Anda di halaman 1dari 26

Riview Buku

Judul Buku Penulis


Oleh:
Erik Santoso Tri Arif Wiharso Nurdin Mahmud Rusdian Rifai Karyono

E-Learning Alternatif Pembelajaran Kontemporer BAB IV


R. Poppy Yaniawati.

128612004 128612014 128612013 128612016 218612019

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah serta Inayah-Nya kepada kita semua. Sehingga kita dapat berupaya dan berusaha dalam menjalani hidup ini. shalawat serta salam, marilah kita curahkan kepada baginda Rasul yakni Nabi Besar Muhammad Saw dan keluarganya, sahabatnya, sampai pada umatnya yang paling akhir, semoga kita semua selalu melaksanakan ajaran ajarannya. Amiin. Dengan kemudahan yang telah diberikan, penyusun dapat menyelesaikan riview buku yang berjudul : E-Learning Alternatif Pembelajaran

Kontemporer BAB VI. Penyusun menyadari bahwa pembuatan riview ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan yang penyusun miliki. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, guna penyempurnaan skripsi ini. Dalam penyelesaian makalah ini, penyusun telah banyak memperoleh bantuan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Dr. Hj. R. Poppy Yaniawati selaku dosen mata kuliah aplikasi teknologi dalam pembelajaran matematika yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penyusun

2.

Semua Dosen Program Studi Magister Pendidikan Matematika yang telah memberikan tambahan wawasan pada penyusun.

3.

Rekan-rekan Matematika kelas A yang memberikan wawasan kepada penyusun.

4.

Semua pihak yang telah membantu sehingga tersusunnya makalah ini. Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi

penyusun dan umumnya bagi semua pembaca serta bagi kemajuan pendidikan.

Tasikmalaya, Oktober 2013

Penyusun

IMPLEMENTASI E-LEARNING

Dalam reviu bab ini kami akan memberikan ringkasan mengenai isi dari bab VI yang berjudul Implementasi E-Learning dalam buku : E-Learning Alternatif Pembelajaran Kontemporer yang ditulis oleh R. Poppy Yaniawati. Tujuan Instruksional: Bab ini menyajikan berbagai panduan praktis dalam mengambangkan pembelajaran berbasis elektronik (E-Learning) pada materi penting penting pendidikan matematika. Pada Bab ini diharapkan pembaca dapat

mengoperasionalkan pembelajaran mateamtika kontemporer ini, sehingga proses pembelajaran yang dijalankan memiliki daya pikat tersendiri bagi peserta didik, sekaligus dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran yang lebih terukur. A. Rangkuman Tantangan dalam Implementasi E-Learning Pemanfaatan elektronik, khususnya internet, dalam pembelajaran mengundang permasalahan, antara lain sebagaimna ditulis Bullen dalam Soekartawi (2003), yakni; 1. Kurangnya interaksi antara pendidik dan peserta didik, dan antar peserta didik dapat memperlambat terbentuknya values dalam proses

pembelajaran 2. Kecendrungan mengabaikan aspek akdemik atau aspek sosial, dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial 3. Proses pembelajarannya cenderung ke arah pelatihan daripada

pendidikan

4. Berubahnya peran pendidik dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT 5. Peserta didik yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal 6. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalahnya tersedianya listrik, telepon ataupun internet) 7. Kurangnya mereka yang mengetahui dan memiliki keterampilan berkaitan dengan internet 8. Kurangnya penguasaan bahasa komputer oleh pelaku pendidikan Penyelengara kegiatan e-learning menempatkan pendidik/instruktur menjadi faktor yang sangat menentukan dan keterampilannya memotivasi peserta didik menjadi hal yang krusial. Menurut Purbo (1996),

pendidik/instruktur haruslah bersikap transparan dalam menyampaikan informasi tentang semua aspek kegiatan pembelajaran sehingga peserta didik dapat belajar secara baik untuk mencapai hasil belajar yang baik. Informasi yang dimaksud di sini mencakup: 1. Alokasi waktu untuk mempelajari materi pembelajaran dan penyelesaian tugas-tugas 2. Keterampilan teknologis yang perlu dimiliki peserta didik untuk memperlancar kegiatan pembelajarannya dan 3. Fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan dalam kegiatan

