Anda di halaman 1dari 28

1.

Pengaturan suhu Respon terpadu terhadap pajanan dingin Pada manusia, pengeluaran panas dapat dicegah dengan adaptasi perilaku melalui pengurangi luas permukaan tubuh yang terpajan. Contoh : mengerutkan bahu, mendekap tangan ke dada atau duduk bergelung Penggunaan baju hangat juga dapat mengurangi pengeluaraan panas dengan cara meningkatkan insulasi tubuh, mengurangi perpindahan panas secara konduksi, dan mengurangi arus konveksi. Respon terpadu terhadap pajanan panas Respon terhadap pajanan panas dapat dilakukakn secara volunter untuk meningkatkan produksi panas tubuh. Contoh : menggunakan kipas, membasahi tubuh dan menggunakan baju tipis yang longgar dan berwarna cerah 2. Fisiologi bakteri Pilli/fimbria - Keluar dari dinding sel. - Terdiri dari : protein pillin. - Ukuran lebih kecil,lebih pendek. - Jumlah lebih banyak dari flagel. - Sebagai alat untuk melekat pada permukaan. - Pilli = sex pilli = perlu utk perkawinan 3. Penyembuhan dan fibrosis Respon terhadap jejas

4. Metabolisme glikogen

Metabolisme glikogen dibagi menjadi dua yaitu glikogenesis dan glikogenolisis. Glikogen : bentuk simpanan karbohidrat yang utama. Terutama di hati dan otot. Di hati dapat mencapai 6 % dari berat hati. Di otot jumlahnya jarang melebihi 1 % dari massa otot, tetapi karena massa otot jauh lebih besar, maka secara keseluruhan glikogen di otot lebih besar dibandingkan glikogen di hati (3-4 kali).

5. Sikap profesional, etik, dan profesi kedokteran

SENGKETA MEDIS
I. ETIKA PROFESIONALISME KEDOKTERAN
A. ETIKA
Etik (Ethics) berasal dari kata Yunani ethos, yanng beraarti akhlak, adat kebiasaan, watak, perasaan, sikap, yang baik, yang layak. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Purwadarminta,1953), etika adalah ilmu pengetahuan azas akhlak. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dari Departemen Pendidika Dan Kebudayaan (1988), etika adalah : 1. Ilmu tentang apa yang baik, apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral. 2. Kumpulan atau seperangakat azas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak. 3. Nilai yang benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat Menurut Kamus Kedokteran (Ramali dan Pamuncak, 1987), etika adalah pengetahuan tentag perilaku yang benar dalam satu profesi. Etika mempelajari tata nilai yang mencari hubungan baik dan buruk. Kalau sesuatu tidak baik, maka disebut buruk. Sesuatu yang oleh golongan tertentu dianggap baik, belum tentu golongan yang lain menganggap hal tersebut baik juga. Dengan kata lain etika adalah pengetahuan yang mempelajari bagaimana manusia seharusnya bertindak yang baik, dengan ukuran baik yang berlaku umum.

Pengukuran etika
Terdapat berbagai aliran untuk menentukan ukuran baik dan buruk : 1. hedonisme Ukuran tindakan baik adalah hedone (kenikmatan dan kepuasan rasa). Bagipengikut hedonisme, kepuasan dan kebahagiaan disamakan, kebahagiaan yangmenenangkan manusia merupakan hal yang baik.

2. Utilitarisme Ukuran tindakan baik adalah tindakan yang bermanfaat atau berguna. Aliran inibanyak yang tidak menerima, karena apa yang berguna bagi seseorang mungkin tidak berguna bagi orang lain. Seperti halnya dalam politik, kadang fitnah, khianat,paksaan, kekerasan dan lain-lain dianggap baik karena berguna untk mencapaitujuan. 3. Vitalisme Ukuran yang baik adalah yang mencerminkan kekuatan dan kekuasaan di dalam kehidupan manusia. 4. Sosialisme Aliran ini menyatakan bahwa masyarakat yang menentukan baik atau buruktindakan manusia yang menjadi anggotanya. 5. religiooisme Aliran ini menyatakan bahwa apa yang dikatakan Tuhan adalah baik, maka tindakan manusia yang melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Tuhan dianggap baik. 6. Humanisme Aliran ini menyatakan bahwa yang baik adalah yang sesuai dengan kodratdan derajat manusia, yaitu tidak mengurangi atau menentang

kemanusiaandan hak azasi manusia dan sesuai dengnan kata hati manusia yangbertindak. Istilah Etika dan etik sering dipertukarkan pemakaiannya dan tidak jelas perbedaan antara keduanya. Untuk mempermudah yang dimaksud dengan etika adalah ilmu yang mempelajari azas ahklak, sedangkan etik adalah seperangkat azas atau nilai yang berkaitan dengan akhlak seperti dalam Kode Etik.

