Anda di halaman 1dari 23

Dari Sini Menuju Ketidakpastian:

Fisika Modern
Relativitas
Relativitas, tidak sama dengan E = mc2. formula simbol Albert Einstein ini

hanyalah sebuah bonus dari teorinya yang lebih luas tentang bagaimana berbagai

sesuatu itu menampak dari sudut-sudut pandang yang berbeda. Tentu saja, jika

ini sesederhana itu, anda tidak akan membaca tentang hal itu, disini.

Einstein (1879-1955) sebenarnya memunculkan dua teori relativitas yang

disebut “spesial” dan “umum”. (Teori relativitas yang umum mencakup yang

spesial sebagai sebuah kasus yang khusus). Kesimpulan-kesimpulan dia yang

paling menarik adalah sebagai berikut:

• Waktu dan ruang itu bukan kuantitas-kuantitas baku (fixed) yang absolut.

Keduanya tampak berbeda bagi banyak orang yang bergerak pada

kecepatan-kecepatan yang berbeda, meskipun jika perbedaan dalam

kecepatan-kecepatan ini kecil, perbedaan ini dalam penampakannya

adalah sangat kecil (infinitesimal. Ini adalah esensi dari teori spesial.

• Jika anda tidak dapat menjelaskan perbedaan antara dua kekuatan atau

peristiwa-peristiwa fisik ini, maka tidak ada perbedaan efektif antara

keduanya. Misalnya, menurut teori relativitas yang umum, tidak ada jalan

untuk menjelaskan perbedaan antara sebuah kekuatan yang

mengakselerasi dan sebuah kekuatan gravitasional. Dengan demikian,

tidak ada perbedaan yang nyata antara akselerasi dengan gravitasi.


Demikianlah, kurang lebih, penjelasannya. Tentu saja, teori-teori ini hadir satu

paket dengan matematika, dimana ini membuat para fisikawan merasa senang,

tapi, pada esensinya, kemasyhuran Einstein bersandar pada wawasan dia tentang

kualitas observasi-observasi dan pengukuran-pengukuran yang subyektif. Saya

akan melampaui bagian-bagian tertentu dari formula ini dan mencoba untuk

mengklarifikasi wawasan ini.

Einstein memulai dengan sebuah ide yang jika ditelusuri akan berujung

pada Newton: gerak (motion) adalah relatif. Lebih tepatnya, hukum-hukum

fisika terlihat sama apakah seseorang itu sedang berdiri atau sedang bergerak

pada kecepatan yang konstan. Katakanlah, anda sedang terbang dalam sebuah

pesawat yang stabil mengudara pada ketinggian 30.000 kaki. Anda sebenarnya

tidak ingin merasakan gerak pesawat kecuali ada sesuatu yang mengganggunya.

Jika anda anda bangkit dari tempat duduk anda untuk mencari sebuah copy dari

(majalah) People, anda akan mengupayakan hal yang sama, dan tampak bergerak

pada jarak yang sama, seolah-olah pesawat itu sedang diparkir di hanggar (gate).

Dalam kenyataan, jika anda tidak tahu secara lebih baik, anda mungkin

dimaafkan atas pemikiran, saat anda melihat ke jendela pesawat, bahwa awaan-

awan dan permukaan tanah-lah yang sedang bergerak, bukan pesawat.

Tentu saja, awan-awan dan permukaan bumi itu sedang bergerak---tapi,

dengan kecepatan yang berbeda dengan kecepatan pesawat itu. Ini memunculkan

sebuah pertanyaan yang menarik: seberapa cepat sebenarnya pesawat itu

bergerak? Marilah kita katakan bahwa, dengan ketinggian yang relatif dari

permukaan tanah, kecepatan pesawat itu adalah 500 mil per jam. Tapi,

permukaan itu sendiri juga sedang bergerak, yang didasarkan pada rotasi bumi,
dengan kecepatan kira-kira 1.000 mil per jam. Bagi seseorang yang sedang

duduk di stasiun ruang angkasa dalam keadaan tidak bergerak dalam

hubungannya dengan matahari, ini akan terlihat bahwa anda sedang menempuh

kecepatan 1500 mil per jam jika pesawat itu terbang ke arah timur, atau, jika ia

terbang ke arah barat, sehingga anda sebenarnya sedang terbang ke arah

belakang pada kecepatan 500 mil per jam (sementara bumi ini berputar ke

belakang dua kali lebih cepat dari kecepatan itu).

