Anda di halaman 1dari 11

TUGAS REMIDI 1

MEKANIKA TANAH
Pengaruh waktu pemeraman pada sifat fisik dan mekanis tanah lempung ekspansif yang distabilisasi dengan alat triaksial

Disusun Oleh : Deddy Handoko 12/336983/SV/01920 C - 2012


Program Diploma Teknik Sipil Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada

Abstrak Tanah merupakan dasar dari suatu struktur atau konstruksi, baik itu konstruksi bangunan maupun konstruksi jalan, yang sering menimbulkan masalah bila memiliki sifat-sifat yang buruk. Sifat-sifat tanah yang buruk dan kurang menguntungkan bila digunakan sebagai dasar suatu bangunan atau kontruksi, antara lain plastisitas yang tinggi, kekuatan geser yang rendah, kemampatan atau perubahan volume yang besar dan potensi kembang susut yang besar. Berbagai cara digunakan untuk memperbaiki kekuatan dari tanah lempung ekspansif, diantaranya dengan penambahan bahan kimia (stabilisasi secara kimiawi). Sifat-sifat fisik dan mekanik tanah berupa : Kadar air, bobot isi, berat jenis, atterberg limits dan distribusi butir, kut tekan bebas, kuat geser, triaxial dan konsolidasi. Pengujian pemadatan dan CBR (California Bearing Ratio).

Kadar air, berat jenis, daya serap air, kekerasan dan slake durability, kuat tekan, kuat tarik, triaxial, kuat geser residu, ultrasonic/dinamic dan poissons ratio. Daya aus gesek, daya aus tekan dan soundness.

PENDAHULUAN Penelitian tentang tanah sangat dibutuhkan untuk menjamin stabilitas bangunan karena kekuatan struktur secara langsung akan dipengaruhi oleh kemampuan tanah dasar atau fondasi setempat dalam menerima dan meneruskan beban yang bekerja. Das (1994) menyatakan lempung merupakan salah satu jenis tanah yang sangat dipengaruhi oleh kadar air dan mempunyai sifat cukup kompleks. Kadar air mempengaruhi sifat kembang susut dan kohesinya. Sudjianto (2006), lempung yang memiliki fluktusi kembang susut tinggi disebut lempung ekspansif. Tanah ekspansif ini sering menimbulkan kerusakan pada bangunan seperti retaknya dinding, terangkatnya pondasi, jalan bergelombang dan sebagainya. Penelitian tentang tanah lempung ekspansif sudah banyak dilakukan, akan tetapi penelitian terbuka luas terutama usaha perbaikan sifat kembang susut dengan bahan tambah dikaitkan dengan pengukuran tekanan pengembangan secara langsung. Dalam penelitian ini

dilakukan, usaha stabilitasi kimiawi lempung dengan penambahan limbah garam dapur (NaCl) sebagai stabilizing agent untuk mengurangi tekanan pengembangan lempung ekspansif.

Karakteristik Tanah Lempung Ekspansif ASTM memberi batasan bahwa secara fisik ukuran lempung adalah lolos saringan No. 200. Untuk menentukan jenis lempung tidak culup hanya dilihat dari ukuran butirannya saja tetapi perlu diketahui mineral pembentuknya. Menurut Chen (1975), mineral lempung terdiri dari tiga komponen penting yaitu montmorillonite, illite dan kaolinite. Mineral montmorilinite mempunyai luas permukaan lebih besar dan sangat mudah menyerap air dalam jumlah banyak bila dibandingkan dengan mineral lainnya, sehingga tanah yang mempunyai kepekaan terhadap pengaruh air ini sangat mudah mengembang. Karena sifat-sifat tersebut montmorilonite sangat sering menimbulkan masalah pada bangunan (Hardiyatmo, 2002)

Stabilisasi Tanah Lempung Ekspansif (Soil Stabilization) Salah satu upaya untuk mendapatkan sifat tanah yang memenuhi syarat-syarat teknis tertentu adalah dengan metode stabilisasi tanah . Metode stabilisasi tanah dapat dibagi menjadi 2 klasifikasi utama yaitu berdasarkan sifat teknisnya dan berdasarkan pada tujuannya, dimana beberapa variasi dapat digunakan. Dari sifat teknisnya, stabilisasi dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu :stabilisasi mekanis, stabilisasi fisik dan.stabilisasi kimiawi. (Ingles dan Metcalf, 1972). Stabilitas tanah ekspansif yang murah dan efektif adalah dengan menambahkan bahan kimia tertentu, dengan penambahan bahan kimia dapat mengikat mineral lempung menjadi padat, sehingga mengurangi kembang susut tanah lempung ekspansif (Ingles dan Metcalf, 1972).

