Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN VENTRIKEL SEPTUM DEFEK

Posted on 13 September 2011by pataulanursing

A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. PENGERTIAN Defek septum ventrikel merupakan PJB yang paling sering ditemukan yaitu 30 % dari semua jenis PJB. Pada sebagian besar kasus diagnosis kelainan ini di tegakkan setelah melewati masa neonatus, karena pada minggu-minggu pertama bising yang bermakna biasanya belum terdengar oleh karena resistensi vascular paru masih tinggi dan akan menurun setelah 8-10 minggu. ( Mansjoer, Arif, Editor. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II FKUI: 2000) Hemodinamik Pada DSV kecil hanya terjadi pirau dari kiri ke kanan yang minimal sehingga tidak terjadi gangguan hemodinamik yang berarti. Pada defek sedang dan besar terjadi pirau yang bermakna dari ventrikel kiri ke kanan. Pada hari-hari pertama pasca lahir belum terdapat pirau kiri ke kanan yang bermakna karena resistensi vascular paru masih tinggi. Hal ini yang menyebabkan bising baru terdengar beberapa hari

sampai beberapa minggu setelah bayi lahir. Pirau kiri ke kanan yang besar menyebabkan meningkatnya tekanan ventrikel kanan, yang bila tidak terdapat obstruksi jalan keluar ventrikel kanan akan diteruskan ke arteri pulmonalis. Pada defek besar dapat terjadi perubahan hemodinamik akibat peningkatan tekanan terus menerus pada ventrikel kanan yang diteruskan ke a. pulmonalis. Pada suatu saat terjadi perubahan dari pirau kiri ke kanan menjadi kanan ke kiri sehingga pasien menjadi sianosis. Hal ini disebut sebagai sindrom Eisenmenger. 2. PATOFIOLOGI DSV terjadi karena sekat ventrikel terbentuk tidak sempurna sehingga darah dari bilik kiri mengalir ke bilik kanan saat systole. DSV kecil/ defek kecil , jika toleransi latihan normal cenderung terjadi infeksi saluran pernapasan cukup dengan pemberian antibiotic dan cenderung tidak memerlukan tindakan bedah. Defek besar dengan resistensi vascular paru meninggi menyebabkan tekanan bilik kanan sama dengan tekanan bilik kiri sehinggaa pirau kiri ke kanan

sedikit yang menyebabkan aliran darah ke paru tinggi dan aliran balik darah paru kiri juga tinggi, Sehingga terjadi hipertropi dilatasi atrium kiri serta ventrikel kiri. Dari hal tersebut maka akan terjadi overload pada jantung kana konstan yang nantinya menyebabkan overload di seluruh vaskularisasi paru, sehingga paru akan mengalami odema dimana manifestasinya adalah terjadi hiprtensi pulmonal, nafas dangkal dan pendek, retraksi pada jungulum sela interkosta dan palpitasi. Untuk Hipertensi pulmonal maka efek jangka panjang yang dapat terjadi adalah gangguan tumbuh kembang pada bayi, gangguan masukan nutrisi dan penurunan berat badan. Selain hal tersebut diatas hipertropi dilatasi atrium kiri serta ventrikel kiri bisa juga menyebabkan penurunan aliran darah ke pembulih darah perifer sehingga akan terjadi menifestasi seperti sinkop, pusing, pasien pucat, clubing finger dan syanosis. 3. MANIFESTASI KLINIS a. DSV kecil Biasanya asimtomatik. Jantung normal atau sedikit membesar dan tidak ada gangguan tumbuh kembang. Bunyi jantung biasanya normal, dapat ditemukan

bising sistolik dini pendek yang mungkin didahului early systolic click. Ditemukan pula bising pansistolik yang biasanya keras disertai getaran bising dengan pungtum maksimum di sela iga III-IV garis parasternal kiri dan menjalar ke sepanjang sternum kiri, bahkan ke seluruh prekordium. b. DSV sedang Gejala timbul pada masa bayi berupa sesak napas saat minum atau memerlukan waktu lebih lama/tidak mampu menyelesaikan makan dan minum, kenaikan BB tidak memuaskan, dan sering terkena infeksi paru yang lama sembuhnya. Infeksi paru ini dapat mendahului terjadinya gagal jantung yang mungkin terjadi pada umur 3 bulan. Bayi tampak kurus dengan dispnu, takipnu, serta retraksi. Bentuk dada biasanya masih normal. Pada pasien yang besar, dada mungkin sudah menonjol. Pad auskultasi terdengar bunyi getaran bising dengan pungtum maksimum di sela iga III-IV garis parasternal kiri yang menjalar ke seluruh prekordium. c. DSV Besar Gejala dapat timbul pada masa neonatus. Pada minggu I sampai munggu III dapat terjadi pirau kiri

