Anda di halaman 1dari 23

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Tumor merupakan sebuah penyakit yang lebih sering terjadi pada manusia. Tumbuhnya tumor disalah satu organ, akan terus berkembang dan secara menerus menyebar ke dalam jaringan seluruh tubuh. Akibat dari tumor tersebut akan menjadi sebuah kanker ganas yang mematikan. Hal ini merupakan pencetus kematian terbanyak di seluruh dunia. Salah satunya terdapat pada intrakanial dan medulla spinalis. Umumnya manusia memiliki fungsi otak untuk mengatur aktivitas organ. Namun apabila tumor mendiami disalah satu bagian dari otak tersebut. Maka lama-kelamaan otak tidak akan berfungsi secara optimal. Untuk itu tumor otak perlu diwaspadai. Selain mengonsumsi makanan secara teratur, perlunya mengatur pola hidup sehat dan menghindari radiasi akan mengurangi terjadinya tumor otak tersebut. Perlunya mempelajari mengenai tumor otak dapat memberikan gambaran tersendiri agar mencegah terjadinya tumor otak secara dini. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Tujuan dibentuknya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I 2. Tujuan Khusus Agar mahasiswa keperawatan dapat memahami dan mengerti tentang : 1. Asuhan keperawatan tumor intra carnial. 2. Asuhan keperawatan tumor medula spinalis.

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Tumor Intra Karnial Tumor otak adalah lesi intrakarnial setempat yang menempati ruang didalam tulang tengkorak. Pada orang dewasa sebagian tumor otak berasal dari sel-sel ganglia.Tumor otak jarang bermetastasis di luar system saraf merusak fungsi vital. Tumor otak atau tumor intracranial adalah neoplasma atau proses desak ruang (space occupying lesion atau space taking lesion) yang timbul di dalam rongga tengkorak baik di dalam kompartemen supratento trial maupun infratentorial. Tumor otak merupakan salah satu tumor susunan syaraf pusat yang mempunyai sebagian atau seluruh sifat proses ganas spesifik seperti yang berasal dari sel saraf meningen otak, termasuk juga tumor yang berasal dari sel penunjang (neuroglia), sel epitel pembuluh darah dan selaput otak. B. Klasifikasi Jenis tumor ganas susunan syaraf pusat terdiri dari tumor ganas primer dan tumor metalstatis. Tumor ganas primer seperti astrositom, astroblastoma, oligodendroglioma, mixedgliom, epindimoma, tumor pleksus kholoid, gliosarkoma, medulablastoma dan limfoma serebral. Tumor metastatis adalah tumor yang berasal dari daerah manapun dari tubuh, yang umumnya terdapat ekstradural dalam kanalis spinalis, karena penyebaran hematogen kearah pleksus venous peridular dari vena didalam pelvis, dinding rongga toraks, dalam toraks, dan daerah leher. Tumor sebellum merupakan salah satu tumor intrinsic posterior, yang pada orang dewasa merupakan tumor metastatis tersering di hemisfer serebellum. Lokasi primer sesuai dengan lesi supratentorial Tumor ini merupakan tumor metastatis 80 % dan tumor ganas primer > 90% pada anak dan terdapat dalam ruang intrakanial.
2

pusat, tetapi menyebabkan kematian dengan

C. Etiologi Penyebab yang pasti pada tumor otak belum diketahui secara jelas namun beberapa factor diidentifikasi sebagai factor predisposisi antara lain: Paparan terhadap zat toxic, trauma dan pendarahan. D. Patosiologi Tumor otak menyebabkan peningkatan intracranial serta tanda dan gejala lokal sebagai akibat dari tumor yang mengganggu bagian dari spesifik otak. Sesuai dengan hipotesis Monroe-killie yang dimodifikasi, bahwa tengkorak adalah sebuah ruangan kaku yang berisi materi esensial yang tidak dapat tertekan : benda otak, darah dalam vaskuler dan cairan serebrospinal (CSS). Jika salah satu komponen dalam tengkorak volumenya

meningkat, TIK akan meningkat, kecuali satu dari komponen lain menurunkan volumenya. Konsekuensinya terdapat perubahan volume otak bila terjadi gangguan seperti tumor otak atau edema serebral ini akan menimbulkan tanda dan gejala peningkatan intrakranial. Gejala- gejala peningkatan TIK disebabkan oleh tekanan yang berangsur-angsur terhadap otak akibat pertumbuhan tumor. Pengaruhnya adalah gangguan keseimbangan yang nyata antara otak, cairan serebrospinal, dan darah serebral (semua terletak didalam tengkorak). Sebagai akibat pertumbuhan tumor maka kompensasi penyesuaian diri dapat dilakukan melalui penekanan pada vena intrakranial, melalui penurunan volume cairan serebrospinal (melalui peningkatan absorpsi dan menurunkan produksi), penurunan sedang pada aliran darah serebral dan menurunnya masa jaringan otak intraselular dan ekstraselular. Bila kompensasi ini semua gagal, pasien mengalami tanda dan gejala peningkatan TIK. E. Manifestasi Klinis Menurut lokasi tumor dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Lobus frontalis Gangguan mental / gangguan kepribadian ringan : depresi, bingung, tingkah laku aneh, sulit memberi argumenatasi/menilai benar atau tidak, hemiparesis, ataksia, dan gangguan bicara. 2. Kortek presentalis posterior Kelemahan/kelumpuhan pada otot-otot wajah, lidah dan jari 3. Lobus parasentralis Kelemahan pada ekstremitas bawah
3

