Anda di halaman 1dari 15

BAB I PENDAHULUAN

Aquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) mulai menarik perhatian komunitas kesehatan setelah ditemukan secara tidak sengaja untuk pertama kali pada tahun 1981. Bukti epidemiologik mengisyaratkan bahwa terdapat keterlibatan suatu agen infeksiosa, dan pada tahun 1983 Human

Immunodeficiency Virus (HIV) diidentifikasikan sebagai penyebab penyakit. AIDS merupakan suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi HIV.1,2 Kasus AIDS mencerminkan infeksi HIV yang sudah berlangsung lama pada tubuh pasien. Penyakit ini menyebabkan angka kematian yang tinggi dan jumlah penderitanya meningkat dalam waktu yang singkat. Saat ini, AIDS dijumpai pada hampir semua negara dan merupakan pandemi di seluruh dunia.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Definisi Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang

menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh manusia. Aquired Immune Deficiency Syndrome AIDS atau sindrom kehilangan kekebalan tubuh adalah sekumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh manusia sesudah sistem kekebalannya dirusak oleh virus HIV.2 Akibat kehilangan kekebalan tubuh, penderita AIDS mudah terkena berbagai jenis infeksi bakteri, jamur, parasit, dan virus tertentu. AIDS merupakan stadium akhir dalam suatu kelainan immunologik dan klinis kontinum dari infeksi HIV.1

2.2 Etiologi HIV adalah retrovirus yang disebut Lymphadenopathy Associated Virus (LAV) atau Human T-Cell Leukemia Virus III (HTLV-III).Human TCell Lymphotrophic Virus(retrovirus). LAV ditemukan oleh Montagnier pada tahun 1983 di Perancis, Sedangkan HTLV -III ditemukan oleh Gallo di Amerika Serikat pada tahun berikutnya. Virus yang sama ini ternyata banyak ditemukan di Afrika Tengah. Sebuah penelitian pada 200 monyet hijau Afrika, 70% dalam darahnya mengandung virus tersebut tanpa menimbulkan penyakit. 2 HIV terdiri atas HIV-1 dan HIV-2 terbanyak karena HIV-1. Partikel HIV terdiri atas untaian RNA dalam inti protein yang dilindungi envelop lipid asal sel hospes. Retrovirus mengubah asam ribonukleat (RNA) menjadi deoksiribonukleat (DNA) setelah masuk ke dalam sel penjamu. HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV -1 menjadi penyebab utama AIDS di seluruh dunia.1,3

2.3

Epidemiologi HIV -2 lebih prevalen di banyak negara di Afrika barat, tetapi HIV -1 merupakan virus predominan di Afrika bagian timur dan tengah, dan bagian dunia lainnya. Menurut Joint United Nation Program on HIV /AIDS (2000) diperkirakan bahwa 36,1 juta orang terinfeksi HIV dan AIDS pada akhir tahun 2000. Infeksi HIV telah menyebabkan kematian pada sekitar 28,1 juta orang sejak permulaan epidemi pada akhir tahun 1970-an hingga awal1980an.1 Belahan dunia yang paling parah terjangkit HIV dan AIDS adalah Afrika Sub-Sahara; di daerah tersebut diperkirakan 25,3 juta orang dewasa dan anak-anak hidup dengan infeksi dan penyakit pada akhir tahun 2000. Daerah lain yang mengkhawatirkan adalah Asia Selatan dan Tenggara, diperkiran 5,8 juta orang hidup drngan HIV dan AIDS pada periode yang sama.1 Di Indonesia, sejak tahun 1999 telah terjadi peningkatan jumlah ODHA pada kelompok orang berperilaku risiko tinggi tertular HIV yaitu para penjaja seks komersial dan penyalah-guna NAPZA suntikan di beberapa provinsi seperti DKI Jakarta, Riau, Bali, Jawa Barat dan Jawa Timur sehingga provinsi tersebut tergolong sebagai daerah dengan tingkat epidemi terkonsentrasi (concentrated level of epidemic). Tanah Papua sudah memasuki tingkat epidemi meluas (generalized epidemic). Hasil estimasi tahun 2009, di Indonesia terdapat 186.000 orang dengan HIV positif.4 Penemuan obat antiretroviral (ARV) pada tahun 1996 mendorong suatu revolusi dalam perawatan ODHA di negara maju. Meskipun belum mampu menyembuhkan penyakit dan menambah tantangan dalam hal efek samping serta resistensi kronis terhadap obat, namun secara dramatis terapi ARV menurunkan angka kematian dan kesakitan, meningkatkan kualitas hidup ODHA, dan meningkatkan harapan masyarakat, sehingga pada saat ini HIV dan AIDS telah diterima sebagai penyakit yang dapat dikendalikan dan tidak lagi dianggap sebagai penyakit yang menakutkan.4

