Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

BIOTEKNOLOGI
REVIEW JURNAL

DESI ELFIRA
1011013074

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2014

Review

Antimicrobial Potential of Endophytic Fungi Derived from Three


Seagrass Species: Cymodocea serrulata, Halophila ovalisand
Thalassia hemprichii
Preuttiporn Supaphon1, Souwalak Phongpaichit1*, Vatcharin Rukachaisirikul2, Jariya
Sakayaroj3
1 Department of Microbiology and Natural Products Research Center of Excellence, Faculty of Science, Prince of Songkla
University, Hat Yai, Songkhla, Thailand, 2Department of Chemistry and Center of Excellence for Innovation in Chemistry Faculty of
Science, Prince of Songkla University, Hat Yai, Songkhla, Thailand, 3National Center for Genetic Engineering and Biotechnology, Klong
Luang, Pathumthani, Thailand

Penelitian ini membahas tentang antimikroba potensial dari jamur endofit yang berasal
dari 3 spesies tumbuhan laut yaitu, Cymodocea serrulata, Hlophila ovalis dan Thalassia
hempirichii. Ketiga spesise tumbuhan laut ini terdapat di bagian selatan Thailand. Hal yang
mendasari penelitian ini adalah penelitian sebelumnya menunjukkan 51% senyawa bioaktif yang
diisolasi dari jamur endofit seperti antikanker, antibakteri, antifungi, antimalarial dan aktifitas
enzimatis. Hal lain yang mendasari penelitian ini, penelitian antimikroba yang berasal dari bahan
alam lebih efektif, toksisitas rendah dan kecil dampaknya terhadapa lingkungan.
Adapun metode yang digunakan adalah:

Pengambilan sampel dan isolasi jamur endofit


Sampel diambil dari bulan juni 2008 hingga mei 2009 dari pantai Pak Meng, Provinsi
Trang, Thailand. Lalu sampel diidentifikasi secara morfologi.
Sampel disterilkan dengan alcohol, dan dicincang halus. Kemudian diisolasi dengan
medium PDA-SW.

Identifikasi Fungi
Semua sampel yang telah diisolasi kemudian diidentifikasi secara morfologi untuk
mengetahui karakterisasi. Kemudian identifikasi juga dilakukan dengan metoda PCR.

Fermentasi Broth dan ekstraksi

Jamur endofit di biakkan dalam PDB pada suhu 25oC selama 3-4 minggu. Fermentasi
broth ini akan memisahkan miselium dengna menggunakan filtrasi. Filtrate nya di
ekstraksi sebanyak dua kali dengan menggunakan pelarut etil asetat dan dipisahkan
dengan corong pisah. Lalu ekstrak etil asetat di rotary. Hifa dari jamur ini direndam
dengan methanol selama 2 hari. Dan lapisan methanol di ekstraksi dengan menggunakan
hexan lalu dengan etil asetat lagi. Estrak heksan dan etil asetat di rotary hingga kering.
Ekstrak kering dilarutkan dalam DMSO untuk larutan stock sebanyak 10 mg/ml untuk
antimikroba testing.

Antimikroba screening
Antimikroba skrining adalah dengan menguji aktifitas dari ekstrak yang diperoleh pada
meda yang mengandungbakteri uji. Pada penelitian ini digunakan SA dan E.Coli.

Penentuan konsentrasi hambat minimum (MIC), konsentrasi bakterisida minimum


(MBC) dan konsentrasi fungisidal minimum (MFC)
Ekstrak kasar digunakan untuk menguji aktifitas antimikroba yang berada di range 0,25
sampai 128 mikrogram/ml. konsentrasi terendah ditunjukkan oleh MIC. Semua ekstrak
menunjukan hasil yang positif. Aktifitas MIC besar pada konsentrasi <10 mikrogram/ml.

Analisa mikroskop electron


Ekstrak yang memiliki aktifitas antimikroba di analisa pada sel target dengan
menggunakan SEM.

Hasil

Diperoleh 100 dan 60 isolat fungi endofit dari 4.890 jaringan dari ketiga spesies.isolasi
terbanyak terdapat pada daun

Aktifitas antimikroba 49% aktif pada M.gypseum

Aktifitas MIC paling besar terdapat pada konsentrasi < 10 mikrogram/ml

Terdapat 7 isolate fungi yang memiliki aktifitas besar yaitu 1 berasal dari C. serrulata, 2
dari H.ovalis dan 2 dari T.hemprichii

Anda mungkin juga menyukai