ij(k)
. ................................................................................................ (6)
Keterangan :
G
ij
= elemen matriks pendapat gabungan pada baris ke-i dan kolom ke-i
a
ij(k)
= elemen matriks pendapat individu pada baris ke-i dan kolom ke-j untuk matriks
pendapat individu dengan Rasio Konsistensi (CR) yang memenuhi persyaratan ke-
k.
Ij = 1, 2, ................................................... n
k = 1,2, .................................................... m
m = jumlah matrik pendapat individu dengan CR yang memenuhi persyaratan.
Pengolahan Horisontal
Pengolahan horisontal digunakan untuk menyusun prioritas elemen-elemen keputusan
pada tingkat hirarki keputusan. Tahapan perhitungan yang dilakukan pada pengolahan
horisontal ditunjukkan pada persamaan-persamaan berikut :
1. Perkalian baris (Z) dengan rumus :
Z
i
= G
ij
=
n
m
k 1
=
ij(k)
..................................................................................... (7)
2. Perhitungan vektor prioritas atau vektor eigen (VP) dengan rumus :
VP
1
=
=
=
=
n
i
n
k ij
k
m
n
k ij
k
m
a
a
) (
) (
1
1
....................................................................................... (8)
3. Perhitungan Nilai Eigen Maksimum (
mak
) dengan rumus :
VA = (a
ij
) x VP, dengan VA = (va) ....................................................................(9)
VB =
VP
VA
, dengan VB = (vb
i
) ..........................................................................(10)
mak
=
=
n
i
Vb
n
1
1
1
, untuk i = 1, 2, 3, ..... n ....................................................... (11)
8
4. Perhitungan indeks Konsistensi (C1) dengan rumus :
CI =
1 - n
n -
mak
..................................................................................................(12)
5. Perhitungan Rasio Konsistensi (CR) dengan rumus :
CR =
RI
CI
..........................................................................................................(13)
Keterangan : RI adalah Indeks Acak (Random Indeks)
Nilai indeks acak bervariasi sesuai dengan orde matriksnya. Untuk lebih jelasnya nilai
indeks acak untuk orde tertentu dapat dilihat pada tabel 4. nilai rasio konsistensi (CR) yang
lebih kecil atau sama dengan 0.1 merupakan nilai yang mempunyai tingkat konsistensi yang
baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian nilai CR meruipakan tolak ukur
bagi konsistensi baris komparasi berpasang dalam satu matriks pendapat.
Tabel 2. Matrik nilai indek acak (RI)
Orde (n) 1 2 3 4 5 6 7 8
RI 0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41
Orde (n) 9 10 11 12 13 14 15
RI 1.45 1.49 1.51 1.54 1.56 1.57 1.59
Sumber : Fewidarto (1991)
Pengolahan Vertikal
Pengolahan vertikal digunakan untuk menyusun prioritas pengaruh setiap elemen
pada tingkat hirarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama (ultimate goal). Jika CV
ij
didefinikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke-i terhadap sasaran
utama, maka :
CV
ij
=
=
s
t
j i ij
X
CH
1
1 ) , (
VW
t(i-1)
.................................................................................... (14)
Untuk : i = 1, 2, 3, .........................p
J = 1, 2, 3, ......................... r
t = 1, 2, 3, ......................... s
keterangan :
CH
ij(t,i-1)
= nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke-i terhadap elemen ke-t
pada tingkat di atasnya (i-j), yang diperoleh dari hasil pengolahan
horisontal.
VW
t(i-1)
= nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat ke-(j-1) terhadap sasaran
utama, yang diperoleh dari hasil pegolahan vertikal.
P = jumlah tingkat hirarki keputusan
r = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i
9
s = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke (i-1).
Jika didalam hirarki keputusan terdapat dua faktor yang tidak berhubungan (keduanya
tidak saling mempengaruhi), maka nilai prioritas sama dengan nol. Vektor prioritas untuk
tingkat ke-i (CV) didefinisikan sebagai berikut :
CV = (CV
ij
), untuk j = 1, 2, 3, .........s ...................................................................(15)
Menurut Saaty (1993), teknik komparasi berpasangan yang digunakan dalam AHP
dilakukan dengan wawancara langsung terhadap responden. Responden bisa seorang ahli
atau bukan, tetapi terlibat dan mengenal baik permasalahan tersebut. jika responden
merupakan kelompok, maka seluruh anggota diusahakan memberikan pendapat
(judgment).