B. Profesionalisme kedokteran
Profesi merupakan pekerjaan yang memerlukan pendidikan dan latihan tertentu, memiliki kedudukan yang tinggi dalammasyarakat, seperti ahli hukum (hakim, pengacara), dokter, dokter gigi dan apoteker.

Ciri-ciri Profesi
Profesi umumnya memiliki ciri-ciri : 1. Pendidikan sesuai standar nasional 2. Mengutamakan panggilan kemanusiaan 3. Berlandaskan etik profesi, mengikat seumur hidup 4. legal melalui perizinan 5. belajar sepanjang hayat 6. adanya suatu organisasi profesi

Ciri-ciri etik profesi


Dalam pekerjaan profesi sangat dihandalkan etik profesi dalam memberikan pelayanan kepada publik. Etik profesi merupakan seperangakat perilaku anggota profesi dalam hubungannya dengan orang lain. Ciri-ciri etik profesi antara lain: 1. berlaku untuk lingkungan profei 2. disusun oleh organisasi profesi yang bersangkutan 3. mengandung kewajiban dan larangan 4. mengguggah sikap manusiawi Profesi kedokteran merupakan profesi yang tertua dan dikenal sebagai profesi yang mulia karen aia berhadapan dengan yang paling berharga dalam hidup seseorang yaitu masalah kesehatan dan kehidupan.

Landasan profesionalisme kedokteran


Sebagai landasan/ dasar perilaku seorang dokter, agar dapat memilih bersikap baik dan benar adalah : 1. Sumpah Hippokrates Hippokrates adalah seorang Yunani yang berjasa mengangkat ilmu kedokteran sebagai ilmu yang berdiri sendiri, dianggap sebagai bapak ilmu kedokteran. Kesadaran yang tinggi akan moral profesi kedokteran dituangkan dalam bentuk Sumpah Hippokrates yang harus ditaati dan diamalkan oleh murid-muridnya. 2. Deklarasi Jenewa 3. Lafal sumpah dokter indonesia

4. Kode etik kedokteran Indonesia (KODEKI) Serta sebagai bagian dari anggota masyarakat, seorang dokter harus mengenal hukum dan peraturan perundangan tentang kesehatan.

Sikap profesionalisme kedokteran


The American Board of International Medicine melalui Project Professionalism, 1955 merumuskan bahwa profesionalisme memerlukan usaha keras untuk mencapai mutu tertinggi melalui para guru atau mentor dengan perilaku, sikap dan keterampilan dalam pelayanan penderita. Sikap tersebut adalah: Altruisme, sikap mementingkan pasien daripada dirinya sendiri Akuntabel, penuh tanggung jawab kepada penderita, keluarga penderita, masyarakat, diri sendiri dan profesinya. Excellence, menjaga mutu tinggi, berkomitmen untuk belajar terus menerus. Duty, dapat dihubungi dan responsif bila sedang dinas on call. Menjaga kehormatan dan integrasinya sebagai dokter. Respect for other, menghormati sesama, teman sejawat, penderita dan keluarganya, tim kerja, mahasiswa, dan residen.

C. Azas Etik Kedokteran


Azas dasar etik Kedokteran diturunkan sejak jaman Hippocrates : kesehatan penderita akan senantiasa saya utamakan (the health of my patient will be my first consideration). Azas dasar tersebut dapat dijabarkan menjadi 6 azas etik yang bersifat universal yang juga tidak akan berubah dalam etik profesi kedokteran, yaitu :
1. azas menghormati otonomi pasien (principle of respect to the patient's autonomy)

Pasien mempunyai kebebasan untuk mengetahui serta memutuskan apa yangakandilakukan terhadapnya, dan untuk ini perlu diberikan informasi yang cukup. Pasienberhak untuk dihormati pendapat dan keputusannya, tidak boleh dipaksa, untuk ituperlu ada informed consent.
2. azas kejujuran (principle of veracity)

Dokter hendaknya mengatakan hal yang sebenarnya secara jujur apa yang terjadi, apa yang akan dilakukanserta akibat/ resiko yang dapat terjadi.

3. Azas tidak merugikan (principle of non maleficence)

Dokter tidak melakukan apa yang tidak perlu, mengutamakan tindakan yang tidakmerugikan pasien serta mengupayakan resiko fsik, psikologis dan sosial akibattindakan dokter seminimal mungkin.
4. azas manfaat (principle of beneficence)

Semua tindakan yang dilakukan terhadap pasien harus bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi penderitaan atau memperpanjang hidupnya.
5. Azas kerahasiaan (principle of confidentiality)

Dokter

harus

menghormati

kerahasiaan

penderita,

meskipun

penderita

telahmeninggal.
6. azas keadilan (principle of justice)

Dokter harus adil dalam merawat pasien

I.

