Anda di halaman 1dari 33

Evaluasi Jakstranas Iptek 2010-2014 & Jakstranas Iptek 2015-2019

KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI Rakornas Ristek 2013 Gedung Sasono Langen Budoyo Taman Mini Indonesia Indah Jakarta, 27-28 Agustus 2013

SISTEMATIKA

1. HASIL EVALUASI JAKSTRANAS IPTEK 2010-2014 2. PENYUSUNAN JAKSTRANAS IPTEK 2015-2019

HASIL EVALUASI JAKSTRANAS IPTEK 2010-2014

Data
1. DATA SEKUNDER 2. DATA PRIMER a. Kuesionair: terkirim ke 272 instansi (LPNK, LPK, Balitbangda/Bappeda Provinsi, Balitbangda/Bappeda Kabupaten/Kota, LPPM), terkumpul kembali sebanyak 50 kuesionair b. Wawancara: Deputi KRT LPNK - Ristek Kementerian: Balitbangtan, Balitbang KKP, Balitbang Kemkes, BP KIMI Perindustrian, Deputi Sumber Daya KUKM, Ditjen Dikti Perguruan Tinggi: LPPM-UGM, LPPM-IPB, LPPM ITB, DRPM-UI, LPPM UPN Yogyakarta, LP USU, LPPM Unhas, LP/LPM-UNG, LPPM Unsri, LP Unlam, LPPM Unram Pemda: Yogyakarta (Bappeda dan BAP), Sumatera Utara (Balitbangda), Sulawesi Selatan (Balitbangda), Gorontalo (Balihristi), Sumatera Selatan (Balitbanginov), Kalimantan Selatan (Balitbangda), Nusa Tenggara Barat (DRD) c. FGD dengan industri: Batam dan Jawa Timur 4

Evaluasi:
POTRET 4 DIMENSI JAKSTRANAS IPTEK 2010-2014
Belum didasarkan pada hasil kajian yang kuat tidak ada baseline data iptek yang kuat.. Kelemahan dalam identifikasi masalah. Masih banyak dalam tataran teoritik. belum sampai pada analisis secara praktis/ detail tentang kondisi riil dan isu-isu strategis yang ada. Belum bisa menciptakan sebuah skenario pengembangan riset nasional yang berkesinambungan. Tidak menggambarkan grand-strategy yang menaungi kegiatan riset nasional. Tidak ada tolok ukur kesuksesan (sasaran) yang jelas. Proses perumusan telah melibatkan LPNK, Balitbang Kementerian, DRN, dan unsur non-government seperti industri, masyarakat tapi dipandang belum melibatkan stakeholders Iptek secara luas. Secara legal kedudukan Jakstranas Iptek lemah Belum selaras dengan kebijakan sektor sehingga tingkat implementasi pada pembangunan sektor rendah Tidak ada pembagian peran antar aktor iptek dalam pelaksanaan Jakstranas Iptek Setiap lembaga memiliki visi atau rencana strategis yang tidak mudah untuk disesuaikan dengan Jakstranas Keterbatasan anggaran sehingga seringkali prioritas terabaikan Sosialisasi kurang Tidak mempunyai panduan operasional sehingga sulit di implementasikan

Terlalu teoritis dan tidak implementatif Kedudukan legal tidak cukup kuat untuk memaksa setiap unsur kelembagaan Iptek
Ada perbedaan prioritas antar sektor Substansinya belum sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan
Dukungan konstitusi UUD 1945 Amandemen-4: Pasal 28c dan Pasal 31, Ayat 5, dan Pasal 33 UU 18/2002: memperkuat daya dukung iptek untuk mempercepat pencapaian tujuan negara; meningkatkan daya saing; meningkatkan kemandirian. UU No. 17/2007 ttg RPJP; bagian IV.1.2 Butir C Penguasaan, Pengembangan, dan Iptek: penguatan sistem inovasi untuk mendorong pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan. UU No. 32/2004 ttg Pemda: daya saing daerah (Pasal 2.3, Pasal 27.1.g) Perpres 28/2008 tentang kebijakan Industri Nasional: iptek merupakan enabler yang mutlak harus ada agar dapat bersaing di pasar internasional Kebijakan sektor: menekankan penelitian dan pengembangan Dalam UU 25/2004 Jakstranas Iptek tidak memiliki peran yang tegas, UU 17/2003: penyelenggaraan urusan pemerintah dalam Iptek sama dengan urusan pemerintah yang lain. Ada perbedaan lingkungan pada saat perumusan dan saat implementasia (MP3EI, Kepmen 16/2013