pembelajaran

Disamping hal-hal tersebut, para pendidik/instruktur dalam e-learning juga dituntut aktif dalam diskusi, misalnya dengan cara: 1. Merespon setiap informasi yang disampaikan peserta didik 2. Menyiapkan dan menyajikan risalah dari berbagai sumber (referensi) lainnya 3. Memberikan bimbingan dan dorongan kepada peserta didik untuk saling berinteraksi 4. Memberikan umpan balik secara individual dan berkelanjutan kepada semua peserta didik 5. Menggugah/mendorong peserta didik agar setiap aktif belajar dan mengikuti diskusi serta membantu peserta didik agar tetap dapat saling berinteraksi Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam menerapkan e-learning pada pembelajaran setidak-tidaknya perlu mempertimbangkan lima faktor berikut ini: 1. Peserta didik (pembelajaran); sistem e-learning idealnya dapat dibangun sesuai dengan karakteristik peserta didik atau pola belajar pesera didik sebagai subjek dalam keseluruhan proses 2. Materi (bahan belajar); restrukturasi materi perlu dilakukan agar sesuai dengan format teknologi yang digunakan, di samping itu dapat memberikan nilai lebih dibanding proses kelas tradisional

3. Organisasi; kebijakan dan komitmen pimpinan organisasi belajar sangat dibuthkan dalam mengiring dan mensosialisasikan proses perubahan ini 4. Proses sistem; merupakan proses kerja (bisnis) pelaksanaan elearning yang harus didefinisikan secara lengkap terkait pada peran dan tanggung jawab administrator, pendidik (pakar), teknisi, perancang materi, implementasi proses belajarmengajar serta penataan keseluruhan proses sistem 5. Teknologi sebagai alat yang mendukung tercapainya efektivitas tujuan dari e-learning bagi organisasi belajar Menurut Kartasasmita (2003), penerapan e-learning sebaiknya hanya yang melibatkan sekelompok kecil pembelajaran (5-7 orang) dan tutor. Komunikasi intensif ditumbuhkan di antara sesama pembelajar dan antara pembelajaran dengan tutor. Tutor memberikan bahan belajar yang disusunnya sendiri atau diambil dari sumber-sumber internet dan mungkin bahan dari buku atau media cetak lain, dan tugas-tugas untuk peserta didik. Peserta didik diberi waktu untuk mempelajari bahan ajar dan memenuhi tugas-tugas yang diberikan. Permasalahan teknis pembelajaran diikuti pula oleh lemahnya infrastruktur. Akibtanya lemahnya dukungan infrastruktur tersebut

menyebabkan pemnfaatan e-learning di Indonesia masih tertinggal bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Filipina dan Singapura. Hal ini bisa dilihat dari data pengguna internet di

mana pengguna internet terbesar adalah berada di negara-negara maju. Karena berbagai keterbaatasan infrastruktur pendukung ini, maka

perkembangan internet di Indonesia belum seperti yang diharapkan. Walupun demikian, perkembangan internet di Indonesia sudah mulai membaik, dengan membangun berbagai fasilitas seperti jaringan telepon, listrik, dan fasilitas lainnya. Warung Informasi dan Teknologi atau WARINTEK (Technology Information Kiosk) yang diselengarakan oleh Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi dan PDII-LIPI pada tahun 2000, kini tumbuh dan berkembang pesat (Soekartawi, 2003) Pengkritik e-learning mengatkan disamping daerah jangkauan kegiatan e-learning yang terbatas (sesuai dengan ketersediaan infrastruktur), frekuensi kontak secara langsung antar sesama peserta didik dan antara peserta didik dengan nara sumber sangat minim demikian juga dengan peluang peserta didik yang terbatas untuk bersosialisasi. (Wildavsky, 2001). Terhadap kritik ini, lingkungan e-learning sebaiknya dapat diciptakan sedemikian rupa, sehingga dapat membantu mengemabngkan rasa

bermasyarakat di kalangan peserta didik sekalipun mereka terpisah jauh satu sama lain. Analisi terhadap buku bab VI Bagian A 1. Masih ada kata-katan yang salah ketikan dan masih ada juga tanda baca yang kurang tepat sehingga perlu perbaikan