4. Lobus Oksipitalis Kejang, gangguan penglihatan 5. Lobus temporalis Tinitus, halusinasi pendengaran, afasia sensorik, kelumpuhan otot wajah 6. Lobus Parietalis Hilang fungsi sensorik, kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik, gangguan penglihatan 7. Cerebelum Papil oedema, nyeri kepala, gangguan motorik, hipotonia, hiperekstremitas sendi Tanda dan Gejala Umum pada tumor intrakanial adalah : 1. Nyeri kepala berat pada pagi hari, bertambah buruk bila batuk, membungkuk. 2. Kejang 3. Tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial : Pandangan kabur, mual, muntah, penurunan fungsi pendengaran, perubahan tanda-tanda vital, afasia. 4. Perubahan kepribadian 5. Gangguan memori 6. Gangguan alam perasaan Trias Klasik yaitu : 1. Nyeri kepala Biasanya sering terjadi dapat bersifat dalam, terus menerus, tumbuh dan kadang nyeri hebat. Lokasi yang sering menimbulkan nyeri terletak di di dekat dan diatas tumor. 2 . Papil oedema Disebabkan oleh strees vena yang menimbulkan pembengkakan papila syaraf optikus. Bila terjadi pada pemeriksaan oftalmoskopi (funduskopi), tanda ini mengisyaratkan terjadi kenaikan TIK. Kadang disertai gangguan penglihatan, termasuk pembesaran bintik buta dan amaurosis fugaks ( saat penglihatan berkurang) 3. Mual dan Muntah Terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah pada medulla oblongata. Sering terjadi pada anak-anak dan berhubungan dengan peningkatan TIK yang disertai pergeseran batang otak. Muntah dapat terjadi tanpa didahului mual dan dapat proyektil.
4

daerah tumor dan

F. Pemeriksaan Penunjang 1. Foto polos untuk mengetahui adanya destruksi tulang pembungkus jaringan susunan syaraf pusat 2. Pemeriksaan neurologis seperti mielografi atau DSA 3. Angiografi atau DSA 4. MRI G. Penatalaksaan 1. Tindakan Pembedahan Bila tidak akan menimbulkan deficit nerologik yang terlalu mengganggu, reseksi total merupakan treatment of choice Tindakan ini bergantung pada sifat, lokalisasi, perluasan dan lamanya berlangsung tumor. 2. Radioterapi Diberikan pada tumor yang radiosensitif, dan biasanya dilakukan setelah reseksi total atau parsial. 3. Kemoterapi Hasilnya masih kurang memuaskan, dan tidak semua obat anti-tumor dapat meliwati darah otak. Titik tangkap kerja obat anti-tumor ialah pada sintesis DNA (replikasi), sintesis RNA dari DNA (transkripsi) dan sintesis protein dari RNA (translasi). Obat-obat yang biasa digunakan pada tumor otak ialah: 1 Vinkristin: suatu vinka alkaloid, terutama efektif terhadap leukemia. Hasil baik juga pada meduloblastoma dan glioblastoma. Efek samping ialah toksis terhadap saraf perifer. 2 Methotrexate : intratekal, terutama untuk meduloblastoma, ependimoma & astrositoma. 3 Sitosinarabinosid : juga dipakai pada tumor otak tetapi hasilnya masih belum diketahui. H. Asuhan keperawatan Tumor intra karnial 1. Pengkajian a. Identitas Mencakup nama, usia (pada masalah disfungsi neurologis kebanyakan terjadi pada usia tua) jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal dan jam masuk rumah sakit (MRS), nomor register, diagnosa medis. b. Riwayat kesehatan
5