ke kanan yang bermakna dan sering menimbulkan dispnu. Gagal jantung biasanya timbul pada setelah minggu VI, sering didahului dengan infeksi saluran napas bawah. Bayi sesak napas saat istirahat, kadang tampak sianosis karena kekurangan oksigen akibat gangguan pernapasan. Gangguan pertumbuhan sangat nyata. Biasanya bunyi jantung masih normal, dapat didengar bising pansistolik, dengan atau tanpa getaran bising, melemah pada akhir sistolik karena terjadi tekanan sistolik yang sama besar pada kedua ventrikel. Bising mid-diastolik di daerah mitral mungkin terdengar akibat flow murmur pada fase pengisian cepat. Pada DSV besar dapat terjadi perubahan hemodinamik dengan penyakit vascular paru/sindrom Eisenmenger. Pada fase peralihan antara pirau kiri ke kanan dan kanan ke kiri seringkali pasien tampak lebih aktif dengan toleransi yang relative lebih baik dari sebelumnya. Saat terjadi pirau dari kanan ke kiri, pasien tampak sianotik dengan keluhan dan gejala yang lebih berat dibanding sebelumnya. Anak gagal tumbuh, sianotik, dengan jari-jari tabuh (clubbing finger). Dada kiri membonjol dengan peningkatan aktifitas ventrikel

kanan yang hebat. Bunyi jantung I normal, akan tetapi bunyi jantung II mengeras dengan split yang sempit. Bising yang sebelumnya jelas menjadi berkurang intensitasnya; kontur bising yang semula pansistolik berubah menjadi ejeksi sistolik. Tak jarang bising menghilang sama sekali. Hati menjadi teraba besar akibat bendungan sistemik, namun edema jarang ditemukan. 4. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan foto dada pasien dengan DSV kecil biasanya memperlihatkan bentuk dan ukuran jantung yang normal dengan vaskularisasi paru normal atau hanya sedikit meningkat. Pada defek sedang, tampak kardiomegali dengan konus pulmonalis yang menonjol, peningkatan vaskularisasi paru, serta pembesaran pembuluh darah di sekitar hilus. Pada defek besar tampak kelainan yang lebih berat, dan pada defek besar dengan hipertensi pulmonal atau sindrom Eisenmenger gambaran vaskularisasi paru meningkat di daerah hilus namun berkurang di perifer. Penilaian EKG pada bayi dan anak pada penyakit apapun harus dilakukan dengan hati-hati karena nilai

normal sangat tergantung pada umur pasien. Pada bati dan anak dengan defek kecil gambaran EKG sama sekali normaol atau sedikit terdapat peningkatan aktifitas ventrikel kiri. Gambaran EKG pada neonatus dengan defek sedang dan besar juga normal, namun pada bayi yang lebih besar serta anak pada umumnya menunjukan kelainan. Pemeriksaan ekokardiografi, yang pada saat ini hanya dapat dilakukan di tempat-tempat tertentu dengan tenaga ahli yang masih sangat terbatas, perlu untuk menentukan letak serta ukuran defek septum ventrikel di samping untuk menentukan kelainan penyerta. Katerisasi jantung di lakukan pada kasus DSV sedang atau besar untuk menilai besarny pirau( flow ratio) yaitu perbandingan antara sirkulasi pulmonal dan sirkulasi sistemik. Operasi harus di lakukan bila ratio tersebut sama dengan atau lebih besar dari 2. 5. PENATALAKSANAAN Pasien dengan defek kecil tidak memerlukan pengobatan apapun, kecuali pemberian profilaksis terhadap terjadinya endokarditis infektif terutama bila akan dilakukan tindakan operatif di daerah

rongga mulut atau tindakan pada traktus gastrointestinal/urogenital. Tidak di perlukan pembatasan aktifitas pada pasien dengan defek kecil, namun perlu dipertimbangkan pada defek sedang dan besar sesuai dengan derajat keluhan yang timbul. Gagal jantung pada pasien dengan defek septum ventrikel sedang atau besar biasanya diatasi dengan digoksin ( dosis rumat 0,01 mg/kgBB/hari, dalam 2 dosis), Kaptopril ( ACE inhibitor), dan diuretic seperti furosemid atau spironolaktan. Tidak semua pasien dengan DSV harus di operasi. Tindakan operasi terindikasi pada kasus-kasus dengan gejala klinis yang menonjol terutama pada DSV sedang atau besar yang tidak mempunyai respons yang baik terhadap pengobatan. Oleh karena itu diperlukan pemantauan klinis yang seksama dan cermat terhadap pasien DSV sebelum mengirim pasien tersebut ke ahli bedah jantung. Selain itu yang sangat penting adalah memberikan penjelasan yang benar dan hati-hati kepada orangtua pasien mengenai perjalanan penyakit dan komplikasi yang mungkin terjadi.