2. Masih ada kata di awal paragraf yang mengunakan huruf sambung seperti: selain, padahal kata selain itu masih berhubungan dengan pragraf sebelumnya 3. Masih ada singkatan yang belum dijelaskan terlebih dahulu seperti PDIILIPI 4. Pada bab ini lebih banyak mengambil pendapat-pendapat orang lain sehingga pendapat dari penulis kurang terlihat 5. Pendapat-pendapat para ahli masih ada yang kurang jelas tetapi tidak dijelaskan oleh penulis sehingga mungkin apabila orang yang baru mengenal e-learning akan sulit untuk memahami buku ini Pada reviu bab menyajikan berbagai panduan praktis dalam

mengembangkan pembelajaran berbasis elektronik (e-learning) pada materi penting pendidikan matematika. Pada reviu ini diharapkan pembaca dapat mengoperasionalkan pembelajaran matematika kontemporer ini, sehingga proses pembelajaran yang dijalankan memiliki daya pikat tersendiri bagi peserta didik, sekaligus dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran yang lebih terukur. Besarnya peran dan manfaat e-learning dalam rekayasa budaya belajar tidak serta-merta menghapus promlematika yang muncul dalam pembelajaran. Apa yang diperlukan bagi sebuah keberhasilan adalah penggunaan yang konstan terhadap keseluruhan e-learning untuk pembelajaran matematika, apakah pelajar tersebut berada dalam sebuah kelas reguler atau bekerja dalam sebuah program belajar mandiri. Kadang-kadang e-learning ini secara tidak sadar diterapkan karena siswa tertentu tampak memiliki sebuah keterampilan untuk pembelajaran

matematika dimana mereka tidak secara sadar menyadarinya. Tetapi seringkali, peserta didik yang berhasil telah mencapai tujuan-tujuan mereka hanya melalui aplikasi yang sadar, sistematis dari serangkaian e-learning. Oleh sebab itu e-learning yang baik digunakan melihat kecocokan yang diberikan kepada siswa untuk bisa mencapai hasil yang maksimal dan hasil yang bisa terlihat secara sadar bahwa e-learning itu baik digunakan untuk individu yang satu dengan individu yang lainnya, maka hal itu penting untuk dikaji kembali dan di lihat yang mana yang baik atau cocok digunakan untuk siswa yang secara sadar belajar dengan kelas matematika tertentu, atau siswa yang belajar secara mandiri, isi reviu bab ini akan membahas lebih lengkap tentang e-learning yang baik dan kelebihan serta kekurangan pada e-learning tersebut.

I.

RINGKASAN BAB Bab ini membahas tentang implementasi e-learning dan bagaimanakah

seorang

pendidik

menggunkan

e-learning

yang

baik

untuk

mencapai

pembelajaran yang maksimal? Tentu hal ini menjadi pengaruh yang terpenting untuk pendidik dalam memilih model yang tepat yang akan digunakan dalam pembelajaran. Bab ini membahas secara ringkas bahwa implementasi e-learning adalah pembelajaran berbasis elektronik dalam memecahkan sebuah masalah atau tugas, gaya operasi untuk mencapai sebuah tujuan tertentu, atau desain-desain yang terencana untuk mengendalikan dan memanipulasi informasi tertentu serta dalam pembelajaran. Dalam bab ini dibahas hal-hal pokok apa saja yang menunjang dalam

pembelajaran dan membahas implikasi-implikasinya untuk menerapkan elearning di dalam kelas, secara spesifik, bagaimana teknik-teknik kelas matematika dapat mendorong, membangun, dan mendukung penerapan pembelajaran matematika yang efektif pada siswa. Sisi dari pengajaran matematika ini dikenal dengan istilah pembelajaran berbasis elektronik. e-learning, pada intinya, teknik-teknik siswa untuk menekankan prinsipprinsip dalam pembelajaran yang berhasil. Dalam sebuah pengajaran era komunikatif, interaktif, yang berpusat pada siswa, e-learning tidak dapat diabaikan. Terlalu sering, guru matematika terlalu terobsesi dengan