Sikap Profesional, Etik, dan Profesi Kedokteran Untuk menjadi dokter yang profasional berdasarkan etika kedokteran, ada beberapa kewajiban yang harus di laksanakan oleh seorang dokter, yaitu kewajiban umum, kewajiban dokter terhadap penderita, kewajiban dokter terhadapan sejawatnya, dan kewajiban dokter terhadap teman sejawatnya. Dan harus memenuhi beberapa ciri para dokter untuk menjadi profesional. Dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) tertulis : Setiap dokter senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani. Namun dalam sumpah dokter, terdapat pernyataan: Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan. Dalam pernyataan ini, yang dimaksud makhluk insani masih belum dapat ditentukan dengan jelas dan pasti, mulai kapan awal kehidupan ditentukan, sehingga menimbulkan pertentangan. Karena itu Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) masih mengadakan perundingan tentang lafal sumpah dokter Indonesia melalui hasil referendum dari anggota IDI untuk memilih apakah kata mulai dari saat pembuahan hendak dihilangkan atau diubah. Sikap etis profesional berarti bekerja sesuai standar, melaksanakan advokasi, menjamin keselamatan pasien, menghormati terhadap hak-hak pasien. Kriteria perilaku

profesional antara lain mencakup bertindak sesuai keahlian dan didukung oleh keterampilan, bermoral tinggi, memegang teguh etika profesi, serta menyadari ketentuan hukum yang membatasi gerak. Di dalam praktek kedokteran terdapat aspek etik dan aspek hukum yang sangat luas, yang sering tumpang-tindih pada suatu issue tertentu, seperti pada informed consent, wajib simpan rahasia kedokteran, profesionalisme, dll. Bahkan di dalam praktek kedokteran, aspek etik seringkali tidak dapat dipisahkan dari aspek hukumnya, oleh karena banyaknya norma etik yang telah diangkat menjadi norma hukum, atau sebaliknya norma hukum yang mengandung nilai-nilai etika. Aspek etik kedokteran yang mencantumkan juga kewajiban memenuhi standar profesi mengakibatkan penilaian perilaku etik seseorang dokter yang diadukan tidak dapat dipisahkan dengan penilaian perilaku profesinya. Etik yang memiliki sanksi moral dipaksa berbaur dengan keprofesian yang memiliki sanksi disiplin profesi yang bersifat administratif. Keadaan menjadi semakin sulit sejak para ahli hukum menganggap bahwa standar prosedur dan standar pelayanan medis dianggap sebagai domain hukum, padahal selama ini profesi menganggap bahwa memenuhi standar profesi adalah bagian dari sikap etis dan sikap profesional. Dengan demikian pelanggaran standar profesi dapat dinilai sebagai pelanggaran etik dan juga sekaligus pelanggaran hukum. Kemungkinan terjadinya peningkatan ketidakpuasan pasien terhadap layanan dokter atau rumah sakit atau tenaga kesehatan lainnya dapat terjadi sebagai akibat dari (a) semakin tinggi pendidikan rata-rata masyarakat sehingga membuat mereka lebih tahu tentang haknya dan lebih asertif, (b) semakin tingginya harapan masyarakat kepada layanan kedokteran sebagai hasil dari luasnya arus informasi, (c) komersialisasi dan tingginya biaya layanan kedokteran dan kesehatan sehingga masyarakat semakin tidak toleran terhadap layanan yang tidak sempurna, dan (d) provokasi oleh ahli hukum dan oleh tenaga kesehatan sendiri. Etik Profesi Kedokteran Etik profesi kedokteran mulai dikenal sejak 1800 tahun sebelum Masehi dalam bentuk Code of Hammurabi dan Code of Hittites, yang penegakannya dilaksanakan oleh penguasa pada waktu itu. Selanjutnya etik kedokteran muncul dalam bentuk lain, yaitu