APLIKASI MODEL
Aplikasi metode AHP yang dirumuskan dengan algoritma perhitungan yang terdiri
atas elemen pelaku klaster, Elemen Pendukung, elemen pengembangan program, Elemen
Strategi Pengembangan
Matrik elemen pelaku klaster
Tabel 3. Matrik Verbal Pelaku Klaster Agroindustri Kelapa Sawit
Pelaku PPKS Pemerintah Industri.
Pendukung
Institusi
Pendukung
Masyakat.
PPKS
Pemerintah
Industri Pendukung
Institusi Pendukung
Masyarakat Sekitar
1
2
6
4
3
1/2
1
4
3
2
1/6
1/4
1
5
4
1/4
1/3
1/5
1
3
1/3
1/2
1/4
1/3
1
Total 16 10.5 10.42 4.78 2.42
Tabel 4. Matrik yang dinormalkan
Pelaku PPKS Pem Indtri.
Pend
Ins.Pend Masy. Total Rata-
rata
PPKS
Pemerintah
Industri Pendukung
Institusi Pendukung
Masyarakat Sekitar
0,06
0,13
0,37
0,25
0,19
0,05
0,10
0,38
0,29
0,18
0,02
0,02
0,10
0,48
0,38
0,05
0,07
0,04
0,21
0,63
0,14
0,21
0,10
0,14
0,41
0,32
0,53
0,99
1,37
1,79
0,06
0,11
0,20
0,27
0,36
Tabel 5. Matrik Perubahan Nilai
Pelaku
P
P
K
S
Pe
m
Ind.
Pen
Ins.
Pen
Mas
y.
PPKS Pe
m
Ind.
Pen
Ins.
Pen
Mas
y.
Total
PPKS
Pemerintah
Industri Pendukung
Institusi Pendukung
Masyarakat Sekitar
1
2
6
4
3
1/2
1
4
3
2
1/6
1/4
1
5
4
1/4
1/3
1/5
1
3
1/3
1/2
1/4
1/3
1
0,06
0,13
0,37
0,25
0,19
0,05
0,10
0,38
0,29
0,18
0,02
0,02
0,10
0,48
0,38
0,05
0,07
0,04
0,21
0,63
0,14
0,21
0,10
0,14
0,41
0,32
0,34
0,46
0,88
0,174
2,21
10
Menghitung Prioritas Vektor
(
(
(
(
(
(
=
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
6,14
6,44
4,40
4,18
5,67
0,36
0,27
0,20
0,11
0,06
:
21 , 2
74 , 1
88 , 0
46 , 0
34 , 0
Nilai rata-rata =
5
14 , 6 44 , 6 40 , 4 40 , 4 18 , 4 67 , 5 + + + + +
= 5,37 ( max)
Index Konsistensi (IK) =
4
5 37 , 5
= 0,09
Rasio Konstestensi (CR) =
12 , 1
09 , 0
= 0,08 = 8% < 10% (dapat diterima)
Tingkat kepentingan PPKS : 6 %
Pemerintah : 11%
Industri. Pendukung : 20%
Instansi. Pendukung : 27%
Masyarakat : 36%
Matrik Elemen Pendukung
Tabel 6. Matrik Verbal Faktor Pendukung
Faktor Pendukung ISE KP IP&K KI Ins.B
Infra struktur ekonomi
Kondisi permintaan
Industri pendukung & terkait
Kondisi internal
Institusi pembiayaan
1
1/2
1/5
1/4
1/3
2
1
1/4
1/3
1/2
5
4
1
1/2
1/4
4
3
2
1
1/3
3
2
4
3
1
Total
Tabel 7. Matrik yang dinormalkan
Faktor Pendukung ISE KP IP&T KI Ins.B Total Rata-
rata
Infra struktur ekonomi
Kondisi permintaan
Industri pendukung & terkait
Kondisi internal
Institusi pembiayaan
0,40
0,20
0,08
0,10
0,13
0,49
0,25
0,06
0,08
0,12
0,47
0,37
0,09
0,05
0,12
0,39
0,29
0,19
0,10
0,03
0,23
0,15
0,31
0,23
0,08
1,98
1,26
0,73
0,53
0,38
0,40
0,25
0,15
0,11
0,09
11
Tabel 8. Matrik Perubahan Nilai
Faktor Pendukung ISE KP IP&
T
KI In
s.
