Anda di halaman 1dari 9

Cirebon sebagai daerah pantai Utara Pulau Jawa bagian Barat dalam konteks sejarahnya terbukti mampu melahirkan

kebudayaan yang berangkat dari nilai tradisi dan agama. Tak pelak kesenian yang mengiringi kebudayaan Cirebon memasukkan unsur-unsur agama di dalamnya. Dalam kaitan ini kesenian yang pada mulanya merupakan sarana dakwah agama (Islam) menjadi semacam oase di padang gurun. Betapa tidak. Syekh Syarif Hidayatullah yang juga dikenal dengan nama Sunan Gunungjati bermukim di Cirebon mengembangkan agama melalui pendekatan kultural.Kebudayaan Cirebon yang bukan Jawa dan bukan Sunda itu akhirnya memiliki ciri khas sendiri. Yakni adanya keberanian untuk mengadopsi nilai lama dengan nilai baru (saat itu) saat agama Islam mulai diajarkan Sunan Gunungjati. Dalam pentas kesenian panggung, asimilasi budaya terlihat jelas. Nilai budaya masyarakat pantai dipadukan dengan nilai agama. Tak heran jika kenyataan ini mengundang nilai tambah yang patut disyukuri. Artinya postmodernis sudah berlangsung dalam kesenian tradisi Cirebon. Keberanian seniman tradisi memasukkan unsur baru (ajaran agama Islam) pada kesenian lokal agaknya sepadan dengan nilai posmo.BUDAYA Cirebon yang kabarnya merupakan budaya serapan Jawa (Kerajaan Mataram) dan Sunda (Kerajaan Sunda Kalapa) itu menempati posisi unik. Dua budaya besar di pulau Jawa itu bertemu di Cirebon. Budaya serapan itu pun makin lengkap bersintesa dengan spiritualitas Islam. Inilah keberbagaian budaya Cirebon. Dan keberbagaian tadi mengisi ruang kesenian lokal. Dari sinilah kemudian muncul seniman rakyat. Seniman yang asik berkarya tanpa terpaku pada intruksi sutradara, sementara ketika tidak manggung mereka menjalani profesi kesehariannya.Masalah yang terus mengganjal dalam perkembangan budaya Cirebon antara lain (dan ini yang terkuat) ialah keengganan para pemilik kebudayaan itu memelihara dan merasa nyaman dengan kebudayaannya. Kini generasi muda banyak berpaling ke budaya lain yang lebih instan serta kurang mampu mencintai kebudayaannya sendiri. Budaya-budaya instan lengkap dengan berbagai kemudahan dan aksesorinya memukau sejumlah anak muda. Ciri tersebut tampak pada ketidakmampuan berbahasa Cirebon, dan jika mampu itu pun hanya sebatas bahasa pergaulan yang dikenal dengan istilah bagongan. Kirik dan ketek, serta ira dan isun tanpa mengenal kosa kata halus memang masih ada dan terdengar dalam percakapan anak-anak muda. Namun sama sekali abai dengan keseniannya, dan lebih luas dengan kebudayaannya sendiri yang telah mengalami berbagai hantaman zaman. Anak-anak muda telah berpaling ke budaya pop.Jikalau keadaan ini tidak segera dibenahi, ada kekhawatiran anak-anak muda itu akan terasing dari kebudayaannya. Dan segera setelah itu mereka akan beranggapan bahwa budaya Cirebon cukuplah diletakkan di museum, atau sekadar ada ketika dibincangkan budayawan tua di ruang seminar. Keterasingan terhadap kebudayaan sendiri pada gilirannya akan menghempas kebudayaan pada kondisi yang menguntungkan. Kebudayaan bagai sebuah nilai lama yang layak ditinggalkan lantas digantikan kebudayaan baru yang lebih mampu menawarkan subjektivitas.