dalam bentuk sumpah dokter yang bunyinya bermacam-macam, tetapi yang paling banyak dikenal adalah sumpah Hippocrates yang hidup sekitar 460-370 tahun SM. Sumpah tersebut berisikan kewajiban-kewajiban dokter dalam berperilaku dan bersikap, atau semacam code of conduct bagi dokter. World Medical Association dalam Deklarasi Geneva pada tahun 1968 menelorkan sumpah dokter (dunia) dan Kode Etik Kedokteran Internasional. Kode Etik Kedokteran Internasional berisikan tentang kewajiban umum, kewajiban terhadap pasien, kewajiban terhadap sesama dan kewajiban terhadap diri sendiri. Selanjutnya, Kode Etik Kedokteran Indonesia dibuat dengan mengacu kepada Kode Etik Kedokteran Internasional. Selain Kode Etik Profesi di atas, praktek kedokteran juga berpegang kepada prinsip-prinsip moral kedokteran, prinsip-prinsip moral yang dijadikan arahan dalam membuat keputusan dan bertindak, arahan dalam menilai baik-buruknya atau benarsalahnya suatu keputusan atau tindakan medis dilihat dari segi moral. Pengetahuan etika ini dalam perkembangannya kemudian disebut sebagai etika biomedis. Etika biomedis memberi pedoman bagi para tenaga medis dalam membuat keputusan klinis yang etis (clinical ethics) dan pedoman dalam melakukan penelitian di bidang medis. Nilai-nilai materialisme yang dianut masyarakat harus dapat dibendung dengan memberikan latihan dan teladan yang menunjukkan sikap etis dan profesional dokter, seperti autonomy (menghormati hak pasien, terutama hak dalam memperoleh informasi dan hak membuat keputusan tentang apa yang akan dilakukan terhadap dirinya ), beneficence (melakukan tindakan untuk kebaikan pasien), non maleficence (tidak melakukan perbuatan yang memperburuk pasien) dan justice (bersikap adil dan jujur), serta sikap altruisme (pengabdian profesi). Pendidikan etik kedokteran, yang mengajarkan tentang etik profesi dan prinsip moral kedokteran, dianjurkan dimulai dini sejak tahun pertama pendidikan kedokteran, dengan memberikan lebih ke arah tools dalam membuat keputusan etik, memberikan banyak latihan, dan lebih banyak dipaparkan dalam berbagai situasi-kondisi etik-klinik tertentu (clinical ethics), sehingga cara berpikir etis tersebut diharapkan menjadi bagian pertimbangan dari pembuatan keputusan medis sehari-hari. Tentu saja kita pahami bahwa pendidikan etik belum tentu dapat mengubah perilaku etis seseorang, terutama apabila

teladan yang diberikan para seniornya bertolak belakang dengan situasi ideal dalam pendidikan. IDI (Ikatan Dokter Indonesia) memiliki sistem pengawasan dan penilaian pelaksanaan etik profesi, yaitu melalui lembaga kepengurusan pusat, wilayah dan cabang, serta lembaga MKEK (Majelis Kehormatan Etik Kedokteran) di tingkat pusat, wilayah dan cabang. Selain itu, di tingkat sarana kesehatan (rumah sakit) didirikan Komite Medis dengan Panitia Etik di dalamnya, yang akan mengawasi pelaksanaan etik dan standar profesi di rumah sakit. Bahkan di tingkat perhimpunan rumah sakit didirikan pula Majelis Kehormatan Etik Rumah Sakit (Makersi). Pada dasarnya, suatu norma etik adalah norma yang apabila dilanggar hanya akan membawa akibat sanksi moral bagi pelanggarnya. Namun suatu pelanggaran etik profesi dapat dikenai sanksi disiplin profesi, dalam bentuk peringatan hingga ke bentuk yang lebih berat seperti kewajiban menjalani pendidikan / pelatihan tertentu (bila akibat kurang kompeten) dan pencabutan haknya berpraktik profesi. Sanksi tersebut diberikan oleh MKEK setelah dalam rapat/sidangnya dibuktikan bahwa dokter tersebut melanggar etik (profesi) kedokteran.

Standar Etika Dokter Standar Etika dan pelayanan yang harus diberikan oleh seorang dokter teruang dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia.

6.1 Area Kompetensi Kompetensi dibangun dengan pondasi yang terdiri atas profesionalitas yang luhur,mawas diri dan pengembangan diri, serta komunikasi efektif, dan ditunjang oleh pilarberupa pengelolaan informasi, landasan ilmiah ilmu kedokteran, keterampilan klinis,dan pengelolaan masalah kesehatan (Gambar 2). Oleh karena itu area kompetensi disusun dengan urutan sebagai berikut:

1. Profesionalitas yang Luhur 2. Mawas Diri dan Pengembangan Diri 3. Komunikasi Efektif

4. Pengelolaan Informasi 5. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran 6. Keterampilan Klinis 7. Pengelolaan Masalah Kesehatan

6.2 Komponen Kompetensi Area Profesionalitas yang Luhur 1. Berke-Tuhanan Yang Maha Esa/Yang Maha Kuasa 2. Bermoral, beretika dan disiplin 3. Sadar dan taat hukum 4. Berwawasan sosial budaya 5. Berperilaku profesional

Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri 6. Menerapkan mawas diri 7. Mempraktikkan belajar sepanjang hayat 8. Mengembangkan pengetahuan

Area Komunikasi Efektif 9. Berkomunikasi dengan pasien dan keluarga 10. Berkomunikasi dengan mitra kerja 11. Berkomunikasi dengan masyarakat

Area Pengelolaan Informasi 12. Mengakses dan menilai informasi dan pengetahuan 13. Mendiseminasikan informasi dan pengetahuan secara efektif kepada profesional kesehatan, pasien, masyarakat dan pihak terkait untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan

Area Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran 14. Menerapkan ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik, dan ilmu Kesehatan Masyarakat/ Kedokteran Pencegahan/Kedokteran Komunitas yang terkini untuk mengelola masalah kesehatan secara holistik dan komprehensif.