B
ISE KP IP&
T
KI Ins.
B
Tot
al
Infra struktur ekonomi
Kondisi permintaan
Industri pendukung &
terkait
Kondisi internal
Institusi pembiayaan
1
1/2
1/5
1/4
1/3
2
1
1/4
1/3
1/2
5
4
1
1/2
1/4
4
3
2
1
1/3
3
2
4
3
1
0,4
0,2
0,08
0,10
0,13
0,5
0,25
0,06
0,08
0,13
0,75
0,60
0,15
0,08
0,13
0,44
0,33
0,22
0,11
0,04
0,27
0,18
0,36
0,27
0,09
2,36
1,56
0,87
0,64
0,25
Menghitung Prioritas Vektor
(
(
(
(
(
(
(
(
(
=
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
2,78
5,82
5,8
6,24
5,9
0,09
0,11
0,15
0,25
0,40
:
25 , 0
64 , 0
87 , 0
56 , 1
36 , 2
Nilai rata-rata =
5
78 , 2 82 , 5 8 , 5 24 , 6 9 , 5 + + + +
= 5,31 ( max)
Index Konsistensi (IK) =
4
5 31 , 5
= 0,08
Rasio Konstestensi (CR) =
12 , 1
08 , 0
= 0,07= 7% < 10% (dapat diterima)
Tingkat kepentingan Infra struktur : 40 %
Kondisi permintaan : 25%
Industri pendukung : 15%
Kondisi internal : 11%
Institusi pembiayan : 9%
Matrik elemen pengembangan program
Tabel 9. Matrik Verbal Pengembangan Program
Pengembangan Program Nilai
Tambah
Pendptan
Masy
Daya
Saing
Kesempatan
Kerja
Lingkungan
hidup
Peningkatan nilai tambah
Peningkatan pendapatan
masyarakat
Peningkatan daya saing
Peluasan kesempatan kerja
Lingkungan hidup
1
1/2
1/3
1
1/5
2
1
1/2
1/3
1/4
3
2
1
1/2
1/4
4
3
2
1
1/2
5
4
4
2
1
Total 2,28 4,08 6,75 10,5 16
12
Nilai Pendptan Daya Kesmptan Lingkungan Nilai Pendptan Daya Kesmptan Lingkungan
Tambah Masykt Saing Kerja Hidup Tambah Masykt Saing Kerja Hidup
Peningkatan nilai tambah 1 2 3 4 5 0,44 0,49 0,44 0,38 0,31 2,14
Peningkatan Pendptan 1/2 1 2 3 4 0,22 0,25 0,30 0,29 0,25 1,35
masyarakat
Peningkatan daya saing 1/3 1/2 1 2 4 0,14 0,12 0,15 0,19 0,25 0,88
Perluasan kesempatan kerja 1/4 1/3 1/2 1 2 0,14 0,08 0,07 0,10 0,13 0,49
Ling.hidup 1/5 1/4 1/4 1/2 1 0,09 0,06 0,04 0,05 0,06 0,28
TOTAL Pengembangan Program
Tabel 10. Matrik yang dinormalkan
Pengembangan
Program
Nilai
Tambah
Pendpt
an
Masy
Daya
Saing
Kesem
patan
Kerja
Lingk.
