Anda di halaman 1dari 7

Analisis Kandungan Merkuri (Hg) Dan Sianida (Cn) Pada Beberapa Jenis Ikan Hasil Tangkapan Nelayan Di Teluk

Kao, Halmahera Utara Silvanus Maxwel Simange, Domu Simbolon, Dedi Jusadi

Analisis Merkuri (Hg) dan Arsen (As) di Sedimen Sungai Ranoyapo Kecamatan Amurang Sulawesi Utara Melin T. Kitong*, Jemmy Abidjulu, Harry. S. J. Koleangan Jurusan Kimia, FMIPA, Unsrat, Manado. Dari kedua jurnal ini alat analisis yang digunakan yakni sama-sama menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS), di sini yang akan di review perbandingan kandungan merkuri di perairan akibat aktivitas pertambangan emas yang menyebabkan pencemaran pada air yang diakibatkan dari pembuangan limbah pertambangan emas di sekitar sungai lokasi pertambangan. Untuk bahan yang digunakan juga hampir sama yang berbeda hanya sampel, pada jurnal 1 sampel yang dianalisis adalah sampel air dan ikan, sedangkan pada jurnal 2 sampel sedimen. Metode yang digunakan juga hampir sama perlakuannya pada jurnal 1 tahapan dan prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menetapkan area pengambilan sampel pada 2 stasiun pengamatan, yang merupakan muara sungai yang mengalir melalui lokasi penambangan emas. 2. Mengambil sampel air dengan menggunakan kammerer water sampler pada stasiun pengambilan sampel yang sudah ditetapkan. Air sampel yang diambil kurang lebih 200 ml untuk tiap titik sampel. 3. Memasuhkan sampel air ke dalam wadah yang bersih dan steril. 4. Memasukkan wadah yang berisi sampel air ke dalam coolbox, kemudian

memasuhkan es batu ke dalam coolbox yang telah berisi jerigen. 5. Prosedur pengambilan sampel air ini didasarkan pada standar SNI 06-2412-1991 dan SNI 03-7016-2004.

6. Menetapkan titik pengambilan sampel ikan sebanyak 4 titik yaitu sekitar Tanjung Taolas dan Tanjung Akesone. Tanjung Taolas merupakan muara sungai Taolas sedangkan Tanjung Akesone merupakan muara Sungai Tabobo, dimana bagian hulu kedua sungai tersebut merupakan lokasi penambangan PT. NHM dan PETI. 7. Menangkap ikan dengan mengunakan bagan dan pancing pada stasiun pengamatan yang sudah ditentukan. 8. Menentukann ikan sampel, yaitu jenis ikan yang mobilitasnya rendah untuk memastikan bahwa ikan tersebut bukan ikan peruaya yang berasal dari luar perairan Teluk Kao. 9. Memasukkan sampel ikan yang diambil ke dalam wadah plastik dan kemudian diletakkan dalam coolbox. 10. Semua sampel air dan ikan disimpan sementara dalam freezer sebelum uji kadar merkuri (Hg) dan Sianida (CN). 11. Menguji kandungan Hg dan CN pada sampel air dan sampel ikan. Organ tubuh ikan yang diuji adalah daging dan bagian hati, yang dilakukan di Laboratorium Balai penelitian dan Pengembangan Industri, Manado dan Laboratorium Limnologi IPB, Bogor. Metode analisis menggunakan Atomic absoption Spectrophotometry (APHA, ED. 20, 1998, 4500-cn-e/Spektrodan APHA,ed. 20, 1998, 3500-HG/Spektro). Sedangkan pada jurnal 2 sedimen diambil dengan menggunakan pipa paralon dan diambil sedimen yang berada pada 10 - 15 cm dari permukaan sedimen.Sampel dipisahkan dari kerikil, potongan binatang, tumbuhan dan objek lain. Untuk satu lokasi terdapat 5 titik tempat pengambilan sampel sedimen. Sampel dari masing-masing titik tersebut dicampur untuk mendapatkan 1 komposit sampel. Sampel kemudian disaring dengan menggunakan ayakan dengan ukuran 2 mesh. Sampel dimasukkan ke dalam botol, disegel dan dimasukkan ke dalam kotak pendingin (coolen box) bersama dengan es batu selama transportasi. Sampel disimpan dalam ruang beku (freezer) sebelum dilakukan pengukuran. Hal ini dilakukan untuk mencegah aktivitas mikroba dalam sedimen. Kemudian sampel di analisis di Water Laboratory Nusantara (WLN). Dari hasil analisis kedua jurnal ini kandungan merkurinya masih dikatakan dibawah ambang batas karena kandungan merkuri dari kedua jurnal ini tidak ada yang mencapai di atas