1. Keluhan utama Nyeri kepala hebat 2. Riwayat kesehatan sekarang Pada gangguan neurologis, riwayat penyakit sekarang yang mungkin didapatkan meliputi adanya riwayat trauma, riwayat jatuh, keluhan mendadak lumpuh pada saat klien sedang melakukan aktivitas, keluhan pada gastrointestinal seperti mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain, gelisah, letargi, lelah apatis, perubahan pupil, pemakaian obat-obat (sedatif, antipsikotik, perangsang saraf), dan lain-lain. 3. Riwayat kesehatan masa lalu Pengkajian riwayat penyakit dahulu dalam menggali permasalahan yang mendukung masalah saat ini pada klien dengan defisit neurologi adalah sangat penting. Beberapa pertanyaan yang mengarah pada riwayat penyakit dahulu, yaitu:\ Apakah klien menggunakan obat-obat, seperti analgesik, sedative, hipnotis, antipsikotik, antidepresi, atau perangsang system persarafan. Apakah klien pernah mengeluh gejala sakit kepala, kejang, tremor, pusing, vertigo, kebas atau kesemutan pada bagiantubuh, kelemahan, nyeri atau perubahan dalam bicara di masa yang lalu. Riwayat trauma kepala, atau batang spinal, meningitis, kelainan kongenital, penyakit neurologis, atau konseling psikiatri. Riwayat peningkatan kadar gula darah dan tekanan darah tinggi. Riwayat tumor, baik yang ganas maupun jinak pada system persarafan perlu ditanyakan karena kemungkinan ada hubungannya dengan keluhan sekarang yang dapat memberikan metastasis ke system persarafan pusat dengan segala komplikasinya. 4. Riwayat kesehatan keluarga Anamnesa akan adanya riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes mellitus yang memberikan hubungan dengan beberapa masalah disfungsi neurologi seperti masalah stroke hemoragis dan neuropati perifer. 5. Riwayat psikososial

Pengkajian status emosional dan mental secara fisik lebih banyak termasuk pengkajian fungsi serebral, meliputi tingkat kesadaran klien, perilaku dan penampilan, bahasa, dan fungsi intelektual, termasuk ingatan, pengetahuan, kemampuan berpikir abstrak, asosiasi, dan penilaian. 6 . Riwayat lingkungan Biasanya tinggal di lingkingan yang tercemar limbah pabrik dan polusi udara. Pasien mempunyai rumah dengan ventilasi yang cukup. c. Pemeriksaan fisik Keadaan umun : Lemah, kejang/mengantuk, kesadaran menurun. TTV : Nadi : <60x/menit TD : >120/80 mmHg RR S : 16-20 x/menit : >37,5oC

Kepala dan leher Nyeri kepala berat pada pagi hari, bertambah buruk bila batuk, membungkuk. Nyeri dengan skala 7-9. Rambut berwarna merah dan mudah dicabut.

Pernafasan B1 (breath): a. Bentuk dada : normal b. Pola napas : tidak teratur c. Suara napas : normal d. Sesak napas : ya e. Batuk : tidak f. Retraksi otot bantu napas ; ya g. Alat bantu pernapasan : ya (O2 2 lpm)

Kardiovaskular B2 (blood) a. Irama jantung : irregular

b. Nyeri dada : tidak c. Bunyi jantung ; normal

d. Akral : hangat
7

e. f. g. h. i. j.

Nadi : Bradikardi Tekanan darah Meningkat pH : <7,35 (asidosis) pO2 : <81mmHg pCO2: >45 mmHg SO2 <98 %.

Persyarafan B3 (brain) a. Penglihatan (mata) : penurunan penglihatan, hilangnya ketajaman atau diplopia. b. Pendengaran (telinga) : terganggu bila mengenai lobus temporal c. Penciuman (hidung) : mengeluh bau yang tidak biasanya, pada lobus frontal d. Pengecapan (lidah) :ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia) e. Afasia :kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif atau kesulitan berkata-kata, reseotif atau berkata-kata komprehensif, maupun kombinasi dari keduanya. f. Ekstremitas :kelemahan atau paraliysis genggaman tangan tidak seimbang, berkurangnya reflex tendon. g. GCS : Skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan.

Perkemihan B4 (bladder): a. Kebersihan : bersih b. Bentuk alat kelamin : normal c. Uretra : normal d. Produksi urin: normal

Pencernaan B5 (bowel): a) Nafsu makan : menurun b) Porsi makan : setengah c) Mulut : bersih d) Mukosa : lembab f) Serum albumin <3,6 g/dl

Muskuloskeletal/integument B6 (bone):
8

a.