6. PROGNOSIS Kemungkinan penutupan spontan defek kecil cukup besar, terutama pada tahun pertama kehidupan. Kemungkinan penutupan spontan sangat berkurang setelah pasien berusia 2 tahun dan umumnya tidak ada kemungkinan lagi diatas usia 6 tahun. S ecara keseluruhan penutupan spontan berkisar 40% 50% kasus. Penderita meninggal akibat DSV disebabkan oleh: 1. Payah jantung kanan 2. Endocarditis pada tepi defek/ jet lesion endocardium ventrikel kanan 3. Abses otak 4. Embolus paradoksal BAGAN PATOFISIOLOGI B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN Data Subjektif Data Objektif 23 Sesak napas Nafsu makan turun Pusing

Sering pingsan Sianosis Clubbing finger BB turun ( tdk sesuai usia) Sianosis Retraksi pada jugulum sela interkosta Palpitasi Bradikardi Rumusan masalah yang mungkin timbul dari data di atas adalah 1. Pola napas tidak efektif 2. Kerusakan perfusi jaringan perifer 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN Prioritas diagnosa keperawatan berdasarkan berat ringannya masalah yaitu : 1. Kerusakan perfusi jaringan perifer b/d penuruna aliran darah 2. Pola napas tidak efektif b/d ketidakadekuatan ventilasi 3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan nafsu makan

3. PERENCANAAN NO HARI/ TGL DIAGNOSA RENCANA TUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONALISASI 123456 1 Kerusakan perfusi jaringan perifer b/d Penurunan aliran darah Mempertahankan perfusi jaringan adekuat secara individual, dengan kriteria: mental normal, tanda vital stabil, kulit hangat dan kering, nadi perifer adekuat, sianosis berkurang 1. Evaluasi status mental, perhatikan terjadinya hemiparalisis, kejang, muntah dan peningkatan TD 2. Selidiki nyeri dada, dispnea tiba-tiba yang disertai dengan takipnea, nyeri pleuritik, sianosis pucat 3. Tingkatkan tirah baring dengan cepat 4. Dorong latihan aktif/Bantu dengan rentang gerak sesuai toleransi. 1. Indikator yang menunjukan embolisasi sistemik pada otak 2. Emboli arteri mempengaruhi jantung dan atau organ vital lain, dapat terjadi sebagai akibat penyakit katup, dan atau disritmia kronis. 3. Dapat membantu mencegah pembentukan atau

migrasi emboli pada pasien endokarditis. 4. Meningkatkan sirkulasi perifer dan aliran balik vena, karenanya menurunkan resiko pembentukan trombus. 2 Pola napas tidak efektif b/d ketidakadekuatan ventilasi Mempertahankan pola napas normal/efektif dengan kriteria: sesak berkurang, retraksi jugulum interkosta berkurang, palpitasi tidak terjadi 1. Evaluasi frekuensi pernapasan dan kedalaman. Adanya dispnu, penggunaan otot Bantu napas, pelebaran nasal 2. Catat area menurun/ tak bunyi napas dan adanyabunyi tambahan. 3. Lihat kulit dan membran mukosa untuk adanya sianosis. 4. Letakan pada posisi tinggi atau semi fowler dan Bantu ambulasi dini. 5. Dorong pasien berpartisipai dalam latihan napas dalam

6. Dorong pemasukan cairan maksimal dalam perbaikan jantung 7. Berikan obat analgesic sebelum pengobatan pernapasan sesuai indikasi 8. Catat respon terhadap latihan napas dalam 1. Kecepatan dan upaya mungkin meningkat karena nyeri, takut, demam, penurunan volume sirkulasi, akumulasi secret, hipoksia. Penekanan pernapasan dapat terjadi akibat penggunaan analgesic berlebihan. 2. Kehilangan bunyi napas aktif pada areaventilasi sebelumnya dapat menunjukan kolaps segmen paru. Krekels atau ronki dapat menunjukan akumulasi cairan atau obstruksi jalan napas parsial. 3. Sianosis bibir, kuku dan daun telinga menunjukan kondisi hipoksia sehubungan dengan gagal jantung atau komplikasi paru. 4. Merangsang fungsi pernapasan/ekspansi paru 5. Membantu reekspansi/ mempertahankan patensi jalan napas. 6. Hidrasi adekuat membantu pengenceran secret. 7. Memungkinkan kemudahan gerakan dada menurunkan ketidaknyamanan.

