yang bersifat pasti. Dan masih ada negara-negara, seperti India,
dimana sebuah tradisi dari perajin desa masih dapat bertahan dan demikian pula
halnya menghadapi ancaman dan bahaya dari kemajuan zaman. Luddisme sejati
masih hidup di tempat-tempat yang demikian ini, tapi sejarah tidak begitu
memberi harapan.
Apakah perut anda mengeluhkan pizza pepperoni? Apakah uang membakar dan
tersenyum pada romansa terakhir anda? Jika demikian halnya, anda divonis
bersalah telah menerapkan “gagasan salah yang menyedihkan” ini, tapi jangan
Apapun yang terjadi, yang menyedihkan (pathetic) ini tidak berarti apa
yang anda pikirkan sebagai telah ia lakukan. Kritikus era Victoria, John Ruskin
dari pathos, bahasa Yunani untuk “emosi”. Yang dia maksudkan dengan
kesalahan adalah jenis kesalahan yang dibuat terutama oleh tipe-tipe yang
niat, dan sifat-sifat manusia lain terhadap obyek-obyek yang tidak dapat kita
miliki. Singkatnya, kesalahan yang menyedihkan ini adalah suatu spesies dari
antropo-morfisme.
memikirkan perut dapat mengeluh, atau bahwa laut dapat menjadi marah, atau
bahwa kursi yang dimaksudkan untuk membuat jari kita memar. Tapi, kadang-
melihat berbagai hal dengan cara itu. Dalam jerat rasa senang atau amarah,
persepsi kita menjadi berwarna-warni, dan imajinasi kita menaklukkan rasio kita.
Semua ini tidak harus sesuatu yang buruk. Dalam kenyataan, bagi para
penyair dan pelukis, ini adalah bahan bagi jualan mereka. Dengan
gulung---/ Buih yang ganas, yang bergerak perlahan.” Tentu saja, catat Ruskin,
“buih tidak ganas, tidak juga ia bergerak perlahan.” Dalam kasus lain, Oliver
Wendell Holmes menulis dengan penuh khayal tentang: “[Bunga] Crocus yang
emasnya.” Ini, jelas Ruskin tanpa mengeluarkan air mata, “adalah sangat indah,
namun sangat tidak benar. Bunga Crocus bukanlah pemboros, tapi tanaman
yang punya daya tahan bagus terhadap cuaca dingin; warna kuningnya bukan
kuning emas, tapi kuning kunir (kunyit).” Klaim-klaim dari para penyair ini,
dengan demikian, adalah kesalahan, tapi, untuk alasan yang sama inilah kita
untuk membuat puisi yang bagus. Tidak juga keduanya diperlukan karena, jelas
“tidak benar” dalam dirinya sendiri yang menyenangkan kita; lebih tepatnya,
Jika seorang penyair berniat untuk melakukan kesalahan, dia harus memastikan
matahari.
Singkatnya, pengaruh-pengaruh dari perasaan harus serasi dengan
kekuatan dan karakter dari perasaan. Diantara para penyair yang terbesar,
diasosiasikan dengan sebuah pohon primrose (pohon yang berbunga kecil dan
ini masih tetap sebuah primrose. Demikian pula, tidak ada kesalahan yang
dilakukan oleh mereka yang sedikit merasa atau sama sekali tidak merasakan
adanya mereka. Kesalahan muncul baik ketika seorang penyair yang memiliki
berbagai talenta tapi mempunyai intelek yang hebat, penyair seperti ini
dikalahkan oleh emosi (Penyair aliran Romantik menjadi salah satu hasilnya)
atau ketika seorang penyair yang kuat, dan kecerdasan pikiran, ditundukkan oleh
sebuah pengalaman intens yang tidak biasa, dengan melihat sejenak pada
otentik, dan tuntutan puitis---dari jenis yang derivatif dan sangat dielaborasi, yang
ditulis oleh penulisnya setelah acara bubar---adalah cukup buruk dan tak dapat
dimaafkan. Hingga pada tingkat dimana kesalahan yang menyedihkan ini bersifat
bahwa ia benar secara emosi, ini adalah menyedihkan. Jadi, simpul Ruskin,
“kesalahan yang menyedihkan adalah powerful hanya sejauh ia bersifat
persepsi batin menuju luar,” tulis Freud, “adalah suatu mekanisme primitif yang,
dalam membentuk dunia kita.” Dan juga, menurut J.A.C Brown, “kapan saja
aspek internal dan subyektif dikaburkan dengan aspek eksternal dan obyektif,
kita boleh jadi berbicara tentang proyeksi.” Bukan hanya dilakukan oleh para
lalu---gedung-gedung yang diilhami oleh Yunani, Roma, era Gothic dan Baroque,
Amerika modern.