penyampaian matematika pada siswa mereka sehingga mereka mengabaikan beberapa usaha untuk mempersiapkan siswa untuk menerima matematika. Dan siswa, kebanyakan tidak menyadari trik-trik dalam pembelajaran matematika yang sukses, dengan hanya melakukan apa yang guru perintahkan kepada mereka, tidak perlu mempertanyakan hal-hal lainnya. e-learning memiliki akar awal dalam studi-studi siswa matematika yang baik. Penelitian dalam area ini cenderung untuk pertama-tama mengidentifikasi siswa matematika yang berhasil dan kemudian untuk mengekstrak melalui tes faktor-faktor prestasi belajar, dan analisis data lainnya faktor-faktor yang relevan yang diyakini berkontribusi pada keberhasilan mereka. Satu langkah dalam memahami e-learning adalah membuat sebuah perbedaan diantara gayagaya belajar, apakah berhubungan dengan kepribadian (seperti ekstrovert, harga diri, kegelisahan) atau pada kognisi (seperti orientasi otak kiri/kanan, toleransi

kerancuan, sensitivitas bidang) memberikan ciri-ciri yang konsisten dan abadi, kecenderungan, atau preferensi. B. Beberapa Hal yang Diperlukan dalam Implementasi E-Learning Penyelenggaraan e-learning membutuhkan dukungan sistem administrasi dan manajemen. Sistem administrasi dan manajemen e-learning dapat diselenggarakan dengan memanfaatkan sistem informasi, meliputi beberapa kegiatan sebagaimana pendapat Oetomo (2002), yakni: 1. Administrasi data staf edukatif, karyawan, kurikulum, mata kuliah, data peserta didik, nilai, data pustaka dan sistem perpustakaan, sistem administrasi pembayaran, dan sebagainya. 2. Proses belajar mengajar meliputi up-load dan down-load materi paper atau tugas akhir, ujian, dan sebagainya. Juga bagaimana menggantikan kegiatan praktikum dalam sistem pendidikan berbasis internet ini, memerlukan perumusan yang konkret. 3. Pembentukan iklim ilmiah merupakan faktor yang paling sulit, bagaimana menyusun materi pembelajaran yang menarik, menciptakan suasana belajar yang kompetitif, menyajikan studi kasus yang menantang dan memacu dalam belajar, pembentukan forum-forum diskusi ilmiah, penciptaan topik-topik penelitian, dan sistem penilaian yang memotivasi peserta didik untuk belajar lebih baik lagi. 4. Untuk pengelolaan keuangan yang dipandang kini sudah terlalu sulit lagi, karena pihak lembaga dapat bekerja sama dengan lembaga perbangkan yang telah memiliki sistem internet banking.

Adapun dilihat dari sisi penyelenggaraan pembelajaran, terdapat empat

kegiatan pokok model e-learning, hal itu sebagaimana dikemukakan oleh Soekartawi (2003), yakni: 1. Melakukan penyesuaian kurikulum. Kurikulum sifatnya holistik, di mana pengetahuan, keterampilan, dan nilai (values) diintegrasikan dengan kebutuhan pada era informasi ini. Kurikulum bersifat competency based curriculum. 2. Melakukan variasi cara mengajar untuk mencapai dasar kompetensi yang ingin dicapai dengan bantuan komputer. 3. Melakukan penilaian dengan memanfaatkan teknologi yang ada (menggunakan komputer, on-line assessment system). 4. Menyediakan material pembelajaran seperti buku, komputer, multimedia, dan studio yang memadai. Materi pembelajaran yang disimpan di komputer dapat diakses dengan mudah, baik oleh pendidik maupun peserta didik. Sehubungan dengan hal di atas, para ahli pendidik dan internet menyarankan beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum pendidik memilih e-learning sebagai model pembelajaran (Purbo, 2002; Soekartawi, 2003), antara lain sebagai berikut. 1. Analisis Kebutuhan (need analisis) Pada tahapan awal, satu hal yang perlu dipertimbangkan adalah apakah memang sudah dibutuhkan e-learning. Untuk menjawab pertanyaan ini, tidak dapat dijawab dengan perkiraan atau berdasarkan atas saran orang lain. Sebab, setiap lembaga menentukan teknologi pemeblajaran sendiri yang berbeda satu sama lain. Untuk itu perlu diadakan analisis kebutuhan (need analisis). Kalau

analisis ini telah dilaksanakan dan jawabannya adalah membutuhkan atau memerlukan e-learning, maka tahap berikutnya adalah membuat studi kelayakan, yang komponen penilaiannya sebagai berikut. a. Apakah secara teknis dapat dilaksanakan (technically feasible). Misalnya: apakah jaringan internet bisa dipasang; apakah infrastukturnya, seperti telepon, listrik, dan komputer tersedia; apakah ada tenaga teknis yang bisa mengoprasikannya. b. Apakah secara ekonomis menguntungkan (economically profitable). Misalnya: apakah dengan e-learning kegiatan yang dikakukan