ACARA ADAT ISTIADAT CIREBON,,Ritual mapag sri misalnya. Sesaat menjelang menanam padi di sawah, para petani mempersembahkan rasa syukur kepada Tuhan karena alam telah demikian berdamai

memberikan panen. Dewi Sri sebagaimana diketahui adalah penjelmaan dewi padi yang bertugas antara lain menyuburkan tanah pertanian sehingga padi tumbuh dengan sempurna. Adaptasi budaya Hindu dengan ajaran Islam sebelum menanam padi, kini semakin jarang terlihat. Teknologi dan mesin telah menyingkirkan mapag sri.

Panjang Jimat Tradisi Maulid Nabi di Keraton Cirebon Sejak zaman Khalifah Sholahudin Al Ayubi 1993 M, peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW atau maulid Nabi kerap di istimewakan. Tujuannya, tidak lain untuk mengenang dan selalu meneladani nabi Muhammad SAW.

KARYA SENI KHAS CIREBON

Batik Trusmi Cirebon merupakan batik khas dari daerah trusmi di Cirebon. Motif mega mendung merupakan motif yang paling diminati dan paling populer.,,Glass Painting atau Lukisan Kaca Adalah seni melukis diatas permukaan kaca, dimana pelukis langsung melukis dipermukaan gelas/cermin atau media kaca.

KULINER KHAS CIREBON

Nasi Jamblang adalah makanan khas dari Cirebon, Jawa Barat. Nama Jamblang berasal dari nama daerah di sebelah barat kota Cirebon tempat asal pedagang makanan tersebut. Ciri khas makanan ini adalah penggunaan daun Jati sebagai bungkus nasi. Penyajian makanannya pun bersifat prasmanan.

Empal gentong adalah makanan khas masyarakat Cirebon, Jawa Barat. Makanan ini mirip dengan gulai (gule) dan dimasak menggunakan kayu bakar (pohon mangga) di dalam gentong (periuk tanah liat).

Daging yang digunakan adalah usus, babat dan daging sapi.

Tahu Gejrot adalah makanan khas Cirebon, Indonesia. Tahu gejrot terdiri dari tahu yang sudah digoreng kemudian dipotong agak kecil lalu dimakan dengan kuah yang bumbunya cabe, bawang merah, gula. Biasanya disajikan di layah kecil. atau coet, biasanya pedagang menjajagan dagangannya dengan

menggunakan sepeda

Tari Topeng Cirebon,,Tari Topeng Cirebon

Tari Topeng Cirebon Tari Topeng Cirebon, kini menjadi salah satu tarian yang langka. Seni tari ini adalah warisan zaman Kerajaan Cirebon yang sering dipentaskan di kerajaan.

Tari Topeng Cirebon kini menjadi tari yang langka. Foto: Ricky Martin Penari dan penabuh gamelan hidup berkecukupan karena ditanggung oleh Raja. Namun, raja-raja Cirebon tak bisa terus menerus menghidupi kelompok kesenian karena keguatan ekonominya diatur oleh pemerintah kolonial Belanda. Para penari dan penabuh gamelan akhirnya mencari mata pencaharian dengan mbebarang atau pentas keliling kampung.

Sejak itu, Tari Topeng Cirebon mulai dikenal di pedesaan. Grup-grup Tari Topeng Cirebon bermunculan. Beberapa grup tari topeng sibukmbebarang dari desa ke desa untuk memeriahkan hajatan. Pertunjukkan Tari Topeng Cirebon pun semakin populer. Babak Pentas Pementasan Tari Topeng Cirebon berlangsung selama 5 babak. Setiap babak berjalan 1 jam.