bisnis yang historis, sangat artifisial (dibuat oleh manusia daripada berlangsung
secara alami), fokus pada tradisi dan terbiasa dengan pemberian ornamen-
ornamen yang netral. Penekanan terletak pada penemuan sang arsitek dan
wawasannya yang luas. Namun, Sullivan, mendesak bahwa para arsitek harus
penentu) paling penting dalam arsitektur alami adalah untuk apa sebuah
ini sebagai “fungsi” bangunan dan pada tahun 1896, mengeluarkan diktum
selalu mengikuti fungsi.” (Bahwa kata “selalu” yang merusak aliterasi2 huruf f,
selalu dibuang).
Sullivan menemukan ungkapan ini dalam sebuah esai tentang apa yang
menyebutnya sebuah “pencakar langit”; yang paling pertama dari bangunan jenis
2
Aliterasi = pemakaian kata-kata yang sama awal katanya, yaitu huruf F (Form Follows Function)
ini adalah the Home Insurance Building di Chicago, yang dibangun tiga belas
tahun sebelum esai Sullivan ditulis). Apa esensi dari bangunan semacam ini?
Tanya Sullivan, Apa fungsinya? Bagi orang yang berada di jalanan, bangunan ini
yang alami yang mengikuti adalah untuk mendesain bangunan ini sehingga
aspek tinggi menjulangnya ditekankan dan tidak terputus. Tapi, cara mayoritas
Jadi, salah satu dari fungsi bangunan ini telah dikhianati oleh bentuknya.
Ada beberapa fungsi lain, dilihat dari perspektif pemanfaatan gedung ketimbang
menyediakan ruang yang terbuka dan yang mengundang para pengunjung dan
[sikap terbuka], ekspansif, [dan] mewah”, “yang didasarkan secara pasti di atas
lantai pertama dan lantai paling atas, secara fungsional, akan menjadi identik:
masing-masing “deretan persis seperti deretan yang lain, sebuah kantor persis
seperti semua kantor-kantor yang lain”. Ini adalah persyaratan praktis tentang
penggunaan ruang secara efisien. Secara alami, jelas Sullivan, berbagai hal
sesuatu yang seperti “esensi natural”: bentuk burung mengekspresikan fakta dan
esensi dari menjadi seekor burung, yang dipertentangkan dengan yang selain
burung; tidak ada burung yang terlihat seperti seekor monyet, tidak ada batu
karang yang terlihat seperti sebuah pohon. (ini adalah sejenis tautologi). Jadi,
sebuah bank harus tidak terlihat seperti sebuah kuil Yunani atau rumah yang
besar dan indah khas Ghotic; jadi, setiap tingkat (lantai) dari sebuah bangunan
yang menyediakan fungsi yang sama, harus mempunyai bentuk yang sama.
langit yang kita lihat, secara praktis, semuanya mengikuti diktum Sullivan. Tapi,
menyalahkan gedung berlantai enam belas yang terdiri dari “enam belas
ditumpuk satu di atas yang lain hingga tumpukan yang paling atas dapat
dijangkau.” Keadaan yang tidak normal semacam ini tidak didesain oleh arsitek-
arsitek yang bodoh atau naif, tapi oleh para arsitek yang “terlatih” yang dikepung
oleh rasa takut akan terlihat tidak canggih atau tidak cerdas dan imajinatif.