Kemampuan pergerakan sendi : bebas

b. Kondisi tubuh: kelelahan d. Pola fungsi kesehatan 1. Pola persepsi kesehatan dan manajemen Kesehatan. Tindakan yang dilakukan sebelum masuk R.S 2. Pola Nutrisi / Metabolik o Makan : a Selera Makan : Selera makan berkurang b. Porsi makan : Tidak dihabiskan c. Gangguan menelan : Ada (batuk, air liur keluar, disfagia). o Minum : a. Jenis air yang diminum b. Setelah minum muntah : ya / tidak c. Keluhan lain yang dirasakan pada saat minum :sakit saat menelan d. Terjadi penurunan berat badan. 3. Pola Eliminasi : BAK: a. Rasa nyeri waktu BAK : Tidak b. Bau urine : Pesing c. Warna urine : d. Gangguan lain inkontinensia kandung kemih / usus atau mengalami gangguan fungsi. BAB: a. Rasa nyeri waktu BAB: Tidak b. Bau feses : Busuk / khas c. Konsistensi : Lembek 4. Pola Aktivitas : a. Mobilisasi b. Aktivitas klien : Dibantu oleh perawat c. Gangguan lain yang dirasakan saat beraktivitas : merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan.
9

5. Pola Tidur dan Istirahat : a. Tidur dalam sehari b. Tidur malam biasanya terbngun karena gelisah c. Tidur siang kadang tidak bisa tidur karena ribut d. Gangguan lain sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda,biasanya lama. 6. Pola Perseptual / Kognitif : a. Penglihatan :perubahan dalam penglihatan b. Pendengarangan : kehilangan pendengaran c. Perabaan :sensitive terhadap sentuhan dan gerakan d. Bagaimana persepsi terhadap panca indra :terjadi kehilamgan pengindraan seperti,pengecapan, penciuman dan pendengaran. 7. Pola Persepsi Diri / Konsepsi Diri a. Gambaran diri : Rasa terisolasi b. Mekanisme koping : Kurangnya percaya diri,citra diri terganggu,merasa putus asa. 8. Pola Peran / Hubungan a. Dengan orang terdekat : sering merasa jauh dari keluarga b. Hubungan teman tetangga dan orang lain, merasa terasing, tidak dapat melaksanakan aktifitas sosial. 9. Pola Seksual /Reproduksi a. Haid terganggu pengaruhi HB menurun 10. Pola Koping Toleransi a. Kecemasan meningkat b. Tidak dapat membut keputusan, pemecahan masalah 11. Pola Nilai Kepercayaan a. Sering berdoa meminta bantuan kepada TUHAN agar mendapat kesembuhan. e) Pemeriksaan penunjang CT scan. Electroencephalogram
10

C ray paru dan organ lain umtuk mencari adanya metastase.

2 Diagnosa Pre operasi 1. Gangguan pertukaran gas b.d disfungsi neuromuscular 2. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peningkatan tekanan intrakranial. 3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual, muntah 4. Kerusakan komunikasi verbal b.d kerusakan sirkulasi serebral. 5. Ansietas b.d penyakit kronis dan masa depan yang tidak pasti Post operasi 6. Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan akibat pembedahan 7. Resiko infeksi b.d lesi post operasi 3 Rencana asuhan keperawatan Pre operasi a. Dx : Gangguan pertukaran gas b.d disfungsi neuromuskuler Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam pertukaran gas menjadi optimal KH : RR = 16-20 x/menit. pH = 7,35-7,45 pO2 = 81-100 mmHg pCO2= 35-45 mmHg SO2 > 98 %. Intervensi : 1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan. Catat penggunaan otot aksesori, napas bibir, ketidakmampuan berbicara/berbincang. R/ berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan dan atau kronisnya penyakit 2. Awasi tanda vital dan irama jantung R/ perubahan TD dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung 3. Posisikan semi fowler R/ pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi semi fowler

11

4. Pertahankan istirahat tidur. Dorong menggunakan teknik relaksasi dan aktivitas senggang. R/ Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi. 5. Kolaborasikan untuk pemeriksaan Blood Gas Analisis R/ Takikardia ada sebagai akibat demam, dehidrasi, tetapi dapat sebagai respon hipoksemia. 6. Kolaborasikan untuk pemberian O2 R/ Gelisah, mudah terangsang, bingung , somnolen, dapat menunjukkan hipoksemia b. Dx: Gangguan rasa nyaman nyeri akut b.d tekanan intra kranial Tujuan ; setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam skala nyeri berkurang KH: 1. Klien menyatakan nyeri berkurang 2. Klien tampak tenang 3. Skala nyeri 0-3 Intervensi : 1. Observasi tingkat nyeri dan respon motorik klien R/ Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data yang objektif untuk mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat. 2. Ajarkan relaksasi R/ Akan melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan O2 oleh jaringan akan terpenuhi dan dapat mengurangi nyerinya 3. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut R/ Mengalihkan perhatian nyerinya pada hal-hal yang menyenangkan 4. Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman R/ Istirahat akan merelaksasikan semua jaringan sehingga akan meningkatkan kenyamanan 5. Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dan menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung

12

R/ Pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya. Dan dapat membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik. 6. Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri non farmakologi dan non.invasif R/ Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri 7. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesic R/ Analgesic memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang. c. Dx: Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual muntah Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi KH: 1. 2. 3. 4. Klien menyatakan nafsu makan menurun/ berkurang BB normal Serum albumin 3,6-5 g/dl Porsi makan : dihabiskan