Tari Topeng Cirebon ada 5 babak. Masing-masing babak berlangsung 1 jam. Foto: Ricky Martin Topeng yang muncul ada 5 tokoh, yaitu topeng Panji, Samba, Tumenggung, Kalana dan Rumyang. Kelima tokoh ini dibawakan oleh penari yang sama, yaitu dalang topeng. Kelima topeng itu menggambarkan watak manusia. Topeng Panji menggambarkan watak manusia yang arif, bijaksana, dan rendah hati. Topeng Samba menggambarkan watak manusia yang suka hura-hura dan penuh canda. Topeng Tumenggung menggambarkan watak ksatria yang gagah berani dan percaya diri. Topeng Kalana menggambarkan sifat manusia yang tamak dan Topeng Rumyang melambangkan sifat ketakwaaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tari Topeng Cirebon merupakan tarian klasik khas Cirebon. Dua maestro tarian ini, yakni Mimi Sawitri dan Mimi Rasinah kini telah tiada. Adakah penari muda yang mau meneruskannya? (Sigit/Potret Negeriku/Annisa/Kidnesia)

Tari Topeng Cirebon Tari Topeng Cirebon, kini menjadi salah satu tarian yang langka. Seni tari ini adalah warisan zaman Kerajaan Cirebon yang sering dipentaskan di kerajaan.

Tari Topeng Cirebon kini menjadi tari yang langka. Foto: Ricky Martin Penari dan penabuh gamelan hidup berkecukupan karena ditanggung oleh Raja. Namun, raja-raja Cirebon tak bisa terus menerus menghidupi kelompok kesenian karena keguatan ekonominya diatur oleh pemerintah kolonial Belanda. Para penari dan penabuh gamelan akhirnya mencari mata pencaharian dengan mbebarang atau pentas keliling kampung. Sejak itu, Tari Topeng Cirebon mulai dikenal di pedesaan. Grup-grup Tari Topeng Cirebon bermunculan. Beberapa grup tari topeng sibukmbebarang dari desa ke desa untuk memeriahkan hajatan. Pertunjukkan Tari Topeng Cirebon pun semakin populer. Babak Pentas Pementasan Tari Topeng Cirebon berlangsung selama 5 babak. Setiap babak berjalan 1 jam.

Tari Topeng Cirebon ada 5 babak. Masing-masing babak berlangsung 1 jam. Foto: Ricky Martin Topeng yang muncul ada 5 tokoh, yaitu topeng Panji, Samba, Tumenggung, Kalana dan Rumyang. Kelima tokoh ini dibawakan oleh penari yang sama, yaitu dalang topeng. Kelima topeng itu menggambarkan watak manusia. Topeng Panji menggambarkan watak manusia yang arif, bijaksana, dan rendah hati. Topeng Samba menggambarkan watak manusia yang suka hura-hura dan penuh canda. Topeng Tumenggung menggambarkan watak ksatria yang gagah berani dan percaya diri. Topeng Kalana menggambarkan sifat manusia yang tamak dan Topeng Rumyang melambangkan sifat ketakwaaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tari Topeng Cirebon merupakan tarian klasik khas Cirebon. Dua maestro tarian ini, yakni Mimi Sawitri dan Mimi Rasinah kini telah tiada. Adakah penari muda yang mau meneruskannya? (Sigit/Potret Negeriku/Annisa/Kidnesia)

