Anda di halaman 1dari 27

PRESENTASI KASUS

BRONKOPNEUMONIA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga

Disusun oleh : Rizki Indah Yati 20080310199

Dokter Pembimbing : Dr. Hj. Dwi Ambarwati, Sp.A

ILMU KESEHATAN ANAK PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA RSUD KOTA SALATIGA 2013
1

LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS

BRONKOPNEUMONIA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga

Disusun oleh: Rizki Indah Yati 20080310199

Telah dipresentasikan dan disetujui pada: Tanggal : Januari 2013

Mengetahui, Dokter Pembimbing

Dr. Hj. Dwi Ambarwati, Sp.A

PRAKATA

Assalamualaikum, Wr.Wb Dengan mengucapkan segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karuniaNya, penulisan presentasi kasus ini untuk memenuhi syarat mengikuti program kepanitraan pendidikan profesi dokter di Bagian Ilmu Kesehatan Anak telah selesai disusun. Dalam kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1. Dr. Hj. Dwi Ambarwati Sp.A sebagai dokter pembimbing bagian Ilmu kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga. 2. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun presentasi kasus ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan ini tidak lepas dari kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Wassalamualaikum, Wr Wb

Salatiga,

Januari 2013

Penulis

LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS Nama Usia : An. H : 4 bulan

Berat Badan : 4,5 kg Alamat No. CM Tgl Masuk : Salatiga : 236888 : 23 Januari 2013

2. ANAMNESIS Keluhan Utama : Batuk lama dan panas : Pasien datang dengan keluhan batuk sejak 1

Riwayat Penyakit Sekarang

bulan yang lalu, batuk terus menerus, batuk grok-grok, setiap batuk seseg, lendir (+) tapi tidak bisa keluar, pasien juga panas sejak 1 minggu yang lalu, panas naik turun, menggigil (-), kejang (-), sering keringat malam, tidak ada mual dan muntah, nafsu makan (+), minum (+), BAB lembek 1x, tidak berlendir dan darah (+), BAK normal. Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien sebelumnya belum pernah seperti ini. Riwayat Penyakit Keluarga : Ibu pasien mempunyai riwayat TB, yang sudah

pengobatan tahap ke-2 dan hasilnya sudah (-). Terserang TB saat masa kehamilan 8 bulan, riwayat penyakit asma di keluarga (-), di keluarga ada yang merokok. Riwayat Nutrisi : Pasien sudah tidak minum ASI sejak umur 3 bulan. Susu formula (+) dan sudah diberi PASI.

Riwayat Imunisasi Riwayat Tumbuh Kembang 3. PEMERIKSAAN FISIK

: Sudah lengkap sesuai umur. : sesuai usia

Keadaan Umum : Menangis, tampak rewel, tampak seseg, dan batuk. Kesadaran VITAL SIGN Suhu HR RR SpO2 BB/PB Status Gizi Kepala Thorax Inspeksi Palpasi Perkusi Mata : 38 C : 180x/ menit : 80x/ menit : 92 % : 4,5 kg / 50 cm : Cukup : Mesochepal, tampak keringat banyak : conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), edem palpebra (-/-) Telinga Hidung Mulut Leher : nyeri tekan tragus (-/-), discharge (-/-) : simetris (+), nafas cuping hidung (+), discharge (-) : sianosis (-), mulut kering (-) : pembesaran Inn (-) : : simetris (+), retraksi (+) subcosta, ketinggalan gerak (-) : massa (-) : sonor (+) : vesikuler (+/+), wheezing (-), ronkhi (-) : Compos Mentis

Auskultasi : Pulmo

COR : S1/ S2 reguler, gallop (-), bising (-) Abdomen Inspeksi menangis : : striae (-), pelebaran vena (-), perut tampak kaku karena

Auskultasi : peristaltic (+), bising usus (+) Perkusi Palpasi : tymphani (+) : massa (-), hepar dan lien DBN : akral hangat (+), keringat (+), sianosis (-) : CRT < 2 detik, akral hangat (+), sianosis (-), ikterik (-) : 24,0 () : 4,63 (N) : 9,6 () : 32,1 (N)

Ekstremitas Integumentum Hematologi AL AE Hb HT

MCV : 69,3 () MCH : 20,7 () MCHC : 29,9 (N) AT LED : 584 () : 1 jam : 5mm 2 Jam : 13 mm

Hitung Jenis : Eosinofil Basofil Limfosit Monosit : 0 (N) : 0 (N) : 7 () : 10 (N) : DBN

Hasil Foto Thorax (AP) kesan : COR

PULMO : BRPN/DD Proses Spesifik belum bisa disingkirkan.