Intervensi: 1. Evaluasi kemampuan makan klien R/ Dengan mengetahui kemampuan makan klien membantu kesehatan dalam mengambil tindakan. 2. observasi/ timbang BB jika memungkinkan R/ Tanda kehilangan BB (7-10%) dan kekurangan intake nutrisi menunjang terjadinya masalah katabolisme, kandungan glikogen dalam otot dan kepekaan terhadap pemasangan ventilator. 3. Monitor keadaan otot yang menurun dan kehilangan lemak subkutan R/ Menunjukkan indikasi kekurangan energi otot dan mengurangi fungsi otot-otot pernapasan 4. Catat pemasukan peroral jika diindikasikan. Anjurkan klien untuk makan. R/ Nafsu makan biasanya berkurang dan nutrisi yang masuk pun berkurang. 5. Berikan makanan kecil dan lunak

13

R/ Mencegah terjadinya kelelahan, memudahkan masuknya makanan, dan mencegah gangguan pada lambung. 6. Pantau fungsi sistem GIT R/ Fungsi sistem GIT sangat penting untuk memasukkan makanan. Ventilator dapat menyebabkan kembung pada lambung dan perdarahan lambung 7. Anjurkan pemberian cairan 2500cc/hari selama tidak terjadi gangguan jantung R/ Mencegah terjadinya dehidrasi akibat penggunaan ventilator selama tidak sadar dan mencegah terjadinya konstipasi 8. Aturlah diet yang diberikan sesuai keadaan klien R/ Diet tinggi kalori, protein, karbohidrat sangat diperlukan selama pemasangan ventilator untuk mempertahankan fungsi oto-otot respirasi 9. Lakukan pemeriksaan laboratorium yang diindikasikan R/ Memberikan informasi yang tepat tentang keadaan nutrisi yang dibutuhkan klien d. Dx: Kerusakan komunikasi verbal b.d kerusakan sirkulasi serebral. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam klien dapat membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat di ekspresikan Kriteria Hasil : 1. 2. 3. Mengindikasikan pemahaman tentang masalah komunikasi Membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan Menggunakan sumber-sumber dengan tepat

Intervensi : 1. Kaji tipe/derajat disfungsi seperti pasien tidak tampak memahami kata atau mangalami kesulitan berbicara atau membuat pengertian sendiri R/ Membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan serebral yang terjadi dan kesulitan pasien dalam bebrapa atau seluruh tahap proses komunikasi. 2. Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan berikan umpan balik

R/ Pasien mungkin kehilangan kemampuan untuk memantau ucapn yang keluar dan tidak menyadari bahwa komunikasi yang diucapkan tidak nyata. 3. Minta pasien untuk mengikuti perintah sederhana

R/ menilai adanya kerusakan motorik 4. Katakan secara langsung pada pasien, bicara perlahan dan tenang
14

R/ menurunkan kebingungan/ansietas selama proses komunikasi dan respon pada informasi yang lebih banyak pada satu waktu tertentu. e. Dx: Ansietas b.d penyakit kronis dan masa depan yang tidak pasti. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam kecemaskan dapat diminimalkan Kriteria Hasil : Kecemasan berkurang, Intervensi : 1. Gunakan teknik komunikasi terapeutik.

R / Menjalin hubungan saling percaya pasien. 2. Dorong klien dan keluarga mencurahkan isi hati.

R / Membuat kepercayaan dan menurunkan kesalahan persepsi. 3. Dengarkan keluhan klien dengan sabar.

R / Menghadapi isu pasien dan perlu dijelaskan dan membuka cara penyelesaiannya. 4. Jawab pertanyaan klien dan keluarga dengan ramah.

R / Membuat pasien yakin dan percaya. 5. Berikan kenyamanan fisik pasien.

R / Ini sulit untuk menerima dengan isu emosi bila pengalaman ekstrem / ketidaknyamanan fisik menetap. Post operasi a. Dx: Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan akibat pembedahan Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam gangguan mobilitas fisik teratasi. Kriteria Hasil : Pasien mendemonstrasikan tehnik / perilaku yang memungkinkan dilakukannya kembali aktifitas. Intervensi : 1. Kaji derajat mobilisasi pasien dengan menggunakan skala ketergantungan ( 0-4 ) R / seseorang dalam semua kategori sama-sama mempunyai resiko kecelakaan.

15

2.

Letakkan pasien pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakan karena tekanan.