hidup
Total Rata-
rata
Peningkatan nilai tambah
Peningkatan pendapatan
masyarakat
Peningkatan daya saing
Peluasan kesempatan kerja
Lingkungan hidup
0,44
0,22
0,14
0,11
0.09
0,49
0,25
0,12
0,08
0,06
0,44
0,30
0,15
0,07
0,04
0,38
0,29
0,19
0,10
0,05
0,31
0,25
0,25
0,13
0,06
2,06
1,31
0,85
0,49
0,30
0,41
0,26
0,17
0,10
0,06
Total
Tabel 11. Matrik Perubahan
Nilai
Menghitung Prioritas Vektor
(
(
(
(
(
(
=
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
67 , 4
00 , 5
18 , 5
19 , 5
22 , 5
06 , 0
10 , 0
17 , 0
26 , 0
41 , 0
:
28 , 0
49 , 0
88 , 0
35 , 1
14 , 2
Nilai Rata-rata =
5
67 , 4 0 , 5 18 , 5 19 , 5 22 , 5 + + + +
= 5,05 ( max)
Index Konsistensi (IK) =
4
5 05 , 5
= 0,01
Rasio Konstestensi (CR) =
12 , 1
01 , 0
= 0,01 = 1% < 10%
Tingkat kepentingan Nilai tambah : 41 %
Pendapatan masyarakat : 26%
Daya saing : 17%
Kesempatan kerja : 10%
Lingkungan hidup : 6%
13
Faktor Potensi Industri Penguatan Industri Faktor Potensi Industri Penguatan Industri
Pddkng Permintaan Terkait Internal Pddkng Pddkng Permintaan Terkait Internal Pddkng
Penyediaan Faktor 1 1/3 1/4 1/5 1/7 0,07 0,03 0,09 0,06 0,06 0,27
pendukung
Mendorong potensi 3 1 1/2 1/4 1/6 0,21 0,03 0,14 0,07 0,07 0,54
permintaan
Pengembangan indst terkait 4 2 1 1/3 1/4 0,28 0,13 0,07 0,15 0,15 0,81
Penguatan internal 5 4 3 1 1/2 0,35 0,39 0,27 0,22 0,22 1,49
Meningkatkan peran 7 6 4 2 1 0,49 0,52 0,54 0,54 0,44 2,53
industri pendukun
Strategi Pengembangan TOTAL
Matrik Elemen Strategi Pengembangan
Tabel 12. Matrik Model Verbal Strategi Pengembangan
Strategi Pengembangan Penyediaan
Faktor
Pndkng
Potensi
Permintaan
Pengembagan
Mslh terkait
Penguatan
internal
Ind.
Pendukung
Penyediaan faktor. Pend
Mendorong potensi permtaan
Pengembangan mslh terkait
Penguatan internal
Meningkatkan peran inds
1
3
4
5
7
1/3
1
2
4
6
1/4
1/2
1
3
4
1/5
1/4
1/3
1
2
1/7
1/6
1/4
1/2
1
Total 20 13,25 8,75 4,33 2,14
Tabel 13. Matrik yang dinormalkan
Strategi Pengembangan Penyediaan
Faktor
Pendukung
Potensi
Permint
aan
Pengemb
inst
terkait
Peng
uatan
intern
Ind.
Penduk
ung
Total Rata-
rata
Penyediaan faktor. Pend
Mendorong potensi
permtaan
Pengembangan inst terkait
Penguatan internal
Meningkatkan peran inds
0,05
0,15
0,20
0,25
0,35
0,12
0,08
0,15
0,30
0,45
0,03
0,03
0,11
0,34
0,46
0,08
0,12
0,06
0,23
0,46
0,07
0,08
0,15
0,23
0,47
0,39
0,46
0,67
0,35
2,19
0,08
0,10
0,13
0,27
0,42
Total
Tabel 14. Matrik Perubahan Nilai
Menghitung Prioritas Vektor
(
(
(
(
(
(
=
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
6,02
5.53
6,23
5,40
3,30
0,44
0,27
0,13
0,10
0,08
:
53 , 2
49 , 1
81 , 0
54 , 0
27 , 0
Nilai rata-rata =
5
02 , 6 52 , 5 23 , 6 40 , 5 30 , 3 + + + +
= 5,29 ( max)
14
Index Konsistensi (IK) =
4
5 29 , 5
= 0,07
Rasio Konstestensi (CR) =
12 , 1
07 , 0
= 0,06 < 10% (dapat diterima)
Tingkat kepentingan Penyediaan faktor : 8 %
Mendorong permintaan : 10%
Pengembangan industri terkait : 13%
Penguatan internal : 27%
Peran industri : 44%
Tujuan pengembangan agroindustri kelapa sawit adalah: 1) menumbuhkan dan
memberdayakan usaha perkebunan kelapa sawit yang akan memacu aktivitas ekonomi daerah,
menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, 2) menumbuhkan
industri pengolahan CPO dan produk turunannya dan industri pendukung (pupuk, obat-
obatan dan alsin) dalam meningkatkan nilai tambah dan daya saing CPO dan produk
turunannya, 3) membangun kelembagaan kelapa sawit yang kokoh dan mandiri, 4)
meningkatkan kontribusi CPO dan produk turunannya dalam pemasukan devisa. Peluang
untuk mengembangkan klaster agroindustri kelapa sawit masih terbuka bagi pemerintah
daerah Sumatera Selatan terutama ketersediaan lahan, tenaga kerja, teknologi, bibit, tenaga
ahli, disamping itu tuntutan kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan perlu juga menjadi
pertimbangan.