Area Keterampilan Klinis 15. Melakukan prosedur diagnosis 16. Melakukan prosedur penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif

Area Pengelolaan Masalah Kesehatan 17. Melaksanakan promosi kesehatan pada individu, keluarga dan masyarakat 18. Melaksanakan pencegahan dan deteksi dini terjadinya masalah kesehatan pada individu, keluarga dan masyarakat 19. Melakukan penatalaksanaan masalah kesehatan individu, keluarga dan

masyarakat 20. Memberdayakan dan berkolaborasi dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan 21. Mengelola sumber daya secara efektif, efisien dan berkesinambungan dalam penyelesaian masalah kesehatan 22. Mengakses dan menganalisis serta menerapkan kebijakan kesehatan spesifik yang merupakan prioritas daerah masing-masing di Indonesia

6.3 Profesionalitas yang Luhur a. Kompetensi Inti Mampu melaksanakan praktik kedokteran yang profesional sesuai dengan nilai dan prinsip ke-Tuhan-an, moral luhur, etika, disiplin, hukum, dan sosial budaya.

b. Lulusan Dokter Mampu 1. Ber ke-Tuhan-an (Yang Maha Esa/Yang Maha Kuasa) - Bersikap dan berperilaku yang berke-Tuhan-an dalam praktik kedokteran -Bersikap bahwa yang dilakukan dalam praktik kedokteran merupakan upaya maksimal. 2. Bermoral, beretika, dan berdisiplin - Bersikap dan berperilaku sesuai dengan standar nilai moral yang luhur dalam praktik kedokteran - Bersikap sesuai dengan prinsip dasar etika kedokteran dan kode etik kedokteran Indonesia - Mampu mengambil keputusan terhadap dilema etik yang terjadi pada pelayanan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat. - Bersikap disiplin dalam menjalankan praktik kedokteran dan bermasyarakat

3. Sadar dan taat hukum - Mengidentifikasi masalah hukum dalam pelayanan kedokteran dan memberikan saran cara pemecahannya -Menyadari tanggung jawab dokter dalam hukum dan ketertibanmasyarakat -Taat terhadap perundang-undangan dan aturan yang berlaku -Membantu penegakkan hukum serta keadilan

4. Berwawasan sosial budaya - Mengenali sosial-budaya-ekonomi masyarakat yang dilayani - Menghargai perbedaan persepsi yang dipengaruhi oleh agama, usia, gender, etnis, difabilitas, dan sosial-budaya-ekonomi dalam menjalankan

praktik kedokteran dan bermasyarakat - Menghargai dan melindungi kelompok rentan - Menghargai upaya kesehatan komplementer dan alternatif yang berkembang di masyarakat multikultur.

5. Berperilaku profesional - Menunjukkan karakter sebagai dokter yang profesional - Bersikap dan berbudaya menolong - Mengutamakan keselamatan pasien - Mampu bekerja sama intra- dan interprofesional dalam tim pelayanan kesehatan demi keselamatan pasien - Melaksanakan upaya pelayanan kesehatan dalam kerangka sistem kesehatan nasional dan global

2. Sikap profesional dokter dan etika kedokteran 2.1.Etika dokter yang profesional 1. Bagaimana etika seorang dokter untuk menjadi dokter yang profesional ? Untuk menjadi dokter yang profasional berdasarkan etika kedokteran, ada beberapa kewajiban yang harus di laksanakan oleh seorang dokter, yaitu kewajiban umum, kewajiban dokter terhadap penderita, kewajiban dokter terhadapan sejawatnya, dan kewajiban dokter terhadap teman sejawatnya. Sikap etis profesional berarti bekerja sesuai standar, melaksanakan advokasi, menjamin keselamatan pasien, menghormati terhadap hak-hak pasien. Kriteria perilaku profesional antara lain mencakup bertindak sesuai keahlian dan didukung oleh keterampilan, bermoral tinggi, memegang teguh etika profesi, serta menyadari ketentuan hukum yang membatasi gerak. Kemungkinan terjadinya peningkatan ketidakpuasan pasien terhadap layanan dokter atau rumah sakit atau tenaga kesehatan lainnya dapat terjadi sebagai akibat dari (a) semakin tinggi pendidikan rata-rata masyarakat sehingga membuat mereka lebih tahu tentang haknya dan lebih asertif, (b) semakin tingginya harapan masyarakat kepada layanan

