Anda di halaman 1dari 22

6

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Masalah Hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan
diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, Hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg. (Brunner & Suddarth, 2001: 896)
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal
dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda.
Secara umum, seseorang dianggap mengalami Hipertensi
apabila tekanan darahnya lebih tinggi daripada 140 mmHg
sistolik atau 90 mmHg diastolik (ditulis 140/90). (Corwin, 2000 :
356)
Tekanan darah tinggi atau Hipertensi berarti tekanan
(ketegangan) yang tinggi dalam arteri. Tekanan darah tinggi
umumnya didefinisikan sebagai tingkat tekanan darah yang
melebihi 140/90 mmHg yang dikonfirmasikan pada berbagai
kesempatan. http://www.prodia.co.id/m_informasi_terkini.html,
2008)
2. Jenis-jenis Hipertensi
Penyakit Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi
2 jenis yaitu :
a. Hipertensi primer atau esensial adalah Hipertensi yang tidak /
belum diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih
90 % dari seluruh Hipertensi). Hipertensi primer kemungkinan
memiliki banyak penyebab, beberapa perubahan pada jantung
7
dan pembuluh darah yang bersama-sama menyebabkan
meningkatnya tekanan darah.
b. Hipertensi sekunder adalah Hipertensi yang disebabkan
sebagai akibat dari adanya penyakit lain. Jika penyebabnya
diketahui, maka disebut Hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-
10% penderita Hipertensi, penyebabnya adalah penyakit
ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan
hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
Sedangkan menurut kondisi tekanan darah, Hipertensi
dibedakan menjadi :
a. Hipertensi sistolik terisolasi adalah tekanan darah sistolik
yang selalu lebih tinggi dari 140 mmHg, ntetapi biasanya
tekanan diastolik masih di bawah 90 mmHg. Gangguan ini
terutama mempengaruhi para orang tua dan secara khusus
ditandai dengan meningkat atau meluasnya tekanan nadi.
Tekanan nadi didefinisikan sebagai perbedaan antara
tekanan darah sistolik dan diastolik. Peningkatan tekanan
darah sistolik tanpa peningkatan tekanan darah diastolik
sehingga terjadi peningkatan teknan nadi.
b. Hipertensi Borderline didefinisikan sebagai peningkatan
tekanan darah secara ringan yang diketahui lebih tinggi dari
140/90 mmHg pada waktu tertentu dan lebih rendah pada
waktu-waktu lain. Pada orang-orang yang sudah lanjut usia,
tekanan darah sistolik yang agak lebih tinggi antara 140 -
160 mmHg dianggap sebagai nilai borderline, sepanjang
tekanan diastoliknya di bawah 90. jika selama pemeriksaan
lanjut penderita Hipertensi borderline, tekanan darah
menjadi semakin tinggi dari 140/90 mmHg biasanya
pemberian obat antiHipertensi mulai dilakukan, meskipun
tekanan diastoliknya tetap pada tingkat borderline (biasanya
di bawah 90 mmHg).
8
3. Patofisiologi
a. Proses perjalanan penyakit
Pada kondisi asupan garam yang berlebihan tubuh dapat
menahan terlalu banyak air sehingga volume cairan darah akan
meningkat tanpa disertai penambahan ruang pada pembuluh
darah, sealain itu berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah. Pada
saat cemas, sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah, sebagai rangsangan emosi. Medulla adrenal (kelenjar
penghasil hormon yang terdapat diatas ginjal) mengeluarkan
epinefrin (adrenalin) yang menyebabkan vasokontriksi
(penyempitan) pembuluh darah. Vasokontriksi menyebabkan
aliran darah ke ginjal berkurang sehingga merangsang
pelepasan renin oleh ginjal. Mekanisme terjadinya hipertensi
diawali dengan terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I
oleh Angiotensin Converting Enzyme (ACE). ACE memegang
peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah
mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati.
Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan
diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-
paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II
inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan
darah. Angiotensin II adalah zat yang terjadi secara alami yang
menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan darah melalui
vasokontriksi pembuluh darah dan retensi (penyimpangan)
garam dan air. Mekanisme kerja dari angiotensin II adalah
sebagai berikut. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi
hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di
hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk
mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya
ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh
(antidiuresis), sehingga menjadi tinggi osmolalitasnya (pekat).
Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan
9
ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian
intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada
akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari
korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang
memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume
cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi
NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal.
Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan
cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada
gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
b. Manifestasi klinik
Sebagian besar manifestasi klinis timbul setelah mengalami
Hipertensi bertahun-tahun, dan gejala yang timbul dapat
berupa:
1) Sakit kepala
2) Tengkuk terasa pegal
3) Wajah kemerahan
4) Emosi meningkat
5) Mual
6) Muntah
7) Sesak nafas
8) Kelelahan
9) Mimisan secara tiba-tiba
10) Pandangan menjadi kabur
11) Nokturia
12) Edema dependen
c. Komplikasi Hipertensi
1) Stroke
Stroke dapat terjadi akibat perdarahan dan tekanan
tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari
pembuluh darah non-otak yang terpajang tekanan tinggi.
10
Stroke dapat terjadi pada Hipertensi kronik apabila
arteri-arteri yang memperdarahi otidak mengalami
hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah ke
daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri-
arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat
melemah dan kehilangan elastisitas sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.
2) Infark miokardium
Infark miokardium dapat terjadi apabila arteri koroner
yang aterosklerotik tidak dapat menyuplai darah yang
cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk
trombus yang menghambat aliran darah melalui arteri
koroner. Karena Hipertensi kronik dan hipertrofi
ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin
tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung
yang menyebabkan infark. Hipertrofi ventrikel dapat
menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran
listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia,
hipoksia jantung dan peningkatan pembentukan
pembekuan.
3) Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif
akibat tekanan yang tinggi pada kapiler-kapiler ginjal,
yaitu glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus, darah
akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan
teganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan
kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus,
protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan
osmotik koloid plasma berkurang menyebabkan edema
yang sering dijumpai pada Hipertensi kronik.
4. Penatalaksanaan Hipertensi
Salah satu cara penanggulangan Hipertensi yang
direkomendasikan adalah pendekatan dietetis untuk
11
menghentikan Hipertensi atau dikenal dengan sebutan DASH
(Dieatery Approaches to Stop Hypertension) sebab selama ini
dilakukan hanya dengan pengaturan garam atau natriumnya
saja (diet rendah garam), namun tidak memperhitungkan
kualitas suatu susunan hidangan. DASH digunakan untuk
mencegah dan mengontrol tekanan darah tinggi karena diet ini
lebih banyak menganjurkan konsumsi sayur dan buah.
Penelitian tentang DASH menunjukkan bahwa diet tinggi buah,
sayur, dan menggunakan produk susu rendah lemak (susu
skim, yoghurt), mengurangi Saturated Fatty Acid (SAPA) dan
total lemak seperti daging yang berlemak dapat menurunkan
tekanan sistolik rata-rata 6 -11 mmHg. Kombinasi DASH dan
rendah garam memberikan dampak positif pada perubahan
tekanan darah.
Penelitian tentang DASH yang bertujuan untuk menilai
efek pola diet terhadap tekanan darah membuktikan bahwa
kombinasi diet DASH dan diet rendah garam mempunyai
pengaruh yang sangat bermakna terhadap penuranan tekanan
darah, yaitu menurunkan tekanan darah sistolik pada kelompok
Hipertensi sebesar 11,5 mmHg dan diastolik sebesar 5 mmHg.
Hoey J. (2001), dalam laporan penelitiannya mengatidakan
bahwa Diet DASH dapat membantu menurunkan tekanan
darah dalam dua minggu. Hasil penelitian sebelumnya tentang
anjuran kombinasi diet DASH menunjukkan adanya penuranan
tekanan darah yang signifikan pada penderita Hipertensi yang
diberikan anjuran kombinasi diet DASH.
Ada 5 prinsip yang terkandung pada perencanaan pola
makan/diet DASH, yakni:
a. Konsumsi buah dan sayur yang mengandung kalium,
fitoesterogen dan serat. Konsumsi kalium (potasium) yang
bersumber dari buah-buahan seperti pisang, mangga, air
kelapa muda bermanfaat untuk mengendalikan agar
tekanan darah menjadi normal dan terjadi keseimbangan
antara natrium dan kalium dalam tubuh. Konsumsi kalium
12
yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya di dalam
cairan intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan dari
bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah.