R / Perubahan posisi yang teratur meningkatkan sirkulasi pada seluruh tubuh. 3. Bantu untuk melakukan rentang gerak

R / Mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi 4. Tingkatkan aktifitas dan partisipasi dalam merawat diri sendiri sesuai kemampuan R / Proses penyembuhan yang lambat sering kali menyertai trauma kepala, keterlibatan pasien dalam perencanaan dan keberhasilan. 5. Berikan perawatan kulit dengan cermat, masase dengan pelembab. R / Meningkatkan sirkulasi dan elastisitas kulit b. Dx: Resiko infeksi b.d lesi post operasi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan klien dapat melaporkan factor resiko yang berkaitan dengan infeksi dan kewaspadaan yang diperlukan Kriteria Hasil: 1. Klien dapat menhidentifikasi factor-faktor resiko dan intervensi untuk mengurangi infeksi 2. Klien dapat mempertahankan lingkungan aseptic yang aman 3. Tidak ada tanda-tanda infeksi Intervensi: 1. Control infeksi, sterilisasi dan prosedur/ kebijakan aseptic. R/mekanisme yang dirancang untuk mencegah infeksi 2. Periksa kulit untuk memeriksa adanya infeksi yang terjadi. R/ gangguan pada integritas kulit atau dekat dengan lokasi operasi adalah sumber kontaminasi luka. 3. Identifikasi gangguan pada tehnik aseptic dan atasi dengan segera pada waktu terjadi. R/ kontaminasi dengan lingkungan/ kontak personal akan menyebabkan daerah yang steril menjadi tidak steril sehingga dapat meningkatkan resiko infeksi. 4. Kolaborasikan pemberian antibiotic jika perlu.
16

R/ dapat diberikan secara profilaksis bila dicurigai terjadinya infeksi atau kontaminasi. G. Definisi Tumor Medulla Spinalis Tumor medula spinalis adalah tumor yang berkembang dalam tulang belakang atau isinya dan biasanya menimbulkan gejala-gejala karena keterlibatan medula spinalis atau akar-akar saraf. (Price sylvia anderson, 1995)

H. Klasifikasi Tumor Medula Spinalis 1. Tumor Intradural Berbeda dengan tumor ekstradural Tumor tumor intradural pada umumnya jinak.

Ekstramedular

Terletak diantara durameter dan medula spinalis, sebagian besar tumor di daerah ini merupakan neurofibroma Tumor atau meningioma jinak Intramedular

Berasal dari dalam medula spinalis itu sendiri. 6. Tumor Ekstradural Tumor ekstradural terutama merupakan metastase dari lesi primer di payudara, prostat, tiroid, paru-paru, ginjal, dan lambung. Tumor ekstradural pada umumnya berasal dari kolumna vertebralis atau dari dalam ruangan ekstradural. Neoplasma ekstradural dalam ruangan ekstradural biasanya karsinoma dan limfoma metastase.

I.Etiologi Faktor Resiko tumor dapat terjadi pada setiap kelompok Ras, insiden meningkat seiring dengan pertambahan usia, faktor resiko akan meningkat pada orang yang terpajan zat kimia tertentu (Okrionitil, tinta, pelarut, minyak pelumas), namun hal tersebut belum bisa dipastikan. Pengaruh genetik berperan serta dalam tibulnya tumor, penyakit sklerosis TB dan penyakit neurofibomatosis.

J. Patofisiologi

17

Kondisi patofisiologi akibat tumor medula spinalis disebabkan oleh kerusakan dan infiltrasi, pergeseran dan dekompresi medula spinalis dan terhentinya suplai darah atau cairan serebrospinal. Derajad gejala tergantung dari tingkat dekompresi dan kecepatan

perkembangan, adaptasi bisa terjadi dengan tumor yang tumbuh lamban, 85 % tumor medula spinalis jinak. Terutama tumor neoplasma baik yang timbul ekstramedula atau intra medula. Tumor sekunder atau tumor metastase dapat juga mengganggu medula spinalis dan lapisannya serta ruas tulang belakang Tumor ekstramedular dari tepi tumor intramedural pada awalnya menyebabkan nyeri akar sarat subyektif. Dengan pertumbuhan tumor bisa muncul defisit motorik dan sensorik yang berhubungan dengan tingkat akardan medula spinalis yang terserang. Karena tumor membesar terjadilah penekanan pada medula spinalis. Sejalan dengan itu pasien kehilangan fungsi semua motor dan sensori dibawah lesi/tumor Tumor medula spinalis, yang dimulai dari medula spinalis, sering menimbulkan gejala seperti pada sentral medula spinalis, termasuk hilang rasa nyeri segmental dan fungsi temperatur. Tambahan pula fungsi sel-sel tanduk anterior seringkali hilang, terutama pada tangan. Seluruh jalur sentral yang dekat benda kelabu menjadi disfungsi. Hilangnya rasanyeri dan sensori suhu dan kelemahan motorik berlangsung sedikit demi sedikit, bertambah berat dan menurun. Motorik cauda dan fungsi sensorik yang terakhir akan hilang, termasuk hilang fungsi eliminasi fecal dan urine. (Long C, Barbara, 1996)