8. Catat keefektifan terapi atau kebutuhan untuk intervensi lebih agresif 3 Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan nafsu makan Mempertahankan pemenuhan nutrisi dengan kriteria: BB meningkat bertahap, tumbang dapat diperbaiki, nafsu makan meningkat 1. Awasi masukan nutrisi sesuai indikasi 2. Kembangkan dorong lingkungan yang nyaman untuk makan. 3. Bantu pasien/ orang terdekat mengembangkan keseimbangan nutrisi 4. kolaborasi dengan ahli gizi 5. Ajarkan tentang teknik makan disaat sakit (porsi kecil tapi sering) 1. Memberikan informasi sehubungan dengan kebutuhan nutrisi dan keefektifan terapi 2. Meningkatkan sosialisasi dan memaksimalkan kenyamanan pasien bila kesakitan makan menyebabkan malu

3. Meningkatkan pemahaman kebutuhan individu dan pentingnya nutrisi pada proses penyembuhan 4. Berguna dalam identifikasi kebutuhan nutrisi individu 5. Teknik makan akan sangat membantuy pasien dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya 4. EVALUASI 1. Pasien dapat mempertahankan perfusi jaringan adekuat secara individual. 2. Pasien mempertahankan pola napas normal/efektif 3. Pasien menunjukan peningkatan asupan nutrisi
Ventrikel Septum Defek (VSD)

A. Pengertian VSD adalah suatu keadaan abnormal yaitu adanya pembukaan antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan.(Rita &Suriadi, 2001). VSD adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang memisahkan ventrikel kanan dan ventrikel kiri. (Heni dkk, 2001). VSD adalah kelainan jantung berupa tidak sempurnanya penutupan dinding pemisah antara kedua ventrikel sehingga darah dari ventrikel kiri ke kanan, dan sebaliknya. Umumnya congenital dan

merupakan kelainan jantung bawaan yang paling umum ditemukan (Junadi, 1982) B. Fisiologi Fungsi utama jantung adalah untuk memompakan darah ke seluruh tubuh dengan cara mengembang dan menguncup yang disebabkan oleh karena adanya rangsangan yang berasal dari susunan saraf otonom. Sirkulasi darah 1. Sistem Peredaran darah besar Darah meninggalkan ventrikel kiri melalui aorta dan arteri-arteri yang lebih kecil atau arteriola ke seluruh tubuh. Arteri mempunyai dinding yang berotot yang dapat menyempitkan dan menahan aliran darah yang berfungsi untuk mempertahankan tekanan darah arteri dan mengatur aliran darah kapiler. Dalam jaringan kapiler terjadi pertukaran zat antara plasma dan jaringan interstitial. Kapiler-kapiler bergabung membentuk venula dan vena kava inferior dan masuk ke atrium kanan jantung. 2. system peredaran darah kecil Darah dari ventrikel kanan melalui arteri pulmonalis dan arteri arteri yang lebih kecil membawa darah kotor ke paru-paru. Di paru-paru (alveoli) terdapat peningkatan o2 dan pelepasan co2 dalam kapiler pulmonal. Kapiler pulmonal kemudian bergabung membentuk vena dan membawa darah bersih ke jantung melalui atrium kiri. C. Etiologi Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa factor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian PJB yaitu : 1. Faktor prenatal Ibu menderita penyakit infeksi : Rubela

Ibu alkoholisme Umur ibu lebih dari 40 tahun Ibu menderita penyakit DM yang memerlukan insulin Ibu meminum obat-obatan penenang 2. Faktor genetic Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB Ayah/ibu menderita PJB Kelainan kromosom misalnya sindrom down Lahir dengan kelainan bawaan yang lain D. Tanda dan Gejala Tergantung pada besar kecilnya defek (lubang). 1. Tanda khas adalah mur-mur pansistolik keras dan kasar, umumnya paling jelas terdengar pada tepi kiri bawah sternum. 2. Beban yang terlalu berat dari ventrikel kanan menyebabkan hipertrofi dan pembesaran jantung yang nyata. 3. Dengan meningkatnya resistensi vascular paru, sering terdapat dispneu dan infeksi paru. 4. Mungkin terdapat tanda-tanda sianosis 5. Pertumbuhan terganggu 6. Kesulitan makan E. Patofisiologi Defek septum ventricular ditandai dengan adanya hubungan septal yang memungkinkan darah mengalir langsung antar ventrikel, biasanya dari kiri ke kanan. Diameter defek ini bervariasi dari 0,5 3,0 cm. Perubahan fisiologi yang terjadi dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Tekanan lebih tinggi pada ventrikel kiri dan meningklatkan aliran darah kaya oksigen melalui defek tersebut ke ventrikel kanan.