Fitoestrogen bersumber pada pangan nabati seperti susu
kedelai, tempe dll, mempunyai kemampuan untuk berperan
seperti halnya hormon estrogen. Fitoestrogen dapat
menghambat terjadinya menopause, selain itu fitoestrogen
bermanfaat untuk menghindari gejala hot flaxes (rasa
terbakar) pada wanita menopause dan menurunkan risiko
kanker. Sedangkan serat dibutuhkan tubuh terutama untuk
membersihkan isi perut (bulky) dan membantu
memperlancar proses defekasi. Serat juga mempengaruhi
penyerapan zat gizi dalam usus. Manfaat serat terutama
dapat mencegah kanker kolon.
b. Low fat dairy product (menggunakan produk susu rendah
lemak)
Pada diet Hipertensi diberikan produk susu rendah lemak,
dimana susu mengandung banyak kalsium. Di dalam cairan
ekstraseluler dan intraseluler kalsium memegang peranan
penting dalam mengatur fungsi sel, seperti untuk mengatur
transmisi saraf, kontraksi otot, penggumpalan darah dan
menjaga permeabilitas membran sel. Kalsium mengatur
pekerjaan hormon-hormon dan faktor pertumbuhan. Susu
rendah lemak baik diberikan kepada wanita manula, tidak
hanya untuk mendapat tambahan kalsium tapi juga protein,
vitamin dan mineral. Asupan kalsium dan magnesium
dilaporkan bermanfaat dalam penurunan tekanan darah.
c. Konsumsi ikan, kacang dan unggas secukupnya
Intidake protein yang cukup dapat membantu pemeliharaan
sel, untuk membantu ikatan-ikatan esensial tubuh, mengatur
keseimbangan air, memelihara netralitas tubuh,
pembentukan anti bodi dan mengangkut zat-zat gizi.
13
d. Kurangi SAFA (Saturated Fatty Acid) seperti daging
berlemak.
Lemak jenuh bersifat aterogenik, lemak jenuh yaitu asam
urat, asam palmitat, asam stearat. Seseorang dengan
penyakit pembuluh darah umumnya harus membatasi
konsumsi lemak jenuh berlebihan terutama dari sumber
hewani seperti daging merah, lemak babi, juga minyak
kelapa, cokelat, keju, krim, susu krim dan mentega.
Penimbunan SAFA didalam pembuluh darah menyebabkan
timbulnya arteriosklerosis yang akhirnya meningkatkan
tekanan darah.
e. Membatasi gula dan garam.
Membatasi garam bertujuan untuk menurunkan tekanan
darah, mencegah oedema dan penyakit jantung. Adapun
yang disebut diet rendah garam dalam arti sebenarnya
adalah rendah sodium atau natrium (Na). Garam dapur
mempunyai nama kimia natrium klorida (NaCl) yang di
dalamnya terkandung 40 % sodium (Na). Dalam diet rendah
garam (sodium), selain membatasi konsumsi garam dapur,
juga harus membatasi sumber sodium lainnya, antara lain
makanan yang mengandung soda kue, baking powder,
MSG (Mono Sodium Glutamat yang lebih dikenal dengan
nama bumbu penyedap masakan), pengawet makanan atau
natrium benzoat (biasanya terdapat di dalam saos, kecap,
selai, jelli).
Obat anti-Hipertensi dapat mengendalikan tekanan
darah tinggi dan juga dapat mengurngi resiko terhadap
berbagai ganggun kesehatan di masa yang akan datang. Ada
banyak jenis obat antiHipertensi yang dapat digunakan. Jika
satu obat tidak memberikan perubahan tekanan darah yang
diinginkan, maka kombinasi dari dua atau lebih obat-obat dosis
14
rendah dapat menurunkan tekanan darah sama baiknya
dengan satu obat. Kombinasi obat seringkali dapat
menimbulkan efek samping yang lebih rendah . Kelas-kelas
obat utama yang digunakan untuk mengendalikan tekanan
darah adalah :
a. Diuretik
Diuretik merupakan obat pilihan utama bagi penderita
Hipertensi dengan proses pengeluaran cairan tubuh melalui
urine. Obat diuretik lebih efektif bagi orang-orang yang lebih
peka terhadap sodium seperti kaum lansia. Pembatasan
terhadap garam juga ditekankan dalam diet karena
mengurangi sodium akan membantu obat bekerja lebih
efektif. Diuretik dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu
Thiazide (Aprinox, cloride, Lorvas, Enduron, Metenix-5),
Kelompok Loop (bumet, lasix, Salinex) dan kelompok
penghemat potassium (Ammide, Frumil, Fruselac
frusemene). Efek samping utama dari diuretik adalah
meningkatnya frekuensi miksi. Diuretik Thiazide dan Loop
menyebabkan hilangnya potassium. Pada lansia Thiazide
dapat meyebabkan badan lemah, pusing saat berdiri dan
dalam dosis tinggi dapat meningkatkan kadar gula darah
dan kadar kolesterol darah total. Diuretik penghemat
potassium menyebabkan hiperkalemi pada penderita
penyakit ginjal, diuretik penghemat potassium harus
dihindari karena dapat menyebabkan aritmia.