menguntungkan, atau apakah return on investment (ROI)-nya lebih besar dari satu. c. Apakah secara sosial penggunaan e-learning tersebut diterima oleh masyarakat (socially acceptable). 2. Rancangan instruksional Dalam menentukan rancangan instruksional ini perlu dipertimbangkan aspek-aspek berikut. a. Course content and learning unit analysis; seperti isi pelajaran, cakupan, topik yang relevan, dan satuan kredit semester. b. Learner analysis; seperti latar belakang pendidikan peserta didik, usia, jenis kelamin, status pekerjaan, dan sebagainya. c. Learner context analysis; seperti kompetensi pembelajaran apa yang diingikan hendaknya dibahas secara mendalam dibagian ini.

d. Instructional analysis; seperti bahan ajar apa yang dikelompokan menurut kepentingannya, menyusun tugas-tugasnya dari yang mudah hingga yang sulit,dan sebagainya. e. State Instructional objectives; tujuan instruksional ini dapat disusun berdasarkan hasil analisis instruksional. f. Construct criterions test items; penyusunan tes ini dapat didasarkan dari tujuan instruksional yang telah ditetapkan. g. Select Instructional strategy; strategi instruksional dapat ditetapkan berdasarkan fasilitas yang ada. 3. Interface design Pada tahap ini perlu dilakukan uji platform atau working template yang telah dirancang. Sebab, kadang-kadang model yang telah dirancang dalam HTML-style tidak bisa dioperasikan. 4. Tahapan pengembangan Berbagai upaya dalam rangka mengembangkan e-learning bisa dilakukan mengikuti perkembangan fasillitas ICT yang tersedia. Hal ini terjadi karena kadang-kadang fasilitas ICT tidak dilengkapi dalam waktu yang bersamaan. Begitu pula halnya dengan prototipe bahan ajar dan rancangan instruksional yang kan dipergunakan terus dikembangkan dan dievaluasi secara kontinu. 5. Pelaksanaan Prototipe yang lengkap bisa dipindahkan ke komputer (LAN) dengan menggunakan format, misalnya format HTML. Ujian terhadap Prototipe hendaknya terus-menerus dilakukan. Pada tahap ini sering kali ditemukan

berbagai hambatan, misalnya bagaimana menggunakan management course tool secara baik, apakah bahan ajarnya benar-benar memenuhi standar bahan ajar mandiri. 6. Evaluasi Sebelum program dimulai, ada baiknya dicobakan dengan mengambil beberapa sampel orang yang dimintai tolong untuk ikut mengevaluasi. Proses dari kelima tahapan di atas diperlukan waktu yang relatif lama, karena Prototipe perlu dievaluasi secara terus-menerus. Masukan dari orang lain atau dari peseta didik perlu diperhatikan secara serius. Proses dari tahapan satu sampai lima dapat dilakukan berulang kali, karena prosesnya terjadi terusmenerus. C. Penilaian dalam E-Learning web (1992) mendefinisikan penilaian matematika sebagai proses pengumpulan informasi tentang pengetahuan peserta didik terhadap konsep matematika, dan juga menentukan sikap dan keyakinan dalam mengerjakan matematika 1. Prinsip-prinsip penilaian Pennsylvania State University (1998) telah mengembangkan telah mengembangkan prinsip-prinsip untuk memandu penilaian E-learning dalam pendidikan jarak jauh, prinsip tersebut sebagai berikut : a. Instrument dan aktivitas penilaian seharusnya sesuai dengan tujuan dan kecakapan yang dibutuhkan peserts didik melalui suatu program pendidikan jarak jauh