ADAT ISTIADAT MASYARAKAT KOTA CIREBON

1.Syawalan Gunung Jati Syawalan Gunung Jati merupakan tradisi ziarah pada bulan syawal setelah idul fitri ke makam Sunan Gunung Jati. Pada bulan ini, masyarakat Cirebon biasa melakukan ziarah dan tahlilan di makam Sunan Gunung Jati Cirebon. Setiap Syawalan biasanya tempat ziarah makam Sunan Gunung Jati dipenuhi para peziarah hampir dari semua daerah Cirebon dan daerah lain di sekitarnya. 2. ganti Walit Ganti Walit adalah upacara adat di makam kramat Trusmi Cirebon. Upacara yang dilaksanakan setiap tahun di Makam Kramat Trusmi ini bertujuan untuk mengganti atap makam keluarga Ki Buyut Trusmi yang menggunakan Welit (anyaman daun kelapa). Upacara ini dilakukan oleh masyarakat Trusmi Cirebon. Biasanya dilaksanakan setiap tanggal 25 bulan Maulud. 3. Rajaban Rajaban adalah tradisi upacara dan ziarah ke makam Pangeran Panjunan dan Pangeran Kejaksan di Plangon. Rajaban umumnya dihadiri oleh para kerabat dari keturunan kedua pangeran tersebut. Ziarah ini dilaksanakan setiap tanggal 27 Rajab. Obyek wisata ini terletak di Plangon Kelurahan Babakan Kecamatan Sumber, kurang lebih 1 Km dari pusat kota Sumber. 4. Ganti Sirap Ganti Sirap merupakan upacara 4 tahunan (dilaksanakan setiap 4 tahun sekali) di makam kramat Ki Buyut Trusmi untuk mengganti atap makam yang menggunakan Sirap. Upacara ini biasanya dimeriahkan dengan pertunjukan wayang kulit dan terbang. Sirap adalah bahasa Cerbon yang atap. 5. Muludan Muludan merupakan upacara adat yang dilaksanakan setiap bulan Mulud (Maulud) di Makam Sunan Gunung Jati. Kegiatan ini bertujuan untuk membersihkan /menyuci Pusaka Keraton yang dikenal dengan istilah Panjang Jimat. Kegiatan ini dilaksanakan setiap tanggal 8-12 Mulud. Sedangkan pusat kegiatannya berada di sekitar Kraton Kasepuhan. 6. Salawean Trusmi Selawean Trusmi merupakan salah satu kegiatan ziarah yang dilaksanakan di Makam Ki Buyut Trusmi. Dalam ziarah, biasanya diisi dengan tahlilan di makam Ki Buyut Trusmi. Selawean (bahasa Cerbon) berarti dua puluh lima, oleh karena itu kegiatan ini dilaksanakan setiap tanggal 25 bulanMulud. 7. Nadran Nadran atau pesta laut, sesuai dengan namanya, dilaksanakan oleh masyarakat nelayan sebagai upacara terima kasih kepada Sang Pencipta (Allah SWT) yang telah memberikan rezeki dengan tujuan untuk mengharapkan keselamatan.

Upacara Nadran dilaksanakan hampir sepanjang pantai (tempat berlabuh para nelayan) dengan kegiatan yang sangat bervariasi. Upacara ini dilaksanakan setiap satu tahun sekali.
bon merupakan salah satu kota di daerah jawa barat. Wisata Cirebon mungkin kurang begitu diminati oleh para wisatawan! Karena kota kecil yang ada di Jawa Barat ini memang tidak begitu terkenal akan objek wisatanya. Namun jangan salah, Anda patut mencoba wisata di kota ini sekaligus mencicipi aneka kulinernya. Untuk menuju ke Cirebon hanya berjarak sekitar 3 jam dari kota Jakarta, yang bisa ditempuh dengan menggunakan mobil maupun dengan menggunakan kereta api. Kota ini juga biasa disebut dengan kota udang.

Wisata di Cirebon dan Sekitarnya

Apabila Anda akan jalan-jalan di kota ini sebaiknya menyewa mobil agar jalan-jalan yang Anda lakukan bisa efektif serta dapat menjangkau berbagai daerah yang dituju. Tapi jika Anda menginginkan sensasi yang benar-benar Cirebon maka bisa menggunakan jasa becak atau angkot. Wisata Cirebon ini akan terasa kurang jika belum menikmati kulinernya, yang bisa membuat Anda menggigit lidah. Nasi Jamblang bisa dijadikan sebagai pilihan makanan nikmat di Cirebon. Nasi ini hampir mirip dengan nasi kucing. Namun memiliki variasi yang lebih banyak, tergantung Anda memilih lauk apa. Uniknya nasi jamblang ini tidak langsung ditaruh di piring namun diatas piring yang dilapisi daun jati. Setelah puas makan, Anda bisa melanjutkan perjalanan ke sebuah tempat bersejarah yang ada di Cirebon yakni Keraton Kanoman dan juga Keraton Kasepuhan. Kesultanan yang ada di Cirebon ini tidak sama dengan yang ada di Yogyakarta, melainkan lebih mirip dengan Keraton yang ada di Solo. Saat memasuki Keraton Kasepuhan Anda akan merasakan hawa mistis yang kuat. Apalagi pada saat masuk di ruangan yang menyimpan lukisan hidup serta sebuah kereta kencana. Kondisi keraton ini sangat tidak terawat. Sehingga membuat aura mistis didalamnya semakin kuat. Sedangkan untuk Keraton Kanoman lebih tidak terawat lagi jika dibandingkan dengan Keraton Kasepuhan. Sayang sekali memang, jika melihat kondisinya yang tidak terawat. Namun hal ini