Kelembagaan: pusat unggulan, konsorsium, dan sentra HKI meningkat Meningkatnya investasi Iptek Nasional dari 0,05% menjadi 0,055% PDB Meningkatnya jumlah peneliti per 1 juta penduduk menjadi 438 peneliti Tercapainya revitalisasi 2 sarana dan prasarana Tercapainya jumlah artikel iptek elektronik yang dapat diakses dari perpustakaan on-line menjadi 1,5 juta artikel Meningkatnya jumlah Pranata litbang terakreditasi menjadi 34 Mengembangkan STP sebagai tools dalam pembangunan ekonomi daerah berbasis inovasi Produktivitas Iptek: publikasi dan patent terdaftar meningkat Jumlah pemanfaatan teknologi hasil litbang nasional untuk industri dan masyarakat meningkat Dampak sosial dan ekonomi belum terukur

SARAN UNTUK PENYUSUNAN JAKSTRANAS IPTEK 2015-2019 (1)


- Kebijakan riset mendatang harus bersifat problem-solving, sehingga bisa menjadi solusi untuk membangun bangsa berbasis iptek - Proses perumusan Jakstranas hendaknya melibatkan berbagai pemangku kepentingan yang lebih luas agar memiliki ownership yang tinggi - Indonesia butuh grand-policy yang secara efektif dan efisien menaungi kegiatan riset nasional - Ada kesatuan arah - Basis legal yang cukup dalam bentuk Peraturan Presiden - Basis ilmiah yang kokoh, hasil studi yang mendukung dan evaluasi komprehensif pelaksanaan Jakstranas sebelumnya. - Disosialisasikan dengan baik kepada para pelaku Iptek di level makro, meso, maupun mikro. 6

SARAN UNTUK PENYUSUNAN JAKSTRANAS IPTEK 2015-2019 (2) - Buku 1 Jakstranas menjadi ruh dari RPJMN 2015-2019, sehingga implementatif berbentuk program-kegiatan yang diacu oleh Renstra 2015-2019 K/L Iptek. - ARN (Jakstranas Buku 2) mengacu pada/diturunkan dari RPJMN 2015-2019 Bab Iptek, sehingga benar-benar dapat diacu. Indikasi siapa melakukan apa perlu ditegaskan. - Mengupayakan, agar penyusunan program/anggaran Iptek satu pintu. Usulan dari lembaga Iptek direkomendasikan Kemenristek, sebelum disetujui Bappenas. - Penajaman 7 bidang fokus, menjadi area riset yang lebih khusus untuk target 5 tahunan didukung 16 isu strategis. - Indikator Kuantitatif yang jelas.
7

PENYUSUNAN JAKSTRANAS IPTEK 2015-2019

PROSES PERUMUSAN JAKSTRANAS IPTEK 2015-2019


1. Identifikasi isu strategis: mengenali, memilah, dan memilih masalah Kriteria:
1. telah mencapai titik kritis tertentu yang jika diabaikan akan menjadi ancaman yang serius; 2. telah mencapai tingkat partikularitas tertentu sehingga akan berdampak dramatis; 3. menyangkut emosi tertentu dari sudut kepentingan orang banyak (umat manusia) dan mendapat dukungan dari media massa; 4. menjangkau dampak yang amat luas; 5. mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan dalam masyarakat; 6. menyangkut suatu persoalan yang sulit dijelaskan, tetapi mudah dirasakan kehadirannya;