Dari Laporan Situasi Perkembangan HIV & AIDS di Indonesia sampai dengan September 2011 tercatat jumlah Odha yang mendapatkan terapi ARV sebanyak 22.843 dari 33 provinsi dan 300 kab/kota, dengan rasio laki-laki dan perempuan 3 : 1, dan persentase tertinggi pada kelompok usia 20-29 tahun.4

2.4

Patogenesis Cara penularan terutama melalui darah, cairan tubuh, dan hubungan seksual. Virus HIV ditemukan dalam jumlah besar dalam cairan sperma dan darah, sedangkan dalam jumlah kecil ditemukan dalam air liur dan mata.2 HIV menginfeksi sistem imun terutama sel CD4 dan menimbulkan destruksi sel tersebut. HIV dapat laten dalam sel imun dan dapat aktif kembali yang menimbulkan infeksi. Produksi virus menimbulkan kematian sel dan juga limfosit yang tidak terinfeksi, defisiensi imun, dan AIDS. Sistem imun dikuasai cepat oleh virus yang terproliferasi cepat di seluruh tubuh. Bila sel CD4 turun di bawah 100/l, infeksi oportunistik dan keganasan meningkat. Demensia HIV dapat terjadi akibat bertambahnya virus di otak.2,4

2.5

Kriteria Diagnosis Seseorang dengan resiko dan memiliki tanda klinis yang patut dicurigai terinfeksi HIV perlu melakukan serangkaian pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui seseorang terinfeksi HIV atau tidak. Berikut merupakan tabel dari gejala dan tanda klinis yang patut diduga infeksi HIV:4 Keadaan umum Kehilangan berat badan >10% dari berat badan dasar Demam (terus menerus atau intermiten, temperatur oral >37,5oC) yang lebih dari satu bulan Diare (terus menerus atau intermiten) yang lebih dari satu bulan Limfadenopati meluas

Kulit PPE* dan kulit kering yang luas* merupakan dugaan kuat infeksi HIV. Beberapa kelainan seperti kutil genital (genital warts), folikulitis dan psoriasis sering terjadi pada ODHA tapi tidak selalu terkait dengan HIV

Infeksi Infeksi Jamur Kandidiasis oral* Dermatitis seboroik* Kandidiasis vagina berulang

Infeksi Viral Herpes zoster (berulang atau melibatkan lebih dari satu dermatom)* Herpes genital (berulang) Moluskum kontagiosum Kondiloma

Gangguan pernafasan Batuk lebih dari satu bulan Sesak nafas Tuberkulosis Pneumonia berulang Sinusitis kronis atau berulang

Gangguan neurologis Nyeri kepala yang semakin parah (terus menerus dan tidak jelas penyebabnya)