Hasil akhir dari semua ini adalah bahwa apa yang terlihat seperti 500 mil

per jam dalam satu kerangka acuan tertentu, akan terlihat seperti 1500 mil

perjam atau hingga 500 mil perjam, atau 0 dari kerangka acuan yang lain. Yaitu,

tidak ada suatu kecepatan yang “absolut”, yang ada hanyalah kecepatan yang

relatif. Namun demikian, relativitas menyatakan bahwa jika anda sedang

menempuh perjalanan pada kecepatan yang konstan, yang dikaitkan dengan

beberapa kerangka acuan lain (kita akan menyebutnya sebagai “sistem” mulai

saat ini hingga seterusnya), hukum-hukum fisika akan terlihat dan bertindak

sama bagi anda sebagaimana ia bertindak dalam kerangka acuan (“sistem”) lain

itu. Dengan berasumsi bahwa waktu menjadi situasi yang tidak nyata dimana

pesawat anda sedang terbang pfada kecepatan yang stabil melalui ruang yang

hampa udara, ini akan semudah men-dribble sebuah bola basket di lorong

sebagaimana juga mudah untuk men-dribble-nya di dalam kamar, meskipun

demikian, dari sudut pandang yang didasarkan pada permukaan tanah, lantai

pesawat itu sedang bergerak dengan kecepatan yang lebih rendah, dibandingkan

dengan kecepatan bola itu, pada 500 mil per jam. Ini adalah relativitas

“Newtonian”.
Teori Relativitas Khusus

Apa yang tidak diketahui oleh Newton, dan apa yang membuat gambar ini

menjadi sangat rumit adalah bahwa tidak peduli pada sistem apa yang

melingkupi anda, dan tidak peduli seberapa cepat yang ditempuh jika dikaitkan

dengan pihak lain, kecepatan cahaya itu adalah pasti dan tetap, jika kita menolak

gravitasi. Sebuah sinar cahaya yang melintasi pesawat anda akan tampak

menempuh perjalanan dengan kecepatan yang persis sama dengan kecepatan

anda, bagi sang pengamat di stasiun ruang angkasa, dan bagi siapa saja yang

sedang mengamati dengan teropong dua lensa dari permukaan bumi. Kecepatan

ini---kira-kira 186.000 mil per detik--- secara konvensi, ditandai dengan c.

Marilah kita membawa diskusi ini turun ke bumi. Anggaplah anda sedang

melakukan perjalanan dengan sebuah kereta yang menempuh kecepatan 80 mil

per jam. Marilah kita juga, demi kepentingan argumen, bahwa kereta itu tembus

pandang (transparan). Jika anda berjalan menuju ke bagian depan kereta itu,

dimana anda terlihat seperti menempuh 3 mil perjam, bagi sang pengamat,

berdasarkan pada jalur rel yang tampak akan anda tempuh dengan kecepatan 83

mil perjam yang dikaitkan dengan permukaan tanah. Setidaknya, itulah yang

dikatakan oleh pemahaman awam dan relativitas Newtonian.

Sekarang, bayangkan bahwa sang pengamat ini menyorotkan lampu blitz

ke arah jalur rel ini secara lurus searah dengan kereta yang sedang berjalan.

Cahaya dari lampu blitz ini melewati kereta ini; pada saat yang sama, ia juga

bergerak secara paralel dengan permukaan tanah. Berdasarkan hukum-hukum


fisika, jika masinis kereta ini mengukur kecepatan dari cahaya ini saat ia

melewati kereta, dia harusnya akan mendekati c. Demikian pula, pengamat kita

yang ada di permukaan tanah, dengan mengukur kecepatan cahaya dari perpektif

dia, juga, pastinya akan sampai pada c.

Terdapat masalah serius di sini: bagaimana mungkin sesuatu itu melewati

sebuah kereta yang sedang bergerak dengan kecepatan yang sama dengan

kecepatan kereta itu sendiri sebagaimana halnya ia dikaitkan dengan permukaan

tanah? Pikirkan contoh kita sebelumnya: jika anda berjalan menuruni lorong

pada kecepatan 3 mph dikaitkan dengan kereta itu, anda harusnya bergerak lebih

cepat, jika dikaitkan dengan permukaan tanah---yaitu, 83 mph (atau demikian

pula yang akan dikatakan oleh Newton). Mengapa kasusnya menjadi berbeda

dengan cahaya? Mengapa ia tidak menampak dari permukaan tanah untuk

bergerak melewati kereta pada c + 80 mph? Atau, jika harus menempuh

perjalanan pada c jika dikaitkan dengan permukaan tanah, mengapa kemudian

ia tidak tampak terlihat oleh orang yang berada di dalam kereta yang bergerak

pada c – 80 mph?

Disinilah muncul relativitas itu. Sebagaimana telah diketahui, jika anda

berjalan melewati kereta pada 3 mph, anda tidak akan terlihat oleh orang-orang

yang ada di atas permukaan tanah yang sedang bergerak pada 83 mph, tapi lebih

berupa kecepatan yang sedikit lebih rendah. Dalam kasus ini, 80 + 3 tidak sama

dengan 83. Satu-satunya waktu dimana waktu tambahan akan bekerja adalah

jika anda masih berdiri di atas kereta: dalam kasus ini, anda akan terlihat oleh

seseorang yang berada di permukaan tanah, sedang bergerak pada 80 + 0 mph.

Pada arah berlawanan yang ekstrim, cahaya bergerak melewati kereta pada c
akan terlihat oleh seseorang yang ada di atas permukaan tanah, sedang bergerak

pada c, keceptan 80 mph tidak berperan sama sekali. Tapi, bagi gerak apapun

pada kecepatan antara 0 dan c, akan terlihat oleh pengamat kita di atas

permukaan tanah sebagai sebuah kontraksi dari ruang dan sebuah waktu yang

melambat.

Kesimpulan ini penting jika kita sedang memecahkan masalah yang

ditimbulkan oleh kecepatan cahaya yang absolut. Jika waktu dan ruang itu

berbeda di atas kereta daripada mereka yang ada di atas permukaan tanah, maka,

kita dapat mempunyai kue kita dan memakannya juga. Ketika kecepatan adalah

jarak yang telah ditempuh dibagi dengan waktu yang diperlukan, anda dapat

menghitung gerak anda di atas kereta pada kecepatan 3 mph dan seseorang yang

ada di atas permukaan tanah dapat menghitungnya kurang dari 3 mph hanya jika

ukuran mil anda jam anda berbeda dengan ukuran dia.