b. Penilaian dan strategi manajment seharusnya menjadi bagian menilai kemajuannya, dan membuat kembali tujuan belajar atau pembelajaran. c. Penilaian dan strategi pengukuran seharusnya mengakomodasi kebutuhan khusus, karakteristik, dan situasi peserta didik dari jarak jauh. Kibby merinci Sembilan aturan yang dibuat dalam mengembangkan penilaian untuk pembelajaran berbasis web a. Persfektif pembelajaran apa yang akan dinilai; kognitif (penerimaan pengetahuan), behavior(pengembangan kecakapan, humabnistik(nilai dan sikap) b. Siapa yang membuat penilaian; peserta didik, teman sebaya atau instruktur c. Apakah strategi penilaian akan dipelajrari dari pengalamannya sendiri? d. Apakah penilaian merupakan formatif atau sumatif? e. Menggunakan pertimbangan apa dalam memberikan penilaian, standar teman sebaya atau criteria yang dibuat? f. Apakah penilaian dapat memberikan suatu keseimbangan antara terstruktur dan kebebasan? g. Apakah penilaian akan autentik; direalisasikan pada situasi dunia nyata? h. Apakah penilaian akan terintegrasi; pengujian serangkaian pengetahuan skill? i. Bagaimanakah reliabilitas dan validitas dari penilaiannya ? 2. Macam macam penilaian Morgan dan O Realy (1999) mengembangkan 5 tipe yang berbeda dari aktivitas penilaian yang biasa kita kenal, yaitu sebagai berikut :

a. Ungraded activity dan feedback yang dibangun ke dalam materi studi. b. Kuis dan tes self-assesment yang membuat peserta didik mengecek belajarnya sendiri c. Feedback formal dalam penugasan dari instruktur, teman sebaya, atau kolega, atau mentor. d. Dialog informal dengan instruktur, teman sebaya, atau yang lainnya e. Tes menyiapkan peserta didik untuk penilaian formal.

Beberapa contoh bentuk penilaian dalam pembelajaran full on-line asynchronous e-learning, diantaranya:(Morgan dan O Realy, 1999) a. Aktivitas ; b. Me-review literature; c. Proyek kolaborasi d. Ujian e. Refleksi 3. Feedback (umpan balik) Wiggins (1998) mendefinisikan feedback sebagai penyediaan informasi perorangan terhadap bagaimana dia menampilkan apa yang dia lakukan. Contoh dari hubungan feedback tersebut meliputi : a. Feedback personal oleh instruktur untuk tugas individu b. Model pertanyaan disediakan oleh instruktur c. Evaluasi teman sebaya disediakan oleh peserta didik d. Feedback langsung otomatis disediakan oleh computer

D. Model E-Learning Penyelenggaraan e-learning dapat berfungsi sebagai suplemen

(tambahan), komplemen(pelengkap), atau substitusi(pengganti). Berikut ini beberapa model alternative model e-learning yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi di Negara tetangga. 1. Model e-learning Universitas tun abdul raxak (UNITAR) a. CD/web-based courseware Pendidik digantikan dengan multimedia interaktif CD/materi kuliah berbasis web. b. VOISS (Virtual on-line instructional support system) VOISS merupakan refresentasi dari komponen inti pembelajaran. c. Tutorial session Tutorial session dengan model pertemuan on-line dan tatap muka 2. Model e-learning Multimedia University (MMU) a. Peserta didik dapat mengakses secara multimedia materi kuliah dan tutorial b. Adanya interaksi antara instruktur dan peserta didik yang difasilitasi forum diskusi dan chatting. c. Terdapat email, baik dalam perkuliahan maupun diluar perkuliahan. d. Penyerahan Tugas melalui file transfer e. Adanya umpan balik antara instruktur dan peserta didik f. Adanya monitoring intelegen dari performent dan kemajuan peserta didik 3. Model e-learning Universitas Sains Malaysia (USM)

a. Modul terdiri atas beberapa media yang merupakan pembelajaran utama untuk semua peserta didik. b. Kuliah intensif di kampus USM setiap tahun pada bulan oktober selama 23 minggu. c. Kelas khusus pesrta didik sains pada minggu terakhir diadakan di pusatpusat wilayah dan dikelola oleh tenaga pengajar. d. Teletutorial dikelola oleh instruktur di USM melalui tayangan video pada akhir minggu. e. Rekaman video bisa disimpan di perpustakaan pusat wilayah untuk dipinjamkan sebagai bahan referensi. f. Bimbingan dan konseling juga disediakan untuk membantu masalah peserta didik berkaitan dengan pembelajaran. g. Evaluasi tahunan biasanya diadakan di beberapa tempat di seluruh Malaysia yang ditetapkan sebagai pusat evaluasi untuk para peserta didik.