Gambar-3. Proses AHP (Analytic Hirarchi Process)
(6%)
11%
(20%) (27%) (36%)
(40%)
(25%)
(15%)
(11%) (9%)
(41%) (26%)
(17%)
(10%) (6%)
(8%) (10%) (13%) (27%)
(42%)
institusi
15
Hasil perhitungan dengan teknik AHP menunjukkan bahwa yang menjadi prioritas
pengembangan klaster agroindustri kelapa sawit masing-masing adalah: Pelaku: masyarakat
sekitar(36%), institusi pendukung(27%), industri pendukung(20%), pemerintah(11%), pelaku
inti(6%). Faktor pendukung: kondisi infrastruktur ekonomi(40%), kondisi permintaan(35%),
keberadaan industri pendukung(15%), kondisi internal(11%) dan institusi pembiayaan(9%).
Tujuan pengembangan program: peningkatan nilai tambah produk (41%), peningkatan
pendapatan masyarakat(26%), peningkatan daya saing(17%), perluasan kesempatan
kerja(10%) dan minimasi pencemaran lingkungan(6%).Strategi pengembangan program:
peningkatan institusi pendukung(42), penguatan kondisi internal(27%), pengembangan
industri pendukung dan terkait(15%), mendorong potensi permintaan(10%) dan penyediaan
faktor-faktor pendung(8%).
DAFTAR PUSTAKA
Bakar S, 2008. Model Strategi Kebijakan Regional Dalam Pengelolaan Irigasi
Berkelanjutan. Disertasi pada IPB-Bogor.
Baka La Rianda, 2000. Rekayasa Sistem Pengembangan Agroindustri Perkebunan Rakyat
dengan Pendekatan Wilayah, Disertasi pada IPB-Bogor.
Basdabella S, 2001. Pengembangan Sistem Agroindustri Kelapa Sawit dengan Pola
Perusahaan Agroindustri Rakyat, Disertasi pada IPB-Bogor.
Brown James G, with Touche Deloitte, 1994. Agroindustrial Invesment and Operations.
Economic Development Institute, The Word Bank Washington, D.C.
Disperindag, 2004, Strategi Industri Nasional, Departemen Perindustrian dan
Perdagangan, Jakarta.
Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Selatan, 2004. Laporan Tahunan Perkebunan.
Eriyatno dan Sjofjan B, 2008. Metode Penelitian Pascasarjana Untuk Analisa dan
Rancangan Kebijakan.IPB Press, Bogor.
Fewidarto, P D, 2000, Teknik Optimasi Problema Tak Linier, Fateta IPB Bogor.
Gumbira E, Rachmayanti, Muttaqim ZM, 2001. Manajemen Teknologi Agribisnis
Ghalia Indonesia. Jakarta.
Hasbi, 2001. Rekayasa Sistem Kemitraan Usaha Pola Mini Agroindustri Kelapa
Sawit. Disertasi pada IPB. Bogor
Indrajit, R.E dan R. Djokopranoto. 2002, Konsep Manajemen Rantai Supply Chain Cara
Baru Memandang Mata Rantai Penyediaan Barang Grasindo Jakarta
Jatmika Angga, 2006, Rekayasa Sistem Pengembangan Agroindustri Kelapa Sawit Dengan
Strategi Pemberdayaan, Disertasi pada IPB-Bogor.
16
Naibaho, 2003. Teknologi Agroindustri Kelapa Sawit Balai Riset Kelapa sawit Medan.
Nasution M, 2002. Pengembangan Kelembagaan Koperasi Pedesaan untuk Agroindustri
IPB Pres. Bogor.
Partiwi Gunani Sri, 2007. Perancangan Model Pengukuran Kinerja Komprehensif Pada
Sistem Agroindustri Hasil Laut, Disertasi, IPB Bogor.
Porter, 1980. Competitive Strategy : Techniques for Analyzing Industries and
Competitors. With a New Introduction The Free Press.
Roelandt and Den Hertag, 1999. Boosting Innovation The Cluster Approac. OECD,
Proceedings (Paris).
Saaty, T.L,1991. Pengambilan keputusan bagi para Pemimpin, Proses; Hirarki Analitik
untuk Pengambilan Keputusan dalam situasi yang Kompleks, Seri Manajemen
no.134, PPM, Jakarta.