Umum Dalam suatu pekerjaan konstruksi,tanah mendapat posisi yang sangat penting. Kebanyakan problem tanah dalam bidang keteknikan adalah tanah lempung yang merupakan tanah kohesif. Tanah kohesif ini didefinisikan sebagai kumpulan dari partikel mineral yang mempunyai tingkat sensitifitas tinggi terhadap perubahan kadar air sehingga perilaku tanah sangat tergantung pada komposisi mineral, unsur kimia, teksture dan partikel, serta pengaruh lingkungan sekitarnya. Stabilisasi tanah adalah suatu cara yang digunakan untuk mengubah atau memperbaiki sifat tanah dasar sehingga diharapkan tanah dasar tersebut mutunya dapat lebih baik. Hal tersebut dimaksudkan juga untuk dapat meningkatkan kemampuan daya dukung tanah dasar terhadap konstruksi yang akan dibangun diatasnya. Ada beberapa metode stabilisasi tanah yang biasanya digunakan dalam upaya untuk memperbaiki mutu tanah dasar yang kurang baik mutunya. Metode tersebut antara lain yaitu stabilisasi mekanik. Stabilisasi mekanik ini dimaksudkan untuk mendapatkan tanah yang bergradasi baik (well graded) sehingga tanah dasar tersebut dapat memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Stabilisasi dengan cara mekanik ini biasanya dilakukan dengan cara mencampur berbagai jenis tanah, namun yang perlu diingat adalah tanah yang diambil untuk campuran haruslah yang lokasinya berdekatan sehingga ekonomis. Gradasi dari campuran tanah tersebut harus sesuai dengan spesifikasi yangtelah ditentukan. Sedangkan metode stabilisasi tanah yang biasa juga digunakan adalah stabilisasi kimiawi. Stabilisasi kimiawi ini dilakukan dengan cara menambahkan stabilizing agentspada tanah dasar yang akan ditingkatkan mutunya. Stabilizing agentsini antara lain adalah portland cement(PC), lime, bitumen, fly ashdan lain-lain. Stabilisasi tanah dapat juga dilakukan dengan beberapa cara

pemadatan atau pemampatan di lapangan, perbaikan dengan cara perkuatan yaitu dengan pemasangan bahan lain pada lapisan tanah (scperti geotekstil), perbaikan permukaan tanah denganmenggunakan drainase, pencampuran lapisan dalam dan dengan cara penurunan air tanah yaitu dilakukan dengan cara menurunkan air tanah dengan pemompaan. Berdasarkan sistem klasifikasi dapat dibedakan adanya jenis tanah berbutir halus yang disebut lempung. Lempung ini diklasifikasikan dengan tanah yang semua butirannya mempunyal ukuran 2 mikron. Tanah lempung tersebut dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis tergantung pada komposisi serta mineral pembentuk butirannya. ditinjau dari mineral pembentuk butirannya lempung dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu lempung non ekspansif dan lempung ekspansif. Lempung non ekspansif yaitu lempung yang butirannya terbentuk dari mineral non ekspansif. Sedangkan lempung ekspansif adalah lempung yang butirannya. terbentuk oleh mineral ekspansif. Untuk tanah yang termasuk ke dalam jenis tanah ekspansif beberapa cara stabilisasi yang dapat dipergunakan antara lain adalah: 1. Removal dan Replacetienf Metode ini dilakukan dengan cara mencampur tanah ekspansif dengan tanah non ekspansif, diharapkan dengan mencampur kedua jenis tanah ini dapat memperbaiki sifat dari tanah ekspansif. Tinggi dari timbunan tanah non ekspansif harus tepat agar didapat kekuatan yang diinginkan. Tidak ada petunjuk yang tepat berapatinggi timbunan tanah tersebut tetapi Chen (1988) merekomondasikan antara 1 m sampai dengan 1,3 m. Keuntungan dari metode ini adalah : Tanah non ekspansif yang dicampurkan mempunyai sifat densityyang lebih besar dan daya dukung besar sehinggadapat memperbaiki tanah ekspansif yang mempunyai nilai densityyang rendah.

