Anda di halaman 1dari 5

Taken from: http://rosadora.blogspot.com/2011/01/sirup-kering-apakahitu.

html#ixzz1tKwyA9WW Grace

Untuk para orang tua, mungkin Anda pernah menebus resep antibiotik untuk anak Anda yang masih kecil. Saat di rumah, Anda tersadar botol itu sudah dibuka dari segelnya sehingga Anda merasa kesal karena Anda merasa diberi obat yang tidak baru. Jangan kesal dulu ya, botol obat itu memang telah dibuka, tapi itu adalah obat baru. Mungkin Anda bertanya lagi, "Kalau memang obat baru kenapa telah dibuka?". Baiklah begini jawaban dan penjelasannya. Obat yang Anda beli itu namanya adalah SIRUP KERING. Sirup kering itu bisa berupa suspensi kering atau larutan kering. Pada gambar contoh dalam artikel ini digunakan suspensi kering. Obat yang ada di dalam botol itu awalnya adalah serbuk, saat obat akan diberikan pada pasien, ke dalam botol tersebut dimasukkan sejumlah tertentu air minum (lihat pada gambar, ada tanda panah yang menandakan batas air yang harus ditambahkan). Untuk memasukkan air minum ke dalam botol itu harus dengan membuka botol obatnya terlebih dahulu kan?

lihat tanda panah yang menunjukkan tanda batas penambahan air minum Berikut gambar sirup kering yang sudah dilarutkan atau istilah yang lebih tepatnya adalah sudah direkonstitusi. (note: ini buatan sendiri loh... :D). Gambar yang masih berupa serbuk akan diupload secepatnya.

Namanya suspensi kering, tapi setelah direkonstitusi menjadi berbentuk cair "Kenapa obatnya berbentuk serbuk, kenapa tidak langsung dibuat cairan saja? Kan banyak obat-obat sirup yang bentuknya bukan serbuk?" Kebanyakkan antibiotik tidak kuat berada lama dalam air. Biasanya hanya kuat selama 7 hari saja, ada juga yang bisa kuat hingga 14 hari itupun jika disimpan dalam lemari es. Oleh karena itu, tidak memungkinkan penyimpanan sirup antibiotik dalam waktu lama. Cara yang digunakan adalah baru membuat sirup antibiotik itu pada saat akan dikonsumsi oleh pasien. "Oo, pantas saja saya disuruh membuang obat ini kalau masih ada sisanya setelah 7 hari setelah saya beli obat ini." Betul, setelah 7 hari obat ini berada dalam air mungkin obat itu telah rusak, jadi harus dibuang. Apa sudah tau cara membuangnya?? Untuk info cara membuang obat secara umum, dapat dibaca di sini: Cara membuang obat dengan aman dan tepat. Aman Mengkonsumsi Antibiotika Februari 24, 2010 Jika dalam tubuh anda ditemukan gejala atau hasil laboratorium yang menunjukkan serangan bakteri patogen maka diperlukan pengobatan dengan antibiotika selama beberapa waktu. hal ini dimaksudkan agar bakteri patogen dan efek fisiologis yang mengganggu menjadi hilang. Pengobatan menggunakan antibiotika digunakan selama paling sedikit selama 5 hari hingga 6 bulan tergantung dari beratnya infeksi, jenis penyakit, dan jenis bakteri. Beberapa antibiotika yang populer digunakan di Indonesia antara lain adalah : Amoksisilin, Eritromisin, Tetrasiklin, Ciprofloksasin dan Kotrimoksazole. Berbagai jenis antibiotik ini akan dipilih oleh dokter berdasarkan data ilmiah untuk mengobati infeksi sehingga tidak menutup kemungkinan digunakan beberapa kombinasi antibiotika dalam satu pengobatan penyakit. Istilah antibiotika sebenarnya lebih tepat disebut antimikroba adalah obat yang berfungsi untuk membunuh, menghambat mikroorganisme patogen yang menyebabkan gangguan fisiologis pada tubuh manusia. Contoh serangan bakteri pada tubuh antara lain demam, mual, muntah dll. Ketika gejala tersebut muncul maka dokter akan memberikan pada anda pengobatan antibiotika selama beberapa hari.