E . Pengembangan E-Learning dengan Moodle Model merupakan paket software yang diproduksi untuk kegiatan belajar berbasis internet dan website. Moodle merupakan salah satu learning management system (LMS) open sources yang dapat digunakan secara bebas sebagai produk open source dibawah GNU. Moodle merupakan singkatan dari Modular Object oriented dynamic Learning Environment yang berarti tempat belajar dinamis dengan menggunakan model berorientasi objek.

Melfachrozi (2006) mengemukakan tentang moodle, diantaranya beberapa hal gambaran dan kelebihan tentang moodle, yaitu a. 100% cocok untuk kelas on-line dan sama baiknya dengan belajar tambahan yang langsung berhadapan dengan dosennya b. Sederhana, ringan, efisien dan menggunakan teknologi sederhana c. Mudah di install pada banyak program yang bisa mendukung PHP, Hanya membutuhkan satu Database. d. Menampilkan penjelasan dari pelajaran yang ada dan pelajaran tersebut dapat dibagi kedalam katagori e. Moodle dapat mendukung 1000 lebih pelajaran f. Mempunyai keamanan yang kokoh g. Paket bahasa disediakan penuh untuk berbagai bahasa. Kelemahan Moodle : a. Tampilan Kurang Hidup Secara umum, tampilan dari learning management system Moodle atau yang kadang-kadang diklasifikasikan sebagai content management system ini kurang hidup. Tampilan sangat berpengaruh terhadap perasaan, perasaan dan suasana hati tentu akan sangat berpengaruh terhadap semangat belajar. Seperti layaknya sebuah buku yang hanya dihiasi oleh tulisan tanpa gambar sedikitpun. Pengguna atau pembaca akan cepat bosan dengan hal tersebut. Namun, semuanya tergantung pada administrator atau pengelola situs, mengingat administrator adalah tokoh kunci yang bertanggung jawab atas keadaan CMS/LMS Moodle. Sepintas, tampilan dasar dari Moodle memang

begitu-begitu saja. Salah satu cara untuk membuat tampilan Moodle terlihat sedikit lebih hidup adalah dengan mengubah template atau tampilan dasarnya. Saat ini, theme/template bisa didapatkan secara bebas dan gratis di internet. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan jika Anda berencana untuk mengubah theme/tempalte Moodle adalah: Ukuran template Background Warna Sesuaikan dengan tujuan pembelajaran b. Fitur Live Chat / Conference Call Saat ini, Moodle memungkinkan penggunanya (administrator) untuk menambahkan sebuah fitur yang lebih interaktif, yaitu Conference Call. Namun fitur tersebut masih berbayar. Sebagai LMS/CMS yang Open Source, tentu saja penggunaan fitur seperti ini diharapkan bisa dinikmati secara gratis. Untuk mengakalinya, admin dapat menggunakan Skype atau Yahoo Messenger. Namun, penggunaan fitur Conference Call seperti ini (Skype & Yahoo Messenger) tidak dapat dilacak oleh administrator situs melalui fasilitas yang telah disediakan oleh Moodle. Jika memang fitur seperti ini sangat dibutuhkan, cara kedua, Anda dapat menggunakan fitur Conference Call yang bisa didapatkan di situs resmi Moodle di www.moodle.org. Namun, penggunaannya masih Trial atau berbatas waktu.

II. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BAB A. KELEBIHAN BAB Dan bab ini menyajikan berbagai panduan praktis dalam mengembangkan pembelajaran berbasis elektronik (e-learning) pada materi penting pendidikan matematika? apa yang diperlukan bagi sebuah keberhasilan adalah penggunaan yang konstan terhadap keseluruhan elearning untuk pembelajaran matematika, apakah pelajar tersebut berada dalam sebuah kelas reguler atau bekerja dalam sebuah program belajar mandiri. Kadang-kadang e-learning ini secara tidak sadar diterapkan karena siswa tertentu tampak memiliki sebuah keterampilan untuk pembelajaran matematika dimana mereka tidak secara sadar

menyadarinya. Tetapi seringkali, siswa yang berhasil telah mencapai tujuan-tujuan mereka hanya melalui aplikasi yang sadar, sistematis dari serangkaian strategi-strategi. Dalam bab ini terdapat banyak manfaat yang menjadi kelebihan dalam bab ini yaitu pendidik lebih mengetahui strategi, teknik, metode dan trik-trik dalam pembelajaran yang baik. Saat ini, e-learning pengajaran matematika telah mengalami sebuah peningkatan yang dramatis dalam perhatian apa yang kami sebut sebagai investasi strategis sehingga siswa mendapatkan proses