2 ppm namun apabila kegiatan pertambangan emas tetap terus dilakukan tidak menutup kemungkinan perairan di sekitar lokasi pertambangan akan tercemar dan berakibat fatal bagi lingkungan dan masyarakat sekitar, termasuk biota laut seperti ikan dan tumbuhan, dimana pada jurnal 1 kandungan merkuri (Hg) masih dibawah ambang batas sehingga aman untuk dikonsumsi karena mengacu pada standar WHO diacu dalam Darmono (2008) tentang jumlah merkuri yang boleh masuk ke tubuh manusia berdasarkan PTWI (provisional Ttreable intake), maka jumlah merkuri yang diperbolehkan masuk ke dalam tubuh manusia selama satu minggu adalah 0,3 ppm total merkuri atau 0,2 ppm metal merkuri per minggu per 70 kg berat badan atau 0,04 ppm/hari. Nilai ambang (threshold) yang aman untuk kandungan merkuri pada tubuh ikan konsumsi yaitu sebesar 0.5 ppm. Dengan demikian, daging ikan kakap merah, belanak, biji nangka, dan udang yang tertangkap dari kedua lokasi penangkapan masih layak dikonsumsi, namun apabila dikonsumsi terus menerus juga akan berakibat fatal (berbahaya). Hasil analisis pada ikan Kandungan merkuri (Hg) pada organ hati ke 4 jenis ikan sampel lebih tinggi (0,130,51 ppm) dibandingkan pada dagingnya (0,020,19 ppm). Hati ikan yang paling tinggi kandungan merkurinya adalah ikan biji nangka (0,450,51).

Pada jurnal 1 Berdasarkan uji laboratorium terhadap air laut, kadar Hg pada 2 stasiun pengamatan (Tanjung Taolas dan Akesone) sama, yaitu 0.0002 ppm, Konsentrasi merkuri (Hg) ) di Teluk Kao masih dapat dikategorikan pada level rendah. Berdasarkan hasil penelitian ini maupun penelitian terdahulu ternyata kandungan merkuri (Hg) dalam air laut masih di bawah nilai ambang batas. Namun menurut asumsi peneliti, apabila penambangan emas dan perak di daerah ini berjalan terus tanpa pengolahan (penanganan) limbah yang baik, maka bukan tidak mungkin kandungan Hg pada perairan Teluk Kao akan terus meningkat dan terakumulasi hingga melebihi nilai ambang batas. Penggunaan merkuri (Hg) dalam aktivitas penambangan emas di Teluk Kao Kabupaten Halmahera Utara dapat menimbulkan kerusakan habitat dan kontaminasi atau keracunan serta kematian berbagai jenis biota yang hidup di sekitar kawasan tersebut, termasuk ikan dan manusia. Keberadaan logam berat yang masih dalam kategori rendah dalam suatu perairan tidak selalu mengindikasikan bahwa kandungan logam berat dalam tubuh ikan juga masih rendah. Menurut Suproyono (2007), kadar logam berat dalam tubuh ikan dan tumbuhan yang terdapat di perairan dapat mencapai 100.000 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kadar logam berat di dalam perairan itu sendiri. Dari hasil penelitiaan iniah (1995) juga membuktikan hal ini, kadar Hg perairan Teluk Jakarta sebesar 0,00216 ppm,

namun dalam daging ikan kadar Hg mencapai 0,80448 ppm. Hal ini disebabkan bahan kimia di perairan akan diabsorbsi organisme melalui proses biokosentrasi, bioakumulasi dan biomanifikasi, sehingga kosentrasi bahan kimia akan meningkat dalam tubuh organisme dibandingkan dengan perairan itu sendiri (Connell & Miller 1984; Rand & Petrocelli 1985).

Hasil analisis pada ikan Kandungan merkuri (Hg) pada organ hati ke 4 jenis ikan sampel lebih tinggi (0,130,51 ppm) dibandingkan pada dagingnya (0,020,19 ppm). Hati ikan yang paling tinggi kandungan merkurinya adalah ikan biji nangka (0,450,51). Kadar merkuri yang terdapat pada bagian-bagian hati ikan kakap lebih besar dari pada di bagian daging. Kandungan merkuri pada hati berkisar 0,130,38 ppm dengan ratarata 0,23 ppm, sedangkan pada bagian daging berkisar 0,060,19 ppm dengan rata-rata 0,12 ppm. Kadar merkuri yang terdapat pada bagian-bagian hati ikan belanak berkisar 0,160,36 ppm dengan rata-rata 0,25 ppm, sedangkan pada bagian daging berkisar 0,05 0,25 ppm dengan rata-rata 0,13 ppm. Hal ini berarti bahwa kadar merkuri yang terkandung pada bagian hati ikan belanak lebih tinggi dibandingkan dengan bagian daging. Tabel 1 Komposisi merkuri (Hg) pada bagian hati dan daging kakap merah yang tertangkap dari Tanjung Taolas

Kadar merkuri yang terdapat pada bagian-bagian hati ikan belanak berkisar 0,16 0,36 ppm dengan rata-rata 0,25 ppm, sedangkan pada bagian daging berkisar 0,050,25 ppm dengan rata-rata 0,13 ppm (Tabel 2). Hal ini berarti bahwa kadar merkuri yang terkandung pada bagian hati ikan belanak lebih tinggi dibandingkan dengan bagian daging, sama halnya dengan ikan kakap merah. Kadar merkuri tertinggi pada bagian hati terdapat pada B2 (36%), sedangkan paling rendah terdapat pada bagian B3 (16%). Pada bagian daging ikan belanak, kadar merkuri tertinggi terdapat pada B4 (47%), sedangkan paling rendah terdapat pada bagian B1 (9%).