Inilah persisnya kesimpulan utama Einstein ketika dia memformulasikan

teori relativitas yang spesial ini dalam sebuah paper di tahun 1905. Dia telah

mengadaptasikan ekuasi-ekuasi untuk kompresi waktu dan ruang yang telah

dikembangkan oleh fisikawan Belanda, Hendrik Lorentz, yang telah mempelajari

elektromagnetisme, dan menerapkannya pada seluruh peristiwa dalam ruang

dan waktu. Atau lebih berupa, dia menerapkannya pada peristiwa-peristiwa yang

dipandang dari dua sistem yang sedang berak dalam gerak yang sama, konstan,

dan linier---sungguh sebuah kasus yang sangat istimewa, dan jarang ditemukan

oleh seseorang dalam pengalaman sehari-hari.

Teori relativitas yang spesial ini tumbuh berdasarkan pada relativitas

Newtonian---ide bahwa hukum-hukum fisika terlihat dan terasa persis sama


dalam dua sistem dalam gerak relatif yang konstan (seperti sebuah kereta yang

sedang bergerak dalam kecepatan yang stabil di atas permukaan tanah). Tapi,

Einstein mengabaikan satu dari hukum-hukum alam yang tampak paling solid:

bahwa ruang dan waktu adalah absolut---bahwa satu mil adalah satu mil adalah

satu mil dan satu detik satu detik satu detik, tak peduli sistem apa yang

menaungi anda, apakah dalam keadaan tidak bergerak atau bergerak pada

186.000 mil per detik.

Dalam kenyataan, apa yang tampa seperti satu mil di atas sebuah kereta

yang sedang bergerak, akan terlihat lebih pendek daripada satu mil dari

permukaan tanah; dan apa yang tampak seperti satu detik di atas kereta, akan

terlihat lebih lama dari satu detik dari sebuah stasiun. Sebuah fakta aneh tentang

ini adalah bahwa ia juga bekerja secara sebaliknya: apa yang terlihat seperti satu

mil dari permukaan tanah, akan terlihat lebih pendek dari saat berada di atas

kereta, dan seterusnya. Jika tidak demikian, anda akan tahu bahwa kereta itu

sedang bergerak, dan bukan di atas permukaan tanah, dimana ini bertentangan

dengan teori ini.

Lalu, Einstein tidak mengatakan bahwa obyek-obyek yang bergerak,

secara harfiah, berkontraksi---bahka, katakanlah, sebuah hot dog yang

panjangnya satu kaki adalah lebih pendek daripada hot dog dengan panjang dua

belas inci di atas sebuah kereta yang sedang bergerak. Ini adalah mustahil,

karena relativitas itu berlangsung secara timbal balik: adalah sama bagusnya

untuk mengatakan bahwa permukaan tanah itu sedang bergerak sebagaimana

halnya dengan mengatakan bahwa kereta itu sedang bergerak, sehingga tidak ada

tempat untuk berdiri dan mengatakan: “Disini, sebuah hot dog dengan panjang
satu kaki adalah absolut satu kaki panjangnya.” Einstein sedang berbicara

tentang kontraksi yang dapat terlihat, yang setara dengan ketidaksepakatan

antara dua pihak tentang gerak relatif, ukuran-ukuran siapakah yang benar.

Fakta yang menyedihkan adalah bahwa tak satupun yang benar. Untuk

mengukur sesuatu, ini membutuhkan waktu, dan ia juga membutuhkan

pengamatan terhadap sesuatu itu, yang mensyaratkan cahaya, yang dengan

sendirinya membutuhkan waktu untuk menempuh perjalanan. Dimana anda

berada saat anda melihat sesuatu---saat anda menerima informati tentangnya---

menentukan kapan anda berpikir ia telah terjadi. Poin dari relativitas spesial ini

adalah bahwa tak seorang pun dalam posisi apapun yang dapat pernah berkata:

“Peristiwa ini telah terjadi pada waktu definitif (mempunyai batasan-batasan

yang tegas dan tak terbantahkan, pent.) ini dan di tempat definitif ini.”

Teori Relativitas Umum

Kita telah menggoreng seluruh ikan, tapi Einstein bahkan mempunyai ambisi-

ambisi yang lebih besar lagi. Dalam teori spesial-nya, dia telah menunjukkan

bahwa hukum-hukum fisika memegang sistem-sistem yang berseberangan yang

sedang bergerak dalam gerak yang sama sepanjang kita mengabaikan gagasan-

gagasan tentang waktu yang telah baku dan jarak yang telah baku. Pada tahun

1916, dia membawa relativitas melangkah lebih jauh lagi, dengan “teori

umum”nya, yang mengembangkan teori spesialnya untuk mencakup semua

sistem apapun, bahkan jika mereka bergerak secara tidak beraturan, secara elips,

atau dengan kecepatan yang berubah-ubah dikaitkan dengan sebuah poin acuan
yang dipilih. Dia melakukan ini dengan membuktikan bahwa tidak ada basis

yang riil untuk membedakan akselerasi dari graviti---mereka merasa dan

bertindak secara sama persis (itulah sebabnya, ketika anda menaiki permainan

roller coaster, perubahan-perubahan dalam kecepatan terasa seperti

bertambahnya atau berkurangnya berat).