4. Diagnosis Banding Observasi Febris : 5. Diagnosis Kerja Bronchopneumonia (BRPN) Typhoid DF DHF ISPA

Observasi dyspneu : Bronkopneumonia Pneumonia Bronkitis Bronkhiolitis ASMA TB Paru

6. Planning Monitoring KU dan Vital sign Infus KAEN 3B 12 tpm Inj. Cefxon 2x125 mg Aminophilin drip 24 mg Nebulizer 2x (ventoline A + Nacl 0,9 %) Peroral : Alco 3x0,25 ml dan Imunos 3x0,2 ml

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pneumonia adalah infeksi saluran akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru. Menurut anatomis pneumonia pada anak dibedakan menjadi pneumonia lobaris, pneumonia interstisialis, dan bronkopneumonia.5 Bronkopneumonia sebagai penyakit yang menimbulkan gangguan pada system pernafasan, merupakan salah satu bentuk pneumonia yang terletak pada alveoli paru. Bronkopneumonia lebih sering menyerang bayi dan anak kecil. Hal ini dikarenakan respon imunitas mereka masih belum berkembang dengan baik. Tercatat bakteri sebagai penyebab tersering bronkopneumonia pada bayi dan anak adalah Streptococcus pneumonia dan Haemophilus influenza.5 Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan. Bronkopneumonia lebih sering merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada anak-anak dan orang dewasa. Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi,di Negara berkembang infeksi

saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia dan influenza.1

Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di Indonesia. Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data sekitar 180 pneumonia komuniti dengan angka kematian antara 20 - 35 %. Pneumonia komuniti menduduki peringkat keempat dan sepuluh penyakit terbanyak yang dirawat per tahun. Gambaran klinis bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit,anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif. Gambaran klinis pada bronkopneumoni ini harus dapat dibedakan dengan gambaran klinis Bronkiolitis,Aspirasi pneumonia,Tb paru primer, sehingga penatalaksanaan dapat dilakukan secara tepat.8 Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan yang mencolok walaupun ada berbagai kemajuan dalam bidang antibiotik. Hal diatas disebabkan oleh munculnya organism nosokomial (didapat dari rumah sakit) yang resisten terhadap antibiotik. Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada anak di Negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia dibawah 5 tahun (balita). Diperkirakan hampir seperlima kematian anak diseluruh dunia, lebih kurang dua juta anak balita, meninggal setiap tahunnya akibat pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Menurut survey kesehatan nasional (SKN) 2001, 27,6% angka kematian bayi dan 22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit system respiratori, terutama pneumonia.8

B. Tujuan Penulisan Untuk memahami bronkopneumonia berdasarkan definisi, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, patogenesis, gejala klnis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosis, penatalaksanaan dan prognosisnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. BRONKOPNEUMONIA (BRPN) 1. Definisi Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan bronkus / bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy distribution). Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolusdisekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah penyebab lebih non sering infeksi yang merupakan perlu infeksi dipertimbangkan. sekunder terhadap

Bronkopneumonia

berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada anak-anak dan orangdewasa.9 2. Anatomi dan Fisiologi 2 Gambar 1 : Saluran Pernafasan

10

1. Anatomi Organ pernafasan berguna bagi transgportasi gas-gas dimana organorgan pernafasan tersebut dibedakan menjadi bagian dimana udara mengalir yaitu rongga hidung, pharynx, larynx, trakhea, dan bagian paru-paru yang berfungsi melakukan pertukaran gas-gas antara udara dan darah. a. Saluran nafas bagian atas, terdiri dari: 1) Hidung yang menghubungkan lubang-lubang sinus udara paraanalis yang masuk kedalam rongga hidung dan juga lubang-lubang naso lakrimal yang menyalurkan air mata kedalam bagian bawah rongga nasalis kedalam hidung 2) Parynx (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar teanggorokan sampai persambungannya dengan esophagus pada ketinggian tulang rawan krikid maka letaknya di belakang hidung (naso farynx), dibelakang mulut(oro larynx), dan dibelakang farinx (farinx laryngeal). b. Saluran pernafasn bagian bawah terdiri dari : 1) Larynx (Tenggorokan) terletak di depan bagian terendah pharnyx yang memisahkan dari kolumna vertebra, berjalan dari farine-farine sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakhea di bawahnya. 2) Trachea (Batang tenggorokan ) yang kurang lebih 9 cm panjangnya trachea berjalan dari larynx sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis ke lima dan ditempat ini bercabang menjadi dua bronchus (bronchi). 3) Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebralis torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea yang dilapisi oleh jenis sel yang sama. Cabang utama bronchus kanan dan kiri tidak simetris. Bronchus kanan lebih pendek, lebih besar dan merupakan lanjutan trachea dengan sudut lancip. Keanehan anatomis ini mempunyai makna klinis yang penting.Tabung endotrachea terletak sedemikian rupa sehingga terbentuk saluran udara paten yang mudah masuk kedalam cabang bronchus kanan.Kalau udara salah jalan, makap tidak dapat masuk kedalam
11

paru-paru akan kolaps (atelektasis).Tapi arah bronchus kanan yang hampir vertical maka lebih mudah memasukkan kateter untuk melakukan penghisapan yang dalam. Juga benda asing yang terhirup lebih mudah tersangkut dalam percabangan bronchus kanan ke arahnya vertikal. Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang-cabang lagi menjadi segmen lobus, kemudian menjadi segmen bronchus. Percabangan ini terusmenerus sampai cabang terkecil yang dinamakan bronchioles terminalis yang merupakan

cabang saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveolus.Bronchiolus terminal kurang lebih bergaris tengah 1 mm.bronchiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan, tetapi di kelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah, semua saluran udara dibawah bronchiolus terminalis disebut saluran pengantar udara karena fungsi utamanya dalah sebagai pengantar udara ketemapat pertukaran gas paru-paru.Diluar bronchiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru-paru, tempat pertukaran gas. Asinus terdiri bronchiolus respiratorius, yang kadang- kadang memiliki kantung udara kecil atau alveoli yang bersal dari dinding mereka.Duktus alveolaris yang seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan sakus alveolaris terminalis merupakan struktur akhir paru-paru. 4) Paru merupakan organ elastik berbentuk kerucut yang terletak dalam rongga toraks atau dada. Kedua paru-paru saling terpisah oleh mediastinum central yang mengandung jantung dan pembuluh-pembuluh darah besar.Setiap paru mempunyai apeks (bagian atas paru) dan dasar.Pembuluh darah paru dan bronchial, bronkus, saraf dan pembuluh limfe memasuuki tiap paru pada bagian hilus dan membentuk akar paru.Paru kanan lebih daripada kiri,paru kanan dibagi menjadi tiga lobus dan paru kiri dibagi menjadi dua lobus. Lobus-lobus tersebut dibagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen bronchusnya. Paru kanan dibagi menjadi 10 segmen sedangkan paru dibagi 10 segmen.Paru kanan mempunyai 3 buah segmen pada lobus inferior, 2 buah segmen pada lobus medialis, 5 buah pada lobus superior kiri. Paru kiri
12

mempunyai 5 buah segmen pada lobus inferior dan 5 buah segmen pada lobus superior.Tiap-tiap segmen masih terbagi lagi menjadi belahanbelahan yang bernama lobules. Didalam lobolus, bronkhiolus ini bercabang- cabang banyak sekali, cabang ini disebut duktus alveolus.Tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2- 0,3mm. Letak paru dirongga dada di bungkus oleh selaput tipis yang bernama selaput pleura. Pleura dibagi menjadi dua : 1.) pleura visceral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru. 2.) pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura.Pada keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa udara)sehingga paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaannya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru dan dinding sewaktu ada gerakan bernafas. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, sehingga mencegah kolpas paru kalau terserang penyakit, pleura mengalami peradangan, atau udara atau cairan masuk ke dalam rongga pleura, menyebabkan paru tertekan atau kolaps. 2. Fisiologi a. Pernafasan paru (pernafasan pulmoner) Fungsi paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbondioksida pada pernafasan melalui paru / pernafasan eksternal, oksigen di pungut melalui hidung dan mulut, pada waktu bernafas oksigen masuk melalui trachea dan pipa bronchial ke alveoli, dan erat hubungan dengan darah di dalam kapiler pulmonaris. Hanya satu lapisan membrane yaitu membrane alveoli kapiler, memisahkan oksigen dari darah, darah menembus dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa didalam arteri kesemua bagian tubuh. Darah

13

meninggalkan paru pada tekanan oksigen mmHg dan pada tingkatan Hb 95% jenuh oksigen. Didalam paru, karbondioksida salah satu buangan metabolsme menembus membrane kapiler dan kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronchial dan trachea di lepaskan keluar melalui hidung dan mulut. Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner pernafasan eksterna: 1.) Ventilasi pulmoner, gerakan pernafasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar. 2.) Arus darah melaui paru, darah mengandung oksigen masuk keseluruh tubuh, karbondioksida dari seluruh tubuh masuk paru. 3.) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga jumlahnya yang bisa dicapai untuk semua bagian. 4.) Difusi gas yang membrane alveoli dan kapiler, karbondioksida lebih mudah berdifusi daripada oksigen. b. Pernafasan jaringan (pernafasn interna) Darah yang menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen ( oksihemoglobin) mengitari seluruh tubuh dan mencapai kapiler, dimana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan memungut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung dan darah menerima sebagai gantinya hasil buangan oksidasi yaitu karbondioksida. Perubahan perubahan berikut terjadi dalam komposisi udara dalam alveoli, yang disebabkan pernafasan eksterna dan pernafasan interna atau pernafasan jaringan. Udara (atmosfer) yang dihirup: Oksigen : 20% Karbondioksida : 0-0,4% Udara yang masuk alveoli mempunyai suhu dan kelembaban atmosfer. Udara yang dihembuskan: Nitrogen :79% Oksigen :16% Karbondioksida :4-0,4%

14

Udara yang dihembuskan jenuh dengan uap air dan mempunyai suhu yang sama dengan badan (20 persen panas badan hilang untuk pemanasan uadra yang dikeluarkan ). c. Daya muat paru Besarnya daya muat udara dalam paru 4500 ml- 5000 ml (4,5 5 liter).Udara diproses dalam paru (inspirasi dan ekspirasi) hanya 10% kurang lebih 500 ml disebut juga udar a pasang surut (tidal air) yaitu yang dihirup dan yang dihembuskan pada pernafasn biasa. Pada seorang laki- laki normal (4-5 liter) dan pada seorang perempuan (3-4 liter). Kapasitas (h) berkurang pada penyakit paruparu) dan pada kelemahan otot pernafasan. d. Pengendalian pernafasan Mekanisme pernafasan diatur dan dikendalikan oleh dua faktor utama yaitu kimiawi dan pengendalian saraf. Adanya faktor tertentu, merangsang pusat pernafasan yang terletak didalam medulla oblongata, kalau dirangsang mengeluarkan impuls yang disalurkan melalui saraf spiralis ke otot pernafasan ( otot diafragma atau interkostalis). 1) Pengendalian oleh saraf Pusat pernafasan adalah suatu pusat otomatik dalam medulla oblongata mengeluarkan impuls eferen ke otot pernafasan, melalui radik saraf sevikalis diantarkan ke diafragma oleh saraf frenikus. Impuls ini menimbulkan kontraksi ritmik pada otot diafragma dan interkostalis yang kecepatannya kira- kira 15 kali setiap menit. 2.) Pengendalian secara kimia Pengendalian dan pengaturan secara kimia meliputi : Frekuensi kecepatan dan dalamnya gerakan pernafasan, pusat pernafasan dalam sumsum sangat peka sehingga kadar alkali harus tetap dipertahankan, karbondioksida adalah preduksi asam metabolisme dan bahan kimia yang asam ini merangsang pusat pernafasan untuk mengirim keluar impuls saarf yang bekerja atas otot pernafasan. e. Kecepatan pernafasan

15

Kecepatan pernafasan secara normal, ekspirasi akan menyusul inspirasi dan kemudian istirahat, pada bayi ada kalanya terbalik, inspirasi- istirahat ekspirasi, disebut juga pernafasan terbalik. Kecepatan normal setiap menit berdasarkan umur : Bayi prematur : 40 90x/menit Neonatus : 30 80 x/menit 1 Tahun : 20- 40x/ menit Inspirasi atau menarik nafas adalah proses aktif yang diselenggarakan oleh kerja otot. Kontraksi diafragma meluaskan rongga dada dari atas sampai bawah, yaitu vertical.Kenaikan iga - iga dan sternum, yang ditimbulkan oleh kontaksi otot interkostalis, meluaskan romgga dada kedua sisi dari belakang ke depan. Paru yang bersifat elastis mengembang untuk mengisi ruang yang membesar itu dan udara ditarik masuk kedalam saluran udara, otot interkostalis eksterna diberi peran sebagai otot tambahan hanya bila inspirasi menjadi gerak sadar. Pada ekspirasi, udara dipaksa oleh pengendoran otot dan karena paru kempes kembali, disebakan sifat elastis paru itu gerakan ini adalah proses pasif. Ketika pernafasan sangat kuat, gerakan dada bertambah, otot leher dan bahu membantu menarik iga-iga dan sternum ke atas. Otot sebelah belakang dan abdomen juga dibawa bergerak. f. Kebutuhan tubuh akan oksigen Dalam banyak keadaan, termasuk yang telah disebut oksigen dapat diatur menurut keperluan orang tergantung pada oksigen untuk hidupnya, kalau tidak mendapatkannya selam kurang lebih 4 menit dapat mengakibatkan kerusakan pada otak yang tidak dapat perbaiki dan biasanya pasien meninggal. Keadaan genting timbul bila misalnya seorang anak menutupi kepala dan mukanya dengan kantong plastic menjadi lemas. Tetapi hanya penyadiaaan oksigen berkurang, maka pasien menjadi kacau pikirannya, ia menderita anoxia serebralis. Hal ini terjadi pada orang yang bekerja dalam ruangan sempit tertutup seperti dalam ruang kapal, oksigen yang ada mereka habiskan dan kalau mereka tidak diberi oksigen untuk bernafas atau tidak dipindahkan ke udara yang normal, maka akan meninggal karena anoxemia. Istilah lain adalah hypoxemia atau hipoksia. Bila oksigen didalam darah tidak
16

mencukupi maka warna merahnya hilang dan berubah menjadi kebiru- biruan, bibir telingga, lengan dan kaki pasien menjadi kebiru- biruan dan keadaan itu disebut sianosis. 3. Etiologi 9 Bronkopneumonia lebih sering ditimbulkan oleh invasi bakteri. Bakteri-bakteri ini menginvasi paru melalui 2 jalur, yaitu dengan : 1. Inhalasi melalui jalur trakeobronkial. 2. Sistemik melalui arteri-arteri pulmoner dan bronkial. Bakteri-bakteri yang sering menyebabkan ataupun didapatkan pada kasus bronkopneumonia adalah : 1.Pneumococcus 2.Staphylococcus aureus 3.Streptococcus hemolyticus Selain penyebab diatas, penyebab bronkopneumonia yang sering dijumpai adalah: Faktor Infeksi : Pada neonatus : Streptokokus grup B, Respiratory Sincytial Virus (RSV). Pada bayi : Virus : Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV,Cytomegalovirus. Organisme atipikal : Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.Bakteri : Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza,Mycobacterium tuberculosa, B. pertusis. Pada anak-anak : Virus : Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSP Organisme atipikal: Mycoplasma pneumonia Bakteri: Pneumokokus, Mycobacterium tuberculosa Pada anak dewasa : Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia, C. tranchomatis Bakteri : Pneumokokus, B. pertusis, M. tuberculosis.

17

4. Klasifikasi 4 Menurut buku Pneumonia Komuniti, Pedoman Diagnosis dan

Penatalaksanaan di Indonesia yang dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003 menyebutkan tiga klasifikasi pneumonia, yaitu : 1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis: 1. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia). 2. Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial pneumonia). 3. Pneumonia aspirasi. 4. Pneumonia pada penderita immunocompromised. 2. Berdasarkan bakteri penyebab: 1. Pneumonia bakteri/tipikal. Dapat terjadi pada semua usia. Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka, misalnya klebsiella pada penderita alkoholik, staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza. Pneumonia Atipikal disebabkan mycoplasma, legionella, dan chalamydia. 2. Pneumonia virus. 3. Pneumonia jamur, sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita dengan daya tahan lemah

(immunocompromised). 3. Berdasarkan predileksi infeksi: 1. Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri. 2. Pneumonia bronkopneumonia, pneumonia yang ditandai bercakbercak infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri

18

yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua. 3. Pneumonia interstisial. 5. Patofisiologi Bronkopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemphillus influenza atau karena aspirasi makanan dan minuman. Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masuk kesaluran pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan sebagai berikut: 1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli. 2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk kedalam saluran pencernaan dan menginfeksinya, mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam usus, peristaltic meningkat akibat usus mengalami malabrobsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.6 Adanya gangguan pada terminal jalan nafas dan alveoli oleh mikroorganisme pathogen yaitu virus staphylococcus aurens, H. influenza dan streptococcus pneumonia bakteri. Terdapat infiltrate yang biasanya mengenai pada multiple lobus. Yang kemudian terjadinya destruksi sel dengan menanggalkan debris celluler ke dalam lumen yang mengakibatkan gangguan fungsi alveolar dan jalan nafas. Kuman penyebab bronkopneumonia masuk kedalam jaringan paru-paru melalui saluran pernafasan atas ke bronchioles, kemudian kuman masuk kedalam alveolus ke alveolus lainya melalui poros kohn, sehingga terjadi peradangan pada dinding bronchus atau bronchiolus dan alveolus sekitarnya. Kemudian proses radang ini selalu dimulai pada hilus paru yang menyebar secara progresif ke

19

perifer sampai seluruh lobus. Proses peradangan ini dapat dibagi dalam empat tahap, antara lain: 7 1. Stadium Kongesti (4-12 jam) Lobus meradang tampak warna kemerahan, membengkak, pada peradaban banyak mengandung cairan, pada irisan keluar cairan kemerahan (eksudat masuk kedalam alveoli melalui pembuluh darah yang berdilatasi). 2. Stadium Hepatisasi (48 jam berikutnya) Lobus paru tampak lebih padat dan bergranuler karena sel darah merahfibrinosa, lecocit polimorfonukler mengisi alveoli (pleura yang berdekatan mengandung eksudat fibrinosa kekuningan). 3. Stadium Hepatisasi Kelabu (3-8 hari) Paru-paru menjadi kelabu karena lecocit dan fibrinosa terjadi konsolidasi didalam alveolus yang terserang dan eksudat yang ada pada pleura masih ada bahkan dapat berubah menjadi pus. 4. Stadium Resolusi (7-11 hari) Eksudat mengalami lisis dan reabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali pada struktur semua. 5. Manifestasi Klinis 6 Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas. Suhu dapat naik sangat mendadak sampai 39-40C dan dapat juga disertai kejang karena demam tinggi. Anak sangat gelisah, dispnu. Pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut . kadang2 dapat pula disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada awal penyakit, batuk muncul setelah beberapa hari, mula mula kering kemudian menjadi produktif. Pada stadium permulaan sulit untuk menentukan diagnosisnya dengan pemeriksaan fisis, tetapi dengan adanya nafas cepat dan dangkal, pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar mulut dan hidung harus dipikirkan pneumonia. Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisis tergantung
20