b. Beta blocker
Obat-obat golangan Beta blocker dapat menyembuhkan
Hipertensi dengan menghalangi berbagai efek hormon
norepinephrine yang menyebabkan jantung berdetidak lebih
kencang dan vasokontriksi pembuluh darah. Obat ini juga
memperlambat sekresi renin dari ginjal. Beta blocker sangat
efektif untuk menurunkan tekanan darah pada pasien yang
telah mengalami kondisi-kondisi kardiovaskuler seperti
15
angina dan aritmia. Beta blocker bertindak sebagai agen
kardioprotektif. Yang termasuk golongan Beta blocker
antara lain Acebutolol (Sectrol), Nadolol (Corgard), dan
Propanolol (Beta block, Indegal, Ciplar, betalong). Obat-
obat golongan Beta blocker ada yang dimetabolisme di liver,
ginjal dan ada yang di liver dan ginjal. Pasien gangguan
ginjal tidak dapat diberi beta blocker yang dimetabolisme
dalam ginjal. Efek samping yang paling sering ditimbulkan
adalah lelah dan berkuragnya kekuatan aktivitas fisik. Beta
blocker tidak boleh diberikan pada penderita asma dan
pasien yang mengalami hambatan dalam sistem kerja
jantung (bundle branch block). Beta blocker bukan obat
pilihan bagi pasien yang masih muda, aktif dan produktif
karena obat-obat ini dapat membatasi kemampuan untuk
sangat aktif secara fisik.
c. Inhibitor enzim pengubah angiotensin (ACE-inhibitor)
Obat-obat ini beraksi dengan mencegah produksi
Angiotensin I. Membatasi terbentuknya Angiotensin
memberikan kesempatan bagi bradikinin untuk menjaga
pembuluh darah tetap dalam keadaan vasodilatasi. ACE-
inhibitor mencakup Benazepril, Captopril, Enalapril,
Lisinopril, Ramipril. Batuk kering merupakan efek samping
dari pengobatan beberapa kasus. Efek samping yang lain
dapat berupa merah-merah pada kulit, kurang nafsu makan
dan perubahan indera perasa. ACE-inhibitor
dikontraindikasikan bagi penderita penyakit ginjal karena
dapat menyebabkan gagal ginjal dan bagi wanita hamil atau
wanita yang berencana hendak hamil, karena dapat
menyebabkan cacat lahir yang serius bagi janin.
d. Angiotensin II receptor blocker
Obat-obat ini menghalangi aksi Angiotensin II dan tidak
meningkatkan bradikinin. Beberapa efek samping yang
16
dilaporkan adalah hidung tersumbat, nyeri punggung dan
kaki, insomnia dan gangguan pencernan. Kontraindikasi
obat-obat ini adalah penyakit ginjal dan kehamilan.
e. Antagonis kalsium (calcium channel blocker)
Antagonis kalsium bekerja dengan mempengaruhi sel-sel
otot disekitar arteri yang mengandung saluran kalsium di
dalamnya. Bila kalsium mengalir, sel-sel otot mengalami
kontraksi dan arteri menyempit. Antagonis kalsium
mencegah kalsium masuk ke dalam sel otot namun tidak
mempengaruhi kalsium yang digunakan untuk pembentukan
tulang. Beberapa antagonis kalsium juga menurunkan
detidak jantung dan tekanan darah. Berdasarkan aksinya
antagonis kalsium dibedakan menjadi aksi jangka pendek
dan aksi jangka panjang. Antagonis kalsium aksi jangka
panjang antara lain Ampodipine, diltiazem, felodipine,
nifedipine dan verapamil. Sembelit, sakit kepala, detidak
jantung cepat, kulit merah, bengkak pada kaki bawah dan
gusi merupakan sebagian dari efek samping obat-obat ini.