Banyak argumen-argumen subtil (sangat kecil dan halus sehingga sulit

untuk dideteksi) selanjutnya---dan anda akan memaafkan saya atas pengabaian

mereka disini---Einstein menunjukkan bahwa hukum-hukum fisika dapat

dihasilkan dari sistem apapun, apapun keadaan geraknya, dan itu tidak hanya

relatif secara jarak dan waktu, tapi demikian pula akselerasi dan gravitasi, dan

dengan demikian, setiap kuantitas yang bergantung pada mereka (seperti

kekuatan dan momentum). Dan tidak ada cara untuk menemukan, dan tidak ada

basis untuk memilih, satu kerangka acuan yang akan menghasilkan nilai-nilai

yang “benar” tentang ukuran satu mil, satu detik, atau satu pon.

Diantara banyak akibat revolusioner dari teori relativitas yang umum ini

adalah kesadaran bahwa waktu itu bukan ruang yang independen---sungguh,

bahwa waktu terlihat dan bertindak seperti sebuah dimensi spasial, dan yang

dapat “dibelokkan” oleh medan-medan gravitasi. Dengan demikian, Einstein

tidak membicarakan peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi dalam ruang pada

sebuah poin khusus (dan tidak berkaitan) dalam waktu, tapi lebih berupa

peristiwa-peristiwa dalam suatu “ruang-waktu berkesinambungan” empat-

dimensi. Kesinambungan ini dibelokkan dan dibengkokkan oleh gravitasi; ia

menolak hukum-hukum geometry Euclidean dan Cartesian yang rapi, yang

mengasumsikan suatu homogenitas ruang dan waktu dan suatu alam semesta
yang bergerak searah garis lurus. (Seseorang harus menggunakan apa yang

disebut dengan “geometri non-Euclidean” terkait dengan fenomena ruang-

waktu; Einstein sendiri lebih menyukai geometri yang dikembangkan oleh

Gauss).

Bahkan, secara lebih radikal lagi, Einstein mempertanyakan gagasan-

gagasan tentang “ruang” dan “waktu” ini, yang dia lihat sebagai efek-efek

psikologis daripada sebagai “realitas-realitas” alam. Ketika bentuk dari apa yang

kita sebut “ruang” (“ruang-waktu” menurut Einstein) bergantung pada gravitasi,

yang mensyaratkan benda-benda materi, Einstein memutuskan bahwa ruang dan

waktu tanpa materi adalah tak ada artinya. Pernah, ketika diminta untuk

menjelaskan makna relativitas, Einstein menjawab: “Ini telah diyakini

sebelumnya bahwa jika semua benda-benda materi dilenyapkan dari alam

semesta ini, waktu dan ruang akan masih tetap ada. Namun, menurut teori

relativitas, waktu dan ruang lenyap bersamaan dengan lenyapnya benda-benda.”

E = mc2
Dan sekarang tentang E = mc2, dimana mayoritas orang menyamakannya

dengan relativitas. Sekali lagi, ini hanya sebuah akibat alami dari teori relativitas

yang spesial, dimana Einstein sendiri tidak banyak dibuat sibuk dibuatnya.

Detail-detail yang menyeramkan mungkin ditemukan dalam sebuah

APPENDIKS (lihat, hal. ..), tapi yang disajikan disini adalah sebuah versi yang

cepat: teori relativitas yang spesial menyatakan bahwa hukum-hubuk fisika harus

terlihat sama bagi dua pengamat dalam gerak konstan yang sama. Diantara

hukum-hukum ini adalah hukum konservasi Newton tentang momentum [lihat,


hal....). tapi, ketika pengertian momentum adalah massa dikali kecepatan, dan

ketika kecepatan akan terlihat berbeda bagi dua pengamat ini, maka relativitas

memaksa kita untuk mengambil kesimpulan bahwa benda-benda yang bergerak-

lebih cepat harus menampak agar dapat mempunyai lebih banyak massa.

Lalu, jika massa bersifat relatif bagi kecepatan, maka, apa yang terjadi

pada sebuah obyek ketika kita menambahkan energi kepadanya, bergantung

pada seberapa cepat ia bergerak. Energi, dalam bentuk kekuatan, meningkatkan

momentum sebuah obyek; berdasarkan pada hukum mekanika Newton, ini

hanya berarti bahwa kita meningkatkan kecepatannya, ketika massa diasumsikan

sebagai telah baku (fixed). Tapi, Einstein menunjukkan bahwa massa itu tidak

pernah diberikan secara absolut, tapi selalu bersifat relatif dan meningkat

dengan kecepatan. Jadi, dengan menambahkan energi kepada sebuah obyek bagi

semua niat dan tujuan akan meningkatkan massanya.

Dalam kenyataan, jika obyek ini terus bergerak hingga mendekati

kecepatan cahaya, kita hampir tidak dapat mempengaruhi kecepatannya sama

sekali, dan energi ekstra akan mengisi hampir secara utuh untuk meningkatkan

massanya. Jadi, energi, E, harusnya dalam kadar tertentu dapat diubah

bentuknya menjadi massa, m. Ini harusnya benar bagi sebuah obyek yang sedang

bergerak pada kecepatan cahaya sebagaimana yang lainnya, dan kita tidak

pernah dapat membuat sebuah obyek untuk bergerak lebih cepat; karena obyek-

obyek ini, energi ekstra adalah sama dengan massa ekstra. Tapi, menurut

relativitas, untuk mengatakan obyek ini sedang bergerak pada kecepatan cahaya

adalah persis sama dengan mengatakan bahwa ia dalam keadaan tidak bergerak

sementara kita bergerak pada kecepatan cahaya. Dengan kata lain, tidak peduli
seberapa cepat sesuatu itu sedang bergerak, massanya dapat diubah bentuk

menjadi energi.