2. Pengembangan alternatif kebijakan: menyusun alternatif kebijakan yang dapat dipilih untuk menyelesaikan masalah kebijakan
3. Pemilihan alternatif kebijakan terbaik: menilai alternatif kebijakan untuk menentukan alternatif kebijakan yang terbaik 4. Penetapan kebijakan: menetapkan kebijakan yang dipilih sehingga mempunyai kekuatan hukum yang kuat dan mengikat
9

IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS JAKSTRANAS IPTEK 2015-2019

10

Pemetaan isu JAKSTRANAS IPTEK 2015-2019


1. Proses pembangunan ekonomi yang pragmatis 6. Kemampuan memenuhi tantangan global rendah 2. Daya dukung inovasi yang belum kuat 3. Lemahnya koordinasi Kementerian/lembaga 4. Lemahnya sinergi kebijakan 5. Regulasi yang menghambat 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 7. Perdagangan gelap, penyelundupan, sabotase pada event penting, dan pengangkutan material berbahaya (sumber radioaktif) 8. Ekspor masih berupa raw material 9. Kesiapan menghadapi pasar bebas China - ASEAN 10. Belum ada skenario pengembangan berkelanjutan

1. Keterbatasan sumber daya Iptek 2. Pemborosan sumber daya yang terbatas 3. Jumlah dan kompetensi SDM sangat kurang dan tidak merata 4. Iklim tidak mendukung SDM untuk produktif 5. Penuaan sarana dan prasarana Iptek 6. Sarana pengujian produk teknologi sangat kurang 7. Sarana dan prasarana litbag belum memadai 8. Belum ada basis data Iptek yang terintegrasi 9. Rendahnya kesadaran masyarakat termasuk peneliti/perekayasa untuk mendaftarkan HKI atas invensinya 10.Mekanisme penganggaran tidak mendukung kegiatan litbang secara optimal 11.Terbatasnya pendanaan kegiatan litbang di industri 12.Budgeting power sangat lemah 13.Anggaran Iptek rendah 11. Belum harmonisnya kebijakan Iptek dengan sistem keuangan negara

Kelembagaan

Belum berkembangnya budaya inovasi Kinerja lembaga masih rendah Legislasi Iptek lemah Peran dan fungsi Balitbangda tidak optimal Belum optimalnya lembaga intermediasi Belum ada sertikasi bagi pengembang software aplikas Ada hambatan birokrasi dalam penelitian dan inovasi Sistem kelembagaan riset nasional belum efektif dan efisien Birokrasi yang rumit dalam penyelenggaraan riset dan penerapan hasil-hasilnya, apalagi dalam era otonomi daerah 10.Kelembagaan litbang belum efektif 1. Kegiatan riset pengembangan teknologi belum tekait langsung dengan kebutuhan industri 2. Belum terkaitnya kegiatan riset dengan kebutuhan nyata 3. Teknologi masih bergantung pada produk luar negeri 4. Pengembangan local wisdom / inovasi akar rumput, teknologi tepat guna yang benar-benar dibutuhkan oleh dunia usaha

1. Ekspor Indonesia masih didominasi barang mentah (teknologi rendah) 2. Industri berbasis teknologi tidak tumbuh 3. Tidak terjadi vertical value added 4. Belum optimalnya mekanisme intermediasi Iptek 5. Kelemahan rantai nilai dalam pengembangan produk 6. Tranfer teknologi belum berjalan 7. Audit teknologi sangat lemah 8. Pemanfaatan Iptek belum optimal 9. Tarikan pasar terhadap hasil litbang lemah 10.Masih kurangnya keberpihakan pemerintah dan BUMN terhadap pemanfaatan hasil invensi teknologi dalam negeri

Sumber Daya

5. Kualitas riset relatif rendah 6. Fokus pada kearifan lokal, tidak perlu meniru negara lain 7. Overlapping kegiatan riset antar pelaku riset, boros sumber daya 8. Pengembangan ilmu dasar dan penciptaan teknologi untuk mendorong industri

Produktivitas

Pendayagunaan
11. Strategi pemanfaatan hasil litbangyasa ke masyarakat masih lemah 12. Kapasitas absorpsi dan kapabilitas inovasi masyaraat masih rendah 13. Strategi sinergi dan dukungan antar aktor inovasi untuk proses difusi dan diseminasi litbang masih lemah 14. Aspek sosial kurang diperhatikan sehingga hasil-hasil penelitian sering mengalami kendala dalam penerapannya 15. Ada keengganan pengusaha untuk menggunakan hasil penelitian dalam negeri dan lebih suka teknologi impor 16. Pemanfaatan hasil litbang di industri rendah 17. Sosialisasi hasil litbang masih kurang 18. Transfer teknologi hasil litbang dalam negeri ke industri lemah 19. Transfer teknologi dari perusahaan asing ke perusahaan dalam negeri tidak terjadi 20. Belum ada mekanisme transfer teknologi yang berkelanjutan 17. Pendidikan dan pelatihan teknologi yang spesifik sesuai kebutuhan industri 16. Banyak pembangunan di daerah tidak berdasarkan riset, bahkan berbasiskan data saja tidak ada. Pembangunan di Indonesia tidak berdasarkan evidence based.

Jaringan

1. 2. 3. 4. 5.

12. Kesiapan Indonesia dalam menghadapi Komunitas ASEAN 2015 (standardisasi, sertifikasi, kesiapan SDM Iptek, jaringan kerjasama, 'perebutan' pasar, perundangundangan, dll). 13. Negara Indonesia termasuk dalam 3 (tiga) besar pembajak software di dunia.

Interaksi Iptek dan industri masih lemah Kerja sama belum optimal Revitalisasi Puspiptek sebagai STP belum maksimal Posisi Indonesia dalam kerjasama internasional lemah Jaringan pelaku Iptek masih lemah sehingga kegiatan penelitian sering tumpang tindih 6. Adanya mismatch antara pemerintah, dunia usaha, institusi riset dan perguruan tinggi untuk secara bersama-sama membangun ekonomi.

14. Kesadaran berinovasi masih sangat rendah

15. Krisis pangan, krisis energi

11

Pemetaan isu strategis JAKSTRANAS IPTEK 2015-2019

1.Kelembagaan litbang belum efektif 2.Kinerja lembaga masih rendah

Kelembagaan
1.Jumlah dan kompetensi SDM sangat kurang dan tidak merata 2.Sarana dan prasarana litbag belum memadai 3.Budgeting power sangat lemah

1.Tranfer teknologi belum berjalan 2.Audit teknologi sangat lemah 3.Pemanfaatan Iptek belum optimal Sumber Daya Produktivitas Pendayagunaan

1.Belum terkaitnya kegiatan riset dengan kebutuhan nyata 2.Kualitas riset relatif rendah 3.Overlapping kegiatan riset antar pelaku riset, boros sumber daya

Jaringan
1.Interaksi Iptek dan industri masih lemah 2.Posisi Indonesia dalam kerjasama internasional lemah 3.Jaringan pelaku Iptek masih lemah sehingga kegiatan penelitian sering tumpang tindih

Kesiapan menghadapi pasar bebas China - ASEAN

12

PENGEMBANGAN ALTERNATIF KEBIJAKAN JAKSTRANAS IPTEK 2015-2019

13

ELEMEN-ELEMEN JAKSTRANAS IPTEK 2015-2019


Arah Kebijakan

Kemana / menuju sasaran strategis

Jakstranas Iptek

Prioritas Utama

Apa

Kerangka Kebijakan

Bagaimana /strategi

Strategi operasional untuk menuju sasaran strategis pada masingmasing prioritas utama

Strategi implementasi dan instrumen

Indikator keberhasilan
14

ARAH KEBIJAKAN JAKSTRANAS IPTEK 2015-2019

15

Arah Pembangunan Iptek


Ultimate Goal: Kesejahteraan

Daya Saing & Kemandirian

IPTEK SDA Budaya Masyarakat

Pendidikan

Beneficiary Pengembangan Teknologi

Teknologi Dari Dalam Negeri

Badan Usaha Milik Negara

UKMK

Perusahaan Subsidiary di Perusahaan Multinasional Indonesia

Teknologi Dari Luar Negeri

Lakitan, B, (2013), Connecting all the dots: Identifying the actor level challenges in establishing effective innovation system in Indonesia, Technology in Society 35 (2013) 4154

Beneficiary Kegiatan Riset

Dunia Usaha

Dunia Usaha sendiri

Kegiatan Riset
Pemerintah BUMN Strategis yang masalah krusialnya adalah Teknologi Usaha baru hasil litbang Masyarakat kecil atau UKMK

Kegiatan litbang dilakukan baik oleh swasta maupun pemerintah. Hasil penelitian dari perusahaan swasta akan diguanakan untuk industrinya sendiri. Hasil dari Lembaga litbang pemerintah terutama digunakan oleh masyarakat kecil dan UKMK dan untuk memperkuat industri strategis yang memang memerlukan litbang. Untuk hasil litbang yang tidak digunakan oleh BUMN atau masyarakat secara langsung didorong untuk menjadi usaha baru melalui inkubator.

Alternatif sasaran strategis 2015-2019

Kualitas Lembaga riset harus ditingkatkan. Jumlah Pusat Unggulan harus ditingkatkan. Hubungan kelembagaan iptek harus diatur agar hasil penelitian dari lembaga penelitian milik pemerintah dapat diterapkan di badan usaha, terutama dengan industri strategis. Pererat hubungan Ristek, Pendidikan, Industri, BUMN dan lembaga penelitian. Sumber daya iptek perlu diperkuat, terutama sumber pendanaan dari swasta, agar rencana anggaran penelitian dan pengembangan 1% dari GDP yang telah tercantum di MP3EI dapat diwujudkan. Demikian pula jumlah Sumber Daya Manusia Iptek harus diupayakan agar tidak mengalami stagnasi bahkan kemunduruan. Kebijakan zero growth di bidang SDM iptek harus segera diakhiri. Basis data iptek yang tersebar dibeberapa tempat merupakan sumber daya Iptek yang harus dikembangkan dan masing-masing harus saling dapat diakses. Penguatan Sarpras Iptek: Lab, Pusat Peraga Jejaring iptek perlu dikembangkan agar terjadi kerja sama antar lembaga penelitian nasional dari pusat hingga ke daerah dan perlu mengembangkan jejaring internasional. Demikian pula jejaring atar peneliti harus digalang agar terjadi cross feritilization; saling mengisi. SINas & SIDa Perlu diperkuat. Relevansi penelitian harus ditingkatkan dengan semakin mengembangkan konsorsium inovasi. Dengan konsorsium, produktivitas dan relevansi kegiatan penelitian selalu terkait dengan pengguna teknologi. Pendayagunaan Iptek perlu digalakkan dengan membuat kebijakan-kebijakan teknologi yang sinergis dengan kebijakan lainnya untuk mengukung konsorsium litbang.
19

PRIORITAS UTAMA RISET DAN TEKNOLOGI JAKSTRANAS IPTEK 2015-2019

20

Identifikasi Prioritas Utama 2015-2019


Salah satu tema riset penting dalam bidang fokus ketahanan pangan adalah
bekurangnya lahan pertanian yang subur secara progresif disertai perubahan iklim global yang mengancam pasokan pangan nasional. Adanya fakta bahwa kebutuhan pangan akan selalu meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk yang pesat menyebabkan kemampuan penyediaan pangan semakin terbatas, sehingga jika tidak dicarikan solusinya dapat mengarah pada terjadinya krisis pangan. Oleh sebab itu kita membutuhkan terobosan teknologi untuk dapat menggunakan lahanlahan sub optimal yang saat ini masih belum dimanfaatkan dengan baik agar ketahanan pangan dapat dijaga. Adapun tema riset bidang energi sangat vital bagi perekonomian kita karena tidak ada kegiatan manusia yang tidak memerlukan energi. Sementara itu cadangan energi fosil kita semakin manipis oleh sebab itu mau tidak mau melakukan terobosan teknologi dalam hal Energi Baru/Terbarukan. Disisi lain, dengan meningkatnya kegiatan manusia maka meningkat pula kebutuhan transportas nasional. Untuk itu diperlukan teknologi transportasi yang tepat guna, cepat, aman, nyaman, terjangkau, hemat energi, dan ramah lingkungan yang dapat menghubungkan kegiatan perekonomian nasional secara efektif dan efisien.
21

Identifikasi Prioritas Utama 2015-2019


Selain itu, bidang fokus teknologi TIK mempunyai peran yang juga vital bagi
perekonomian kita dimana perlu dipikirkan tema riset untuk memberikan solusi bagi kesenjangan digital yang disebabkan oleh terbatasnya kemampuan adopsi dan adaptasi teknologi. Upaya untuk mendayagunakan keaneka-ragaman hayati nasional menjadi produk yang bernilai ekonomis tinggi dapat dilakukan melalui riset dalam bidang fokus kesehatan obat untuk pengembangan vaksin. Aplikasi nano teknologi untuk bidang fokus lainnya. Indonesia kaya akan bahan tambang yang mengandung logam tanah jarang, rare earth, yang sangat dibutuhkan dalam produksi berbagai produk teknologi tinggi. Bidang riset material maju perlu mengembangkan metode-metode baru untuk mengekstrak logam tanah jarang yang sekarang ini terbuang begitu saja sebagai limbah dari pengolahan bahan tambang lainnya.

22

Identifikasi Prioritas Utama 20152019


Yang tidak kalah penting adalah bidang fokus pembangunan IPTEK
pertahanan dan keamanan untuk ketersediaan alutsista yang mempunyai deterrence effect tinggi. Untuk itulah maka Hakteknas tahun 2013 ini mengusung tema inovasi pertahanan dan keamanan nasional. cross cutting issues yang perlu dipecahkan melalui riset-riset yang diagendakan secara nasional dalam ARN 2015-2019. Isu-isu dan kata kunci tersebut antara lain adalah perubahan iklim, teknologi hijau (green technology), peningkatan kandungan komponen dalam negeri, persaingan global dan pembangunan berkelanjutan yang melibatkan semua pihak (sustainable and inclusive development) didukung oleh kajian sosial ekonomi dan budaya agar lebih komprehensif serta dukungan 16 isu strategis.

23

Identifikasi Prioritas Utama 2015-2019


Sumber UU 17 2007 RPJPN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Bidang fokus Ketahanan Pangan Energi Teknologi dan Manajemen Transportasi Teknologi Informasi dan Komunikasi. Teknologi Hankam Teknologi Kesehatan dan Obat Material Maju

Kepmen Ristek 16 /M/Kp/II/2013

1. Pangan dan Pertanian 2. Ilmu Pengetahuan Alam 3. Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemasyarakatan 4. Teknologi untuk Mengentaskan Kemiskinan (Pro-Poor Technology) 5. Kesehatan, Biologi Molekuler, Bioteknologi, dan Kedokteran 6. Material Industri dan Material Maju 7. Energi, Energi Baru dan Terbarukan 8. Ketenaganukliran dan Pengawasannya 9. Penerbangan dan Antariksa 10. Teknologi Pertahanan dan Keamanan 11. Teknologi Maritim 12. Industri Rancang Bangun dan Rekayasa 13. Ilmu Kebumian dan Perubahan Iklim 14. Teknologi Hijau (Green Technology) 15. Teknologi dan Manajemen Transportasi 16. Teknologi Informatika dan Komunikasi Tambahkan Ilmu sosial dan humaniora

Hasil wawancara

24

Analisis terhadap Prioritas Utama 2015-2019


Pertanian Teknologi untuk Mengentaskan Kemiskinan (Pro-Poor Technology) Biologi Molekuler, Bioteknologi, dan Kedokteran Material Industri Energi Baru dan Terbarukan Ketenaganukliran dan Pengawasannya Penerbangan dan Antariksa Teknologi Maritim Industri Rancang Bangun dan Rekayasa Ilmu Kebumian dan Perubahan Iklim Teknologi Hijau (Green Technology) Penguatan Ilmu Dasar untuk mendorong penciptaan teknologi Teknologi Kesehatan dan obat Material Maju Teknologi Pertahanan dan Keamanan Ketahanan Pangan Energi Penguatan Ilmu Pengetahuan Sosial dan kemasyarakatan untuk mendukung penerapan teknologi TIK Teknologi dan Manajemen Transportasi

Daya saing ekonomi

25

KERANGKA KEBIJAKAN JAKSTRANAS IPTEK 2015-2019

26

Kerangka Kebijakan Penguatan SINas


Topik Penelitian Top down harus dikerjakan dalam bentuk konsorsium untuk
mencapai hasil dalam jangka pendek hingga jangka menengah quick yielding. Topik penelitian Bottom up dilaksanakan untuk menggali ide2 baru terutama dari perguruan tinggi yang berguna dalam jangka panjang. Topik penelitian di Kementerian difokuskan pada penelitian kebijakan dan penelitian yang bermuara pada paten dan usaha baru berbasis inovasi peneliti yang didukung program inkubator teknologi. Kementerian ristek memfasilitasi dan menjadi katalis terbentuknya konsorsium riset dan konsorsium pengembangan produk strategis. Invensi yang sudah terseleksi oleh suatu tim yang melibatkan dunia usaha dan terpilih yang berpotensi inovasi perlu di fasilitasi untuk dapat menjadi usaha baru berbasis teknologi termuan sendiri. Pendanaan penelitian yang dianggarkan melalui pendidikan tinggi diutamakan untuk penguatan kapasitas iptek dengan hasil utama publikasi di jurnal ilmiah. Penelitian dasar diutamakan dilakukan di Lembaga Penelitian di Perguruan Tinggi.
27

Penguatan Sinas

Sumber: Mesdin Simarmata, Direktur Iptek & Industri Kreatif Bappenas, 2013

Penguatan SINas

Kebijakan yang urgen untuk


diselesaikan:
Aturan tentang royalti untuk peneliti yang

didanai dengan APBN; Aturan tentang pendirian perusahaan pemula di lembaga litbang pemerintah; Penghargaan bagi para penghasil paten dan usaha baru sebagai hasil penelitian (angka kredit yang tinggi bagi paten, lisensi); Peneliti meliputi PNS dan Non PNS
29

INDIKATOR JAKSTRANAS IPTEK 2015-2019

30

Indikator Input
1. Peningkatan jumlah dan kualitas SDM Iptek; 2. Peningkatan investasi litbang; 3. Modernisasi peralatan lab yang ditentukan berdasarkan kinerja dan tuntutan pasar; 4. Peningkatan jumlah proyek konsorsium riset ; 5. Jumlah pusat-pusat keunggulan iptek.

Indikator Output
1. Jangka pendek dan menengah, diukur melalui keunggulan ilmiah dan jumlah paten & hasil penelitian yg siap diindustrikan (kesiapan Teknologi level 7 9). 2. Jangka panjang, benefit dan impact yang diharapkan dapat diukur melalui: a. Nilai ekonomi: lisensi, spin-off yang, start-up companies yang terbentuk; b. Daya saing Indonesia: meningkatnya capaian index daya saing.

Anda mungkin juga menyukai