kedokteran sebagai hasil dari luasnya arus informasi, (c) komersialisasi dan tingginya biaya layanan kedokteran dan kesehatan sehingga masyarakat semakin tidak toleran terhadap layanan yang tidak sempurna, dan (d) provokasi oleh ahli hukum dan oleh tenaga kesehatan sendiri. 2.2.Etika Dokter terhadap pasien Hubungan antara dokter dengan pasien adalah hubungan antar manusia dan manusia. Dalam hubungan ini mungkin timbul pertentangan antara dokter dan pasien, karena masing-masing mempunyai nilai yang berbeda. Masalah semacam ini akan dihadapi oleh Dokter yang bekerja di lingkungan dengan suatu sistem yang berbeda dengan kebudayaan profesinya. Untuk melaksanakan tugasnya dengan baik, tidak jarang dokter harus berjuang lebih dulu melawan tradisi yang telah tertanam dengan kuat. Dalam hal ini, seorang Dokter tidak mungkin memaksakan kebudayaan profesi yang selama ini dianutnya. Mengenai etika kedokteran terhadap orang sakit antara lain disebutkan bahwa seorang Dokter wajib: Memperlihatkan jenis penyakit, sebab musabab timbulnya penyakit, kekuatan tubuh orang sakit, keadaan resam tubuh yang tidak sewajarnya, umur si sakit dan obat yang cocok dengan musim itu, negeri si sakit dan keadaan buminya, iklim di mana ia sakit, daya penyembuhan obat itu. Di samping itu dokter harus memperhatikan mengenai tujuan pengobatan, obat yang dapat melawan penyakit itu, cara yang mudah dalam mengobati penyakit. Selanjutnya seorang dokter hendaknya membuat campuran obat yang sempurna, mempunyai pengalaman mengenai penyakit jiwa dan pengobatannya, berlaku lemah lembut, menggunakan cara keagamaan dan sugesti, tahu tugasnya. Cakupan etik kedokteran termasuk :
Pengembangan kode etik dan guidelines Sosialisasi dan penerapan etik kedokteran dalam praktek sehari-hari Pencegahan dan antisipasi pelanggaran etik Mengenali dan mengantisipasi terjadinya dilema etik Memecahkan persoalan pertentangan etik

Komponen etika kedokteran terdiri dari


Hubungan dokter-pasien Hubungan dokter dengan teman sejawat Hubungan dokter dengan tenaga kesehatan lainnya Hubungan dokter dengan masyarakat umumnya

Prinsip dasar pada etika kedokteran Non- maleficence (tidak mendatangkan mudarat) Jangan sampai tindakan kita mencelakakan atau mencederai pasien Menghormati dan menghargai setiap kehidupan insan Pertimbangkan betul resiko dan manfaat tindakan atau pengobatan yang kita berikan.

Benificence (bermanfaat) Lakukanlah hal yang betul-betul bermanfaat terhadap pasien Kemaslahatan pasien mutlak menjadi pertimbangan utama setiap tindakan kita

Veracity (Kejujuran /Ketelitian) Berkata jujur dan benar dengan niat yg tulus Bertanggung jawab dan menyampaikan apa adanya tanpa menutup-nutupi

Confidentiality or Fidelity (Kerahasiaan /Ketaatan) Setia dan terpercaya Terpercaya menjaga kerahasiaan informasi pasien, medis dan terapi Hanya memberi informasi atas persetujuan pasien dan kemanfaatan diri pasien, kecuali atas pertimbangan etik dan hukum

Tidak gampang membuka rahasia walau dibutuhkan kecuali atas persetujuan pasien dan kepentingan penyidik,

Jauh sebelum perkembangan ilmu kedokteran, Hipocrates telah mencetuskan bahwa kedokteran adalah profesi. Asal kata profesi dan professional diambil dari bahasa latin profesio yang bermakna janji kepada masyarakat. Jadi profesi kedokteran adalah janji para dokter kepada masyarakat untuk menempatkan kepentingan pasien diatas kepentingan dokter. Adalah ciri, kejiwaan, dan cara-cara yang membedakan seorang professional dari seorang amatir. Professionalisme merupakan komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuannya secara terus menerus. Seseorang yang memiliki jiwa professionalisme senantiasa mendorong dirinya untuk mewujudkan kerja-kerja yang professional. Sedangkan

professionalisme dokter adalah komitmen dokter untuk senantiasa mempertahankan kepentingan pasien diatas kepentingan dokter. Nilai professional kita akan dinilai bagaimana kita menghayati, berbicara, bersikap dan memperlakukan pasien, kolega dan masyarakat. Setiap dokter harus selalu menghayati tanggung jawab yang melekat pada dirinya sebagai profesi luhur, antara lain : 1) Berjiwa Altruism : seorang dokter berkewajiban memenuhi dan mengedepankan kepentingan
pasien dibanding kepentingan dirinya sebagai dokter. 2) Accountability : Dokter bertanggung jawab bukan hanya terbatas kepada pasiennya, tetapi terhadap profesinya termasuk isu-isu kesehatan di masyarakat. 3) Excellence : Dokter diwajibkan berkomitmen untuk belajar dan meningkatkan keilmuannya sepanjang hayat. 4) Duty : Setiap dokter berkewajiban memenuhi setiap saat dan kapanpun bila dibutuhkan oleh pasien dan profesinya. 5) Honour and Integrity : Dokter harus terhormat dan mempunyai integritas dengan berkata jujur, adil dan berterus terang terhadap pasien dan profesinya. 6) Respect for others : Seorang dokter harus bisa memahami dan menghargai pasien dan keluarganya, teman sejawat, mahasiswa dan masyarakat.

Tiga pilar yang dijadikan dasar untuk membentuk kemandirian dan atau otonomi profesi adalah :

Expertise yaitu kepakaran baik dari segi ilmu pengetahuan medis maupun keterampilan yang ditunjang dari hasil penelitian terkini. Ethical Behaviour merupakan perpaduan antara nilai yang dianut dengan standar profesi Service adalah komitmen yang kuat untukk memberikan pelayanan yang tanggap, cepat dan tepat.

Profesionalitas yang Luhur a. Kompetensi Inti Mampu melaksanakan praktik kedokteran yang profesional sesuai dengan nilai dan prinsip ke-Tuhan-an, moral luhur, etika, disiplin, hukum, dan sosial budaya.

b. Lulusan Dokter Mampu 1. Ber ke-Tuhan-an (Yang Maha Esa/Yang Maha Kuasa) - Bersikap dan berperilaku yang berke-Tuhan-an dalam praktik kedokteran -Bersikap bahwa yang dilakukan dalam praktik kedokteran merupakan upaya maksimal. 2. Bermoral, beretika, dan berdisiplin - Bersikap dan berperilaku sesuai dengan standar nilai moral yang luhur dalam praktik kedokteran - Bersikap sesuai dengan prinsip dasar etika kedokteran dan kode etik kedokteran Indonesia - Mampu mengambil keputusan terhadap dilema etik yang terjadi pada pelayanan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat. - Bersikap disiplin dalam menjalankan praktik kedokteran dan bermasyarakat

3. Sadar dan taat hukum - Mengidentifikasi masalah hukum dalam pelayanan kedokteran dan memberikan saran cara pemecahannya

-Menyadari tanggung jawab dokter dalam hukum dan ketertibanmasyarakat -Taat terhadap perundang-undangan dan aturan yang berlaku -Membantu penegakkan hukum serta keadilan

4. Berwawasan sosial budaya - Mengenali sosial-budaya-ekonomi masyarakat yang dilayani - Menghargai perbedaan persepsi yang dipengaruhi oleh agama, usia, gender, etnis, difabilitas, dan sosial-budaya-ekonomi dalam menjalankan praktik kedokteran dan bermasyarakat - Menghargai dan melindungi kelompok rentan - Menghargai upaya kesehatan komplementer dan alternatif yang berkembang di masyarakat multikultur.

5. Berperilaku profesional - Menunjukkan karakter sebagai dokter yang profesional - Bersikap dan berbudaya menolong - Mengutamakan keselamatan pasien - Mampu bekerja sama intra- dan interprofesional dalam tim pelayanan kesehatan demi keselamatan pasien - Melaksanakan upaya pelayanan kesehatan dalam kerangka sistem kesehatan nasional dan global

II.

Alur Penyelesaian Pelanggaran


A. Mekanisme pengaduan dan penyelesaian
Pada tahap awal, pasien yang tidak memperoleh hak-haknya dapat meminta pemenuhan hak-

haknya tersebut dari sarana pelayanan kesehatan atau tenaga kesehatan yang bersangkutan dengan mengadukannya kepada pimpinan sarana pelayanan kesehatan atau rumah sakit tersebut. Pengaduan sebaiknya dibuat tertulis dengan menyebutkan secara jelas peristiwa dan keluhannya. Pastikan bahwa pengaduan diterima oleh petugas rumah sakit yang berwenang dan menerima bukti pengaduan serta tanyakan kapan akan memperoleh jawabannya. Dalam hal pasien merasa bahwa pelayanan medis telah berakibat buruk atau telah memperburuk keadaan pasien, maka ia dapat juga langsung mengadukannya kepada MKDKI atau MKDKI Propinsi (bukan dalam bentuk mediasi?). Pengaduan dibuat secara tertulis dengan memuat setidaknya identitas pengadu, nama dan alamat tempat praktik dokter atau dokter gigi yang dimaksud, waktu tindakan dilakukan, acara pengaduan atau rincian peristiwanya, serta alat bukti bila ada. Pengaduan dialamatkan :

Kepada Ketua MKDKI, Jalan Hang Jebat III Blok F3 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12120 Tlp (021) 7206623, 7254788, 7206665 Fax (021) 7244379

atau alamat MKDKI Provinsi setempat. Pengaduan juga dapat dilakukan secara lisan dan disampaikan langsung kepada MKDKI atau MKDKI Provinsi. Selain itu, apabila hal tersebut telah mengakibatkan kerugian bagi pasien, maka pasien dapat mengajukan pengaduannya kepada pengadilan perdata, sedangkan apabila diduga telah melanggar ketentuan pidana, maka pasien juga memiliki hak untuk melaporkannya ke penyidik (polisi).