Sebenarnya apa saja yang harus diperhatikan dalam mengkonsumsi antibiotika ? anda sebaiknya memperhatikan dosis,waktu minum, cara penyimpanan, cara persiapan dan lama penggunaan antibiotika tersebut. Dosis antibiotika sangat bervariasi tergantung dari jenis antibiotika tersebut. Sebagai contoh Amoksisilina 500 mg 3 kali sehari 1 tablet sementara Ciprofloksasin 500 mg 2 kali sehari 1 tablet. Pengaturan dosis tersebut dibuat berdasarkan dari hasil penelitian dosis dan efektivitas penggunaan antibiotika pada jenis penyakit, kondisi fisiologis, interaksi obat dll. Anda tidak perlu kuatir karena dokter dan apoteker sangat bisa diharapkan dalam pengaturan dosis ini. Namun untuk memastikan dosis yang tepat anda juga bisa berkonsultasi dengan apoteker di apotek. Beberapa antibiotika diminum sesudah makan namun jenis antibiotika Rifampisin dan Ampisilin harus dikonsumsi sebelum makan/dalam keadaan perut kosong. Hal ini dilakukan karena penyerapan obat tersebut lebih optimal pada kondisi perut kosong. Maksudnya adalah Apabila terjadi salah makan maka waktu yang dibutuhkan untuk minum obat akan semakin panjang dan anda diharuskan membeli obat lagi sehingga menyebabkan meningkatnya biaya berobat. Cara penyimpanan antibiotika sebaiknya disimpan dilemari yang tidak terjangkau dari anak dan tidak terkena sinar matahari langsung. Anak-anak bisa menganggap botol/tablet antibiotika sebagai mainan / snack yang dapat berbahaya jika mereka meminumnya. Disamping itu sinar matahari yang memancarkan gelombang ultraviolet dapat menyebabkan terurainya obat sehingga kadar obat menjadi berkurang selain panas matahari juga dapat merusak formulasi dan kemasan obat tersebut. Sirup kering adalah salah satu contoh sediaan yang memerlukan persiapan khusus. Apoteker di apotek akan mencampur serbuk dan air kedalam botol obat kemudian mengocoknya hingga tercampur merata. Hal penting yang harus anda perhatikan bahwa sirup kering hanya mampu bertahan 2 minggu saja. Ada kemungkinan jika sirup tersebut disimpan dalam lemari pendingin akan menambah waktu simpan anda, Namun waktu simpan ini tidak bisa dibuktikan sebelum ada penelitian ilmiah. Lama penggunaan antibiotika sangat tergantung dari jenis bakteri yang menginfeksi tubuh. Sebagai contoh Mycobacterium memerlukan 6 bulan, Escherescia Coli memerlukan 2 minggu (tergantung dari beratnya infeksi). Karena faktor pengobatan tepat waktu dan dosis akan menghasilkan efek optimal maka sebaiknya anda patuh dalam mengkonsumsi obat sehingga biaya pengobatan dapat ditekan. nah karena saya pikir informasi diatas masih perlu dijelaskan lebih lanjut, saya harapkan anda untuk berkonsultasi kepada dokter atau apoteker di apotek bagaimana dosis, cara penyimpanan, penyiapan dan lama penggunaan antibiotika. Semoga tips ini bermanfaat bagi anda. (**)

Dry Syrup Solusi Polemik Puyer

Pernahkah mendapat/memberikan resep Amoxycillin Dry Sirup 125 mg/5ml ? Ini adalah antibiotic dalam sediaan sirup kering. Setiap sediaan yang dilarutkan dengan 60 ml air matang yang hangat mengandung 125 mg setiap sendok tehnya (5 ml). Sedangkan bila melarutkan setengah isi botol dry syrup dengan 60 ml akan dihasilkan kurang lebih 62,5 mg/5ml. Atau akan dihasilkan sebanyak 250 mg/5ml bila satu botol dilarutkan dengan 30 ml Aqua cocta. Cukup praktis. Kalau rajin menyempatkan nonton tv pasti tahu dong polemik puyer. Mereka bilang puyer sudah tidak digunakan karena tidak aman. Yang lebih bikin gundah adalah karena alat penumbuk yakni mortar dipakai berkali-kali dalam membuat puyer. Akibatnya, ditakutkan ada interaksi obat karena sisa obat sebelumnya masih menempel didalam mortar. Belum lagi cara membagi puyer dengan cara yang irrasional. Apalagi sewaktu dicampur, belum tentu tercampur secara merata. Akibatnya setiap dosis puyer kadar tiap obat belum tentu sesuai yang diinginkan. Lah ini salah siapa? Televisi bilang ini salah dunia kedokteran. Saya termasuk bagian yang tidak setuju kalau ini kesalahan dunia kedokteran. Mudah-mudahan tidak ada kepentingan bisnis dibalik pemberitaan ini. Dasar dokter meresepkan adalah diagnosa, dosis terapi dan bentuk sediaan yang disediakan farmasi (Apotik). Puyer dimaksudkan untuk menyediakan obat yang lebih dari satu macam dengan dosis yang diinginkan berdasarkan berat badan dan kebutuhan. Lha kalau kita meresepkan obat A 10mg/BB/8 jam obat B 20 mg/KgBB/ 8 jam, padahal sediaan yang ada adalah 500 mg per tablet obat A dan 500 mg per tablet obat B. Disini puyer memiliki keuntungan. Contoh BB 10 kg pengobatan selama 5 hari maka akan dibutuhkan 10 X 10 X 15 dalam mg untuk obat A dan 20 x 10 X 15 dalam mg obat B. 1500 mg (3 tablet) obat A dan 3000 mg (6 tablet) obat B untuk 15 kali pemberian. Terus bagaimana memberikan obat tersebut bila puyer sudah ditinggalkan? Ini adalah tantangan di dunia farmasi khususnya apotek sebagai ujung tombak. Solusinya bagaimana, bila dokter meresepkan sediaan dengan dosis seperti diatas? Tentunya akan mudah bila 1500 mg obat A dan 3000 mg obat B terbagi sesuai dosis dan dengan mudah pasien mendapatkan dan memakainya melalui dunia farmasi. Karena bukan dokter yang memberi obat, dokter hanya menulis resep (recipe: ambilkan) sesuai peraturan yang berlaku. Sepertinya polemic diatas dapat dicairkan kalau dunia famasi bisa menyediakan sediaan generik dalam bentuk yang praktis dengan dosis yang tepat sesuai kebutuhan. Bagaimana tentang dry syrup? Coba ya kalau hampir semua obat yang biasanya diresepkan untuk puyer ada dalam bentuk dry syrup. Dry Syrup yang doctor and apothecary friendly. Obat A dan B seperti diatas, bila dapat dicampur dengan asumsi tidak ada interaksi obat, tinggal diseduh dengan air sesuai takaran dan disajikan dengan sendok takar. Dengan catatan sediaan awet dan tidak mudah rusak, tersedia dalam bentuk generic, murah dan jangan lupa kocok sebelum digunakan. Jadi, jangan salahkan dunia kedokteran dalam polemic ini

Anda mungkin juga menyukai