Sullivan agak sedikit membesar-besarkan masalah. Dan, dalam
kenyataan, dia tumbuh lebih getir bersama dengan berjalannya waktu, ketika
bisnisnya anjlok, yang dipengaruhi secara negatif oleh agenda sosialnya yang
radikal. Tapi, sementara praktek dia telah berakhir, dia mulai mengubah
contoh terbaik yang masih bertahan adalah Gedung Wainwright yang dia bangun
tapi cukup berpengaruh, terutama ketika dipraktekkan oleh murid Sullivan, Frank
fungsionalitas dan modernitas. Dibawa ke sisi ekstrim dari utilitas yang telanjang,
buruk dan yang mengasingkan, seperti contoh-contoh paling buruk dari “Gaya
Sullivan atau pada ungkapan (frasa)nya yang sangat menarik yang seringkali
disalahpahami “Bentuk selalu mengikuti fungsi.” Dia bukan musah dari nilai-nilai
estetika, atau bahkan dari dekorasi dan ornamen, dimana dia hanya ingin untuk
penggunaan seni kita yang tercinta; ketika hukum yang dikenal, hukum yang
dihormati, adalah bentuk yang selalu mengikuti fungsi,” maka “mungkin dapat
dinyatakan bahwa kita berada di high-road (jalan yang lurus dan nyaman dilalui)
menuju seni yang alami dan memuaskan, suatu arsitektur yang akan segera
menjadi seni berkualitas tinggi berdasarkan pemahaman terbaik dan yang paling
benar dari kata-kata itu, sebuah seni yang akan hidup karena ia akan menjadi
dari masyarakat, untuk masyarakat dan melalui masyarakat.” Tapi tidak, tentu
disana cepat atau lalmbat, tak perduli dengan apa yang dikatakan oleh Zeno
[lihat, hal. ....]. Demikian pula, paradoks Russel [hal. ... ] bisa saja telah
menimbulkan keadaan kacau dengan perangkat teori, tapi akibat yang terjadi
sebuah ungkapan [sangat menarik] favorit dari arsitek Jerman, Ludwig Mies van
der Rohe (1886-1969). Sebenarnya, Mies tidak menemukan ungkapan ini; tidak
juga dia menemukan “Tuhan ada dalam detail-detail,” sebuah slogan lain yang
diatributkan kepadanya. “Kurang adalah lebih” telah muncul dalam puisi hebat
Robert Browning, “Andrea del Sarto” (1855) dan telah menyebar di dunia seni
Jerman dalam beragam bentuk. (Sumber acuan paling langsung dari Mies
adalah gurunya, Peter Behrens). Tapi, adalah Mies yang telah memperkenalkan
dan menjadikan akrab paradoks ini yang menyenangkan berbagai pihak dan,
bagaimana kita memanfaatkan ungkapan ini sekarang: “Yang lebih dari sesuatu
yang baik tidak harus menjadi lebih baik”). Yang diupayakan oleh seorang arsitek
detail yang berlebihan dan yang tak berhubungan dengan struktur bangunan---
tapi lebih tepatnya adalah apa saja yang dirasa cocok dan sesuai dengan
Tujuan ini, di permukaan, mirip dengan tujuan dari Louis Sullivan, yang
fungsi.” Namun, Mies lebih fokus pada rasionalitas dan presisi (akurat, pasti)
daripada metafisika Sullivan. “Fungsi” yang bersifat langsung dari sebuah
bangunan tidak menarik minatnya secara berlebihan; dia, tidak seperti Sullivan,
fungsi. Ini adalah salah satu alasan utama dari tuntutan untuk kesederhanaan:
semakin terbuka dan murni sebuah gedung itu, semakin ia dapat diadaptasikan.
adalah Seagram Building di Park Avenue, New York, yang didesain oleh Mies di
akhir tahun 1950-an bersama dengan Philip Johnson. Sangat biasa dalam
konstruksinya, gedung Seagram ini secara struktur hampir tanpa dekorasi dan
perabot-perabot, sebuah menara kaku yang terbuat dari kaca dan perunggu.
memberi inspirasi kepada bangunan-bangunan imitasi yang inferior dan yang tak
Dengan telah menjadi sebuah klise, observasi dari filosuf Spanyol-Amerika ini,
diucapkan dalam bentuk kalimat “Mereka yang tidak ( do not) ingat masa lalu...,”
ia telah direduksi menjadi wacana tindakan tentang suatu kurikulum yang sesuai
dan layak. “Pelajari sejarahmu, boys and girls, atau di masa mendatang
berlangsung, kamu tidak akan mengingat apa yang telah terjadi pertama kali.”
Bukan karena ini adalah salah; ini hanya karena bukan demikian yang
dimaksudkan oleh Santayana. Dia memilih kata tidak dapat berdasarkan satu
tidak dapat untuk”. Yang demikian ini adalah nasib dari anak kecil dan “kaum
dilupakan. Ini bukan berarti bahwa orang-orang yang demikian ini (seseorang
dapat berargumen dengan istilah “kaum barbar”) memilih untuk menjadi bodoh;
historis.