Faktor proporsional berakhir dengan menjadi kecepatan cahaya

dikwadratkan, memberikan formula terkenal Einstein, E = mc2. Artinya adalah

bahwa jika kita tidak menamb ah kecepatan dari sebuah obyek, kita dapat

menambahkan secara persis E/c2 lebih banyak massa kepadanya dengan

memompa energi E. (meskipun, E harus cukup besar untuk membuat suatu

perbedaan yang signifikan). Dan, secara timbal balik, kita harus mampu

mengubah bentuk massa kembali menjadi energi, oleh faktor yang sangat besar

c2. Faktor ini begitu besar yang menghancur-leburkan beberapa atom,

memberikan kandungan energi yang sangat besar, dengan akibat bahwa seluruh

kota-kota metropolis dapat dihancurkan atau dapat menciptakan peralatan

kekuatan nuklir. Einstein tidak pernah, secara tegas, mendesain hasil akhir yang

tertentu; dia hanya tertarik dengan ekuasi-ekuasi yang benar. Teknologi telah

mengambil bola dan melarikannya.

Sebuah “Lompatan Quantum”


Sejalan dengan paper-paper Einstein tentang relativitas, teori mekanika

kuantum ini membantu untuk mengakhiri era di mana fisika bersahabat dan

harmonis dengan akal sehat. Ide Newtonian bahwa partikel-partikel terkecil dari

materi harus berperilaku seperti partikel-partikel yang terbesar, dan keyakinan

bahwa teori-teori tentang dunia mikroskopik akan dengan mudah bersesuaian

dengan visi kita tentang dunia secara luas, telah lenyap.


Mekanika kuantum adalah ilmu pengetahuan tentang bagaimana partikel-

partikel sub-atomik melakukan perjalanan, mengorbit, dan melompat. (Yang

penting, terutama sekali, adalah bagaimana aktivitas semacam ini menghasilkan

cahaya). Ide-ide dasar ini, meskipun sangat menakjubkan, muncul dari

eksperimen-eksperimen sederhana, yang dipimpin oleh Max Planck di sekitar

pergantian abad dua puluh, yang melibatkan radiasi cahaya dalam frekuensi-

frekuensi (warna-warna) yang beragam oleh obyek-obyek hitam yang panas (hot

black objects).

Planck sampai pada hasil-hasil yang aneh. Sebelum eksperimen-

eksperimen yang dia lakukan, para fisikawan berasumsi bahwa cahaya adalah

sebuah bentuk gelombang dari energi, persis seperti suara. Batere-batere dari

eksperimen-eksperimen telah mendukung asumsi ini, ketika cahaya

menghasilkan pola-pola interferensi (gangguan) yang hanya dapat dihasilkan

oleh gelombang-gelombang. Namun, hasil studi keseluruhan dari Plank hanya

dapat dijelaskan jika cahaya memancar tidak dalam gelombang yang terus-

menerus. Tapi dalam ledakan-ledakan kecil dari “gumpalan-gumpalan” seperti

partikel, yang dia sebut sebagai “quanta” (bentuk tunggalnya adalah “quantum”).

Jika cahaya benar-benar menjadi “quanta”, bagaimana mereka ini dapat

dihasilkan? Ketika cahaya adalah energi yang dikeluarkan oleh materi,

penghantarannya, pada akhirnya, harus ditelusuri pada pelepasan energi pada

tingkat atom. Mekanika ini masih dalam perdebatan, tapi teori sentralnya adalah

tentang Niels Bohr, fisikawan Denmark, yang menerapkan teori quantum Planck

pada model atomik yang dikembangkan pada tahun 1910.


Berdasarkan model ini, setiap atom adalah seperti sebuah miniatur dari

tata surya, dengan nukleus pada posisi matahari dan elektron-elektron pada

posisi planet-planet yang mengitari nukleus. Menurut Bohr, elektron-elektron

mengitari nukleus sepanjang garis-garis orbit khusus dan baku. Jika kita

membombardir sebuah atom dengan energi, kita mungkin “menstimulasi”

elektron-elektronnya untuk melompat dari satu orbit ke orbit lainnya, tapi,

mereka tidak pernah dapat dibuat untuk bertempat tinggal di suatu tempat

diantara itu---dalam kenyataan, mereka bahkan tidak dapat dikatakan “eksis”

ditengahnya: mereka lenyap dari satu orbit dan menampak di orbit lain. Dan

begitu kita memindahkan stimulus eksternal, elektron-elektron ini akan

“melompat” kembali ke orbit-orbit asal mereka, dengan melepaskan energi

dalam proses perpindahan itu.