K. Pemerilsaan Diagnosis -Pemeriksaan 1.Pemeriksaan 2.CT. 3.MRI 4.Analisa 5.Elektrolit Gas Darah diagnostik secara umum sinar dapat dilakukan : X Scan

18

-Tumor Ekstradural 1. Radiogram tulang belakang Akan memperlihatkan osteoporosis atau kerusakan nyata pada korpus vertebra dan pedike 2.Myelogram Memastikan lokalisasi tumor 3.Pemeriksaan LCS Akan memperlihatkan peningkatan kadar protein dan kadar glukosa yang normal

- Tumor Intradural 1. Radiogram tulang punggung memperlihatkan pembesaran foramen dan penipisan pedikel yang berdekatan 2.Myelogram Menentukan lokalisasi yang cepat

L. Asuhan Keperawatan Tumor Medulla Spinalis 1. Pengkajian a. Data dasar ; nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, alamat, golongan darah, penghasilan b. Riwayat kesehatan ; apakah klien pernah terpajan zat zat kimia tertentu, riwayat tumor pada keluarga, penyakit yang mendahului seperti sklerosis TB dan penyakit neurofibromatosis, kapan gejala mulai timbul c. Aktivitas / istirahat, Gejala : kelemahan / keletihan, kaku, hilang keseimbangan. Tanda : perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, quadriplegi, ataksia, masalah dalam keseimbangan, perubaan pola istirahat, adanya faktor faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, cemas, keterbatasan dalam hobi dan dan latihan d. Sirkulasi, Gejala : nyeri punggung pada saat beraktivitas. Kebiasaan : perubahan pada tekanan darah atau normal, perubahan frekuensi jantung. e. Integritas Ego, Gejala : faktor stres, perubahan tingkah laku atau kepribadian, Tanda : cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi dan impulsif. f. Eliminasi : Inkontinensia kandung kemih/ usus mengalami gangguan fungsi.

19

g. Makanan / cairan , Gejala : mual, muntah proyektil dan mengalami perubahan sklera. Tanda : muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan (batuk, air liur keluar, disfagia) h. Neurosensori, Gejala : Amnesia, vertigo, synkop, tinitus, kehilangan pendengaran, tingling dan baal pad aekstremitas, gangguan pengecapan dan penghidu. Tanda : perubahan kesadaran sampai koma, perubahan status mental, perubahan pupil, deviasi pada mata ketidakmampuan mengikuti, kehilangan penginderaan, wajah tidak simetris, genggaman lemah tidak seimbang, reflek tendon dalam lemah, apraxia, hemiparese, quadriplegi, kejang, sensitiv terhadap gerakan i. Nyeri / Kenyamanan, Gejala : nyeri kepala dengan intensitas yang berbeda dan biasanya lama. Tanda : wajah menyeringai, respon menarik dri rangsangan nyeri yang hebat, gelisah, tidak bisa istirahat / tidur. j. Pernapasan, Tanda : perubahan pola napas, irama napas meningkat, dispnea, potensial obstruksi. k. Hormonal : Amenorhea, rambut rontok, dabetes insipidus. l. Sistem Motorik : scaning speech, hiperekstensi sendi, kelemahan m. Keamanan , Gejala : pemajanan bahan kimia toksisk, karsinogen, pemajanan sinar matahari berlebihan. Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi n. Seksualitas, Gejala: masalah pada seksual (dampak pada hubungan, perubahan tingkat kepuasan) o. Interaksi sosial : ketidakadekuatan sistem pendukung, riwayat perkawinan (kepuasan rumah ( tangga, Doenges, dukungan), 2000 fungsi peran. )

2. Masalah Keperawatan a. Kelumpuhan b. Gangguan sensibilitas c. Gangguan nafas/kelumpuhan diafragma untuk tumor servical tinggi d. Gangguan sistem cerna e. Kesukaran dalam buang air besar dan buang air kecil f. Perawatan khusus rehabilitasi bagi penderita instabilitas tulang punggung
20