Tabel 2 Komposisi merkuri (Hg) pada hati dan daging ikan belanak yang tertangkap dari Tanjung Akesone

Kandungan merkuri pada biji nangka atau kelompok ikan demersal lebih tingggi di ikan kakap maupun ikan belanak. Hal tersebut dimungkinkan karena aktivitas organ hati biota atau ikan demersal lebih lamban terutama dalam proses sirkulasi dan detoksifikasi, ini terkait dengan lebih rendahnya suhu dan lebih tingginya tekanan air di bawah. Kadar merkuri pada daging ikan yang tertangkap di Tanjung Taolas paling tinggi pada ikan kakap merah (0,12ppm) dan paling rendah pada udang putih (0,002 ppm). Sedangkan kandungan merkuri (Hg) pada ikan yang tertangkap di Tanjung Akesone paling tinggi terdapat pada ikan Belanak (0,13 ppm) dan paling rendah Udang putih (0,002 ppm) (Gambar 1).

Pada jurnal 2 yakni dari kelima tempat pengambilan sampel diperoleh kandungan merkuri tertinggi adalah pada sampel sedimen di Desa Karimbow I yaitu sebesar 1,3 ppm berat kering dan yang terendah adalah pada sampel sedimen di Desa Lompad, Desa Picuan dan muara Sungai Ranoyapo yaitu sebesar 0,05 ppm berat kering. Hasil data tersebut (tingkat konsentrasi merkuri yang terakumulasi dalam sedimen) dipengaruhi oleh letak/ jarak dari lokasi pertambangan, dimana semkin dekat dengan lokasi pertambangan maka konsentrasi merkuri makin tinggi bila dibandingkan dengan jarak yang jauh dari lokasi pertambangan, dari data tersebut di Desa Karimbow I, konsentrasi merkuri hampir mencapai 2 ppm, di mana menurut Veiga dan Meech (1995) sedimen yang memiliki konsentrasi merkuri di atas 2 ppm berarti sudah terkontaminasi dengan merkuri yang berasal dari kegiatan pertambangan yang ada di sekitar titik pengambilan sampel.

Dari data di atas menunjukkan bahwa di lokasi ini kandungan merkuri dalam sedimen sudah cukup tinggi yang disebabkan oleh pengolahan emas yang menggunakan merkuri sudah berlangsung cukup lama di sekitar. Pengolahan emas dengan teknik amalgamasi telah menyebabkan kontaminasi sedimen sungai. sungai. Sedimen yang telah terkontaminasi oleh merkuri berpotensi menimbulkan dampak lingkungan yang negatif dan berbahaya bagi masyarakat yang tinggal di sekitar sungai tersebut.

Di daerah yang dekat dengan lokasi pertambangan, merkuri di sedimen sebagian besar (80-90%) berbentuk merkuri unsur (Hg0). Di ekosistem perairan merkuri unsur mengalami penurunan konsentrasi yang sangat lambat. Hal ini disebabkan oleh lemahnya merkuri yang larut dalam air, terlebih lagi akumulasinya di bagian dasar sungai seringkali dihubungkan dengan karakteristik hidrologis sungai tersebut. Jika telah menutupi seluruh sedimen, merkuri unsur akan bertahan dalam waktu yang lama (Putra, 2011). Sedangkan sedimen di daerah yang jauh dari lokasi penambangan emas, sedimennya mengandung konsentrasi merkuri yang belum melampaui nilai batas kontaminasi. Diperkirakan merkuri yang terbawa oleh sedimen dari hulu (daerah pertambangan) dapat mengakumulasi daerah muara. Hal ini disebabkan merkuri yang terendap bersama sedimen di sepanjang sungai dapat membentuk hot spot kontaminasi antara estuari dan daerah kegiatan pertambangan, terutama pada aliran sungai yang tidak terlalu deras (Putra, 2011).

Proses ini akan terbawa terus sepanjang waktu dan menyebabkan terjadinya peningkatan konsentrasi di daerah estuari. Hal ini dapat dilihat pada sampel yang diambil di Desa Karimbow II. Di Desa karimbow II konsentrasi merkuri mencapai 0,18 ppm yang memperlihatkan konsentrasi tersebut di atas konsentrasi merkuri alami di Desa Lompat, desa Picuan dan muara sungai Ranoyapo. Kondisi ini menunjukan bahwa konsentrasi merkuri dalam sedimen akan mengalami penurunan apabila jaraknya semakin jauh dari daerah pertambangan. Kemampuan mobilitas merkuri yang rendah menyebabkan belum banyak merkuri yang mencapai bagian hilirnya. Sedangkan hal yang memungkinkan membantu penyebaran merkuri adalah aliran air yang terus menerus.

Anda mungkin juga menyukai