Inilah “lompatan quantum” yang terkenal itu, yang pertama kali

digambarkan oleh Bohr pada tahun 1913: ketika sebuah elektron melompat dari

sebuah orbit terluar menuju orbit yang lebih dalam, energi dilepaskan dalam

bentuk sebuah quantum cahaya (disebut dengan sebuah “photon”). Perubahan

tiba-tiba dan tak terduga dalam energi, dan fakta bahwa elektron-elektron ini

melompat secara spontan dari satu posisi menuju posisi lain (yang tidak

berdekatan) tanpa melewati, secara fisik, tengah-tengahnya, menjelaskan

penggunaan umum dari “lompatan quantum” untuk memaknai “perubahan

radikal dan tiba-tiba dari situasi-situasi”. (Para fisikawan lebih menyukai istilah

“quantum jump” ketika menggambarkan teori ini).

Adapun yang menjadi masalah dengan teori Bohr ini adalah bahwa,

sementara teori ini memperhitungkan keragaman dari fenomena yang dicermati,


ia tidak pernah dapat dibuktikan melalui observasi. Anda tidak dapat meletakkan

sebuah atom di bawah sebuah mikroskop dan mengamati elektron-elektronnya

berlompatan. Dan, dalam kenyataan, sejumlah metode-metode dan teori-teori

saingan telah berkembang sebagai respons atas riset Bohr, yang paling menuntut

perhatian adalah Copenhagen Institute for Theoretical Physics, dimana Erwin

Schrodinger mengemukakan sebuah reinterpretasi (penafsiran ulang) tentang

model atomik. Kisah ini akan dilanjutkan pada sub-judul “Prinsip

Ketidakpastian”.

Prinsip Ketidakpastian
Dari ketidakpastian ia muncul, dan menuju ketidakpastian ia akan kembali. Yang

sebenarnya dimaksudkan oleh Werner Heisenberg tentang “prinsip

ketidakpastian” adalah bergantung kepada siapa yang anda tanya. Tanyakan

kepada ratusan orang dan anda akan memperoleh 60 tatapan (membelalak)

hampa, 30 angkat bahu (tanda tak tahu, pent.), dan 10 versi jawaban “ Kita

mengubah dunia ini dengan mengobservasinya,” yang tidak cukup benar.

Ironinya adalah bahwa Heisenberg berharap untuk dapat mereduksi

kebingungan yang dihasilkan oleh teori-teori fisika modern---khususnya

mekanika quantum.

Pada dasarnya, yang ingin dikatakan oleh Prinsip Ketidakpastian ini

adalah bahwa tidak ada cara untuk mengukur secara tepat properti-properti

(perlengkapan) paling esensial dari perilaku sub-atomik. Atau lebih tepatnya,

semakin pasti dan akurat anda mengukur satu properti---katakanlah,


momentum dari sebuah elektron---semakin kurang akurat anda dapat

mengetahui yang lain---dalam kasus ini, posisinya. Semakin pasti satu properti,

maka semakin tidak pasti properti yang lainnya.

Heisenberg telah menemukan fakta yang tidak mengenakkan ini dalam

upaya untuk berinteraksi dengan teori-teori cahaya yang sedang bersaing ini.

Menurut teori quantum Niels Bohr, yang lebih disukai oleh Heisenberg, cahaya

dilepaskan energinya (emitted) secara tidak berkesinambungan oleh atom-atom

dalam gumpalan-gumpalan ketika elektron-elektron membuat sebuah “lompatan

quantum.” Menurut fisikawan lain seperti Erwin Schrodinger (tentang cat fame),

teori quantum gagal karena ia tidak dapat menjelaskan cara-cara dimana cahaya

berperilaku seperti sebuah gelombang.

Heisenberg sendiri merasa tidak puas dengan teori Bohr, karena ia

disandarkan pada sebuah gambar tentang atom yang tidak pernah dapat

dibuktikan. Tapi, dia memikirkan gambar saingan dari Schrodinger adalah lebih

salah lagi, dan untuk membuktikannya, dia merancang untuk menguji secara

lebih teliti apa yang dapat kita katakan secara pasti tentang elektron-elektron.

Dalam proses, dia menguji dengan cermat pengukuran-pengukuran umum---

posisi, kecepatan, momentum, energi, dan waktu---yang digunakan oleh para

fisikawan dalam mengemukakan teori-teori mereka. Pada tahun 1927, dia sampai

pada sebuah kesimpulan yang mengejutkan: bahwa teori quantum dan teori

gelombang saingannya, sebagaimana yang kemudian diformulasikan, ternyata

dipenuhi dengan ketidakpastian-ketidakpastian yang tak mungkin dilenyapkan.

Heisenberg mulai berpikir keras tentang proses observasi ilmiah yang

sama ini, yang mungkin secara umum dapat diandalkan ketika berhubungan
dengan obyek-obyek sehari-hari, tapi kemudian menemui kesulitan-kesulitan

sangat serius ketika dia sampai pada penelitian partikel-partikel sub-atomik.

Poin pertama dia adalah ini: anda tidak dapat mengobservasi posisi dari sebuah

elektron kecuali dengan memantulkannya. Dengan kata lain, anda harus

memperkenalkan sebuah bentuk radiasi, yang mempunyai energinya sendiri, dan

energi ini akan mengganggu jalan elektron hingga tingkat yang lebih besar atau

lebih kecil.