2. Volume darah yang meningkat dipompa ke dalam paru, yang akhirnya dipenuhi darah, dan dapat menyebabkan naiknya tahanan vascular pulmoner. 3. Jika tahanan pulmoner ini besar, tekanan ventrikel kanan meningkat, menyebabkan piarau terbalik, mengalirkan darah miskin oksigen dari ventrikel kanan ke kiri, menyebabkan sianosis. Keseriusan gangguan ini tergantung pada ukuran dan derajat hipertensi pulmoner. Jika anak asimptomatik, tidak diperlukan pengobatan; tetapi jika timbul gagal jantung kronik atau anak beresiko mengalami perubahan vascular paru atau menunjukkan adanya pirau yang hebat diindikasikan untuk penutupan defek tersebut. Resiko bedah kira-kira 3% dan usia ideal untuk pembedahan adalah 3 sampai 5 tahun.

F. Pemeriksaan Diagnostik terisasi jantung menunjukkan adanya hubungan abnormal antar ventrikel

G dan foto thoraks menunjukkan adanya hipertrofi ventrikel kiri 4. Uji masa protombin (PT) dan masa tromboplastin parsial (PTT) yang dialkukan sebelum pembedahan dapat mengungkapkan kecenderungan perdarahan (biasanya normal) G. Penatalaksanaan Medis Atasi gizi, infeksi dan kegagalan jantung. Pada kasus dengan defek kecil (1-5mm) dan perkembangan baik tidak memerlukan operasi. Pembedahan dengan kasus defek sedang/besar, menutup defek dengan dijahit melalui cardiopulmonary bypass. Non-pembedahan, menutup defek dengan alat melalui kateterisasi jantung. Obat-obat vasopresor atau vasodilator :

ng darah lengkap untuk uji prabedah rutin

1. Dopamin (intropin) ; memiliki efek inotropik positif pada miokard, menyebabkan peningkatan curah jantung dan peningkatan tekanan sistolik serta tekanan nadi, sedikit sekali atau tidak ada efeknya pada tekanan diastolic, digunakan untuk mengobati gangguan hemodinamika yang disebabkan bedah jantung terbuka. 2. Isoproterenol (isuprel) ; memiliki efek inotropik positif pada miokard, menyebabkan peningkatan curah jantung dan kerja jantung, menurunkan tekanan diastolic dan tekanan rata-rata sambil meningkatkan tekanan sistolik. H. Pengkajian 1. Riwayat keperawatan : respon fisiologis terhadap defek (sianosis, aktifitas terbatas) 2. Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung : nafas cepat, sesak nafas, retraksi, bunyi jantung tambahan (mur-mur), edema tungkai, hepatomegali. 3. Kaji adanya tanda hypoxia kronis : clubbing finger 4. Kaji pola makan, pertambahan berat badan. I. Diagnosa Keperawatan 1. Penurunan curah jantung b.d malformasi jantung Tujuan : Curah jantung membaik Kriteia hasil : adanya tanda-tanda membaiknya curah jantung Intervensi : Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan kulit. Monitor tanda-tanda CHF (gelisah, takikardi, tachipnea, sesak, lelah saat minum susu, periorbital edema, oliguria dan hepatomegali.

anosis (membrane mukosa, clubbing)

Kolaborasi untuk pemberian obat (diuretic, untuk menurunkan afterload) sesuai indikasi 2. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal Tujuan : Pertukaran gas membaik Kriteria hasil : tidak adanya tanda-tanda resistensi pembuluh paru Intervensi : Monitor kualitas dan irama pernafasan Atur posisi anak dengan posisi fowler Hindari anak dari orang yang terinfeksi Berikan istirahat yang cukup Berikan oksigen sesuai indikasi 3. Tidak toleransi terhadap aktifitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel. Tujuan : Aktifitas klien terpenuhi Kriteria hasil : Anak berpartisipasi dalam aktifitas sesuai kemampuanya Intervensi : Ijinkan anak sering istirahat dan hindarkan gangguan saat tidur Anjurkan untuk melakukan permainan dan aktifitas ringan Bantu anak untuk memilih aktifitas yang sesuai dengan usia, kondisi dan kemampuan anak Berikan periode istirahat setelah melakukan aktifitas Hindarkan suhu lingkungan terlalu panas atau dingin Hindarkan hal-hal yang menyebabkan ketakutan /kecemasan anak 4. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan Tujuan : Tidak terjadi perubahan pertumbuhan dan perkembangan Criteria hasil : Pertumbuhan anak sesuai kurva pertumbuhan BB dan TB.