Biaya dari metode ini lebih ekonomis dari metode stabilisasi tanah ekspansif lainnya, karena metode ini tidak membutuhkan peralatan konstruksi yang mahal. Kerugian dari metode ini adalah : Ketebalan dari tanah ekspansif yang telah dicampur dengan tanah non ekspansif akan menjadi lebih tebal sehingga memungkinkan tidak sesuai dengan ketebalan yang telah ditentukan. 2. Remolding dan Compaction Swelling potentialdari tanah ekspansif dapat diperbaiki dengan cara merubah nilai densitytanah tersebut (Holtz, 1959). Metode ini menunjukkan bahwa pemadatan pada nilai density yang rendah dan pada kadar air dibawah kadar optimum yang terlihat pada test Standart Proctor dapat mengakibatkan lebih sedikit swelling potentialdari pada pemadatan pada nilai density, yang tinggi dan kadar air yang lebih rendah. 3. Chemical Admixtures a. Stabilisasi tanah dengan kapur Stabilisasi tanah dengan kapur telah banyak digunakan pada proyekproyek jalan di banyak negara. Untuk hasil optimum kapur yang digunakan biasanya antara 3% sampai dengan 7%. Thomson (1968) menemukan bahwa dengan kadar kapur antara 5% sampai dengan 7% akan menghasilkan kekuatan yang lebih besar daripada kadar kapur 3%. b. Stabilisasi tanah dengan semen Hasil yang didapat dengan stabilisasi tanah dengan semen hampir sama dengan stabiisasi tanah dengan kapur. Menurut Chen (1988) dengan menambahkan semen pada tanah akan dapat meningkatkan shrinkage limit dan shear strength. c. Stabilisasi tanah dengan fly ash

Fly ash dapat juga dipergunakan sebagai stabilizing agentskarena apabila dicampur dengan tanah akan terjadi reaksi pozzolonic, Pada tanah lunak kapur yang akan dicampur fly ashdengan perbandingan I banding 2. terbukti dapat meningkatkan daya dukung tanah (Woods et.al., 1960). Pada umumnya kerusakan pada strukstur ataupun kontruksi jalan biasanya disebabkan oleh tanah dasar yang mempunyai kemampuan kembang susut yang cukup tinggi atau yang sering disebut tanah ekspansif. Tanah ekspansif mempunyai sifat yang berbeda dari tanah pada umumnya seperti nilai plastisitas yang cukup tinggi, potensi kembang susut dan kemampatan atau perubahan volume yang cukup besar, selain itu tanah ini mempunyai kekuatan geser yang rendah. Untuk mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh tanah ekspansif, maka diperlukan suatu studi penelitian untuk stabilitasi tanah baik yang sudah dilakukan sebelumnya maupun yang telah dilakukan saat ini. Stabilitasi tanah ekspansif yang murah dan efektif adalah dengan menambahkan bahan kimia tertentu, dengan penambahan bahan kimia dapat mengikat mineral lempung menjadi padat, sehingga mengurangi kembang susut tanah lempung ekspansif. Oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan beberapa zat stabilisasi antara lain pasir, semen dan kapur yang mudah didapat dan cukup efektif untuk stabilisasi tanah ekspansif. Dengan penambahan zat tersebut diharapkan mampu memperbaiki sifat-sifat tanah ekspansif yang kurang baik. Pengujian pada tanah ekspansif yang diambil di daerah cikarang, jawa barat ini meliputi pengujian sifat fisis dan mekanik. Untuk tanah asli dilakukan uji laboratorium meliputi Spesivic gravity, Atterberg Limit, Grain size, Compaction standard, Unconfined compression test (UCT) dan Triaksial Consolidated Udrained (CU). Untuk pengujian tanah campuran baik pasir dan kapur (10% pasir + 5% kapur, 10% pasir + 10% kapur, 10% pasir +15% kapur) maupun pasir dan semen (10% pasir + 5% semen, 10% pasir + 10% semen, 10% pasir +15% semen)

dilakukan pengujian SG, atterberg limit, Compaction standard, pengujian kuat tekan bebas (UCT) dan Triaksial Consolidated Undrained (CU). Pengujian akhir yang dilakukan untuk mendapatkan kekuatan geser tanah adalah dengan uji unconfined compression test (UCT) atau uji kuat tekan bebas dan Triaksial Conolidated Undrained (CU) dengan terlebih dahulu melakukan pemeraman selama 0, 4 ,7, 14 hari. Hasil yang didapat untuk triaksial CU kemudian dianalisa dengan metode Critical state concept. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisa sejauh mana pengaruh waktu pemeraman terhadap kuat geser tanah tanah lempung ekspansif yang distabilisasi.