Dalam kenyataan, semakin tepat dan akurat anda ingin untuk

menentukan posisi elektron, maka semakin anda harus mengganggu

kecepatannya (dan dengan demikian momentumnya), karena anda harus

menambahkan energi lebih. Secara timbal balik, jika ingin untuk mengukur

secara tepat dan akurat momentum elektron ini (yang diekspresikan dalam

kecepatannya), anda harus meminimalisir gangguan dari radiasi. Tapi, dengan

melakukan yang demikian ini, anda membuatnya menjadi tidak mungkin untuk

menentukan posisi elektron dengan tepat.

Untuk meringkas pembahasan, radiasi dari energi yang sangat besar ini

akan memberi anda data yang lebih akurat tentang dimana elektron berada,

sementara pada saat yang sama menghancurkan bukti dari kecepatannya yang

awal. Radiasi dari energi rendah ini akan memberi anda data yang lebih akurat

tentang seberapa cepat elektron ini bergerak, sementara pada saat yang sama

menyamarkan data tentang letak keberadaannya. Bahkan yang lebih aneh,

tindakan yang sama dalam mengobservasi posisi sebuah elektron, akan

membuatnya “berperilaku” lebih seperti sebuah partikel, sementara tindakan


untuk mengukur energinya akan membuatnya “berperilaku” lebih seperti sebuah

gelombang.

Heisenberg mengupayakan sedikit formula yang menarik untuk

mengekspresikan fakta-fakta yang membuat frustrasi ini, ide sentralnya adalah

bahwa jika anda menggandakan ketidakpastian dari posisi dengan

ketidakpastian momentum, produknya tidak pernah dapat menjadi lebih kecil

daripada sejumlah hal positif tertentu yang disebut “Konstanta Planck”. Yaitu,

ketidakpastian tidak pernah dapat direduksikan ke angka nol, dan semakin bagus

anda mengukur satu kuantitas, maka semakin tidak pasti kuantitas yang lain.

Poinnya bukan bahwa pengetahuan kita tentang partikel-partikel atomik

itu bersifat tidak pasti karena teknik pengukuran kita yang tidak cukup bagus.

Poinnya lebih berupa: tidak ada teknik apapun yang pernah dapat menaklukkan

ketidakpastian fundamental ini atau “kesamaran” dalam perilaku quantum.

Elektron-elektron, dalam kenyataan, mungkin saja berperilaku persis seperti

poin-poin yang sedang bergerak pada kecepatan-kecepatan yang tepat, tapi kita

tidak akan pernah mampu untuk tahu; ini sepertinya mereka tidak dapat

dipahami, jadi proposisi-proposisi (usul dan saran) untuk memberi pengaruh

adalah tidak bermakna dan tidak bermanfaat.

Dalam istilah-istilah praktis, apa yang disarkankan oleh prinsip

ketidakpastian adalah bahwa anda tidak dapat memperlakukan partikel-partikel

atau quanta seolah-olah mereka adalah seperti obyek-obyek yang kita jumpai

dalam kehidupan sehari-hari---obyek-obyek yang dapat kita genggam dengan jari

tangan kita dan berkata: “Disini, obyek ini sekarang, dan disana, kemana ia akan

menuju.” Aspek-aspek esensial dari sebuah partikel (posisi, kecepatan,


momentum, energi) tidak pernah dapat secara persis diobservasi segera---

tindakan observasi itu sendiri, secara tak terhindarkan dan tak dapat diperoleh

kembali, mendistorsi sekurang-kurangnya satu dari kuantitas-kuantitas ini. Hal

terbaik yang dapat kita harapkan adalah untuk membuat pengukuran-

pengukuran dan membuat prediksi-prediksi yang bersifat mungkin atau bersifat

statistik.

Gagasan-gagasan yang tampaknya kalah ini membangkitkan amarah dari

beberapa fisikawan hebat, fisikawan yang paling terkenal di kalangan mereka

adalah Albert Einstein. Dia selalu menolak dan menyangkal.

“Tuhan Tidak Bermain Dadu”


“Bagaimanapun juga, aku merasa yakin bahwa Dia tidak bermain dadu.”
Albert Einstein, letter to Max Born, 1926

Bahkan para pemikir yang paling radikal dan inovatif pun, setelah mempelopori

sistem-sistem pemikiran yang baru, tidak pernah sepenuhnya mendobrak sistem

pemikiran yang lama. Sigmund Freud, pada intinya, masih tetap seorang

ilmuwan dengan watak kuat abad 19, dan demikian pula, dalam banyak hal,

dengan Albert Einstein.

Einstein, dengan membantu memformulasikan partikel ganda/model

gelombang dari entitas-entitas sub-atomik, telah memberi kontribusi sebesar

para ilmuwan lain bagi lahirnya mekanika quantum. Tapi, di proses akhir, dia

tidak mampu untuk menerima kesimpulan-kesimpulannya. Ketika dia


berkomentar, dalam sebuah surat kepada koleganya Max Born, bahwa “Dia

[Tuhan] tidak memainkan dadu,” Einstein sedang menolak validitas dari prinsip

ketidakpastian dan semua klaim lain bahwa faktor kebetulan (unsur-unsur yang

tak diketahui dan tak terduga) memainkan peranan yang sangat penting dalam

peristiwa-peristiwa fisika. Dia meyakini bahwa alam semesta ini dipenuhi

hukum-hukum semesta dan penuh tatanan; apapun Tuhan itu, bahkan jika Dia

hanya metafor bagi keterbentangan ruang dan waktu, Dia adalah Newtonian

yang baik.