Kejang demam Menurunnya fungsi kognitif

* Keadaan tersebut merupakan dugaan kuat terhadap infeksi HIV Sumber : WHO SEARO 2007 Prosedur pemeriksaan laboratorium untuk HIV sesuai dengan panduan nasional yang berlaku pada saat ini, yaitu dengan menggunakan strategi 3 dan selalu didahului dengan konseling pra tes atau informasi singkat. Ketiga tes tersebut dapat menggunakan reagen tes cepat atau dengan ELISA. Untuk pemeriksaan pertama (A1) harus digunakan tes dengan sensitifitas yang tinggi (>99%), sedang untuk pemeriksaan selanjutnya (A2 dan A3) menggunakan tes dengan spesifisitas tinggi (>99%). 4 Antibodi biasanya baru dapat terdeteksi dalam waktu 2 minggu hingga 3 bulan setelah terinfeksi HIV yang disebut masa jendela. Bila tes HIV yang dilakukan dalam masa jendela menunjukkan hasil negatif, maka perlu dilakukan tes ulang, terutama bila masih terdapat perilaku yang berisiko.

Berikut adalah bagan pemeriksaan laboratorium infeksi HIV:4

Adapun hasil interpretasi dan tindak lanjut hasil tes laboratorium yang dijelaskan di atas akan dijelaskan pada tabel di bawah ini: Hasil A1 (-) atau A1 (-) A2 (-) A3 (-) Interpretasi Non-reaktif Tindak Lanjut Bila yakin tidak ada faktor risiko dan atau perilaku berisiko dilakukan LEBIH DARI tiga bulan sebelumnya maka pasien diberi konseling cara menjaga

tetap negatif . Bila belum yakin ada tidaknya faktor risiko dan atau perilaku berisiko tiga dilakukan DALAM maka

bulan

terakhir

dianjurkan untuk TES ULANG dalam 1 bulan . A1 (+) A2 (+) A3 (-) Indeterminate Atau A1 (+) A2 (-) A3 (-) A1 (+) A2 (+) A3 (+) Reaktif Positif Ulang tes dalam 1 bulan

Konseling cara menjaga agar tetap negatif ke depannya. atau Lakukan konseling hasil tes positif dan rujuk paket untuk layanan

mendapatkan PDP

2.6

Gejala Klinis Gejala penderita HIV/AIDS dapat ringan sampai berat. Di AS ditemukan ratusan ribu orang yang dalam darahnya mengandung virus HIV tanpa gejala klinis (carrier).2 Pembagian tingkat gejala klinis menentukan dimulainya pengobatan penyakit ini dengan ARV.4 Pembagian tingkat klinis penyakit infeksi HIV adalah sebagai berikut: 2,4 Stadium 1 Tidak ada gejala Limfadenopati Generalisata Persisten

Stadium 2 Penurunan berat badan bersifat sedang yang tak diketahui penyebabnya (<10% dari perkiraan berat badan atau berat badan sebelumnya) Infeksi saluran pernafasan yang berulang (sinusitis, tonsillitis,

otitis media, faringitis) Herpes zoster Keilitis angularis Ulkus mulut yang berulang Ruam kulit berupa papel yang gatal (Papular pruritic eruption) Dermatisis seboroik Infeksi jamur pada kuku

Stadium 3 Penurunan berat badan bersifat berat yang tak diketahui penyebabnya (lebih dari 10% dari perkiraan berat badan atau berat badan sebelumnya) Diare kronis yang tak diketahui penyebabnya selama lebih dari 1 bulan Demam menetap yang tak diketahui penyebabnya Kandidiasis pada mulut yang menetap Oral hairy leukoplakia Tuberkulosis paru Infeksi bakteri yang berat (contoh: pneumonia, empiema, meningitis, piomiositis, infeksi tulang atau sendi, bakteraemia, penyakit inflamasi panggul yang berat) Stomatitis periodontitis Anemi yang tak diketahui penyebabnya (<8g/dl), netropeni (<0.5 x 109/l) dan/atau trombositopeni kronis (<50 x 109/l) nekrotikans ulserative akut, gingivitis atau