pembelajaran yang mereka inginkan. Dalam menggunakan model ini pendidik bisa mengamati, menfokuskan, mempraktekan, memantau, mengkoreksi, dan mengarahkan kembali siswa dalam proses pembelajaran berjalan. Dan juga seorang pendidik dapat mengembangkan strategi-

strategi untuk memahami siswa dan untuk memilih unsur-unsur yang relevan dalam matematika dan semua prilaku-prilaku yang penting lainnya pada siswa dan yang paling ter penting siswa mendapatkan penguasaan dalam pembelajaran akhir. matematika kemungkinan merupakan

seperangkat skill yang paling kompleks yang seseorang dapat cari untuk menguasainya; oleh karena itu, sebuah investasi adalah penting dalam bentuk mengembangkan beragam lapisan-lapisan dalam e-learning untuk memasukan e-learning kedalam otak seseorang. Dalam bab ini sebuah pengajaran era komunikatif, interaktif, yang berpusat pada siswa, tidak dapat diabaikan. Terlalu sering, guru matematika terlalu terobsesi dengan penyampaian matematika pada siswa mereka sehingga mereka mengabaikan beberapa usaha untuk mempersiapkan siswa untuk menerima matematika. Dan siswa, kebanyakan tidak menyadari trik-trik dalam pembelajaran matematika yang sukses, dengan hanya melakukan apa yang guru perintahkan kepada mereka, tidak perlu mempertanyakan hal-hal lainnya. Dalam sebuah usaha untuk mengisi jam-jam kelas dengan materi yang menarik, guru mungkin telah mengabaikan misi mereka dalam memampukan guru yang pada akhirnya menjadi independen dalam kelas yaitu, untuk menjadi siswa yang otonom. Tetapi e-learning ini menanamkan pada pendidik bahwa siswa harus berkembang tidak hanya menerima dan diam saja dengan apa yang diatur oleh guru.

E-Learning ini memeberikan suatu strategi yang benar-benar dibutuhkan oleh pendidik dalam proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran berjalan dengan baik dan siswa menjadi fokus dalam menghadapi pembelajaran tersebut. Terlebih strategi ini memacu pada trik dan teknik yang dilakukan oleh pendidik sehingga mengacu sebuah keberhasilan yang diimpikan setiap pembelajar bahasa awala tentunya untuk mencapai penguasaan bahasa pada akhir pembelajaran. B. KEKURANGAN BAB Dalam bab ini terdapat kekurangan pada pembahasan yakni mengenai bagaimana cara pendidik menangani siswa yang memiliki keterlambatan belajar dan memerlukan alokasi waktu relatif lebih lama, disini tidak dijelaskan pola yang cocok dan pola yang seperti apa yang akan diterapkan apabila e-learning ini tidak berhasil diterapkan pada siswa yang memang mengalami keterlambatan dalam proses belajar matematika. Kekurangan bab ini juga tidak memberikan contoh tahapantahapan yang seperti apa yang menjadi kesulitan pendidik dalam menghadapi proses pembelajaran apabila tidak menggunakan e-learning.

III. KESIMPULAN Dari pembahasan dan analisis bab dapat disimpulkan bahwa elearning yang digunakan oleh pendidik adalah berbasis eloktronik, teknik serta metode yang berupa trik-trik yang bisa memacu siswa berhasil dalam mengahadapi proses pembelajaran. e-learning merupakan jalan yang menjadi

kunci pendidik untuk menghasilkan pembelajaran yang fokus terhadap pembelajaran apa yang akan diberikan kepada siswa. Dan strategi menghasilkan pembelajar yang efektif, inovatif serta siswa menguasai apa yang dijelaskan oleh pendidik serta siswa tidak hanya menerima saja pembelajaran dari pendidik tetapi siswa mencoba menggali sendiri dan mencari apa yang dibutuhkannya sehingga pembelajaran bisa dimengerti oleh siswa itu sendiri. Secara sistematis pada bacaan-bacaan, daftar-daftar, dan beragam teknik dalam keempat skill yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis siswa dapat belajar dengan menggabungkan ke empat aspek ketrampilan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai