KUALITAS
RENDAH NASYITH MAJIDI
PERTUMBUHAN AWALIL RIZKY
EKONOMI
www.brightindonesia.com
This Analysis Brief is part of the BRIGHT Indonesia research brief © 2009 BRIGHT Indonesia .
All rights reserved. No part
series. It present policy‐oriented summaries of individual
of this publication may be
published, peer review documents or of body of published work. used or reproduced in any
BRIGHT Indonesia is a private institute devoted to independent & manner whatsoever without
non‐partisan economic research. We provide high quality research permission in writing from
BRIGHT Indonesia except in
analysis and recommendations for decision makers on the full
the case of brief quotations
range of challenges facing and increasingly interdependent world. embodied in critical articles
Our innovative policy solutions to inform the public discussions. and reviews.
Cover: Anton & Berty
Analysis Brief | 2
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa pertumbuhan Produk Domestik bruto
(PDB) Indonesia pada triwulan IV‐2008 dibanding triwulan III‐2008 adalah sebesar minus
3,6%. Jika dilihat secara tahunan (y‐o‐y), PDB Indonesia triwulan IV‐2008 dibandingkan
dengan triwulan III‐2007 tumbuh sebesar 5,2%. Secara kumulatif, pertumbuhannya selama
tahun 2008 terhadap tahun 2007 mencapai 6,1%.
IKHTISAR
• Pertumbuhan PDB tahun 2008 sebesar 6,1% lebih rendah dari target
otoritas ekonomi (pemerintah dan Bank Indonesia). APBN 2008 yang
ditetapkan pada akhir tahun 2007 mengasumsikan pertumbuhan sebesar
6,8%, direvisi menjadi 6,4% pada RAPBN‐P pada bulan Mei 2008, dan pada
bulan Agustus 2008 realisasinya masih diperkirakan sebesar 6,2%.
• Sepanjang era pemerintahan Presiden SBY‐Kalla, pertumbuhan ekonomi
relatif lebih tinggi dibanding pemerintahan lainnya selama era reformasi.
Pertumbuhan ekonomi berturut‐turut adalah sebesar 5,6% (2005), 5,48%
(2006), 6,32% (2007) dan 6,1% (2008).
• Laju pertumbuhan PDB perkapita menurut harga konstan yang biasa pula
dipakai sebagai angka pertumbuhan ekonomi menunjukkan angka yang
lebih rendah, yaitu : 4,85% (2008), 4,95% (2007), 3,93% (2006), dan 4,49%
(2005).
• Jika ada tekanan kuat atas sektor industri pengolahan dan sektor
perdagangan maka penurunan laju pertumbuhan akan sangat signifikan.
• Tekanan pada sektor pertanian perkebunan dan kehutanan akan terjadi
akibat perkembangan harga dan melemahnya permintaan dunia, dan
masih ada ancaman bencana alam seperti banjir dan kekeringan.
• Rendahnya kualitas pertumbuhan ekonomi di Indonesia antara lain
diindikasikan oleh masalah pengangguran dan kemiskinan yang belum
teratasi. Hal ini dikuatkan oleh analisis mengenai sebaran pertumbuhan
antar sektor usaha dan sisi penggunaan yang terlampau mengandalkan
konsumsi.
Analysis Brief | 3
Pada tanggal 16 Februari 2009, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan
bahwa pertumbuhan Produk Domestik bruto (PDB) Indonesia pada triwulan IV‐2008
dibanding triwulan III‐2008 adalah sebesar minus 3,6%. Jika dilihat secara tahunan
(y‐o‐y), PDB Indonesia triwulan IV‐2008 dibandingkan dengan triwulan III‐2007
tumbuh sebesar 5,2%. Secara kumulatif, pertumbuhannya selama tahun 2008
terhadap tahun 2007 mencapai 6,1%.
Pencapaian angka 6,1% lebih rendah dari target otoritas ekonomi (pemerintah
dan Bank Indonesia). Sebagai contoh, APBN 2008 yang ditetapkan pada akhir tahun
2007 mengasumsikan pertumbuhan sebesar 6,8%, kemudian direvisi menjadi 6,4%
pada RAPBN‐P pada bulan Mei 2008. Data Pokok APBN yang dikeluarkan bersamaan
dengan Nota Keuangan dan RAPBN 2009 pada bulan Agustus 2008 mencantumkan
perkiraan realisasi pertumbuhan ekonomi 2008 sebesar 6,2%.
Bagaimanapun, angka itu masih sesuai dengan harapan otoritas ekonomi dan
prediksi para ekonom pada beberapa bulan terakhir yang menyadari akan adanya
dampak buruk dari kondisi perekonomian global. Faktor krisis global berdampak lebih
buruk dan berlangsung lebih cepat pada perekonomian Indonesia daripada yang
diperkirakan. Pukulan bagi banyak negara lain berlangsung lebih dini dan lebih cepat
lagi.
Dampak buruk bagi Indonesia dikhawatirkan banyak pihak belum mencapai
puncaknya, justeru karena baru dimulai. Sebagai ilustrasi, pertumbuhan pada triwulan
IV‐2008 dibanding triwulan III‐2008 adalah minus 3,6%, jauh lebih lebih buruk
daripada keadaan selama beberapa tahun terakhir yang tumbuh secara negatif di
kisaran angka 2% (lihat grafik 1). Datanya antara lain adalah : minus 2,18% (2005),
minus 1,96% (2006) dan minus 2,1% (2007). Untuk data rentang waktu yang lebih
lama (sejak tahun 2000) pun pertumbuhan triwulan keempat yang terburuk hanyalah
minus 2,87%.
Sebenarnya perlambatan pertumbuhan ekonomi sudah dimulai sejak
pertengahan bulan Agustus 2008, yang diindikasikan oleh relatif stagnannya
pertumbuhan tahunan (y‐on‐y) triwulan III‐2008 terhadap triwulan III‐2007 di angka
6,4%. Pada Grafik 1 tampak bahwa pertumbuhan triwulanannya sebesar 3,5% juga
sudah lebih rendah daripada kurun dua tahun sebelumnya, yakni 3,7% (2006) dan
3,9% (2007), meski lebih tinggi daripada tahun 2005 sebesar 3,05%.
BRIGHT Indonesia memperkirakan trend pelemahan akan berlanjut pada
triwulan I‐2009. Pertumbuhan triwulanan diperkirakan di kisaran 1‐1,5%, yang berarti
lebih rendah dari rata‐rata di atas 2% selama era pemerintahan SBY‐Kalla. Sedangkan
pertumbuhan tahunannya diprediksi sudah mulai menembus angka di kisaran atau di
bawah 5%, atau yang terburuk untuk triwulan pertama selama era pemerintahan ini.
Grafik 1 Pertumbuhan Produk Domestik Bruto 2005 – 2008
Analysis Brief | 4
8
6 6.19 5.84 6.1 6 6.28 6.5 6.32 6.3 6.4 6.1
5.63 5.52
4.9 4.7 5.22 5.2
4 3.7 3.9
3.05 3.5
2.68 2.4 2.2 2.5
2 2.14 1.96 2 y to y
1.36
0 q to q
‐2 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
‐2.18 Q2 Q3 Q4 Q1
‐1.9 Q2 Q3 Q4 Q1
‐2.1 Q2 Q3 Q4
2005 2006 2007 2008
‐4 ‐3.6
‐6
Sumber : BPS, diolah BRIGHT Indonesia
Pertumbuhan ekonomi sebagai Pertumbuhan PDB dan PDB per kapita
Angka laju pertumbuhan PDB sebesar 6,1 % pada tahun 2008 terhadap tahun
2007 di atas biasa disebut sebagai pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sepanjang era
pemerintahan Presiden SBY‐Kalla, yang dilantik pada bulan Oktober 2004,
pertumbuhan ekonomi relatif lebih tinggi dibanding pemerintahan lainnya selama era
reformasi. Pertumbuhan ekonomi berturut‐turut adalah sebesar 5,6% (2005), 5,48%
(2006), 6,32% (2007) dan 6,1% (2008).
Analisis jarang dilakukan dalam laporan perekonomian Indonesia, padahal
biasa di negara lain dan dijelaskan berbagai textbook ilmu ekonomi adalah
menghubungkan PDB dengan jumlah penduduk, sehingga akan didapat angka PDB per
kapita. Sering pula dikaitkan dengan nilai tukar rupiah terhadap dollar, agar bisa
diperbandingkan dengan negara‐negara lain.
Angka PDB per kapita yang biasa diumumkan oleh BPS adalah PDB atas dasar
harga berlaku dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Sebagai contoh,
pada tahun 2008, PDB per kapita mencapai Rp21,7 juta atau sekitar USD 2.271,2.
Sepintas, dengan angka yang sedemikian maka rakyat Indonesia tidak bisa
disebut miskin. Angka agregatnya jauh melampaui garis kemiskinan pada waktu itu,
baik diukur dengan ukuran BPS (yang sekitar Rp 2 juta per kapita jika disetahunkan)
maupun ukuran Bank Dunia (USD 730 – PPP per kapita setahun). Sayangnya, itu
adalah angka agregat, yang tidak mencerminkan distribusinya. BPS menyediakan data
tersendiri berkaitan dengan penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah garis
kemiskinan) yang masih mencapai 35 juta jiwa.
Laju pertumbuhan PDB perkapita, tetapi yang besarannya menurut harga
konstan, biasa pula dipakai sebagai angka pertumbuhan ekonomi, yang dalam istilah
teknis disebut pertumbuhan output per kapita. Logikanya, pendapatan atau produksi
nasional itu akan dinikmati oleh berapa banyak penduduk. Bagi negara industri maju
Analysis Brief | 5
yang pertumbuhan penduduknya mendekati nol atau stagnan maka tidak akan ada
perbedaan dalam dua versi itu. Jika diterapkan di Indonesia, maka akan ada angka
yang berbeda dengan laju pertumbuhan ekonomi yang biasa dipublikasikan (lihat
tabel 1), karena laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. Sebagai contoh,
pertumbuhan ekonomi 2008 menjadi hanya sebesar 4,85% berbanding 6,1% yang
dipublikasikan secara luas. Sedangkan pada tahun‐tahun lainnya adalah : 4,95%
berbanding 6,3% (2007), 3,93% berbanding 5,48% (2006), dan 4,49% berbanding
5,68% (2005).
Tabel 1 Pertumbuhan ekonomi (persen)
Pertumbuhan 2005 2006 2007 2008
PDB riil 5,68 5,48 6,3 6,1
PDB riil per kapita 4,49 3,93 4,95 4,84
Sumber: BPS, diolah oleh BRIGHT Indonesia
Pertumbuhan PDB sektoral
Pertumbuhan PDB Indonesia selama era Pemerintahan SBY‐Kalla didukung
oleh pertumbuhan relatif tinggi di semua sektor lapangan usaha, kecuali sektor
pertambangan dan penggalian (lihat grafik 2). Sektor pengangkutan dan komunikasi
mengalami rata‐rata pertumbuhan tertinggi, dan terus meningkat. Sektor
perdagangan, hotel dan restoran tumbuh cukup tinggi tetapi fluktuatif. Sektor
konstruksi tumbuh cukup tinggi namun cenderung menurun. sektor keuangan, real
estat dan jasa perusahaan tumbuh cukup tinggi dan cenderung meningkat. Sektor
jasa‐jasa tumbuh cukup tinggi namun cenderung stabil. Sementara itu, sektor
pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan tumbuh tidak terlampau tinggi,
namun cenderung meningkat.
Grafik 2 Pertumbuhan Sektoral
Pertumbuhan Antar Sektor
18
16
14
12
Persen
10
8
6
4
2
0
Pertanian Pertambangan Industri Listrik Bangunan Perdagangan komunikasi Keuangan Jasa
Analysis Brief | 6
Selama beberapa tahun terakhir, sektor‐sektor tertentu hampir selalu tumbuh
positif pada tiap triwulan, serta menjadi sumber pertumbuhan ekonomi yang besar,
yaitu: sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan, sektor pengangkutan dan
komunikasi, sektor industri pengolahan, dan sektor jasa‐jasa. Khusus, sektor industri
pengolahan sempat tumbuh negatif pada triwulan IV‐2007 dan triwulan I‐2008, positif
pada triwulan II‐2008 dan III‐ 2008, untuk kemudian turun drastis pada triwulan IV‐
2006 (grafik 3).
Sektor perdagangan, hotel dan restoran juga kerap menjadi sumber
pertumbuhan yang besar, meskipun dalam beberapa triwulan sempat tumbuh negatif.
Pangsa sektor ini terhadap struktur PDB menjadi sangat penting, setara dengan sektor
pertanian, dan hanya berada di bawah sektor industri pengolahan. Jika ada tekanan
kuat atas sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan maka penurunan laju
pertumbuhan akan sangat signifikan. Sebagai contoh, Pelemahan ekonomi dunia
diprediksi akan amat berpengaruh kepada kedua sektor itu pada tahun 2009, sehingga
keduanya sulit diharapkan menyumbang laju PDB sebesar biasanya.
Grafik 3 Pertumbuhan triwulanan PDB beberapa sektor (2005‐2008)
8
6
4
2
0
‐2
‐4
Q1 Q1 Q1 Q1
Q2 Q3 Q4 Q2 Q3 Q4 Q2 Q3 Q4 Q2 Q3 Q4
2005 2006 2007 2008
Keuangan 0.8 3.1 2.39 0.18 0.59 1.79 2 2.2 1.8 1.8 1.9 3.1 1.8 1.6 1.8 2
Industri Pengolahan 0.87 1.05 1.42 0.53 0.06 1.45 3.6 0.6 0.6 1.5 3 ‐0.2 ‐0.2 1.3 3.2 ‐2.5
Pengangkutan 1.07 3.64 4.27 1.79 1.62 4.53 4.5 3.9 2 4.3 6.5 6.8 1.1 4.1 4.2 4.8
Jasa jasa 1.4 0.85 1.8 1.73 0.67 1.54 2.4 0.8 1.9 1.7 0.7 2.9 0.3 2.5 0.9 1.7
Sumber : BPS, diolah BRIGHT Indonesia
Sektor pertanian sendiri secara triwulanan cenderung tumbuh amat
berfluktuatif, karena faktor musim yang amat dominan. Sedangkan dilihat dari data
pertumbuhan tahunan, sektor ini selalu tumbuh dan cenderung meningkat. Akan
tetapi BRIGHT Indonesia memperkirakan pertumbuhan tahun 2009 akan melambat,
dan besar kemungkinan akan kembali ke angka di kisaran 3,0%, setelah secara
mengejutkan tumbuh 4,8% pada tahun 2008. Tekanan adalah pada melemahnya
sektor pertanian perkebunan dan kehutanan, terkait perkembangan harga dan
melemahnya permintaan dunia. Perlu pula diwaspadai bahwa ancaman bencana alam
seperti banjir dan kekeringan masih bisa terjadi secara hampir bersamaan di wilayah
Analysis Brief | 7
yang berbeda. Selama tahun 2008, alam relatif bersahabat bagi pertanian di
Indonesia.
Tabel 2 Sumber Pertumbuhan PDB secara Sektoral, 2005‐2008
Sektor 2005 2006 2007 2008
Pertanian 0.41 0,49 0,49 0,66
Pertambangan dan Penggalian 0.31 0,16 0,18 0,05
Industri Pengolahan 1.3 1,29 1,30 1,00
Listrik, gas, air bersih 0.04 0,04 0,07 0,08
Bangunan 0.44 0,49 0,52 0,45
Perdagangan, hotel dan restoran 1.36 1,08 1,42 1,25
Pengangkutan dan Komunikasi 0.75 0,89 0,95 1,21
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0.61 0,50 0,74 0,77
Jasa‐jasa 0.48 0,57 0,61 0,60
Produk Domestik Bruto 5.69 5,50 6,28 6,06
Sumber : BPS, Diolah BRIGHT Indonesia
Pertumbuhan PDB menurut Penggunaan
Sementara itu, analisis pertumbuhan PDB Indonesia menurut komponen
penggunaannya pada tahun 2008 hanya memperlihatkan sedikit perubahan dari pola
tahun‐tahun sebelumnya. Seluruh komponen tumbuh sejalan dengan laju keseluruhan
yang cepat. Investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) mengalami
pertumbuhan yang lebih baik. Konsumsi Pemerintah yang dalam dua tahun
sebelumnya sempat tumbuh minus pada triwulan ketiga, tumbuh positif sejak
triwulan ketiga dan naik pesat pada triwulan keempat 2008 sebagaimana biasanya.
Namun, konsumsi rumah tangga tetap saja memegang peranan penting, dan masih
terus tumbuh secara cukup stabil. Sedangkan pertumbuhan ekspor mulai menurun
dan negatif pada triwulan III‐2008 dan triwulan IV‐2008 (lihat grafik 4).
Grafik 4 Pertumbuhan PDB triwulanan Menurut Komponen penggunaan
40
30
20
Konsumsi RT
10
Konsumsi Pemerintah
0
Q1 2005Q2 Q3 Q4 Q1 2006Q2 Q3 Q4 Q1 2007Q2 Q3 Q4 Q1 2008Q2 Q3 Q4 Investasi
‐10
Ekspor
‐20
‐30
‐40
Sumber : BPS, diolah BRIGHT Indonesia
Analysis Brief | 8
20
10
Konsumsi RT
0
Konsumsi Pemerintah
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Investasi
‐10
Ekspor
‐20
‐30
‐40
Sumber : BPS, diolah BRIGHT Indonesia
Jika data dicermati, konsumsi rumah tangga memang sempat sedikit terpukul
pada tahun 2005 dan 2006, akibat kenaikan harga BBM. Namun, komponen lain selain
konsumsi pemerintah juga ikutan terpuruk. Ditambah dengan kemungkinan adanya
dampak buruk pada berbagai sektor yang mendukung pertumbuhan konsumsi rumah
tangga, maka laju konsumsi rumah tangga yang mulai sedikit tertahan pada triwulan
III‐2008 dan triwulan IV‐2008.
Pangsa pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap PDB menurut harga
berlaku memang masih amat besar, rata‐rata di kisaran 63% selama beberapa tahun
Analysis Brief | 9
Analysis Brief | 10
Analysis Brief | 11
ketenagakerjaan di Indonesia dilihat dari status pekerjaan didukung pula oleh data
penyebaran pekerja berdasar lapangan pekerjaan. Sekalipun tidak sepenuhnya bisa
diartikan bahwa mereka yang bekerja di sektor industri pengolahan adalah formal,
sedangkan yang di sektor jasa‐jasa (masyarakat) adalan informal.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia dianggap kurang berkualitas pula jika dilihat
dari sumbernya (sisi permintaan). Kenyataan bahwa konsumsi bertahan begitu lama
menggerakkan pertumbuhan merupakan keanehan, dan hanya mungkin dijelaskan
dengan berkembangnya kegiatan ekonomi tersembunyi (hidden economy). Hidden
economy yang dimaksud adalah kegiatan ekonomi yang tidak tercatat karena bersifat
“bawah tanah”, tetapi berskala besar, seperti : penyelundupan, bisnis narkotik,
perjudian, dan pornografi. Namun, diduga pula bahwa kegiatan ekonomi yang
tersembunyi sebenarnya tidak seluruhnya berkaitan dengan urusan terlarang.
Pencatatan kegiatan ekonomi secara formal kerap dihindari oleh pelaku usaha karena
berhubungan dengan birokrasi yang dirasa menyulitkan. Jumlah keseluruhan dari
sektor nonformal yang tergolong usaha mikro dan kecil pun menjadi cukup signifikan.
Aktivitas ekonomi tersembunyi juga kian berkembang karena praktik ekonomi biaya
tinggi dan ketidakpastian hukum.
Kualitas tersebut mungkin menjadi lebih rendah lagi bila arahan mewaspadai
krisis terlampau mengandalkan pengeluaran pemerintah, yang notabene lebih banyak
berkategori konsumsi.
Estimasi dan Rekomendasi BRIGHT Indonesia
Pada tanggal 27 Nopember 2008 lalu, BRIGHT Indonesia mempublikasikan
Economi Outlook 2009 yang memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi untuk tahun
2009 adalah di kisaran 4,4%. Pada saat itu asumsi pemerintah dalam RAPBN 2009
masih sebesar 6,2%, yang kemudian direvisi menjadi 6,0% dalam APBN yang
ditetapkan. Kebanyakan estimasi, dari lembaga atau perorangan ekonom sampai
dengan waktu itu masih di kisaran 5,5% – 6%, dimana estimasi Consensus Forecast
yang dikeluarkan bulan September adalah sebesar 5,6%. Menteri keuangan sendiri
sebagai pribadi memang mulai mengemukakan angka 5% pada awal Nopember 2008.
Hanya Economist Intelegent Unit (EIU) yang secara mengejutkan menurunkan angka
proyeksinya mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia 2009 menjadi 3,7%, setelah
sebelumnya masih menyatakan angka sebesar 5,5% pada bulan September.
Bank Dunia pada bulan Desember 2008 mengeluarkan angka proyeksi 4,4%,
sama dengan prediksi BRIGHT setengah bulan sebelumnya. Beberapa hari belakangan
ini, Pemerintah telah merevisi proyeksinya menjadi 4,5%, dan Gubernur Bank
Indonesia bahkan telah menyebut angka kisaran 4,0%. Para ekonom pun umumnya
menyebut angka 5% sebagai laju pertumbuhan ekonomi tertinggi yang mungkin
dicapai.
BRIGHT Indonesia masih belum merasa perlu mengubah prediksinya. Begitu
pula dengan rekomendasi yang telah disampaikan dalam Economic Outlook 2009.
Analysis Brief | 12
Salah satu yang perlu diulangi lagi adalah rekomendasi agar otoritas ekonomi tidak
memberi pernyataan yang terlampau optimis, meskipun juga berhati‐hati sehingga tak
mendorong kepanikan kepada pasar dan masyarakat luas. Kenyataan bahwa krisis
global cukup berpengaruh buruk kepada perekonomian domestik tidak bisa ditutupi,
dan bisa dipastikan memperlambat pertumbuhan ekonomi 2009, dan jika tidak hati‐
hati masih berlanjut pada tahun 2010. Bright Indonesia menyarankan upaya yang
lebih berorientasi pada perbaikan kualitas pertumbuhan daripada bersikeras memacu
angka agregatnya. Upaya menahan perlambatan secara agregat ditengah tekanan
eksternal saat ini akan berbiaya amat tinggi. Selain memperbaiki kualitas
pertumbuhan, otoritas ekonomi dapat memulai menata ulang fundamental ekonomi,
khususnya aspek struktur dan infrastruktur produksi barang dan jasa.
000
Analysis Brief | 13