Intervensi : Sediakan didit yang seimbang, tinggi zat nutrisi untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat. Monitor TB dan BB Libatkan keluarga dalam pemberian nutrisi kepada anak 5. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori. Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi Kriteria hasil : Anak mempertahankan intake makanan dan minuman Intervensi : Timbang BB setiap hari dengan timbangan yang sama Catat intake dan out put secara benar Berikan makanan dengan porsi kecil sering Berikan minum yang banyak 6. Resiko infeksi b.d menurunnya status kesehatan Tujuan : tidak terjadi infeksi Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi Intervensi : Monitor tanda tanda vital Hindari kontak dengan individu yang terinfeksi Berikan istirahat yang adekuat Berikan kebutuhan nutrisi yang optimal 7. Perubahan peran orang tua b.d hospitalisasi anak, kekwatiran terhadap penyakit anak. Tujuan : Tidak terjadi perubahan peran orang tua Kriteria hasil ; orang tua mengekspresikan perasaannya

Orang tua yakin memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan. Intervensi : Motivasi orang tua ntuk mengekspresikan perasaannya sehubungan dengan anaknya

iskusikan dengan orang tua tentang rencana pengobatan

erikan informasi yang jelas dan akurat Motivasi keluarga untuk melibatkan anggota keluarga lain dalam perawatan anak.

batkan orang tua dalam perawatan anak selama di rumah sakit

DAFTAR PUSTAKA

1. 2.

Betz, Cecily L, Buku Saku Keperawatan pediatric, Ed3. Heni R dkk, Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskular,

Jakarta, EGC. 2002 Jakarta, Pusat kesehatan Jantung dan Pembuluh darah nasional Harapan Kita 2001. 3. 4. 5. Junadi dkk, Kapita SElekta kedokteran, Ed2, Media Suriadi & Rita Y, Asuhan keperawatan Pada Anak, Ed1. Samsjuhidayat & Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Aesculapius, FKUI, 1982 Jakarta, Sagung Seto, 2001 Edisi Revisi, Jakarta, EGC, 1997.
A. DEFINISI Defek Septum Ventrikel adalah kelainan jantung bawaan berupa lubang pada septum interventrikuler, lubang tersebut hanya satu atau lebih yang terjadi akibat kegagalan fungsi

septum interventrikuler semasa janin dalam kandungan. Sehingga darah bisa mengalir dari ventrikel kiri ke kanan ataupun sebaliknya. B. 1. 1. Klasifikasi Defek Septum Ventrikel berdasarkan kelainan Hemodinamik Defek kecil dengan tahanan paru normal Defek sedang dengan tahahan vaskuler paru normal Defek besar dengan hipertensi pulmonal hiperkinetik Defek besar dengan penyakit obstruksivaskuler paru 1. Klasifikasi Defek Septum Ventrikel berdasarkan letak anatomis Defek didaerah pars membranasea septum, yang disebut defek membran atau lebih baik perimembran (karena hampir selalu mengenai jaringan di sekitarnya). Berdasarkan perluasan (ekstensi) defeknya, defek peri membran ini dibagi lagi menjadi yang dengan perluasan ke outlet, dengan perluasan ke inlet, dan defek peri membran dengan perluasan ke daerah trabekuler. Defek muskuler, yang dapat dibagi lagi menjadi : defek muskuler inlet, defek muskuler outlet dan defek muskuler trabekuler. Defek subarterial, terletak tepat dibawah kedua katup aorta dan arteri pulmonalis, karena itu disebut pula doubly committed subarterial VSD. Defek ini dahulu disebut defek suprakristal, karena letaknya diatas supraventrikularis. Yang terpenting pada defek ini adalah bahwa katup aorta dan katup arteri pulmonalis terletak pada ketinggian yang sama, dengan defek septum ventrikeltepat berada di bawah katup tersebut. (dalam keadaan normal katup pulmonal lebih tinggi KLASIFIKASI

daripada katup aorta, sehingga pada defek perimembran lubang terletak tepat di bawah katup aorta namun jauh dari katup pulmonal) C. ETIOLOGI Lebih dari 90% kasus penyakit jantung bawaan penyebabnya adalah multifaktor. Faktor yang berpengaruh adalah : 1. Faktor eksogen : ibu mengkonsumsi beberapa jenis obat penenang dan jamu. Penyakit ibu (penderita rubella, ibu menderita IDDM) dan Ibu hamil dengan alkoholik. 2. Faktor endogen : penyakit genetik (Sindrom Down), anak yang lahir sebelumnya menderita PJB, ayah dan ibu menderita PJB dan lahir dengan kelainan bawaan yang lain. D. GAMBARAN KLINIS 1. 1. VDS Kecil 1. Biasanya asimtomatik 2. Defek kecil 5 10 mm 3. Tidak ada gangguan tumbang 4. Bunyi jantung normal, kadang ditemukan bising pansistolik yang menjalar keseluruh tubuh prekardium dan berakhir pada waktu diastolik karena terjadi penurunan VSD 5. VSD Sedang 1. Sesak nafas pada saat aktivitas 2. Defek 5 10 mm 3. BB sukar naik sehingga tumbang terganggu 4. Takipnoe 5. Retraksi

6. Bentuk dada normal 7. Bising pansistolik E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Auskultasi jantung mur-mur pansistolik keras dan kasar , umumnya paling jelas terdengar pada tepi kiri bawah sternum Pantau tekanan darah Foto rontgen toraks hipertrofi ventrikel kiri Elektrocardiografi Echocardiogram hipertrofi ventrikel kiri MRI E. KOMPLIKASI Gagal jantung Endokarditis Insufisiensi aorta Stenosis pulmonal Hipertensi pulmonal (penyakit pembuluh darah paru yang progresif) F. PENATALAKSANAAN MEDIS Pembedahan : menutup defek dengan dijahit melalui cardiopulmonary bypass pembedahan Pulmonal Arteri Bunding (PAB) penutupan defek untuk mengurangi aliran ke paru. atau

Non pembedahan : menutup defek dengan alat melalui kateterisasi jantung Pemberian vasopresor atau vasodilator : 1. Dopamin ( intropin ) Memiliki efek inotropik positif pada miocard, menyebabkan peningkatan curah jantung dan peningkatan tekanan sistolik serta tekanan nadi , sedikit sekali atau tidak ada efeknya

pada tekanan diastolik ;digunakan untuk gangguan hemodinamika yang disebabkan bedah jantung terbuka (dosis diatur untuk mempertahankan tekanan darah dan perfusi ginjal) 1. Isopreterenol ( isuprel ) Memiliki efek inotropik positif pada miocard, menyebabkan peningkatan curah jantung : menurunan tekanan diastolik dan tekanan rata-rata sambil meningkatkan tekanan sisitolik. ASUHAN KEPERAWATAN Dalam diagnosa keperawatan, perlu dilakukan pengkajian data dari hasil :

Anamnesa Inspeksi Palpasi Perkusi Dari hasil pengkajian tersebut, data yang diperoleh adalah masalah yang dialami klien

Penyebab timbulnya keluhan Informasi tentang kelainan struktur dan fungsi jantung atau pembuluh darah Informasi tentang kekuatan jantung dan aktivitas klien yang tidak memperberat kerja jantung Anamnesa Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam melakukan anamnesa adalah : 1. Riwayat perkawinan Pengkajian apakah anak ini diinginkan atau tidak, karena apabila anak tersebut tidak diinginkan kemungkinan selama

hamil ibu telah menggunakan obat-obat yang bertujuan untuk menggugurkan kandungannya 1. Riwayat kehamilan Apakah selama hamil ibu pernah menderita penyakit yang dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin, seperti hipertensi, diabetus melitus atau penyakit virus seperti rubella khususnya bila terserang pada kehamilan trisemester pertama. 1. Riwayat keperawatan Respon fisiologis terbatas ) terhadap defek ( sianosisi, aktivitas

1. Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung: nafas cepat, sesak nafas, retraksi, bunyi jantung tambahan ( murmur ), edema tungkai dan hepatomegali ) 2. Kaji adanya tanda-tanda hipoxia kronis : clubbing finger 3. Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan 4. Apakah diantara keluarga ada yang menderita penyakit yang sama 5. Apakah ibu atau ayah perokok (terutama selama hamil) 6. Apakah ibu atau ayah pernah menderita penyakit kelamin (seperti sipilis) 7. Sebelum hamil apakah ibu mengikuti KB dan bentuk KB yang pernah digunakan 8. Obat-obat apa saja yang pernah dimakan ibu selama hamil 9. Untuk anak sendiri apakah pernah menderita penyakit demam reumatik 10. Apakah ada kesulitan dalam pemberian makan atau minum khususnya pada bayi

11. Obat-obat apa saja yang pernah dimakan anak Diagnosa Keperawatan 1. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan malformasi jantung. Tujuan : meningkatkan curah jantung Kriteria Hasil : anak akan membaiknya curah jantung Intervensi : Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan kulit. Tegakkan derajad sinosis ( sirkumoral, membran mukosa, clubbing) Monitor tanda-tanda CHF ( gelisah, takikardi, tacipnea, sesak, lelah saat minum susu, periorbotal edema, oliguri dan hepatomegali ) Berkolaborasi dalam pemberian digoxin sesuai order dengan menggunakan teknik pencegahan bahaya toxisitas. Berikan pengobatan untuk menurunkan afterload Berikan diuretik sesuai indikasi 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti pulmonal. Tujuan : meningkatkan resisitensi pembuluh paru Kriteria Hasil : anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh paru Intervensi : Monitor kualitas dan irama pernafasan Atur posisi anak dengan posisi fowler menunjukkan tanda-tanda