Dalam kondisi lupa ini, seseorang tidak dapat untuk membuat keputusan-
mengulang-ulang). Setiap hari, kurang lebihnya, adalah hari yang sama, inilah
Poin yang lebih luas dari Santayana adalah bahwa kemajuan menuntut
suatu stabilitas yang pasti dan “daya ingat yang kuat” dalam diri individu-individu
menghadapi kondisi-kondisi yang terus berubah. Yaitu, kita akan meraih yang
lebih baik dan lebih baik lagi dalam menghadapi dunia yang terus-menerus
berubah ini kita kita mempunyai “daya ingat yang kuat” dan sikap “fleksibel”:
dalam pandangannya, adalah produk dari alam secara menyeluruh dan utuh;
dan pikiran tidak lebih dari aktivitas alami (natural) dari otak. Berdasarkan
keadaan ini yang terus-menerus berubah, demikian pula dengan apa yang kita
sangat berbeda dengan para penduduk Eropa abad pertengahan atau dengan
Oleh karena itu, tidak ada sejenis sesuatu yang disebut dengan “hukum
universal”, jika dengan itu kita maksudkan sebagai aturan-aturan (rules) yang
dapat diterapkan di dalam ruang dan waktu. Namun, pada waktu yang sama,
dalam waktu dan tempat khusus (particular) apapun, manusia (laki-laki dan
pemikiran, dan lain-lain. Jika tidak demikian, maka tidak akan ada komunikasi
sama sekali. Dan sifat manusia khusus yang semacam ini mempunyai suatu
“keadaan ideal” yang potensial, dimana ia dapat menjadi segalanya: yang secara
dengan apa yang dipikirkan, dirasa, atau dilakukan oleh banyak orang.
satu dengan yang lain. Ini mungkin bersifat ideal bagi beberapa pihak untuk
ideal untuk menjalankan fungsi pemerintahan. Oleh karena itu, dia bukanlah
evolusi, dan ini karena beberapa spesies adalah lebih superior dibandingkan
yang lain. Dalam diri laki-laki dan perempuan, ketajaman rasio dan ingatan
tentang masa lalu saling bersesuaian untuk melangkah maju dan mengalami
realisasi diri, guna mencapai apa yang diidealkan. Jadi, buatlah diri anda terpaku
E = m v2/2
E= .....
Sumber-sumber
Aristoteles, The Basic Works of Aristotle, editor: Richard McKeon (New York:
Random House, 1941).
Santo Agustinus, On the Two Cities: Selections from ‘The City of God,’
terjemahan Marcus Dods (New York: Frederick Ungar, 1957).
Albert Einstein, Relativity: The Special and General Theory, terjemahan Robert
W. Lawson (New York: Wings Books, 1961).
______, The Ego and the Id (1923), terjemahan Joan Riviere dan James
Strachey (New York: Norton, 1962).
______, General Psychological Theory, editor: Philip Rieff (New York:
Macmillan, 1963).
______, Sexuality and the Psychology of Love, editor Philip Rieff (New York:
Macmillan, 1963).
C.G. Jung, “On the Psychology of the Unconscious”, terjemahan R.F.C. Hull,
dikutip dalam Great Ideas in Psychology, editor: Robert W. Marks (New York:
Bantam, 1966).
Melanie Klein, Love, Guilt and Reparation & Other Works 1921-1945 (New
York: Dell, 1975).
Steven Knapp dan Walter Benn Michaels, “Against Theory”, Critical Inquiry 8
(Summer 1982).
Robert W. Marks, editor, Space, Time, and the New Mathematics (New York:
Bantam, 1964).
Karl Marx, Early Writings, editor: Quintin Hoare (New York: Vintage, 1975).
______, Understanding Media: The Extensions of Man, edisi yang telah direvisi
(New York: McGraw Hill, 1965).
Karl Popper, The Logic of Scientific Discovery, second edition (New York: Harper
& Row, 1968).
Louis Sullivan, The Public Papers, editor: Robert Twombly (Chicago: University
of Chicago Press, 1988).
Philip Wheelwright, editor, The Presocratics (New York: Odyssey Press, 1966).
Norbert Wiener, The Human Use of Human Beings: Cybernetic and Society,
edisi yang telah direvisi (Garden City, N.Y.: Anchor/Doubleday, 1954).
Buku-buku Acuan
Mortimer J. Adler, The Great Ideas: A Lexion of Western Thought (New York:
Macmillan, 1992).
Dictionary of the History of Ideas: Studies of Selected Pivotal Ideas, editor: Philip
P. Wiener, 5 vols. (New York: Scribner`s, 1973).
Timothy Ferris, Coming of Age in the Milky Way (New York: William Morrow,
1988).
James Gleick, Chaos: Making a New Science (New York: Viking, 1987).
Stephen W. Hawking, A Brief History of Time: From the Big Bang to Black Holes
(New York: Bantam, 1988).
Judy Jones and William Wilson, An Incomplete Education (New York: Ballantine,
1987).
Bart Kosko, Fuzzy Thinking: The New Science of Fuzzy Logic (New York:
....kurang...