Satu setengah hingga dua jam setelah minum pil felodipine,
nifedipine dan verapamil pasien tidak dianjurkan untuk
minum jus anggur karena akan mengurangi kemampuan
liver untuk menghilangkan antagonis kalsium dari sistem
tubuh sehingga memungkinkan terjadinya penumpukan
obat yang akan berubah menjadi racun.
f. Alpha Blocker
Alpha Blocker memperlambat waktu yang dibutuhkan oleh
tubuh untuk merespon perubahan-perubahan alami dalam
tekanan darah saat bergerak dari posisi duduk atau tidur ke
posisi berdiri, sehingga pada awal pemberian biasanya
dengan dosis rendah dan diminum sebelum tidur. Efek
samping yang mungkin terjadi setelah minum Alpha blocker
antara lain sakit kepala, denyut jantung berdebar keras,
17
mual dan lemah. Pada pemberian pertama kalinya
penderita lansia dapat mengeluh pusing, bahkan bisa
pingsan saat berdiri. Setelah beberapa lama obat-obat
tersebut juga dapat kehilangan efektivitasnya, namun bila
ditambahkan diuretik efektivitasnya akan tetap dan
kombinasi ini memberikan nilai tekanan darah yang tetap
terkendali.
g. Agen-agen obat yang beraksi secara sentral
Agen-agen obat yang beraksi secara sentral bekerja pada
otidak. Agen-agen tersebut mencegah otidak mengirimkan
sinyal-sinyal ke sistem saraf untuk mempercepat detidak
jantung dan mempersempit pembuluh darah. Agen-agen
obat yang beraksi secara sentral disebut juga Adrenergic
inhibitor saat ini penggunaannya sudah jarang karena efek
samping yang ditimbulkan sangat kuat. Tetapi pada
keadaan tertentu obat golongan ini digunakan seperti pada
pasien yang cenderung mudah terkena serangan panik,
kadar gula darahnya rendah dan pada pasien yang sedang
berusaha menghentikan penggunaan narkoba dan alkohol.
Agen-agen obat yang beraksi secara sentral antara lain
Clonidine (Catapres) dan Methyldopa (Alphadopa, Emdopa,
Aldomet) yang sering direkomendasikan bagi wanita hamil
yang mengalami Hipertensi. Efek samping yang ditimbulkan
obat-obatan ini adalah kelelahan yang amat sangat, rasa
kantuk dan sedasi, impotensi, mulut kering, sakit kepala,
peningkatan berat badan, dan gangguan psikologis seperti
depresi. Penghentian penggunaan Agen-agen obat yang
beraksi secara sentral dapat menyebabkan peningkatan
tekanan darah pada tingkat tinggi yang berbahaya secara
sangat cepat (Rebound hypertension).
18
h. Vasodilator langsung.
Obat-obat ini digunakan untuk pengobatan kasus Hipertensi
yang sulit diatasi karena tidak memberi respon terhadap
antiHipertensi lain. Obat-obat ini bekerja pada otot-otot
dinding arteri yang menghalangi otot-otot tersebut
mengerutkan dinding arteri. Vasodilator langsung meliputi
hydralazine (nepresol) dan Minoxidil (mintop). Efek samping
yang umumnya ditimbulkan adalah peningkatan denyut
jantung dan retensi air. Sehingga dalam penggunaannya
sering dikombinasikan dengan beta blocker dan diuretik.
Beberapa efek samping yang lainnya adalah pertumbuhan
rambut yang berlebihan pada tubuh, pusing, hidung
tersumbat, gangguan gastrointestinal, dan pembengkakan
pada gusi.
B. Konsep Dasar Keperawatan Keluarga
1. Konsep Keluarga
a. Pengertian
Menurut Friedman (1998), Keluarga adalah dua atau
lebih orang bergabung karena ikatan tertentu untuk membagi
pengalaman dan pendekatan emosional dan
mengindentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga.
Menurut G Bailon dan Aracelis Maglaya (1989),keluarga
hdala dua orang atau lebih orang atau lebih individu yang
bergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan
atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah
tangga berinteraksi dengan yang lain dan didalam peranannya
masing-masing menciptidakan serta mempertahankan
kebudayaan.
Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa
keluarga merupakan unit terkecil masyarakat yang terdiri dari
dua orang atau lebih, adanya hubungan dengan ikatan
perkawinan danpertalian darah, hidup dalam suatu rumah
tangga.
19
b. Tipe / Jenis Keluarga
Berdasarkan pengertian-pengertian keluarga, kita dapat
mengelompokan tipe keluarga yaitu :
1) Keluarga Inti (Nuclear Family)
Adalah keluarga yang terbentuk karena ikatan perkawinan
yang direncanakan yang terdiri dari suami istri dan anak-
anak, baik dalam kelahiran(natural) atau adopsi.
2) Keluarga Asal (Family Of Origin)
Adalah suatu unit keluarga dimana seseorang dilahirkan
3) Keluarga Meluas (Extended Family)
Adalah keluarga inti ditambah anggota yang lain (karena
hubungan darah), misalnya kakek, nenek,bibi, paman,
keponakan, sepupu, dan sebgainya.
4) Keluarga Berantai (Serial Family)
Adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang
menikah dari satu kalidan meruoakan satu keluarga inti.
5) Keluarga Duda / Janda (Single Family)
Adalah keluarga kecil yang terjadi karena perceraian atau
kematian.
6) Keluarga Yang Berkomposisi (Composite)
Adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan
hidup secara bersama.
7) Keluarga Kabitas (Cahabiltation)
Adalah dua orang yang menjadi satu keluraga tanpa
pernikahan.
c. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya
adalah :
1) Patrineal, yaitu keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan
itu dari garis ayah.
2) Matrilineal, yaitu keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi dari jalur ibu.
20
3) Matrilokal, yaitu pasangan suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah istri.
4) Patrilokal, yaitu suami istri yang tinggal bersama sedarah
suami.
5) Keluarga Kawinan, yaitu hubungan suami istri sebagai dasar
bagi pembimbingan keluarga dan bebrapa sanak saudara yang
menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan suami istri
d. Peran Keluarga
Berbagai perana yang terdapat didalam keluarga adalah sebagai
berikut :
1) Peran Ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya,
berperan sebagai pencari nafkah, pendidik,pelindung, dan
pemberi rasa aman. Sebagai kepala keluarga, sebagai anggota
dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dan
lingkungannya.
2) Peran Ibu
Sebagai istri, dan ibu bagi anak-anaknya, ibu mrmpunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan
pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu
kelompok dari lingkungannya, disamping itu dapat berperan
sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.
3) Peran Anak
Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan
tingkat perkembangan baik fisik,mental, social, dan spiritual.
e. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1986), ada 5 fungsi keluarga, yaitu :
1) Fungsi Afektif
Fungsi internal dalam keluarga yang berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial keluarga apabila fungsi
afektif ini berjalan baik, dampak keluarga adalah menjadi
gembira.
21
2) Peran Social
Adalah proses perkembangan dan perubahan individu keluarga
adalah tempat masing-masing individu (sebagai anggota
keluarga ) untuk berinteraksi social dan belajar berperan
dilingkungan social. Sosialisasi dilakukan individu sejak lahir
hingga meninggal, didalamnya juga termasuk kemampuan
masing-masing anggota keluarga untuk belajar disiplin
menerima norma dan prilaku melalui hubungan interaksi
dengan orang lain.
3) Fungsi Reproduksi
Adalah salah satu fungsi dasar keluarga untuk menjaga
kuantitas keluarga antar generasi diman keluarga drancang
untuk mengatur dan mengontrol prilaku seksual dan reproduksi.
Fungsi Ekonomi
Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seperti
sandang, pangan, dan papan. Bagaimana keluarga
mendayagunakan masing-masing sumber daya untuk
mendapatkan sumber-sumber yang menghasilkan dan
menyehatkan keluarga.
4) Fungsi Perawatan Kesehatan.
Adalah kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga
yang mengalami masalah kesehatan serta keinginan yang kuat
dari masing-masing anggota keluarga untuk menjaga
kesehatan.
f. Tahap-tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga
Menurut Duvall (1997), daur atau siklus kehidupan keluarga terdiri
dari 8 tahap perkembangan yang mempinyai tugas dan resiko
tertentu pada tiap tahap perkembangan :
1) Tahap 1 Pasangan baru (keluarga baru)
Tugas Perkembangan Keluarga :
Membina hubungan perkawinan yang saling memuaskan.