daripada luas daerah yang terkena. Pada perkusi thorax sering tidak ditemukan kelainan. Pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronkhi basah nyaring halus atau sedang. Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu (konsfluens) mungkin pada perkusi terdengar keredupan dan suara pernafasan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium resolusi, ronkhi terdengar lagi. 6. Pemeriksaan Penunjang 4 Untuk dapat menegakkan diagnosa bronkopneumonia dapat digunakan cara: 1. Pemeriksaan laboratorium a. Pemeriksaan darah Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis ( meningkatnya jumlah neutrofil) yang berhubungan dengan adanya infeksi virus atau mycoplasma. Serta peningkatan LED. b. Pemeriksaan sputum Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensifitas untuk mendeteksi agen infeksius c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa. d. Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen mikroba 2. Pemeriksaan radiologi a) Rontgen thoraks Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infilrate multiple seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus b) Laringoskopi / bronkoskopi Untuk menentukan apkah jalan nafas tersumbat oleh benda padat.
21

7. Komplikasi 10 Komplikasi dari bronchopneumonia adalah : 1. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang. 2. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm rongga. pleura yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura. 3. Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yang meradang. 4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial. 5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak. 8. Penatalaksanaan 10 Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tetapi hal ini tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama, maka dalam praktek diberikan pengobatan polifragmasi seperti penisilin diambah dengan kloramfenikol atau diberi antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampicillin. Pengobatan diteruskan sampai anak bebas demam selama 4 5 hari. Pengobatan dan penatalaksaannya meliputi : Bed rest Anak dengan sesak nafas memerlukan cairan inta vena dan oksigen (1 2 l/mnt). Jenis cairan yang digunakan adalah campuran Glukosa 5% dan NaCl 0,9% ditambah larutan KCl 10 mEq/500 ml botol infuse Jumlah cairan disesuaikan dengan berat badan dan kenaikan suhu. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit Pemberian antibiotik sesuai biakan atau berikan : Untuk kasus pneumonia community base : - Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian

22

- Kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian Untuk kasus pneumonia hospital base : - Sefotaksim 100 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian - Amikasin 10-15 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian Antipiretik : paracetamol 10-15 mg/kgBB/x beri Mukolitik : Ambroxol 1,2-1,6 mg/kgBB/2 dosis/oral Tabel pemilihan antibiotika berdasarkan etiologi : 11 Mikroorganisme Streptokokus dan StafilokokusM. Pneumonia H. Influenza Ampicilin 100-200 mg/kgBB/hari atau Klebsiella dan P. Aeruginosa Ceftriakson 75-200 mg/kgBB/hari Eritromisin 15 mg/kgBB/hari Kloramfenikol 50-100 mg/kgBB/hari Sefalosporin 9.Prognosis10 Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang terlambat untuk pengobatan. Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui. Infeksi berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan peningkatan hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya Penicilin G 50.000-100.000 unit/hari IV atauPenicilin Prokain 6.000.000 unit/hari IM atau

23

bekerja sinergis, maka malnutrisi bersama-sama dengan infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar dibandingkan dengan dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri. 10. Pencegahan 10 Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya bronkopneumonia ini. Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti : cara hidup sehat, makan makanan bergizi dan teratur ,menjaga kebersihan ,beristirahat yang cukup, rajin berolahraga, dll. Melakukan vaksinasi juga diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi antara lain:

Vaksinasi Pneumokokus Vaksinasi H. Influenza Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah Vaksin influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit.