ternyata menjadikan Keraton Cirebon memiliki aura mistis yang sangat kuat dan membuatwisata Cirebon ini mempunyai daya tarik mistis tersendiri.

KERAJAAN CIREBON DAN KEHIDUPAN MASYARAKATNYA Cirebon Awalnya Cirebon adalah daerah kecil di bawah Kerajaan Sunda yang pada masa itu masih menganut Hindu. Ada dua naskah local yang menjadi informasi tentang riwayat Cirebon ini, yaitu Purwaka Caruban Nagari dan Carita Caruban. Berdasarkan Purwaka Caruban Nagari, pada abad ke-15 ada beberapa wilayah yang diberi hak otonomi oleh Kerajaan Galuh Pajajaran. Wilayah tersebut berada di sekitar Pelabuhan Muara Jati, sebuah bandar perdagangan di Cirebon.Pada 1470, tibalah di Pelabuhan Muara Jati (masih termasuk wilayah Caruban Larang) seorang mubalig bernama Syarif Hidayatullah, anak Nyi Lara Santang, yang tak lain kemenakan Pangeran Cakrabuana. Sebelum tiba di Cirebon, Hidayatullah singgah di India, Samudera Pasai, Bantam (Banten), dan menetap cukup lama di Ngampel, Jawa Timur, pesantren Sunan Ampel. Berdasarkan mufakat anggota Wali Sanga, Syarif Hidayatullah diutus untuk menyebarkan Islam di Jawa bagian barat. Ia kemudian dikenal sebagai Sunan Gunung Jati. Mengenai riwayat Hidayatullah ini Purwaka Caruban Nagari tak jauh beda dengan naskah Carita Caruban. Menurut Carita Caruban, ada dua tokoh yang dianggap pendiri Kerajaan Cirebon ini. Tokoh pertama adalah Syarif Hidayat, kelahiran Mekah. Ia merupakan anak tertua dari pasangan Nyai Lara Santang dengan Maulana Sultan Mahmud, seorang anak raja Mesir. Lara Santang sendiri adalah anak Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran yang naik tahta pada 1482 M. Sekembalinya dari Mekah, Syarif Hidayat menjadi pemuka Islam dan bergelar Sunan Jati. Sebagai cucu Raja Pajajaran, ia diberi kekuasaan di daerah Caruban atau Cirebon.Di samping Syarif Hidayat, tokoh yang dianggap pendiri Cirebon adalah Fadhilah Khan, dikenal juga sebagai Fatahillah. Ia kelahiran Samudera Pasai tahun 1409. Ayahnya berasal dari Gujarat, bernama Maulana Makhdar Ibrahim. Setelah dewasa, Fadhilah Khan meninggalkan Aceh, pergi ke Jawa. Di Jawa ia diterima di Kerajaan Demak sebagai panglima pasukan Demak. Ia lalu dinikahkan dengan puteri.Sunan Jati.Berdasarkan sumber dari Tome Pires, pendiri Cirebon (dan juga Banten) adalah Faletehan. Menurut sejarawan Husein Djajadiningrat, Faletehan ini adalah Nurullah yang dikenal dengan nama Syekh Ibnu Maulana, berasal dari Pasai, Aceh. Ketika Samudera Pasai direbut oleh Portugis tahun 1521, Nurullah sedang pergi haji ke Mekah.Sepulangnya dari Mekah tahun 1524, ia enggan tinggal di Pasai karena sudah dikuasai Portugis, lalu pergi ke Demak. Atas izin raja Demak, ia berhasil menyebarkan Islam di Banten dan kemudian membangun komunitas muslim di sana. Kemudian hari, Banten diserahkan kepada anaknya, Hasanuddin. Nurullah sendiri pergi ke Cirebon dan mendirikan sebuah dinasti di sanaBerdasarkan riwayat hidupnya, dapat dipastikan bahwa Nurullah itu adalah Fadhilah Khan atau Fatahillah dalam Carita Caruban atau Faletehan menurut catatan Tome Pires. Tokoh inilah yang menggantikan kekuasaan Sunan Jati di Cirebon. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendiri Banten dan Cirebon yang sesungguhnya adalah Nurullah, yang tak lain Fadhilah Khan atau Faletehan atau Fatahillah.Dari Cirebon, Fatahillah mengembangkan Islam ke Majalengka, Kuningan, Kawali (Galuh), Sunda Kelapa, dan Banten. Khususnya terhadap Banten ia berhasil meletakkan dasar bagi pengembangan agama Islam dan perdagangan di sana. Setelah wafat, ia dimakamkan di samping