Membina hubungan saling harmonis dengan saudara dan
22
kerabat. Merencanakan keluarga (termasuk merencanakan
jumlah anak yang direncanakan).
2) Tahap 2 menanti kelahiran (child bearing), atau anak tertua
adalah bayi yang kurang dari 1 tahun.
Tugas Perkembangan Keluarga :
Menyiapkan anggota keluarga yang baru (bayi dalam
keluarga). Membagi waktu individu, pasangan dan keluarga.
Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
Memperkuat hubungan kekeluargaan dalam keluarga besar.
(extended family), dengan tambahan peran sebagai orang tua
dan kakek/nenek.
3) Tahap 3 keluarga dengan anak prasekolah atau anak tertua
berusia 2,5 tahun sampai dengan anak usia 6 tahun
Tugas Perkembangan Keluarga :
Menyatukan kebutuhan masing-masing anggota keluarga
meliputi ruangan atau kamar (privacy) dan keamanan.
Mensosialisasikan anak-anak. Menyatukan keinginan anak-
anak yang berbeda. Mempertahankan hubungan yang sehat
dalam keluarga.
4) Tahap 4 keluarga dengan anak-anak yang tertua berusia 7
tahun sampai usia 12 tahun.
Tugas Perkembangan Keluarga :
Mensosialisasikan anak-anak termasuk di dalamnya mambantu
anak-anak mencapai prestasi baik disekolah. Membantu anak-
anak membinahubungan per group dengan teman sebaya.
Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
Memenuhi kebutuhan kesehatan masing-masing anggota
keluarga.
5) Tahap 5 keluarga dengan remaja atau anak tertua berusia 13
tahun sampai usia 20 tahun.
Tugas Perkembangan Keluarga :
Mengimbangi kebebasan remaja dengan tanggung jawab
sejalan dengan perkembangan anak. Mengimbangi kebebasan
23
remaja dengan tanggung jawab sejalan dengan maturitas
remaja.
6) Tahap 6 keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tugas perkembangan :
Menambah anggota keluarga dengan kehadiran anggota
keluarga yang baru dengan pernikahan anak-anak yang telah
dewasa. Menanti kembali hubungan perkawinan. Menyiapkan
datangnya proses menua, termasuk timbulnya masalah-
masalah kesehatan.
7) Tahap 7 keluarga dengan usia pertengahan.
Tugas perkembangan :
Mempertahankan kontidak dengan anak dan cucu.
Memperkuat hubungan perkawinan. Meningkatkan usaha
promosi kesehatan.
8) Tahap 8 keluarga dengan usia lanjut.
Tugas perkembangan :
Merasa kembali kehidupan yang memuaskan. Menyesuaikan
kehidupan dengan penghasilan kurang. Mempertahankan
hubungan perkawinan. Menerima kehilangan perkawinan.
Mempertahankan kontidak dengan masyarakat. Menemukan
arti hidup.
Friedman (1981), membagi tugas kesehatan yang harus dilakukan
oleh keluarga, yaitu:
1) Mengenal ganguan perkembangan kesehatan setiap
anggotanya.
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
3) Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang
sakit dan yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dirinya sendiri.
4) Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5) Mempertahankan hubungan timbale balik antara keluarga,
lembaga-lembaga kesehatan yang menunjukan manfaat
fasilitas kesehatan dengan baik.
24
2. Konsep Proses Keperawatan Keluarga.
a. Pengkajian keperawatan
Pengkajian model friedman antara lain : keluarga sebagai sistem
sosial yang merupakan kelompok kecil dari masyarakat. Friedman
memberikan 6 kategori dalam memberikan pertanyaan
pertanyaan saat melakukan pengkajian.
1) Data pengenalan keluarga
2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
3) Data lingkungan
4) Struktur keluarga
5) Fungsi keluarga
6) Koping keluarga.
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan keluarga yang digunakan mengacu pada
dimensi-dimensi diagnosa dan North American Nursing Diagnosis
Association (NANDA) untuk masalah atau problem. Sedangkan
penyebab atau etiologi terkait dengan lima tugas fungsi keluarga,
sebagai contoh: Resiko tinggi terjadi komplikasi Hipertensi
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit dengan Hipertensi.