Hindari anak dari orang yang terinfeksi Berikan istirahat yang cukup Berikan nutrisi yang optimal Berikan oksigen jika ada indikasi 3. Tidak toleransi terhadap aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplay oksigen ke sel. Tujuan : mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat Kriteria Hasil : anak akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat dan anak akan berpartisipasi dalam aktivitas yang dilakukan oleh seusianya Intervensi : Ijinkan anak untuk sering gangguan pada saat tidur beristirahat dan hindari

Anjurkan untuk melakukan permainan dan aktivitas ringan Bantu anak untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan usia, kondisi dan kemampuan anak Berikan periode istirahat setelah melakuakan aktivitas Hindarkan suhu lingkungan yang terlalu panas atau dingin Hindarkan hal-hal yang menyebabkan ketakutan kecemasan pada anak. 4. Perubahan pertumbuhan dan perkembanganberhubungan dengan tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan Tujuan : mempertahankan pertumbuhan berat badan yang sesuai Kriteria Hasil : anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat badan dan tinggi badan

Intervensi : Sediakan diet yang seimbang, tinggi zat-zat nutrisi untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat Monitor tinggi dan berat badan, dokumentasikan dalam bentuk grafik untuk mengetahui kecenderungan pertumbuhan anak 5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori Tujuan : mempertahankan intake makanan dan minuman untuk mempertahankan berat badan dan menopang pertumbuhan Kriteria Hasil : anak akan mempertahankan intake makanan dan minuman untuk mempertahankan berat badan dan menopang pertumbuhan Intervensi : Timbang berat badan setiap hari dengan timbangan yang sama dan waktu yang sama Catat intake dan output secara benar Berikan makanan dengan porsi kesil tapi sering untuk menghindari kelelahan pada saat makan Hindari kegiatan perawatan yang tidak perlu Pertahankan nutrisi dengan mencegah kekurangan kalium, natrium dan memberikan zat gizi Sediakan diet yang seimbang, tinggi zat nutrisi untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat Anak-anak yang mendapatkan diuretik biasanya sangat haus, oleh karena itu cairan tidak dibatasi.

6. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya status kesehatan. Tujuan : mencegah terjadinya infeksi Kriteria Hasil : anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi Intervensi : Hindari kontak dengan individu yang terinfeksi Berikan istirahat yang adekuat Berikan kebutuhan nutrisi yang optimal 7. Perubahan peran orangtua berhubungan dengan hospitalisasi anak, kekhawatiran terhadap peyakit anak. Tujuan : memberikan dukungan pada orang tua Kriteria Hasil : orang tua akan mengekspresikan perasaannya karena memiliki anak denan kelainan jantung, mendiskusikan rencana pengobatan dan memiliki keyakinan bahwa orang tua memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan Intervensi : Ajarkan orang tua untuk mengeskpresikan perasaannya akibat memiliki anak dengan kelainan jantung, mendiskusikan rencana pengobatan dan memiliki keyakinan bahwa orang tua memiliki peranan penting dalam keberhasilana pengbatan Eksplorasi perasaan orang tua mengenai perasaan ketakutan, rasa bersalah, berduka dan perasaan tidak mampu

Mengurangi ketakutan dan kecemasan orang tua dengan memberikan informasi yang jelas Libatkan orang tua dalam perawatan anak selama di rumah sakit Memberikan dorongan kepada keluarga untuk melibatkan anggota keluarga yang lain dalam perawatan anak. Perencanaan pemulangan 1. Kontrol sesuai waktu yang ditentukan 2. Jelaskan aktivitas yang dapat dilakukan anak sesuia dengan usia dan kondisi penyakit 3. Mengajarkan keterampilan yang diperlukan di rumah, yaitu : Tehnik pemberian obat Tehnik pemberian makanan Tindakan untuk mengatasi jika terjadi hal-hal ynag mencemaskan Tanda-tanda komplikasi, siapa yang akan dihubungi jika membutuhkan pertolongan

SUMBER PUSTAKA Suriadi, Rita yuliani, (2001). Asuhan Keperawatan Pada Anak, jakarta : CV. Sagung Seto . Heni Rokhaeni, Elly Purnamasari, (2001). Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, jakarta : Pusat Kesehatan jantung dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita . Corwin, Elizabeth J, (200). Buku Saku Patofisiologi, alih bahasa Brahm U Pendit jakarta : EGC Markum A.H, (1991), Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FKUI.

Doenges, Marilynn E, (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Edisi 3. Jakarta : EGC. R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong, (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta : EGC. Nettina, Sandra M, (2001). Pedoman Praktik Keperawatan, alih bahasa Setiawan,Sari Kurnianingsih, Monica Ester, jakarta : EGC. Carpenito Linda Juall, (1997). Keperawatan, edisi 6, jakarta. Buku Saku Diagnosa

M. Tucker, martin, (1998). Standart Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosis dan Evaluasi.Edisi V. Volume 3. Jakarta. EGC.

Anda mungkin juga menyukai