B. Dugaan pelanggaran dokter dari segi etik


Pengaduan ditujukan kepada Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK IDI). Bilamana dugaan pelanggaran etik itu dilakukan di provinsi, maka pengaduan kepada MKEK IDI wilayah provinsi setempat untuk dokter dan MKEKG PDGI wilayah provinsi setempat untuk dokter gigi. MKEK-IDI (pusat dan provinsi) dan MKEKG-PDGI (pusat dan provinsi) dapat pula menerima pengaduan dugaan pelanggaran etik yang merupakan pelimpahan dari hasil keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) sesuai yang diatur dalam pasal 68 Undang-undang nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.

C. Pelanggaran dokter dari segi disiplin


Mekanisme pengaduan sebagaimana diatur dalam UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pada pasal 66 bahwa setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas tindakan dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran dapat mengadukan secara tertulis kepada Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia. Berdasarkan pasal tersebut dan penjelasannya, maka langkah-langkahnya:

Ada dugaan pelanggaran Pengaduan secara tertulis ditujukan kepada Ketua MKDKI Bila tidak mampu menulis dapat secara lisan dengan datang sendiri ke Kantor MKDKI atau MKDKI Provinsi untuk tingkat provinsi bila ada Pengaduan secara lisan atau ditulis oleh petugas yang ditunjuk ketua MKDKI untuk menuliskan aduannya Petugas penerima pengaduan akan menerima pengaduan dan memberikan bukti tanda terima pengaduan.

Tugas selanjutnya setelah pengaduan diterima, dilakukan verifikasi atas pengaduan yang berkaitan dengan keabsahan dari pengaduan tersebut. Setelah verifikasi, dibentuklah Majelis Pemeriksa oleh Ketua MKDKI. Majelis Pemeriksa akan memeriksa pengaduan tersebut sampai dengan dikeluarkannya Keputusan MKDKI. Selanjutnya keputusan MKDKI dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang berlaku.

D. Pelanggaran dokter dari segi hukum


Untuk hukum kesehatan, khususnya hukum kedokteran ada tiga bidang hukum yang sangat terkait yaitu Hukum Perdata, Hukum Pidana dan Hukum Administrasi (Baca: Vander Mij dan Leenen). Mekanisme pengaduan untuk hukum telah tercantum dalam setiap bidang hukum masing-masing baik hukum perdata, hukum pidana dan hukum administrasi. Hukum perdata sebagaimana yang diatur dalam undang-undang bila diduga ada pelanggaran yang dilakukan oleh dokter atau dokter gigi mengakibatkan timbulnya kerugian, maka yang merasa dirugikan dapat mengajukan gugatan pada pengadilan negeri dan pengadilan negerilah yang akan memeriksa gugatan tersebut. Untuk hukum pidana, bilamana mengetahui atau melihat atau langsung dirugikan oleh tindak dokter atau dokter gigi, maka segera melaporkan kepada kepolisian di

mana kejadian itu terjadi dan kepolisian akan melakukan penyelidikan dan penyidik dengan melimpahkan kepada kejaksaan yang selanjutnya dilakukan tuntutan ke sidang pengadilan sampai pada putusan pengadilan. Untuk hukum administrasi, bilamana adanya keberatan atas keputusan administrasi yang dikeluarkan maka dapat diajukan gugatan kepada Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN), gugatan administrasi tersebut diproses dan diputuskan. Pada umumnya, masalah tidak terpenuhinya hak pasien diharapkan dapat diselesaikan pada saat masih berlangsungnya layanan atau perawatan medis di sarana pelayanan kesehatan atau rumah sakit tersebut, baik melalui keluhan lisan secara langsung ataupun melalui pengaduan tertulis. MKDKI, sebagai institusi yang menerima, memeriksa dan memberi sanksi atas pelanggaran disiplin profesi kedokteran, adalah lembaga yang menegakkan disiplin profesi kedokteran. MKDKI tidak menyelesaikan sengketa antara dokter dengan pasien, namun dapat memberi informasi tentang bagaimana sengketa dapat diselesaikan.

Anda mungkin juga menyukai