Berdasarkan data yang didapat pada pengkajian yang terkait
dengan tipologi dan diagnosa keperawatan, yaitu:
1) Aktual (terjadi deficit atau gangguan kesehatan)
Dari hasil pengkajian data mengenai tanda dan gejala dan
gangguan kesehatan. Contoh: Ganguan perfusi jaringan
selebral pada keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dengan
Hipertensi.
2) Resiko (ancaman kesehatan)
Sudah ada data yang dapat menunjang namun belum terjadi
gangguan. Contoh : resiko tinggi terjadi komplikasi Hipertensi
pada keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit dengan Hipertensi.
25
3) Potensial (Keadaan sejahtera atau Wellnees)
Suatu keadaan di mana keluarga dalam keadaan sejahtera
sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan. Contoh :
potensial terjadinya peningkatan kesejahteraan pada Ibu Y
keluarga Bapak H.
c. Perencanaan keperawatan
Skala untuk menentukan Prioritas Askep Keluarga (Bailon dan Maglaya,
1978)
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah:
a. Aktual
b. Resiko
c. Potensial
3
2
1
1
2 Kemungkinan masalah dapat
diubah:
a. Mudah
b. Sebagian
c. Tidak dapat
2
1
0
2
3 Potensial masalah untuk dicegah:
a. Tinggi/mudah
b. Cukup/sedang
c. Rendah
3
2
1
1
4 Menonjolnya masalah:
a. Berat harus segera ditangani
b. Tidak perlu segera ditangani
c. Tidak dirasakan
2
1
0
1
Skoring:
1) Tentukan skor untuk setiap kriteria
2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot
Skor x Bobot
Angka tertinggi
3) Jumlah skor untuk semua kriteria
4) Skor tertinggi adalah 5 dan sama dengan seluruh bobot.
26
Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan
oleh perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah
kesehatan yang telah diidentifikasi dan dibuat sesuai diagnose
keperawatan prioritas yang telah dirumuskan. Rencana tindakan
keperawatan keluarga dapat bersifat dependent, independent dan
interdependent antara keluarga dan pemberi asuhan keperawatan.
Perencanaan keluarga terdiri dari penerapan tujuan, yang
mencakup tujuan umum dan khusus dengan kriteria SMART
(Specific, Meassure, Acceptable, Responsible, Time). Dan tujuan
khusus terkait dengan lima tugas keluarga, serta dilengkapi
dengan criteria dan standar. Kriteria dan standar merupakan
pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap
tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus yang
diterapkan.
Tujuan merupakan pernyataan yang bersifat realities
sebagai indikator keberhasilan asuhan keperawatan yang
diberikan bila dilihat dari jangka waktu, maka tujuan perawat dibagi
menjadi :
a) Tujuan umum, ditekankan pada teratasi masalah keperawatan
dengan kriteria SMART.
b) Tujuan khusus, ditekankan pada keadaan-keadaan yang
mengancam kehidupan dan terkai dengan lima tugas keluarga di
bidang kesehatan.
d. Pelaksanaan keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga
didasarakan kepada rencana asuhan yang disusun. Hal-hal yang
perlu dilakukan dalam pelaksanaan tindakaan keperawataan
keluarga adalah sumber daya keluarga dan keterlibatan keluarga
adalah sumber daya keluarga dan keterlibatan keluarga secara
aktif, tingkat pendidikan keluarga adat istiadat, respon keluarga
serta sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.
27
e. Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan rencana tindakan yang telah
diberikan berdasarkan data subjektif dan objektif yang ditemukan
pada keluarga untuk dilakukan penilaian guna melihat
keberhasilan asuhan keperawatan keluarga yang telah diberikan.
Evaluasi disusun dengan menggunakan kriteria SOAP (Subjektif,
Objektif, Analisa dan Planning) secara operasional adalah:
Subjektif : adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga
secara subjektif, setelah dilakukan intervensi
keperawatan, misalnya: keluarga mengatidakan
bahwa pengertian Hipertensi adalah suatu
peningkatan tekanan darah di atas normal.
Objektif : adalah hal-hal yang ditemukan oleh perawat secara
objektif, setelah dilakukan intervensi keperawatan,
misalnya: keluarga telah mampu menangani
pencegahan terhadap Hipertensi.
Analisa : adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan
mengacu pada tujuan yang terkait dengan diagnosis.
Planing : adalah perencanaan yang akan datang setelah
melihat respon dari keluarga pada tahap evaluasi.

Anda mungkin juga menyukai