Stadium 4 Sindrom wasting HIV Sindrom wasting HIV Pneumonia Pneumocystis jiroveci

Pneumonia bacteri berat yang berulang Infeksi herpes simplex kronis (orolabial, genital, atau anorektal selama lebih dari 1 bulan atau viseral di bagian manapun) Kandidiasis esofageal (atau kandidiasis trakea, bronkus atau paru) Tuberkulosis ekstra paru Sarkoma Kaposi Penyakit Cytomegalovirus (retinitis atau infeksi organ lain, tidak termasuk hati, limpa dan kelenjar getah bening) Toksoplasmosis di sistem saraf pusat Ensefalopati HIV Pneumonia Kriptokokus ekstrapulmoner, termasuk meningitis Infeksi mycobacteria non tuberkulosis yang menyebar Leukoencephalopathy multifocal progresif Cyrptosporidiosis kronis Isosporiasis kronis Mikosis diseminata (histoplasmosis, coccidiomycosis) Septikemi yang berulang (termasuk Salmonella non-tifoid) Limfoma (serebral atau Sel B non-Hodgkin) Karsinoma serviks invasif Leishmaniasis diseminata atipikal Nefropati atau kardiomiopati terkait HIV yang simtomatis

2.7

Pengobatan Dalam melakukan pengobatan terhadap pasien HIV, hal yang penting dilakukan terlebih dahulu adalah penilaian stadium klinis, penilaian imunologi/ pemeriksaan jumlah CD4 dan beberapa pemeriksaan

laboratorium yang akan menentukan keadaan sistem imun si pasien.

Di bawah ini adalah pemeriksaan laboratorium yang ideal sebelum memulai ART: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Darah Lengkap* Jumlah CD4* SGOT / SGPT* Kreatinin Serum* Urinalisa* HbsAg* Anti-HCV (untuk ODHA IDU atau dengan riwayat IDU) Profil lipid serum Gula darah

10 VDRL/TPHA/PRP 11 Ronsen dada (utamanya bila curiga ada infeksi paru) 12 Tes Kehamilan (perempuan usia reprodukstif dan perlu anamnesis mens terakhir 13 PAP smear / IFA-IMS untuk menyingkirkan adanya Ca Cervix yang pada ODHA bisa bersifat progresif) 14 Jumlah virus / Viral Load RNA HIV** dalam plasma (bila tersedia dan bila pasien mampu) Catatan: * adalah pemeriksaan yang minimal perlu dilakukan sebelum terapi ARV karena berkaitan dengan pemilihan obat ARV. Tentu saja hal ini perlu mengingat ketersediaan sarana dan indikasi lainnya. ** pemeriksaan jumlah virus memang bukan merupakan anjuran untuk dilakukan sebagai pemeriksaan awal tetapi akan sangat berguna (bila pasien punya data) utamanya untuk memantau perkembangan dan menentukan suatu keadaan gagal terapi. Berikut adalah tabel yang menjelaskan saat memulai terapi pada ODHA dewasa:4 Target Populasi ODHA dewasa Stadium Klinis Stadium klinis 1 Jumlah CD4 > 350 sel/mm3 Rekomendasi Belum mulai

dan 2

terapi. Monitor klinis dan jumlah sel CD4 setiap 612 bulan < 350 sel/mm3 Mulai terapi Mulai terapi gejala

Stadium klinis 3 dan 4

Berapapun jumlah sel CD4

Pasien dengan ko-infeksi TB Pasien dengan ko-infeksi Hepatitis B Kronik aktif Ibu Hamil