Pembahasan Sifat-Sifat Mekanik Tanah Lempung Ekspansif Pada sifat-sifat mekanik tanah lempung ekspansif yang ditinjau meliputi : CBR (California Bearing Ratio), pengembangan (swelling) dan kuat tekan bebas (Unconfined). Stabilisasi Tanah Lempung Ekspansif Dengan Garam Dapur (NaCl) (Agus Tugas Sudjianto) Dengan diketahuinya nilai ketiga parameter tanah ini maka akan diketahui seberapa besar efektifitas stabilisasi tanah lempung ekspansif dengan menggunakan garam dapur (NaCl). a. CBR (California Bearing Ratio ) CBR tanah terlihat dari gambar 7, semakin besar penambahan garam dapur (NaCl) maka semakin tinggi nilai CBR. Penambahan garam dapur 50% akan menghasilkan nilai CBR yang maksimal. Hasil ini signifikan dengan diketahuinya nilai R = 0,8 yang mendekati nilai 1. b. Pengembangan (Swelling) Pada pengujian swelling gambar 8. menunjukan semakin besar persentase campuran NaCl maka semakin kecil swelling tanah lempung ekspansif. Dengan penambahan garam dapur 50% akan menghasilkan penurunan swelling yang maksimal. Nilai korelasi (R) yang didapatkan dari grafik = 0,9 berarti hasil ini signifikan bahwa penambahan garam dapur berpengaruh terhadap nilai swelling tanah lempung ekspansif

c. Kuat Tekan Bebas (Unconfined) Pada pengujian tekan bebas gambar 9, didapatkan nilai tekan bebas semakin besar dengan semakin banyaknya penambahan campuran garam dapur (NaCl) dalam tanah. Nilai optimum kuat tekan bebas didapatkan pada penambahan garam dapur sebesar 50%. Nilai R Volume 8 No. 1, Oktober 2007 : 53 - 63 yang didapatkan adalah 0,9 berarti penambahan garam dapur berpengaruh terhadap nilai kuat tekan bebas tanah lempung ekspansif. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan kesimpulan sebagai berikut : a. Penggunaan bahan campuran garam dapur (NaCl) sebagai bahan stabilisasi pada tanah lempung Ekspansif mampu menurunkan kadar air dari tanah asli sebesar 15,73% menjadi 4,63% pada campuran 50%. Dan diikuti menurunnya berat isi kering dari 1.855 gram/cm3 menjadi 1.545 gram/cm3 . pada campuran NaCl 50%. b. Pemakaian bahan campuran garam dapur (NaCl) sebagai bahan stabilisasi terhadap tanah lempung ekspansif mampu menurunkan besarnya nilai PI (Indeks Plastisitas) pada tanah lempung ekspansif sebesar 55.780% pada campuran 50% sebesar 30.250%. c. Pemakaian bahan campuran garam dapur (NaCl) sebagai bahan stabilisasi terhadap tanah lempung ekspansif mampu menurunkan nilai berat jenis tanah pada semua perlakuan terhadap tanah lempung ekspansif sebesar 2.352 menjadi 2.150 pada campuran NaCl 50%. d. Penambahan garam dapur (NaCl) sebagai bahan stabilisasi dapat meningkatkan kepadatan tanah lempung ekspansif sebesar 1,542 gram/cm3 menjadi 1,698 gram/cm3 .

Hal ini disebabkan oleh adanya air yang semula mengisi pori-pori pada tanah digantikan dengan bahan campuran garam dapur (NaCl), sehingga mengakibatkan terjadinya reaksi penggantian kation dan pembentukan butiran tanah yang lebih besar. e. Pada penambahan bahan garam dapur (NaCl), terjadi penurunan nilai pengembangan tanah yang diikuti dengan meningkatnya nilai CBR tanah pada tanah lempung ekspansif sebesar 3.033% menjadi 7.957%. Ini menunjukkan bahwa dengan penambahan bahan campuran garam dapur (NaCl) mampu memperkecil potensi pengembangan pada tanah asli sebesar 10.512% menjadi 7.549%. Turunnnya potensi pengembangan dan meningkatnya daya dukung tersebut disebabkan oleh adanya pengikatan yang erat antar butiran tanah akibat pengaruh garam dapur (NaCl), sehingga membentuk tanah menjadi lebih kokoh dan kedap air. f. Dari pengujian Unconfined diperoleh peningkatan nilai kuat tekan bebas pada setiap perlakuan terhadap tanah lempung ekspansif sebesar 1.880 kg/cm2 menjadi 5.030

Daftar Pustaka

http://cpanel.petra.ac.id/ejournal/index.php/uaj/article/viewFile/17522/17440 http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=20353444&lokasi=lokal http://www.tekmira.esdm.go.id/newtek2/index.php/component/content/article/111-backupcat/32-laboratorium-pengujian-geomekanika.html

Anda mungkin juga menyukai