24

BAB III PEMBAHASAN

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan pada pasien ini ditegakkan bahwa pasien dicurigai menderita bronkopneumonia. Karena didapatkan gejala klinis berupa batuk lama, seseg, panas tinggi, nafas cuping hidung dan terdapat retraksi subcosta. Berdasarkan teori bronkopneumonia pada anak dan bayi disebabkan oleh Streptococcus pneumonia dan Haemophilus influenza. Yang gejalanya didahului oleh infeksi saluran nafas atas. Suhu dapat tinggi mendadak sampai 30-40C, anak gelisah, nafas cepat dan dangkal, sianosis daerah mulut dan hidung, nafas cuping hidung. Pemeriksaan fisik pada pasien tidak ditemukannya suara rhonki dan wheezing pada saat auskultasi sedangkan pada teorinya pada saat auskultasi ditemukannya suara thonki basah nyaring halus. Pada pemeriksaan darah pasien ini didapatkan hasil lekosit meningkat, pada teorinya pemeriksaan laboratorium menunjukkan leukositosis yang disebabkan adanya infeksi. Pada pemeriksaan rontgen thorax pasien ini didapatkan kesan COR dalam batas normal. Pulmo: BRPN/ DD Proses Spesifik belum bisa disingkirkan. Gambar 2. Hasil foto thorax

25

Pada teorinya hasil foto thorax pada pasien dengan bronkopneumonia ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru, berupa bercak-bercak ilfiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru, disertai dengan peningkatan corakan peribronkial. Namun hasil foto thorax ini menunjukkan gambaran TB millier, terdapat opaqsitas diseluruh area paru-paru, sehingga pasien ini kemungkinan suspect Tuberculosa paru. Diagnosis TB diperkuat dengan adanya kontak TB dari Ibu. Ibu terdiagnosis TB pada saat usia kehamilan 8 bulan sampai bayi lahir. Dan sebaiknya pasien dilakukan mantoux test untuk mengetahui adanya TB atau tidak. Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah Aminophilin Drip 24 mg. Aminophilin merupakan golongan metilxanthin yang menyebabkan efek

bronkodilator, pemberian terapi ini bertujuan sebagai bronkodilator pada penyakit asma dan pada penyakit pulmonary obstruktif kronik. Pemberian aminophilin tidak boleh lebih dari 25mg/menit. Mekanisme kerjanya, bekerja pada otot polos jalan nafas dan pembuluh darah paru, sehingga terjadi dilatasi serta merangsang kontraksi diafragma. Serta pada pasien ini juga diberikan nebulisasi ventolin ampul + Nacl 0,9 2X1 hari yang bertujuan untuk terapi inhalasi batuknya. Dan juga diberikan terapi oral untuk batuk seperti Alco 3x0,25 ml dan Imunos 3x0,2 ml untuk penurun panas.

26

DAFTAR PUSTAKA

1. Melinda H. D. Pneumonia, dalam Rahajoe N, Supriyatna B, Budi Setyanto (penyunting). Buku Ajar Respirologi Anak. Badan Penerbit IDAI. Jakarta, 2008. 2. Sherwood, L. Fisiologi manusia dari sel ke system. EGC. 2006 3. Riyadi, Sujono. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit. 2010. Penerbit Gosyen Publishing. Yogyakarta. 4. Mansjoer, Arif. Triyanti, Kuspuji. Savitri, Rakhmi. Wardani, Wahyu Ika. Setiowulan, Wiwiek. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Media Aesculapius FK UI Edisi ketiga Jilid I. 1999. 5. Nelson WE, ed. Ilmu kesehatan anak. 15th. ed. Alih bahasa. Samik Wahab. Jakarta: EGC, 2000. 6. Abdoerrachman,M.H, dkk. Ilmu Kesehatan Anak 1. edisi 4. Bagian Ilmu

Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 1985 7. WHO (2012) Pneumonia Treatment. World Health Organisation.Geneva. 8. WHO. 2009. Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit. 9. Anonim. Pneumonia 10. Anonim. http://www.scribd.com/doc/84767778/bronkopneumonia 11. http://katumbu.blogspot.com/2012/10/konsep-medis-bronkopneumonia.html Bronkopneumonia. Bronkopneumonia. http://www.scribd.com/doc/38619429/Bronko-

27

Anda mungkin juga menyukai