Apapun Stadium klinis Apapun Stadium klinis

Berapapun jumlah sel CD4

Mulai terapi

Mulai terapi

Apapun Stadium klinis

Berapapun jumlah

Mulai terapi

Panduan yang ditetapkan pemerintah untuk lini pertama pemberian ARV adalah 2 NRTI + 1 NNRTI. Berikut adalah terapi retroviral yang dianjurkan pemerintah:4 AZT + 3TC + NVP (Zidovudine + Lamivudine + Nevirapine) AZT + 3TC + EFV (Zidovudine + Lamivudine + Efavirenz) TDF + 3TC (atau FTC) + NVP TDF + 3TC (atau FTC) + EFV (Tenofovir + Lamivudine (atau Emtricitabine) + Nevirapine) (Tenofovir + Lamivudine (atau Emtricitabine) + Efavirenz)

2.8

Pencegahan Adapun tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari infeksi HIV adalah:2 1. Kontak seksual harus dihindari dengan orang yang diketahui menderita AIDS dan orang yang sering menggunakan obat bius secara intravena. 2. Mitra seksual multipek atau hubungan seksual dengan orang yang mempunyai banyak teman kencan seksual, memberikan kemungkinan lebih besar mendapat AIDS. 3. Cara hubungan seksual yang dapat merusak selaput lendir rektal, dapat memperbesar kemungkinan mendapatkan AIDS. Sanggama anal pasif yang pernah dilaporkan pada beberapa penelitian menunjukkan korelasi tersebut, walaupun belum terbukti , kondom dianggap salah satu untuk menghindari penyakit kelamin, cara ini masih merupakan anjuran. 4. Kasus AIDS pada orang yang menggunakan obat bius intravena dapat dikurangi dengan cara memberantas kebiasaan buruk tersebut dan melarang penggunaan jarum suntik bersama. 5. Semua orang yang tergolong beresiko tinggi AIDS seharusnya tidak menjadi donor. 6. Para dokter harus ketat mengenai indikasi media transfusi darah autolog yang dianjurkan untuk dipakai.

2.9

Prognosis Sepuluh tahun setelah infeksi HIV 50% penderita mengalami AIDS. Prognosis AIDS buruk karena HIV menginfeksi sistem imun terutama sel CD4 dan akan menimbulkan destruksi sel tersebut, akibatnya banyak sekali penyakit yang dapat menyertainya. 2

BAB III KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapatkan dari referat ini adalah: 1. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang

menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh manusia. 2. Aquired Immune Deficiency Syndrome AIDS atau sindrom kehilangan kekebalan tubuh adalah sekumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh manusia sesudah sistem kekebalannya dirusak oleh virus HIV. 3. HIV menginfeksi sistem imun terutama sel CD4 dan menimbulkan destruksi sel tersebut sehingga penderita mudah terinfeksi penyakit bahkan menderita keganasan. 4. Cara penularan terutama melalui darah, cairan tubuh, dan hubungan seksual. Virus HIV ditemukan dalam jumlah besar dalam cairan sperma dan darah, sedangkan dalam jumlah kecil ditemukan dalam air liur dan mata. 5. Panduan diagnosis HIV / AIDS dengan melihat gejala klinis dan pengujian serologi anti-HIV metode ELISA dengan strategi 3. 6. Pengobatan pda pasien HIV/AIDS dilakukan setelah penilaian stadium klinis, stadium immunologis, dan pemeriksaan laboratorium. 7. Panduan yang ditetapkan pemerintah untuk lini pertama pemberian ARV adalah 2 NRTI + 1 NNRTI. 8. Penyakit HIV/ AIDS memang belum dapat disembuhkan namun dapat dicegah penularannya. 9. Prognosis dari penyakit HIV/ AIDS tidak begitu baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. 2. 3.

Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep klinis dan proses penyakit. Edisi 6 Volume 1. Jakarta: EGC. 2005. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta FKUI: 2007. Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA. Jawetz, melnick, and adelbergs medical microbiology. 25th edition. USA: McGraw-Hill Companies; 2010. Kementrian Kesehatan RI. Pedoman nasional tatalaksana klinis infeksi HIV dan terapi antiretroviral pada orang dewasa dan remaja. Jakarta: Kemenkes RI. 2012.

4.

Anda mungkin juga menyukai