makam mertuanya, Sunan Gunung Jati.Setelah Sunan Gunung Jati meninggal, tahta jatuh kepada Panembahan Ratu I. Pada masa pemerintahannya, Cirebon masih berada di bawah kekuasaan Demak. Namun, setelah Demak runtuh oleh Pajang, Cirebon memerdekakan diri. Kemerdekaan Cirebon ini bahkan berlangsung hingga periode Mataram berkuasa. Guna menjaga hubungan dengan Cirebon, raja Mataram lalu menikahi puteri Panembahan Ratu I. Selama itu Mataram memandang Cirebon sebagai pusat keagamaan.Namun, hubungan Cirebon-Mataram berubah sejak tahun 1628. Ketika itu Cirebon memberikan bantuan kepada Mataram dalam menyerang Batavia yang dikuasai VOC. Setelah gagal mengusir VOC di Batavia, banyak orang Cirebon berpindah ke Banten. Tindakan orang Cirebon ini olehSultan Agung Mataram dianggap pengkhianatan terhadap Mataram. Karena selama ini Banten belum mau tunduk kepada Mataram. Banten bahkan membantu rakyat Surabaya ketika berkonflik dengan Mataram pada tahun 1620-1625. Oleh sebab itu, Sultan Agung lalu menyerbu Cirebon, dan sejak itu Cirebon harus mengirimkan upeti kepada Mataram.Hubungan,Cirebon-Mataram makin runyam ketika Sultan Mataram Amangkurat I mengharuskanPanembahan Ratu II, pengganti Panembahan Ratu I, untuk pindah dari Cirebon dan tinggal di Mataram. Panembahan Ratu II dikenal juga sebagai Panembahan Giri Laya. Sedangkan, pemerintahan Cirebon dijalankan oleh Pangeran Wangsakerta, anak Panembahan Ratu II. Oleh Wangsakerta, Cirebon lalu dibagi dua menjadi Kasepuhan dan Kanoman.Ketika di Mataram terjadi pemberontakan Trunojoyo, Amangkurat II meminta bantuan kepada VOC. Sebagai imbalannya, VOC diberi hadiah daerah-daerah pesisir yang dikuasai Mataram. Akibatnya, Cirebon masuk dalam kekuasaan VOC. Sejak itu, VOC berhak membangun benteng, dan Cirebon mau tak mau harus membantu VOC bila berhadapan dengan musuh. Pelabuhan Cirebon pun dimonopoli oleh VOC. Ekspor lada, kayu, gula, serta impor candu diatur oleh VOC.Pada tahun 1705, Cirebon sepenuhnya diserahkan kepada VOC oleh Sultan Paku Buwono Ikarena VOC telah membantu Paku Buwono I melawan Amangkurat III yang dibantu Untung Surapati. Sejak saat itu juga, Cirebon bersama Indramayu dan Priangan menjadi karesidenan dan langsung di bawah VOC

Anda mungkin juga menyukai