7. Diagnosa Keperawatan a. Nyeri (akut) / kronis b.d agen pencedera fisik, kompresi saraf,ditandai dengan : menyatakan nyeri oleh karena perubahan posisi, nyeri, pucat sekitar wajah, perilaku berhati hati, gelisah condong keposisi sakit, penurunan terhadap toleransi aktivitas, penyempitan fokus pada diri sendiri, wajah menahan nyeri, perubahan pola tidur, menarik diri secara fisik Kriteria hasil : pasien melaporkan nyeri berkurang, menunjuKkan perilaku untuk mengurangi kekambuhan atau nyeri. Intervensi : 1. Kaji keluhan nyeri 2. Observasi keadaan nyeri nonverbal ( misal ; ekspresi wajah, gelisah, menangis, menarik diri, diaforesis, perubaan frekuensi jantung, pernapasan dan tekanan darah. 3. Anjurkan untuk istirahat denn tenang 4. Berikan kompres panas lembab pada kepala, leher, lengan sesuai kebutuhan 5. Lakukan pemijatan pada daerah kepala / leher / lengan jika pasien dapat toleransi terhadap sentuhan 6. Sarankana pasien untuk menggnakan persyaratan positif saya sembuh atau saya suka hidup ini 7. Berikan analgetik / narkotik sesuai indikasi 8 . Berikan antiemetiksesuai indikasi b.Defisit perawatan diri : higiene, makan toileting dan mobilitas yang b. d gangguan neurofisiologis. Kriteria hasil : kebutuhan perawatan diri pasien terpenuhi, kebutuhan nutrisi dan cairan

terpenuhi, kebutuhan eliminasi terpenuhi, kebutuhan higiene oral, muka terpenuhi, latihan rentang Intervensi : 1. Kaji tingkat kemampuan yang berhubungan dalam melakukan kebutuhan perawatan diri 2. Bantu saat pasien makan sesuai kebutuhan 3. Lakukan perawatan kateter setiap hari 4. Lakukan higiene oral setiap hari 5. Lakukan latihan rentang gerak pasif untuk ekstremitas
21

gerak

aktif

dan

psif

dilakukan.

6.Bantu dan ajarkan latihan pembentukan otot sesuai indikasi : boneka untuk latihan memeras, 7. Lakukan perawatan kulit : gosok punggung

8. Berikan higiene secara total sesuai indikasi 9. Berikan bantuan nutrisi sesuai pesanan : konsulkan dengan ahli gizi untuk menetapkan kebutuhan 10. Jelaskan pentingnya perawatan diri.

BAB PENUTUPAN

III

A. KESIMPULAN Tumor otak adalah lesi intrakarnial setempat yang menempati ruang didalam tulang tengkorak. Pada orang dewasa sebagian tumor otak berasal dari sel-sel ganglia.Tumor otak

22

jarang bermetastasis di luar system sarafpusat, tetapi menyebabkan kematian dengan merusak fungsi vital. Tumor otak atau tumor intracranial adalah neoplasma atau proses desak ruang (space occupying lesion atau space taking lesion) yang timbul di dalam rongga tengkorak baik di dalam kompartemen supratentotrial maupun infratentorial. Tumor medula spinalis adalah tumor yang berkembang dalam tulang belakang atau isinya dan biasanya menimbulkan gejala-gejala karena keterlibatan medula spinalis atau akar-akar saraf. (Price sylvia anderson, 1995).

B. SARAN Dalam mempelajari materi ini , harusnya mahasiswa dan pembaca dapat mencari berbagai referensi agar isi tidak menyimpang dari materi pembelajaran dan sesui dengan yang seharusnya.

23

Anda mungkin juga menyukai

  • Pengorganisasian Dan Pengembangan Masyarakat
    Pengorganisasian Dan Pengembangan Masyarakat
    Dokumen15 halaman
    Pengorganisasian Dan Pengembangan Masyarakat
    Citra Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Organ Reproduksi
    Organ Reproduksi
    Dokumen3 halaman
    Organ Reproduksi
    Citra Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Studi Kasus
    Studi Kasus
    Dokumen2 halaman
    Studi Kasus
    Citra Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Dampak Positif Dan Negatif Perubahan Sosial Budaya
    Dampak Positif Dan Negatif Perubahan Sosial Budaya
    Dokumen3 halaman
    Dampak Positif Dan Negatif Perubahan Sosial Budaya
    Citra Rahmawati
    50% (2)
  • BAB I
    BAB I
    Dokumen13 halaman
    BAB I
    Citra Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Sap
    Sap
    Dokumen6 halaman
    Sap
    Citra Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Merokok
    Merokok
    Dokumen7 halaman
    Merokok
    Citra Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Sap
    Sap
    Dokumen6 halaman
    Sap
    Citra Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Sap Anemia
    Sap Anemia
    Dokumen7 halaman
    Sap Anemia
    Citra Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Merokok
    Merokok
    Dokumen7 halaman
    Merokok
    Citra Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Pemeriksaan Fisik
    Pemeriksaan Fisik
    Dokumen14 halaman
    Pemeriksaan Fisik
    Citra Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • KMB 1
    KMB 1
    Dokumen7 halaman
    KMB 1
    Citra Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Makalah KMB 3
    Makalah KMB 3
    Dokumen23 halaman
    Makalah KMB 3
    Citra Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Sap
    Sap
    Dokumen6 halaman
    Sap
    Citra Rahmawati
    Belum ada peringkat