Esensi dari fisika Newtonian adalah fisika deterministik. Dengan

memberikan suatu deskripsi lengkap tentang sebuah situasi atau sistem---obyek-

obyeknya, massa-massanya, energi keseluruhan, dan lain-lain---secara prinsip

anda harusnya mampu untuk memprediksi dengan tepat dan akurat tentang

bagaimana situasi itu akan berubah suatu saat nanti. Misalnya, jika anda

mengetahui seberapa cepat sebuah bola dilemparkan ke arah orang yang

memukul bola (dalam permainan baseball), berapa banyak energi yang

dikerahkan oleh si pemukul bola itu saat mengayunkan tongkat pemukul, pada

posisi dan waktu apa dia harus memukul bola itu, dan bagaimana situasi angin

yang sedang berhembus, anda harus mampu memprediksi dengan tepat dan

akurat kapan dia akan memukul bola itu.

Tapi, Werner Heisenberg---di mana Born bersetuju dengannya---telah

melakukan serangan sangat serius atas pandangan dunia Newtonian.

Kesimpulan logis dari mekanika quantum, kata Heisenberg, adalah bahwa sebab

dan akibat, diinterpretasikan secara ketat, adalah gagasan-gagasan yang hampa.

Heisenberg menunjukkan bahwa, setidaknya pada tingkat sub-atomik, anda


tidak pernah dapat mengetahui semua kondisi-kondisi awal dari sebuah

situasi---maksimal, anda akan banyak berurusan dengan kemungkinan-

kemungkinan dan statistik-statistik. Oleh karena itu, perilaku atomik tidak bisa

ditentukan secara pasti dan kaku: ia tidak dapat diprediksikan. Heisenberg

melangkah lebih jauh lagi dengan menolak validitas gagasan klasik tentang

kausalitas; dalam paper-nya yang ditulis pada tahun 1927, dia mempublikasikan

prinsip ketidakpastian (the uncertainty principle), dia memberi stigma sebagai

“tidak berguna dan tidak bermakna” pada asumsi yang menyatakan bahwa

“dibalik semesta persepsi yang statistikal, tersembunyi disana sebuah dunia yang

“riil” yang dikuasai oleh hukum kausalitas.” Ketika kita tidak pernah menyadari

atau mengukur kondisi-kondisi sub-atomik, dan ketika kita bahkan tidak dapat

mengetahui jika hukum kausalitas berlaku, gagasan ini menjadi sangat

terabaikan.

Ide ini ditentang oleh Einstein, yang tidak mau disalahkan hanya karena

dia telah memformulasikan relativitas. Einstein telah menghancurkan keyakinan

bahwa terdapat poin acuan yang absolut bagi pengukuran-pengukuran fisika;

tapi, ketika terjadi jalinan kontak diantara sistem-sistem yang relativistik, dia

menawarkan fomula-formula yang pasti dan baku yang menghasilkan

serangkaian acuan yang kaku. Alam semesta Einstein mempunyai sebuah bentuk

yang definitif (mempunyai batasan-batasan yang tegas) dan meski bersifat

relativistik, ia berkesinambungan dan dapat diprediksikan. Singkatnya, dia tidak

dapat membayangkan sebuah dunia yang hanya dapat dideskripsikan dalam

ekspresi-ekspresi statistik yang samar.


Einstein berjuang sekuat tenaga selama beberapa tahun untuk

meyakinkan kepada para pendukung teori quantum bahwa asumsi-asumsi

mereka harusnya salah, dan bahwa faktor kebetulan yang tak terduga, tidak

berperan penting dalam peristiwa-peristiwa fisika. Kekalahannya yang sangat

menyedihkan, sebagian diilhami oleh fakta bahwa karya-karyanya didasarkan

pada alam semesta yang bersifat kausal dan berkesinambungan---ruang-waktu

“kontinuum”---telah ditolak dan dinyatakan tidak benar oleh interpretasi

Heisenberg tentang teori quantum. Dan dibalik karya itu adalah sebuah

pemahaman mendalam tentang tatanan universal dan kontinuitas.

Kualitas-kualitas ini, daripada suatu sosok ilahiah yang maha kuasa,

adalah apa yang dipahami oleh Einstein sebagai Tuhan. (Mohon dicatat bahwa

dia tidak menulis “Tuhan tidak memainkan dadu dengan alam semesta” tapi “Dia

tidak memainkan dadu.”). “Saya tidak meyakini Tuhan personal,” kata Einstein,

“dan saya tidak pernah mengingkari ini tapi telah mengekspresikannya dengan

jelas. Jika terdapat sesuatu di dalam diri saya yang dapat disebut agama, maka

ini adalah ketakjuban yang tak terbatas terhadap struktur dunia ini sejauh ilmu

pengetahuan kita dapat menyingkapkannya.”

Apa yang tidak dapat dibayangkan oleh Einstein adalah suatu alam

semesta dimana rangkaian bangunan dasarnya seperti elektron-elektron yang

mengembara dengan bebas, tidak dapat dibatasi oleh hukum (lawless), dan

terbebas dari kausalitas. Alam semesta semacam ini tidak mempunyai desain

atau koherensi yang menyeluruh. Apapun yang terjadi, Einstein masih tetap

benar, sejalan dengan klaim-klaim mekanika quantum yang semakin sulit

dipahami, yang terus menjadi bahan perdebatan hingga sekarang ini.

Anda mungkin juga menyukai